Anda di halaman 1dari 39

Kegawat Daruratan

Persalinan Kala I dan II


Presentation by Wahyuni, S.ST, M.Biomed
MEETING 9 - 10 Penatalaksanaan

Pre-Eklampsia

Partus Lama

Persalinan Letak
Sungsang

Distosia Bahu

Emboli Air Ketuban


Emboli
Air Ketuban
Fungsi air ketuban
Air ketuban berfungsi anatara lain untuk:
1. Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat bentura
2. Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat menyebabkan mengerut
sehingga menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin.
3. Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrient bagi janin untuk sementara
4. Memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu system pencernaan janin. System otot
dan tulang rangka, serta system pernafasan janin agar berkembang dengan baik
5. Menjadi incubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan disekitar janin selaput
ketuban dengan cairan ketuban didalamnya merupakan penahan janin dan rahim terhadap
kemungkinan infeksi
Amnion
Emboli
Air ketuban •Mulai terbentuk pada usia kehamilan 4
minggu, berasal dari sel darah ibu

•Trimester kedua, fetus mulai buang air


kecil – menelan – menghisap air ketuban

•Air ketuban sebagian besar terbentuk dari


air seni janin  mengatur volume cairan

•Normalnya air ketuban ± 1000cc

•Emboli air ketuban adalah salah satu


kondisi paling katastropik yang dapat
terjadi dalam kehamilan
Etiologi
Patofisiologi belum jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi kerusakan penghalang
fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion memasuki sirkulasi maternal yang
selanjutnya masuk kedalam sirkulasi paru dan menyebabkan :
1. Kegagalan perfusi secara masif
2. Bronchospasme
3. Renjatan
Akhir akhir ini diduga bahwa terjadi suatu peristiwa syok anafilaktik akibat adanya antigen janin
yang masuk kedalam sirkulasi ibu dan menyebabkan timbulnya berbagai manifestasi klinik.

Faktor Resiko
Emboli air ketuban dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan namun sebagian besar terjadi pada
saat inparu (70%), pasca persalinan (11%) dan setelah Sectio Caesar (19%)
Faktor resiko
1. Multipara
2. Solusio plasenta
3. IUFD
4. Partus presipitatus
5. Suction curettahge
6. Terminasi kehamilan
7. Trauma abdomen
8. Versi luar
9. Amniosentesis
Tanda dan gejala

Gelisah, Dyspnea
Mual dan dan
Muntah Sianosis

Takikardi
Kesadaran
dan
Menurun
Takipnea

Kejang
Fase AFE

FASE I FASE II FASE III


• Distress • Koagulopati • Multi organ
pernafasan & • Perdarahan failure
Sianosis • Shock • Kematian
• Edema • Gagal jantung
pulmonal & kiri
syok
hemoragik
• Konfusi 
koma
Gambaran klinik
Gambaran klinik umumnya terjadi secara mendadak dan diagnosa emboli air ketuban harus
pertama kali dipikirkan pada pasien hamil yang tiba tiba mengalami kolaps.
Pasien dapat memperlihatkan beberapa gejala dan tanda yang bervariasi, namun umumnya
gejala dan tanda yang terlihat adalah segera setelah persalinan berakhir atau menjelang akhir
persalinan, pasien batuk batuk, sesak, terengah engah dan kadang ‘cardiac arrest’

Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif
2. Terapi awal adalah memperbaiki cardiac output dan mengatasi DIC
3. Bila anak belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan catatan dilakukan setelah keadaan
umum ibu stabil
4. X ray torak memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium kanan dan
ventrikel kanan
5. Laboratorium : asidosis metabolik ( penurunan PaO2 dan PaCO2)
6. Terapi tambahan :
a. Resusitasi cairan
b. Infuse Dopamin untuk memperbaiki cardiac output
c. Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis
d. Terapi DIC dengan fresh froozen plasma
e. Terapi perdarahan pasca persalinan dengan oksitosin
f. Segera rawat di ICU
Distosia
Bahu
Definisi :
Distosia bahu Distosia ialah kesulitan jalannya
persalinan atau dapat didefinisikan
Distosia ialah persalinan atau abnormal
yang timbul akibat berbagai kondisi yang
berhubungan dengan lima faktor
persalinan (Rustam, 1998)

