PERSYARAFAN
KELOMPOK IV
Maria Kristiani S. (201211071)
Montania D.F (201211077)
Nuliti ( )
Putri Istiqomah (201211090)
Ria Enes A. (201211096)
Riska Anggraini (201211102)
Sara Kurniasari (201211108)
Srisutarmini Mali G.W (201211114)
Winda Kusumawati (201211120)
Yohana Rambu P.J (201211126)
Yuliani (201211132)
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk :
1. Pemenuhan tugas mata kuliah sistem persarafan
2. Mengetahui mengenai patofisiologi dan gangguan sistem persarafan
3. Pembelajaran asuhan keperawatan yang akan diberikan pada pasien
dengan gangguan persarafan.
1.3 Manfaat
2. Mampu menggunakan proses keperawatan dalam menangani pasien
dengan gangguan persarafan.
3. Mendalami pemahaman mengenai patofisiologi dan gangguan sistem
persarafan
4. Mendalami pemahaman mengenai asuhan keperawatan yang akan
diberikan pada pasien dengan gangguan persarafan.
5. Mampu mengkolaborasikan pelayanan keperawatan pada pasien
dengan gangguan persarafan.
BAB II
ISI
1. Identitas Klien
Identitas klien meliputi : nama, usia (pada masalah disfungsi neurologis
kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, MRS, nomer rekam medis, dan diagnosis medis.
2. Keluhan utama
Keluhan utama klien biasanya akan segera terlihat bila sudah terjadi disfungsi
neurologis. Keluhan yang sering muncul adalah : kelemahan ekstremitas sebelah
badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, kejang (konvusi), sakit kepala
hebat, nyeri otot, kaku kuduk, sakit punggung, tingkat kesadaran menurun (GCS
kurang dari 15) akral dingin, dan ekspresi takut.
6.Pengkajian Psikososial
Pengkajian ini meliputi : status emosi, kognitif, dan perilaku klien.
8.Pengkajian Sosioekonomispiritual
Kaji status ekonomi karena klien rawat inap atau pengobatan jalan yang mahal.
Lakukan fungsi advokasi bila ada permasalahan. Perspektif keperawatan mengkaji
dua hal, keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungan
dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi
pada gangguan neurologis di dalam sistem dukungan individu.
Pemeriksaan Fisik Neurologis
Secara umum, pemeriksaan fisik pada sistem persarafan ditujukan terhadap area
fungsi utama, sebagai berikut :
1. Pengkajian Tingkat Kesadaran
2. Pengkajian Fungsi Serebral
3. Pengkajian Saraf Kranial
4. Pengkajian Sistem Motorik
5. Pengkajian respon reflek
6. Pengkajian Sistem Sensorik
Pemeriksaan fungsi serebral secara ringkas terdiri dari pemeriksaan status mental,
fungsi intelek tual, daya pikir, status emosional, dan kemampuan bahasa.
Status Mental
Yang dilakukan adalah
1. Observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, dengan melihat cara
berpakaian klien, kerapian, dan kebersihan diri
2. Observasi postur, sikap, gerak-gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan aktivitas
motorik
3. Observasi gaya bicara klien dan tingkat kesadaran
4. Apakah gaya bicara klien jelas atau masuk akal?
5. Apakah klien sadar dan berespon atau mengantuk dan stupor?
Fungsi Intelektual
Priguna Sudharta (1985) dalam Muttqin (2008) menjelaskan alam pikiran atau
jalan pikiran hanya dapat dinilai dari ucapan-ucapannya. Pengkajiannya adalah
Apakah klien bersifat spontan, alamiah, jernih, relevan, dan masuk akal?
Apakah klien mempunyai kesulitan berpikir, khayalan, dan keasyikan
sendiri?
Apa yang menjadi pikiran klien?
