Anda di halaman 1dari 7

Perbedaan Manajemen Bisnis Gojek dan Grab (1)

Januari 23, 2019


Indahhikma
No Comments

Sumbe
r: www.youtube.com
Grapadinews.co.id – Teknologi memberikan kemudahan dalam kehidupan masyarakat. Mulai dari
bepergian, memesan makanan, membersihkan rumah, mengirim barang, belanja,
sampai service kendaraan jadi lebih gampang hanya dengan satu genggaman tangan.

Bisnis digital menjadi lahan yang menjanjikan dewasa ini. Tidak ayal bila para pengusaha berbondong-
bondong menanamkan modal atau membangun usaha berbasis teknologi. Salah satu bukti keberhasilan
bisnis di bidang ini, yaitu Go-Jek dan Grab.

Transportasi online dengan memanfaatkan teknologi ini banyak memberikan kemudahan kepada


pelanggan. Hanya dengan membuat akun, maka Anda pun bisa menikmati segala fasilitas yang
disediakan.

Terlebih kini tidak perlu ribet mencari angkutan umum karena melalui jasa online. Anda hanya perlu
memasukkan lokasi saat ini beserta tujuan, dan lima menit kemudian driver datang siap mengantar. Baik
Go-Jek maupun Grab sama-sama memberikan pelayanan terbaik kepada customer. Akan tetapi dua
perusahaan tersebut ternyata memiliki perbedaan dalam strategi bisnisnya. Simak ulasannya berikut ini!

Sekilas tentang Go-Jek dan Grab


Sumber: id-gojek.blogspot.com
Di awal terbentuk, Go-Jek merupakan layanan call center untuk membantu calon pelanggan
mendapatkan tukang ojek. Melalui pesan singkat dan telepon secara manual, perusahaan juga bekerja
sama dengan ojek pangkalan. Namun hal tersebut rupanya tidak membuatnya mengalami
perkembangan. Maka ketika Grab dan Uber masuk ke Indonesia pada 2014, barulah perusahaan
besutan Nadiem Makarim itu memperbaiki sistem hingga menarik para investor.

Sebagai startup buatan anak bangsa, Go-Jek mendapatkan apresiasi luar biasa dari masyarakat
Indonesia. Mereka juga mendapatkan gelontoran dana dari salah satu raksasa asal
Tiongkok Tencent sebesar 16,8 miliar rupiah. Hingga kini, banyak penghargaan yang diperoleh, seperti
pemenang Fintech Award oleh Bank Indonesia, serta Asian of The Year Award dari The Strait Times.

Sementara Grab berawal dari percakapan antar sekelompok teman pada tahun 2012. Mereka mengeluh
akan sulitnya mencari taksi. Namun justru dari sanalah muncul ide untuk membuat layanan
transportasi online dengan nama MyTeksi. Tidak butuh waktu lama, usaha tersebut bertransformasi
menjadi lebih besar.

Hingga saat ini Grab hadir di 8 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Meski bukan buatan anak
bangsa, namun perusahaan tersebut sukses melebarkan sayap dengan menambahkan fitur.

Perekrutan driver
Sumber: dealstreetasia.com
Sukses dikenal masyarakat luas, pada Januari 2015 Go-Jek merekrut 10.000 pengemudi dan masih
memiliki target di tahun berikutnya. Selain itu, ada pula beberapa orang yang sengaja melamar untuk
menjadi driver.

Memperbanyak jumlah pengemudi merupakan target Go-Jek untuk memperluas pasar hingga ke
pelosok. Berjalan secara bersamaan, perusahaan juga meningkatkan kualitas layanan dengan
memperhatikan keselamatan. Untuk mewujudkannya, diputuskan untuk bekerja sama dengan Rifat
Drive Labs (RDL). Di sana para pengemudi mendapatkan pelatihan keselamatan. RDL juga telah
menyiapkan asuransi bagi para driver dan penumpangnya.

Grab merupakan salah satu perusahaan transportasi online terbesar di Asia Tenggara saat ini. Tercatat
sebanyak 2 miliar driver yang tersebar di delapan negara. Di samping itu juga disertai oleh 100 unduhan
dari berbagai wilayah jaringannya.

Tidak mau kalah dengan Go-Jek, Grab juga membuka kerja sama dengan siapapun. Open strategy ini
membawanya pada posisi unggul. Selain itu, juga bisa membantu perusahaan rintisan dan bisnis lain
untuk tumbuh dan berkembang. Salah satu contohnya yakni dengan merangkul Kudo untuk memperluas
pasar.

Promo untuk konsumen


Sumber: www.wirawanprasetyo.com

Program promo merupakan cara efektif untuk menarik minat calon konsumen. Ini merupakan cara
untuk memperkenalkan layanan lebih luas lagi. Konsumen jadi lebih untung karena hanya dengan
membayar 10 ribu bisa di antar ke tujuan manapun, akan tetapi batas jarak ditentukan.

Ada pula promo potongan harga hingga 20 ribu rupiah untuk memesan makanan di restoran manapun.
Ditmbah pula voucher diskon di kafe atau tempat makan tertentu, sehingga pelanggan bisa
mendapatkan harga lebih murah dari biasanya.

Promo adalah salah satu bagian dari strategi marketing. Sama halnya dengan Go-Jek, Grab sering bagi-
bagi promo untuk para konsumen. Di bulan Januari 2019 ini, pengguna GrabBike, GrabFood, Grab
Express bisa mendapatkan voucher diskon.

Nah, dalam rangka 5 tahun bersama Grab, perusahaan memberikan Extra 50% saat isi GrabPay
Credits dan membagikan 5 kali perjalanan gratis dengan GrabBike dan GrabCar khusus
pengguna GrabPay. Promo ini sukses menyita perhatian pelanggan.