Distosia Bahu ialah tersangkutnya bahu


janin dan tidak dapat dilahirkan setelah
kepala janin dilahirkan
Etiologi
Faktor Penyebab Distosia Bahu
1. Kehamilan Posterm
2. Paritas wanita hamil dengan diabetes melitus
3. Wanita yang habitus indolen
4. Anak yang berikutnya selalu lebih besar dari anak terdahulu
5. Orang tua yang besar
6. Eritroblastosis

Faktor Terjadinya Distosia Bahu


1. Kelainan bentuk panggul
2. Diabetes gestasional
3. Kehamilan post-mature
4. Riwayat persalinan dengan distosia bahu
5. Ibu yang pendek
Prognosis Komplikasi
1. Kesukaran dapat terjadi karena Pada Ibu
kepala yang besar atau kepala 1. Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada
yang lebih keras (pada post pembukaan kecil
maturitas) tidak dapat memasuki 2. Dengan persalinan yang tidak maju karena disproposi
pintu atas panggul atau karena sefalopelvik
bahu yang lebar sulit melalui 3. Perdarahan akibat laserasi jalan lahir, episiotomi ataupun atonia
rongga panggul uteri
2. Apabila kepala anak sudah lahir
tetapi kelahiran bagian-bagian lain Pada Bayi
macet karena lebarnya bahu, janin 1. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal jika di
dapat meninggal akibat asfiksia. tambah dengan infeksi intrapartum
Menarik kebawah terlalu kuat 2. Dengan adanya disproposi selfalopelvik kepala melewati
dalam pertolongan melahirkan rintangan pada panggul dengan mengadakan moulage
bahu yang sulit dapat berakibat 3. Timbulnya fraktur pada os parietalis (Hanifah, 2002)
perlukaan pada brokhialis & 4. Fraktur tulang (kalvikula dan humerus)
muskulus sternoleidomastoidelis 5. Cedera pleksus brakhialis
6. Hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen otak
Faktor Resiko Penanganan
1. Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi
1. Maternal yang cukup lebar dan janin diusahakan lahir atau bahu diperkecil
a. Kelainan anatomi panggul dengan melakukan kleidotomi unilateral atau bilateral
b. Diabetes Gestational 2. Dalam posisi ibu berbaring terlentang, mintalah ia untuk meneuk kedua
c. Kehamilan postmatur tungainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya.
d. Riwayat distosia bahu Mintalah bantuan dua orang asisten untuk menekan fleksi kedua
e. Tubuh ibu pendek lututnya ibu ke arah dada
2. Fetal 3. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfektankan tingkat
Dugaan Macrosomia tinggi. Lakukan tarikan yang kuat dan terus menerus ke arah bawah
3. Masalah Persalinan pada kepala janin untuk menggerakan bahu depan dibawah symphisis
a. Assited vaginal delivery (forceps atau pubis. Catatan : hindari tarikan yang berlebihan pada epala yang dapat
vacum) mengakibatkan trauma pada pleksus brakhralis. Mintalah seseorang
b. “Protracted active phase” pada kala I asisten untuk melaukan tekanan secara srimultan kearah bawah pada
persalinan daerah supra pubis untuk membantu persalinan bahu. Catatan :jangan
c. “Protracted” pada kala II persalinan lakukan tekanan fundus. Hal ini dapat mempengaruhi bahu lebih lanjut
dan dapat mengaibatkan ruptura uteriuteri
4. Jika bayi masih belum dapat dilahirkan :
a.Pakailah sarung tangan yang telah didisinfektan tinggi, masukan
tangan kedalam vagina
b.Lakukan penekanan pada bahu yang terletak didepan dengan arah
sternum bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu
c.Jika diperlukan laksanakan penekanan pada bahu belakang sesuai
dengan arah sternum
Lanjutan .. Diagnosis
Distosia bahu dapat di kenali apabila di dapatkan adanya :
5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan
1. Kepala bayi sudah lahir tetapi bahu tertahan dan tidak dapat
setelah dilakukan tindakan diatas
dilahirkan
a. Masukan tangan kedalam vagina
2. Kepala bayi sudah lahir namun tetap menekan vulva dengan
b. Raih humerus dari lengan belakang
kencang
dengan menjaga lengan tetap fleksi
3. Dagu tertarik dan menekan perineum
pada siku, gerakkan lengan ke arah
4. Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap
dada
tertahan di kranial simfisis pubis
6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak
dapat melahirkan bahu, pilihan lain
yaitu : Penatalaksanaan
a. Patahkan klavikula untuk
mengurangi lebar bahu dan 1. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu
bebaskan bahu depan sangat diperlukan
b. Lakukan tarikan dengan mengait 2. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu
ketiak untuk mengeluarkan lengan adalah melakukan traksi curam bawah sambil meminta ibu
belakang (Ida Bagus, 2001) untuk meneran
3. Lakukan episiotomi
Tindakan Pertolongan
Distosia Bahu
Diagnosis