Status Emosional
Kemampuan Bahasa
Pada pengkajian ini mungkin perawat menemukan
1. Disfasia/afasia
Yaitu defisiensi fungsi bahasa akibat lesi atau kelainan korteks serebri.
macam-macam
Disfasia reseptif (posterior) : klien tidak bisa memahami bahasa lisan /
tertulis. Bila klien tidak dapat memahami setiap perintah atau pertanyaan
yang diajukan. Biasanya lancar tapi tidak teratur. Terjadi karena adanya
lesi (infark, pendarahan, tumor) pada hemisfer yang dominan pada bagian
posterior girus temporalis superior.
Disfasia Ekspresif (anterior) : klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat
menjawab dengan tepat. Bicaranya tidak lancar. Dikarenakan karena ada
lesi pada bagian posterior girus frontalis inferior.
Disfasia nominal : klien tidak mampu menyebutkan benda tetapi aspek-
aspek lain dari fungsi bicara klien normal. Disebabkan oleh lesi pada
daerah temporoparietal posterior kiri.
Disfasia konduktif : Klien tidak dapat mengulangi kalimat-kalimat dan
sulit menyebutkan nama benda, tetapi dapat mengiuti perintah. disebabkan
oleh lesi pada fasikulus arkuatus.
2. Disartia yaitu kesulitan artikulasi. Penyebab tersering adalah intoksikasi
alkohol, penyekit serebelum kehilangan koordinasi (bicara pelo)
3. Disfonia yaitu kualitas suara berubah (parau) dengan volume kecil akibat
penyakit pada pita suara.
Penatalaksanaan Medis
a) Kraneotomi Prosedur ini dilakukan untuk menghilangkan tumor,
mengurangi TIK, mengevakuasi bekuan darah dan mengontrol
hemoragi
b) Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke
secara spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik
oklusi/ ruptur.
c) Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya
ada thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia
Attack) atau serangan iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat
dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya
hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra kranial. Kadar
protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan
adanya proses inflamasi.
d) Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.
e) EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit
didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan
daerah lesi yang spesifik.
f) Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi
karotis interna terdapat pada thrombosis serebral.
g) MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang
mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena
h) CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan
adanya infark
Penatalaksanaan Farmakologi
Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime)
Vancomycin dan Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol atau
Ceftriaxone.
Diuretic untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat
maksimum 3 sampai 5 setelah infark serebral
Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari
tempat lain dalam system kardiovaskuler
Anti trombosit karena trombosit memainkan peran sangat dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi
Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan
ketika kekurangan dopamin.
Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan
karbidopa, inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa
di dalam darah dan memperbaiki otak.
Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di
dalam otak.
Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.
Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk
menunda serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.
Antihistamin, yang memiliki efek sedatif dan antikolinergik pusat ringan,
dan dapat membantu menghilangkan tremor. (Brunner & suddarth, 2001 )
Terapi antikolinergik, agens-agens antikolinergik ( triheksifenidil,
prosiklidin, dan benztropin mesilat )efektif untuk mengontrol tremor dan
kekakuan parkinson. Obat – obatan ini dapat digunakan dalam kombinasi
dengan levodopa. Agens ini meniadakan aksi asetikolin pada sistem saraf
pusat.