Model manajemen
Sumber: seasia.co

Hal yang tidak kalah penting dalam sebuah startup culture adalah mengadaptasikan produk serta jasa
solid kepada demand. Maka dalam praktik bisnisnya, Go-Jek menetapkan tiga strategi, yaitu inovatif,
dinamis dan memaksimalkan peluang di era digital.

Nadiem Makarim, selaku founder memiliki sudut pandang berbeda tentang bagaimana mengembangkan


usaha. Ia percaya bahwa setiap tim leader punya cara masing-masing dalam memanajemen, asalkan bisa
mencapai target. Maka dengan pendekatan leadership berbasis Freedom and Responsibility bisa
memunculkan ide-ide baru.

Kombinasi mobilisasi kapasitas dan resource dari stakeholders dan gaya organisasi yang kolaboratif serta


eksklusif menjadikan ekosistem Go-Jek lebih dinamis dan siap menghadapi persaingan ketat.

Hampir sama dengan Go-Jek, Grab juga menaruh kepercayaan kepada mitranya. Tersebar di beberapa
negara di Asia Tenggara, perusahaan unicorn ini memberikan kepercayaan baik pada pengemudi
maupun karyawan di setiap cabang.

Mereka yakin bahwa setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda, akan tetapi berdasarkan satu
tujuan yakni memajukan perusahaan. Didukung dengan teknologi yang di-update setiap waktu serta
canggih, pusat tetap bisa mengontrol setiap cabang.

Fitur dan kerja sama


Sum
ber: www.surabayapagi.com
Sukses dengan transportasi online, Go-Jek lantas menambahkan fitur-fitur baru di tengah persaingan
ketat. Tidak sekadar meawarkan jasa ride-sharing app, beberapa fasilitas lain yang menarik dan
memudahkan masyarakat seperti Go-Car, Go-Food, Go-Mart, Go-Box, Go-Glam, Go-Clean, Go-Massage,
Go-Tix dan Go-Med.

Dengan adanya fitur tersebut, maka pada tahun 2016 Go-Jek mengalami peningkatan jumlah driver,
yakni 250.000 roda dua dan empat, 3000 penyedia jasa dan 35.000 merchant Go-Food. Mengelola bisnis
dengan sistem ini, mereka menciptakan suatu budaya timbal balik yang saling menguntungkan.

Blue bird, salah satu kompetitor Gojek yang kuat akhirnya bergabung dan menjadi partner. Perusahaan-
perusahaan logistik juga turut ikut join, sehingga mereka bisa memperbaiki service. Cara ini
merupakan win win solution yang menciptakan ekosistem sehat.

Lain dengan Go-Jek, Grab juga tidak kalah dalam berinovasi. Dengan mengusung Everyday Superapp,
perusahaan asal Negeri Jiran tersebut memudahkan kegiatan masyarakat hanya dengan satu aplikasi.

Menurut penuturan Jerald Singh selaku Head of Product, bila selama ini konsumen mengenal Grab
sebatas transportasi berbasis online. Namun pihaknya akan mulai memperkenalkan bahwa aplikasi ini
juga bisa membantu kegiatan sehari-hari. Dengan GrabPlatfrom, pelanggan bisa membaca,
bermain game, memesan makanan, dan masih banyak lagi lainnya.

Di samping itu untuk keamanan pengemudi dan penumpangnya, Grab menambahkan tombol SOS. Cara
penggunaannya yakni hanya dengan sentuh dua kali, maka lokasi terakhir penumpang otomatis akan
tersebar ke keluarga dan teman. Di samping itu, ada pula pilihan Know Your Driver-
Partners (menyerahkan KTP, SIM, STNK dan SKCK) sebagai syarat menjadi pengemudi.

Strategi penetapan harga


Su
mber: fakhrurrojihasan.wordpress.com
Salah satu strategi marketing yang diterapkan oleh Go-Jek adalah dengan menentukan tarif. Aspek ini
sama pentingnya dari memikirkan ekspansi selanjutnya karena dari sana konsumen bisa menilai apakah
layanan jasa ini bagus atau tidak.

Penentuan tarif harga juga bisa menjadi tolok ukur atau membangun citra. Soal harga, perusahaan
memiliki standard yang cukup murah sehingga membuat pengguna ojek biasa beralih ke online.

Sementara pada Grab, untuk tarif ada dua elemen yang perlu diperhatikan, yaitu penumpang dan mitra
pengemudi. Keduanya adalah supply dan demand. Perusahaan memberikan harga terbaik kepada
penumpang sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas.

Baik Go-Jek dan Grab sama-sama berpeluang besar untuk maju di masa yang akan datang. Meski kedua
menjalankan strategi bisnis yang berbeda, namun pada dasarnya teknologi dan manajemen yang baik
menjadikannya terus berinovasi hingga ke masa yang akan datang.

Pertanyaannya:

1. Bagaiaman persepsi saudara melihat dari persaingan ini dari kacamata SIstem Informasi
Manajemen?
2. Bagaimana mereka mampu menjalankan e-business nya dengan baik?
3. Mengapa perusahaan transportasi online membutuhkan pembuatan keputusan yang tepat bagi
desain infrastruktur e-business dan mengimplementasikannya secara efektif? Apa manfaat dari
penerapannya?
4. Fitur IT apa saja yang terdapat pada aplikasi dalam kasus ini?
5. Menurut persepsi saudara ditinjau dari kemampuan sistem informasi berbasis aplikasi jelaskan
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing aplikasi tersebut?

Anda mungkin juga menyukai