Hentikan traksi pada kepala, segera memanggil bantuan

Manuver Mc Robert
(Posisi Mc Robert, episiotomi bila perlu, tekanan supra pubic, tarikan kepala)

Manuver Rubin
(Posisi tetap Mc Robert, rotasikan bahu, tekanan supra pubic, tarikan kepala)

Lahirkan bahu posterior atau posisi merangkak atau manuver wood


Langkah Pertama Minta asisten
1. Manuver Mc Robert melakukan tekanan ringan
pada supra pubic

Tekanan ringan dilakukan oleh asisten


pada daerah supra pubic saat traksi
curam bawah pada kepala janin
Langkah Kedua
2. Manuver Rubin
1. Kedalam vagina menyusuri
humerus posterior janin dan
kemudian melakukan fleksi
lengan posterior atas didepan
dada dengan mempertahankan
posisi fleksi siku
2. Tangan janin dicekam dan lengan
diluruskan melalui wajah janin
3. Lengan posterior dilahirkan
Langkah Ketiga
3. Manuver Woods
(Wood Crock Screw Maneuver)

Tangan kanan penolong dibelakang


bahu posterior janin
Bahu kemudian diputar 180 derajat
sehingga bahu anterior terbebas
dari tepi bawah simpisis pubis
Persalinan
Letak Sungsang
Letak Sungsang Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kpala di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri

Tipe Letak Sungsang


1. Frank breech : kedua tungkai fleksi
2. Complete breech : tungkai atas lurus keatas,
tungkai bawah ekstensi
3. Footling : satu atau kedua tungkai atas ekstensi,
presentasi kaki
Etiologi Penyebab Letak Sungsang
Faktor presentasi bokong 1. Sudut ibu
1. Prematuritas a. Keadaan rahim : rahim arkuatus, septum
2. Polihidramnion pada rahim, uterus dupleks, mioma bersama
3. Hamil ganda kehamilan
4. Plasenta previa b. Keadaan plasenta : plasenta letak rendah,
5. Panggul sempit dan plasenta previa
6. Fibria c. Keadaan jalan lahir : kesempitan panggul,
7. Myoma deformitas tulang panggul, terdapat tumor
8. Hidrocephalus 2. Sudut janin
9. Dan makrosomia a. Tali pusat pendek, atau lilitan tali pusat
b. Hidrosefaus atau anesefalus
c. Kehamilan kembar
Mekanisme Persalinan Letak Sungsang d. Hidroamnion atau oligoamnion
1. Persalinan bokong e. Prematuritas
2. Persalinan bahu
3. Persalinan kepala
Diagnosa Kedudukan
1. Pemerikasaan Abdominal 3. Pemeriksaan Vaginal
a. Letaknya memanjang a. Bagian terendah teraba tinggi
b. Diatas panggul terasa massa lunak b. Tidak teraba kepala yang keras,rata dan
mengalir dan tidak terasa seperti teratur dengan garis sutura dan fantenella
kepala c. Bagian terendah teraba lunak dan ireguller
c. Punggung ada di sebelah kanan d. Kadang pada presbo murni sacrum tertarik
dekat dengan garis tengah bagian kebawah dan teraba oleh jari pemeriksa
kecil ada di sebelah kiri, jauh dari 4. Pemeriksaan sinar X
garis tengah dan di belakang
d. Kepala berada di fundus uteri
e. Tonjolan kepala tidak ada bokong
tidak dapat di pantulkan
2. DJJ
DJJ terdengar paling keras pada atau di
atas umbilicus dan pada sisi yang
sama pada punggung. Pada RSA DJJ
terdengar paling keras pada kuadran
kanan atas perut ibu kadang di bawah
umbilicus
Penanganan Persalinan Sungsang
Pertolongan Persalinan Bayi Sungsang