BAB III
ASKEP
3.1 KASUS 1
Kasus 1
Tn. Fauzi (43 th) dirawat di RS karena mengalami stroke in ivolution,
kesadaran somnolen, mata membuka jika dipanggil dan langsung tidur
kembali ,mulut tidak simetris miring kearah kiri, afasia
motorik,mengalami hemiparase sinistra. Mengalami anosmia, disfagia,
parastesia facial. Klien lupa alamat rumahnya. Klien memiliki hipertensi
tak terkontrol, senang mengkonsumsi alcohol dan mudah stress. Klien
direncanakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit. Saat ini
posisi pasien adalah head up 30o ,babinski positif pada kaki kanan
,kekuatan otot ektremitas atas dan bawah kiri 3.wkstremitas bawah kanan
5. Hasil CT scan terdapat iskemik/infrak hemisfer kanan.
3.1.1 Pengkajian
Unit :
Kamar/ruang :
Tgl/waktu masuk RS :
Tgl/waktu pengkajian :
Cara pengkajian :
I. Identitas Pasien
Umur : 43th
TTL :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Perkawinan :
Agama :
Suku :
Alamat :
Nama :
Alamat :
Hub.dengan pasien :
• Riwayat imunisasi
• Kebiasaan buruk
• Riwayat alergi
1. Alasan masuk RS
• Pre :
• Post :
• Keluhan Penyerta :
a. Oksigen
sebelum sakit :
sesudah sakit :
b. Cairan
sebelum sakit :
sesudah sakit :
c. Nutrisi
sebelum sakit :
sesudah sakit :
d. Eliminasi Fekal
sebelum sakit :
sesudah sakit :
e. Eliminasi urine
sebelum sakit :
sesudah sakit :
f. Aktifitas
sebelum sakit :
sesudah sakit :
g. Tidur
sebelum sakit :
sesudah sakit :
h. Seksualitas
sebelum sakit :
sesudah sakit :
sebelum sakit :
sesudah sakit :
k. Promosi kesehatan
sebelum sakit :
sesudah sakit :
• TTV
- TD :
- SUHU :-
- RR :
- HR :
- SATURASI :
• Head To Toe
a) Kepala :
• Inspeksi :
- Kepala :
- Rambut :
- Kulit kepala :
b) Wajah
• Inspeksi :
• Palpasi :
c) Mata
• Inspeksi :
• Palpasi :
d) Hidung
• Ispeksi :
• Palpasi :
e) Mulut
f) Telinga
• Inspeksi :
g) Leher
• Inspeksi :
• Palpasi :
h) Dada
• Inspeksi :
• Palpasi :
i) Paru-paru
• Palpasi :
• Perkusi :
• Auskultasi :
j) Jantung
• Inspeksi :
• Palpasi :
• Perkusi :
k) Abdomen
• Inspeksi :
• Auskultasi :
• Palpasi :
• Perkusi :
- Foto thorak
- EEG ( Elektro Encephalografi)
- Myelografi
- Lumbal Pungsi
- CT Scan
- MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
VIII. Terapi
- Infuse
- obat
-Disfagia sinistra,Mengalami
2. Pembedahan
Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau volume
lebih dari 50 ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo-
peritoneal bila ada hidrosefalus obstruktif akut.
3. Terapi obat-obatan
a. Stroke Iskemika
- Pemberian trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue-
plasminogen)
- Pemberian obat-obatan jantung seperti digoksin pada aritmia jantung
atau alfa beta, kapatopril, antagonis kalsium pada pasien dengan
hipertensi.
3.2 KASUS 2
kasus 2
Ny. Kayla (35 tahun) mengalami kecelakaan saat mengendarai mobil.
kepala pasien membentur setir dan mengalami cedera kepala. pada saat
datang kesadaran klien menurun, muntah dan mengalami insomnia, ketika
diberi rangsangan nyeri klien menggumam , mata terbuka dan tangan klien
berusaha untuk menepis tangan pemeriksa. Hasil CT scan klien mengalami
epidural hematoma. Pasien saat ini post kraniotomi hari 1, GCS = 9, klien
terpasang NGT , kateter , oksigen 2 liter / nasal kanul, klien berusaha
melepaskan selang NGT.
I. Identitas Klien
Nama : Ny. Kayla
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur :35 th
Tempat/tgl lahir :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Status Perkawinan :-
Agama :-
Suku :-
Alamat :-
Dx : Epidural Hematoma
II. Identitas penanggung jawab
Nama :
Alamat :-
Hubungan dengan klien :-
-
III. Alasan masuk rumah sakit : mengalami kecelakaan saat
mengendarai mobil kepala pasien membentur setir dan mengalami
cedera kepala.
IV. Keluhan Utama : kesadaran menurun dan muntah
V. Kebutuhan
a. Oksigen
Sebelum sakit : tidak terkaji
Saat Sakit : terpasang oksigen 2 L/nasal kanul
b. Cairan
Sebelum sakit : tidak terkaji
Saat Sakit : cairan dalam tubuh kurang karena klien
mengalami muntah
c. Nutrisi
Sebelum sakit : tidak terkaji
Saat Sakit : nutrisi kurang, karena pasien muntah
d. Eliminasi Fekal
Sebelum Sakit : tidak terkaji
Saat Sakit : tidak terkaji
e. Eliminasi Urin
Sebelum sakit : tidak terkaji
Saat sakit : tidak terkaji
f. Aktivitas
Sebelum sakit : tidak terkaji
Saat Sakit : aktivitas terganggu
g. Tidur
Sebelum sakit : tidak terkaji
Saat Sakit : tidak terkaji
h. Sexualitas
Sebelum sakit : tidak terkaji
Saat sakit : tidak terkaji
k. Promosi Kesehatan
Sebelum sakit : tidak terkaji
Saat Sakit : tidak terkaji
VIII. Terapi
( tidak terkaji)
1. Data biografi
identitas pasien seperti nama, umur , jenis kelamin, alamat, agama,
penanggung jawab, status perkawinan.
2. Riwayat Keperawatan
- Riwayat medis dan kejadian yang lalu
- riwayat kejadian cedera kepala
- penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang
3. Pemeriksaan Fisik
- frakur tengkorang : jenis fraktur, luka terbuka, pendarahan
konjungtiva, rihinorrea, otorhea, ekhimosis periorbital, gangguan
pendengaran
- tingkat kesadaran : adanya perubahan mental seperti lebih sensitif,
gelisah, stupor, koma
- saraf kranial : adanya anosmia, agnosia, kelemahan gerakan otot mata,
vertigo
- kognitif : amnesia postrauma, disorientasi, amnesia retrograt,
gangguan bahasa dan kemampuan matematika
- rangsangan meningeal : kaku kuduk, kernig, brudzinskhi
- jantung : disritmia jantung
- respirasi : roles, rhonki, nafas cepat dan pendek, takhipnea, gangguan
pola nafas.
- fungsi sensori : lapang pandang, dipiopia, gangguan persepsi,
gangguan pendengaran, gangguan sensasi raba.
4. Test Diagnostik
- Radiologi : CT scan, MRI ditemukan adanya edema serebri, hematoma
serebral, herniasi otak.
- Pemeriksaan darah : Hb, Ht, trombosit dan elektrolit
- Pemeriksaan urine : Penggunaan obat-obatan .
Analisa data 1 :
Diagnosa keperawatan:
Intervensi 1:
Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisai
Ketidakefektifan perfusi - evaluasi hasil - dengan
jaringan serebral tidak GCS mengevaluasi
terjadi setelah dilakukan GCS dapat
tindakan keperawatan melihat
selama 3x24jam dengan perkembangan
kriteria hasil : penyakit pasien
- tingkat kesadaran - monitor TTV tiap - adanya perubahan
compos mentis 4 jam sekali tanda vital seperti
- tidak muntah pernafasan yang
- tidak terjadi lemah
epidural menunjukkan
hematoma kerusakan pada
- hasil GCS batang otak
- pertahankan - dengan diberikan
kepala tempat posisi tidur 30-45
tidur 30-45 derajat dapat
derajat dengan memfasilitasi
posisi leher tidak drainasi vena dari
menekuk (posisi otak
head up 30
derajat)
Analisa Data 2 :
Diagnosa Keperawatan :
Resiko Infeksi b.d Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter), Trauma
Jaringan
Intervensi 2 :
- karena pasien
- lakukan rawat
menjalani post
luka bersih
kraniotomi hari
dengan teknik
pertama maka
septik dan
perlu dilakukan
antiseptik sesuai
rawat luka supaya
dengan program
mengurangi
resiko infeksi
- karena pasien
- lakukan rawat
terpasang kateter
kateter dengan
maka perlu
teknik septik dan
dilakukan rawat
antiseptik sesuai
dengan program keteter untuk
mengurangi
resiko infeksi
- kolaborasi dengan
- dengan
dokter pemberian
memberikan
obat antibiotik
antibiotik dapat
mencegah
terjadinya infeksi
- protein yang
- kolaborasi dengan
tinggi dapat
ahli gizi
membantu
pemberiam
mempercepat
makanan TKTP
proses
penyembuhan
luka
1. medis
a. CT Scan: tanpa/dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik,
menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
b. Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti
pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.