Melahirkan Bayi
1. Cara Bracht
a. Segera setelah bokong lahir, bokong di cekam
secara bracht (kedua ibu jari penolong sejajar
dengan panjang paha, jari yang lain memegang
daerah panggul)
b. Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses
keluarnya janin
c. Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan
sebagian dada
d. Lakukan hiperlordosis janin pada saat anguluc
skapula inferior tampak di bawah simfisis (dengan
mengikuti gerak rotasi anterior, yaitu: punggung
janin di dekatkan kearah perut ibu, tanpa tarikan)
disesuaikan dengan lahirnya badan bayi
e. Gerakkan keatas hingga lahir dagu, mulut, hidung,
dahi dan kepala
Pertolongan Persalinan Bayi Sungsang

Melahirkan Bayi
2. Cara Klasik
a. Segera setelah bokong lahir, bokong di cekam dan
dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir.
b. Tali pusat di kendorkan
c. Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu
tangan dan tarik ke atas
1) Dengan tangan kiri tarik ke arah kanan atas ibu
untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada di
belakang
2) Dengan tangan kanan tarik kearah
kiri atas ibu untuk melahirkan bahu kanan bayi
yang berada di belakang
d. Masukkan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai
letak bahu belakang) sejajar dengan lengan bayi,
untuk melahirkan lengan belakang bayi
e. Setelah bahu dan lengan belakan lahir kedua kaki di
tarik kearah bawah kontra lateral dari langkah
sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi,
bagian depan dilakukan dengan cara yang sama
Pertolongan Persalinan Bayi Sungsang

Melahirkan Bayi
3. Cara Muller
Pegeluaran bahu dan tangan secara muller dilakukan
jika dengan cara bracht bahu dan tangan tidak bisa
lahir. Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan
menarik kedua kaki dengan cara yang sama seperti
klasik, kearah belakang kontra lateral dari letak bahu
depan. Setelah bahu dan lengan depan lahir
dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan
bahu dan lengan belakang
Pertolongan Persalinan Bayi Sungsang

Melahirkan Bayi
4. Cara Lovset
Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di
belakang kepala atau nuchl arm
a. Setelah bokong dan kaki bayi lahir, pegang bayi
dengan kedua tangan. Putar bayi 180 derajat
dengan lengan bayi yang terjungkit kearah
penunjuk jari tangan yang muchal.
b. Memutar kembali 180 derajat kearah yang
berlawanan ke kiri atau ke kanan beberapa kali
hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara
klasik atau muller
Cara Melahirkan Kepala Bayi Sungsang

Melahirkan Kepala
5. Cara Mauriceu
Dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid bila
dengan bracht kepala belum lahir
a. Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga
badan bayi seolah – olah memegang kuda (untuk
penolong kidal, letakkan badan bayi diatas tangan
kanan)
b. Satu jari di masukkan di mulut dan dua jari di
maksila
c. Tangan kanan memegang atau mencekam bahu
dan tengkuk bayi
d. Pinta seorang asisten menekan fundus uteri
e. Bersama dengan adanya HIS, asisten menekan
fundus uteri, penolong persalinan melakukan
tarikan kebawah sesuai arah sumbu jalan lahir di
bimbing jari yang di masukkan untuK menekan
dagu atau mulut
Partus Lama
Partus Lama
Partus Lama
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam atau
lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan aktif

Etiologi
1. Kelainan Tenaga (Kelainan HIS)
2. Kelainan Janin
3. Kelainan Jalan Lahir

Tanda dan Gejala


1. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat dan
meteorismus. Pada daerah lokal sering dijumpai: Ring v/d Bandle, oedema serviks,
cairan ketuban berbau dan terdapat mekonium
2. Pada janin
Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negatif, air ketuban
terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau. Kaput succedaneum yang besar,
Moulage kepala yang hebat Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK), Kematian
Janin Intra Parental (KJIP)
Partus Lama
Klasifikasi Partus Lama
1. Fase Laten Memanjang : Fase laten yang melampaui 20 jam pada primi gravida atau 14
jam pada multi gravida
2. Fase Aktif Memanjang : Fase aktif yang berlangsung lebih dari 12 jam pada primi
gravida dan lebih dari 6 jam pada multi gravida, dengan laju dilatasi serviks kurang dari
1,5 cm per-jam.
3. Kala 2 Lama : Kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primi gravida dan 1 jam
pada multigravida