c. X-Ray: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan
struktur garis (perdarahan / edema), fragmen tulang.
d. Analisa Gas Darah: medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan
(oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
e. Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrakranial.
2. farmakologi
Gunakan Etonamid sebagai sedasi untuk induksi cepat, untuk
mempertahankan tekanan darah sistolik, dan menurunkan tekanan
intrakranial dan metabolisme otak. Pemakaian tiophental tidak
dianjurkan, karena dapat menurunkan tekanan darah sistolik. Manitol
dapat digunakan untuk mengurangi tekanan intrakranial dan memperbaiki
sirkulasi darah. Phenitoin digunakan sebagai obat propilaksis untuk
kejang – kejang pada awal post trauma. Pada beberapa pasien diperlukan
terapi cairan yang cukup adekuat yaitu pada keadaan tekanan vena sentral
(CVP) > 6 cmH2O, dapat digunakan norephinephrin untuk
mempertahankan tekanan darah sistoliknya diatas 90 mmHg. Berikut
adalah obat – obatan yang digunakan untuk terapi pada epidural
hematom:
a. Diuretik Osmotik
Misalnya Manitol : Dosis 0,25 – 1 gr/ kg BB iv.
Fungsi :
Untuk mengurangi edema pada otak, peningkatan tekanan intrakranial,
dan mengurangi viskositas darah, memperbaiki sirkulasi darah otak dan
kebutuhan oksigen.
b. Antiepilepsi
Kontraindikasi:
pada penderita hipersensitiv, pada penyakit dengan blok sinoatrial,
sinus bradikardi, dan sindrom Adam-Stokes.
Fungsi :
Untuk mencegah terjadinya kejang pada awal post trauma.
3.3 Kasus 3
An. Christine ( 5 bulan ) di rawat dengan diagnose medik meningitis
hidrochepalus dengan alasan masuk kejang dan sudah 5 hari panas tinggi di
rumah. Pasien riwayat kejang tonik, dari pemeriksaan fisik Bruzinki (+) tanda
kernig (+), photopobia dan macrocepall, ubun-ubun cembung, sunset eye, muntah,
malas minum, lethargy, peningkatan diameter pupil (dilatasi). Hasil lab.
didapatkan LED meningkat dan leukositosis.
Unit :-
Kamar/ ruang :-
I. Identitas Klien
Nama : An. C
Umur : 5 bulan
Tempat/tgl lahir :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Status Perkawinan :-
Agama :-
Suku :-
Alamat :-
Nama :-
Alamat :-
IV. Alasan masuk rumah sakit : Kejang dan sudah 5 hari panas tinggi di
rumah.
VI. Kebutuhan
a. Oksigen
Sebelum sakit :
Saat sakit :
b. Cairan
Sebelum sakit :
c. Nutrisi
Sebelum sakit :
d. Eliminasi Fekal
Sebelum Sakit :
Saat sakit :
e. Eliminasi Urin
Sebelum sakit :
Saat sakit :
f. Aktivitas
Sebelum sakit :
Saat sakit :
g. Tidur
Sebelum sakit :
Saat sakit :
h. Seksualitas
Sebelum sakit :
Saat sakit :
Sebelum sakit :
Saat sakit :
Sebelum sakit :
Saat sakit :
k. Promosi Kesehatan
Sebelum sakit :
Saat sakit :
IX. Terapi : -
Analisa Data 1
6. Tindakan yang
terus menerus
dapat
meningkatkan
TIK oleh reflek
rangsangan
humulatif.
7. Diodetik
digunakan pada
fase akut untuk
mengalirkan air
dari kerusakan sel
dan mengurangi
edema serebri dan
TIK.
8. Keluarga dapat
melakukan
perawatan
mandiri kepada
anak yang baik
dan benar yang
mengalami
meningitis
hidrosefalus.
Analisa Data 2
Perencanaan Keperawatan 2
6. Keluarga dapat
membantu pasien
mengalihkan rasa
mual.
7. Lingkungan yang
nyaman dapat
meningkatkan rasa
nyaman si pasien
dan dapat
mengalihkan rasa
mual.
8. Meningkatkan
pengetahuan pada
ibu tentang
pemberian ASI
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
pada anak.
Penatalaksanaan Farmakologis:
Acetazolamide (ACZ) dan furosemid (FUR) mengobati hidrosefalus
posthemorrhagic pada neonatus. Keduanya adalah diuretik untuk mengurangi
sekresi dari CSF pada tingkat koroid pleksus. ACZ dapat digunakan sendiri atau
bersama dengan FUR. Kombinasi ini meningkatkan efektivitas ACZ dalam
menurunkan sekresi CSF oleh koroid pleksus.
Obat ini untuk menghambat enzim yang ditemukan dalam banyak jaringan
tubuh yang mengkatalisis reaksi reversibel di mana karbon dioksida menjadi
terhidrasi dan asam karbonat dehidrasi. Perubahan ini dapat mengakibatkan
penurunan produksi CSF oleh koroid pleksus.
Diuretik loop
Penatalaksanaan Gizi :
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa pada dasarnya tidak ada diet khusus
untuk pasien meningitis namun umumnya diit TKTP untuk memenuhi kebuthan
kalori dan protein untuk meningkatkan daya tahan tubuh merupakan diit yang
tepat terutama pada kasus- kasus penyakit infeksi akut termasuk meningitis.
Nutrisi parentral merupakan alternatif terakhir bila dinilai dari makanan cair tidak
mampu kebutuhan nutrisi enteral pasien.
Sari buah dari jeruk, tomat, pepaya, sirsak, apel, sari sayur dari
Sumber Zat
bayam, labu kuning, dan wortel.
Pengatur
Cara memesan makanan : Makanan cair (MC) dengan atau tanpa susu
Tabel 2.10 Bahan Makanan yang Diberikan Sehari : Makanan Cair Tanpa
Susu
Kkal 1000 2000
Bahan makanan
urt g urt g
tepung beras 11/2 sdm 10 3 sdm 20
Nilai Gizi
Protein (g) 32 63
Lemak (g) 18 37
Besi (mg) 9 19
Vitamin C (mg) 34 67
3.4 KASUS 4
KASUS 5
Tn. Boy (66 tahun) dirawat di rumah sakit dengan diagnosa medis
Parkinson. Dari hasil pengkajian didapatkan data Tn. Boy sering kaku otot
dan gemetar pada wajah, ekstermitas, sulit menelan, keluar air liur pada
mulut, keseimbangan tubuh berkurang, bisa bangun tapi sempoyongan. Tn.
Boy mengeluh mual, sulit makan, sudah 3 hari belum BAB, mulutnya
tampak kering. TTV: T 370 C, N 82 x/menit, TD 120/80 mmHg, RR 16
x/menit. Tn. Boy mendapat terapi levodopa, benztropin, dulcolac supp, diit
lunak.