Dampak Persalinan Lama


1. Bahaya Bagi Ibu
Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak. Beratnya
cedera meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, resiko tersebut naik
dengan cepat setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri,
laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan syock. Angka kelahiran dengan tindakan
yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu
2. Bahaya Bagi Janin
a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
b. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
c. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit
d. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran
Keadaan ini mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat
membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.
Preeklampsia /
Eklampsia
Definisi :
Preeklamsia adalah peningkatan tekanan
darah yang baru timbul setelah usia kehamilan
mencapai 20 minggu, disertai dengan
penambahan berat badan ibu yang cepat akibat
tubuh membengkak dan pada pemeriksaan
laboratorium dijumpai protein di dalam urin/
proteinuria

Eklampsia adalah kelainan akut pada


wanita hamil dalam persalinan atau masa nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang, bukan
timbul akibat kelainan neurologic) dan atau
koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan
gejala pre-eklampsia
Definisi
01 Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20
minggu disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada
pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam urin atau proteinuria
Klasifikasi
1. Preeklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :
* Tekanan darah 140/90 mmHg
* Proteinuria : ≥300 mg/24 jam
* Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per-minggu
* Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif +1 atau +2 pada urin kateter atau midstream
2. Preeklamsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
* Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
* Proteinuria 5 gr atau lebih per-liter
* Oliguria,yaitu: jumlah urin kurang dari 500 cc per-24 jam
* Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium
* Terdapat oedema paru dan sianosis
Etiologi
Riwayat keluarga
 Hipertensi sebelum hamil
 Primigravida
 Kehamilan ganda
 Mola hidatidosa

Komplikasi Komplikasi
1. Komplikasi pada ibu 2. Komplikasi pada janin
a. Solutio Plasenta a. Kelahiran prematur
b. Koagulopati b. RDS ( Respiratory Distress Syndrome)
c. Gagal ginjal akut c. PPHN (Persistent Pulmonary Hypertension)
d. Kerusakan hati e. Kegagalan respirasi
e. Edema paru
f. Hematoma
g. Penyakit kardiovaskuler
h. Defek neurologi.
Klasifikasi Eklampsia
Berdasarkan waktu terjadinya, yaitu:
1. Eklamsi gravidarum
Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklamsi Parturientum
Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar
dibedakan terutama saat mulai inpartu
3. Eklamsi Puerperium
Kejadian jarang sekitar 10 %, terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

Berdasarkan lamanya, yaitu :


1. Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala
dipalingkan ke kanan atau kiri. Stadium ini berlangsung kira-kira 30 menit
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan jadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke
dalam, pernapasan ke dalam, pernapasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat
tergigit. Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30 menit
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi ulang-ulang waktu yang cepat, mulut terbuka dan tertutup. Keluar
ludah berbusa dan lidah dapat digigit, mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis.
Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar,
menarik nafas seperti mendengkur
4. tadium koma
Lamanya ketidaksadaran ( koma ) ini berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam.
Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya ibu tetap dalam
keadaan koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai
400 celcius
Penanganan Eklampsia

Penanganan Kejang
1. Beri obat antikonvulsan
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, sedotan, masker dan balon)
3. Beri oksigen 4-6 liter per menit
4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras
5. Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi risiko aspirasi
6. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu

Penanganan Umum

1. Jika tekanan diastolic tetap, lebih dari 110mmHg, berikan obat antihipertensi, sampai tekanan siastolik di antara 90-100
mmHg
2. Pasang infuse dengan jarum besar (16 gauige atau lebih besar)
3. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan
4. Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria
5. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per-jam: hentikan magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan I.V. (NaCL 0,9% atau
Ringer Laktat) pada kecepatan 1 liter per-8 jam, pantau kemungkinan oedema paru
6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
7. Observasi tanda-tanda vital, reflex dan denyut jantung janin setiap jam
8. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru
9. Hentikan pemberian cairan I.V. dan berikan diuretic, misalnya : furosemid 40mg I.V , satu kali saja jika ada oedema paru
10.Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside clotting test).
11.Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koadulopati
THANK YOU
KEGAWATDARURATAN
PERSALINAN KALA I DAN II

Anda mungkin juga menyukai