Nuliti
I. Identitas Klien
Nama : Tn. B
Jenis Kelamin :L
Umur : 66th
IV. Kebutuhan
a. kebutuhan Oksigen
b. kebutuhan Cairan
c. kebutuhan Nutrisi
B : tidak terkaji
D : diit lunak
f. Aktivitas
g. kebutuhan Tidur
h. kebutuhan Sexualitas
Sebelum sakit : tidak terkaji
k. Promosi Kesehatan
V. Pemeriksaan Fisik
VI. Terapi
Do: - pasien
mengalami
kesulitan
menelan
- keluar air
liur pada
mulut
Do: -
Diagnosa Kperawatan
6. Lakukan 6. Terapi
terapi madalitas
modalitas adalah
8. Lanjutkan 8. Terapi
terapi levodopa dan
levodopa, benztropin
benztropin dapat
5. Kolaborasi 5. Karena
dengan pasien
dokter untuk mengalami
pemasangan kesulitan
NGT menelan,
sehingga
perlu
dipasang
NGT agar
nutrisi tetap
bias masuk
ke tubuh
pasien
6. Hitung BC 6. Dengan
pasien menghitung
BC pasien,
kita dapat
mngetahui
apakah cairan
dan nutrisi
pasien sudah
normal atau
belum
7. Lakukan 7. Perawatan
perawatan NGT dapat
NGT menghindari
pasien dari
infeksi pada
lambung
6. Kolborasi 6. Makanan
dengan ahli tiinggi serat
gizi untuk dapat
pemberian menambah
diit tinggi cairan pada
serat colon sehingga
feeses dapat
menjadi lunak.
DBS kini menawarkan harapan baru bagi hidup yang lebih baik
dengan kemajuan pembedahan terkini kepada para pasien dengan
penyakit parkinson. DBS direkomendasikan bagi pasien dengan penyakit
parkinson tahap lanjut (stadium 3 atau 4) yang masih memberikan respon
terhadap levodopa.
kasus 6
Tn. Michael (68 tahun) dirawat di Rumah sakit dengan diagnosa medis Cidera
Medula Spinalis. Dari hasil pengkajian di dapatkan data bahwa Tn.Michael
riwayat jatuh dari kamar mandi dan terduduk di kamar mandi. Saat ini klien di
rencanakan untuk melakukan foto rontgen. Klien mengeluh nyeri dengan skala 6
menjalar sampai kedua lengan teraba distensi pada kandung kencing. TD
120/80mmHg, nadi 84x/mmenit, RR 12x/menit, sPo2 96%.
Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama : Tn. Michael
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 68 tahun
Tempat/tgl lahir :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Perkawinan :
Agama :
Suku :
Alamat :
V. Kebutuhan
a. Oksigen
Sebelum sakit :
Saat Sakit :
b. Cairan
Sebelum sakit :
Saat Sakit :
c. Nutrisi
Sebelum sakit :
Saat Sakit :
d. Eliminasi Fekal
Sebelum Sakit :
Saat Sakit :
e. Eliminasi Urin
Sebelum sakit : pola berkemih
Saat sakit : pola berkemih?
f. Aktivitas
Sebelum sakit :
Saat Sakit :
g. Tidur
Sebelum sakit :
Saat Sakit :
h. Sexualitas
Sebelum sakit :
Saat sakit :
i. Privasi dan Interaksi Sosial
Sebelum sakit :
Saat Sakit :
k. Promosi Kesehatan
Sebelum sakit :
Saat Sakit :
Perencanaan Keperawatan
KESIMPULAN
SARAN
Untuk dapat memahami sistem saraf, selain membaca dan memahami materi-
materi dari sumber keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain) kita harus
dapat mengkaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari, agar
lebih mudah untuk paham dan akan selalu diingat.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.scribd.com/doc/75989112/Susunan-Saraf-Tepi
http://kamuskesehatan.com/arti/sistem-saraf-perifer/
http://www.scribd.com/doc/6578595/Sistem-Saraf
http://www.slideshare.net/irwanto/sistem-sara1-f-presentation