BAB 1
PENDAHULUAN
semua siklus kehidupan (life cycle) yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja,
kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia. Hal tersebut dijabarkan
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) tertentu sebesar 40%
merupakan upaya kesehatan yang terbukti cost effective, karena sejak tahun 1995
penyakit polio sudah dapat ditekan kasusnya dan tidak ditemukan lagi virus polio
penyakit. Musnahnya penyakit cacar (variola) dari muka bumi sejak tahun 1980
dalam dosis besar. Dalam perjalanan pemberian vaksin terdapat maturasi persepsi
suatu penyakit infeksi yang paling sempurna dan berdampak pada peningkatan
keseimbangan antara imunitas yang akan dicapai dengan reaksi yang tidak
Pasca Imunisasi (KIPI). Reaksi simpang yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan
adalah kejadian medik yang diduga berhubungan dengan imunisasi, baik berupa
reaksi vaksin atau efek simpang, efek farmakologis, reaksi suntikan atau
kesalahan prosedur.
Tetapi, perlu diketahui bahwa tidak semua gejala atau penyakit yang
dirasakan setelah imunisasi merupakan KIPI sehingga hal yang terpenting dalam
2017).
tentang reaksi KIPI yang dialami oleh bayi atau balita setelah diberikan
imunisasi karena untuk menghindari reaksi KIPI yang lebih berat sehingga bisa
dilakukan penanganan dini secara cepat dan tepat. Oleh karena itu, masyarakat
harus mengetahui tentang reaksi KIPI sehingga masyarakat akan lebih yakin
merespon KIPI dengan cepat dan tepat, mengurangi dampak negatif imunisasi
keamanan vaksin. Hal ini merupakan indikator kualitas program (Kemenkes RI,
masalah kasus KIPI karena bayi atau balita yang menderita KIPI akan tertangani
dengan cepat dan tepat, sehingga tidak menyebabkan orang tua trauma dalam
Pelaporan KIPI dibedakan atas KIPI serius dan non serius. KIPI serius
(Serious Adverse Event/SAE) atau KIPI berat adalah setiap kejadian medis
setelah imunisasi yang menyebabkan rapat inap, kecacatan, dan kematian, serta
oleh Komisi Daerah Pengkajian dan Penanggulangan KIPI (Komda PP KIPI) dan
KIPI non serius atau KIPI ringan adalah kejadian medis yang terjadi setelah
Kasus KIPI non serus dilaporkan rutin setiap bulan bersamaan dengan hasil
cakupan Imunisasi.
sampai Tahun 2017 terlihat bahwa ada kenaikan jumlah kasus setiap tahun. Pada
Gambar 1.1 menunjukkan jumlah laporan kasus KIPI serius di Indonesia Tahun
2015 sampai Tahun 2017, dimana ada kenaikan jumlah kasus setiap tahun. Pada
Tahun 2015 jumlah kasus KIPI serius yang dilaporkan sebanyak 97 kasus dan
meningkat pada Tahun 2016 sebanyak 158 kasus, serta Tahun 2017 sebanyak 270
kasus (42 kasus KIPI serius pada imunisasi rutin dan 225 kasus KIPI serius pada
imunisasi kampanye MR). Pada tahun 2015 dan tahun 2016 tidak dilakukan
kampanye MR.
Jumlah kasus
Gambar 1.1. Data Kasus KIPI Serius di Indonesia Tahun 2015 – 2017
Sumber: Kemenkes RI, Tahun 2018
Kasus KIPI non serius yang dilaporkan di Indonesia pada Tahun 2015
sampai dengan Tahun 2017 mengalami kenaikan jumlah kasus setiap tahunnya.
Pada tahun 2015 jumlah kasus KIPI non serius yang dilaporkan sebanyak 7.974
kasus, meningkat pada tahun 2016 sebanyak 11.832 kasus dan pada Tahun 2017
sebanyak 28.995 kasus KIPI pada imunisasi rutin serta 1.398 kasus KIPI pada
imunisasi tambahan yaitu kampanye MR, seperti terlihat pada Gambar 1.2.
1
J
u K
m a 0.5
l s
a u
h 0 0
0
Gambar 1.2. Data Kasus KIPI Non Serius di Indonesia tahun 2015-2017
Sumber: Kemenkes RI, Tahun 2018
Jawa Timur maka pelaporan kasus KIPI tidak sebanding dengan cakupan
imunisasi di Jawa Timur. Artinya jumlah kasus KIPI yang dilaporkan di Jawa
Timur jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah vaksin yang digunakan.
Jumlah kasus KIPI di Jawa Timur pada Tahun 2016 sebanyak 7.044 kasus, terdiri
dari 7.004 kasus KIPI non serius dan 40 kasus KIPI serius seperti yang
40
KIPI serius
KIPI Non serius
7,004
Gambar 1.3. Data Kasus KIPI di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun
2016
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Tahun 2017
Kasus KIPI serius di Jawa Timur pada tahun 2016 sebanyak 40 kasus.
Gambar 1.4. Data kasus KIPI Serius di Jawa Timur Tahun 2016
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Tahun 2017
Kasus KIPI non serius di Jawa Timur pada Tahun 2016 sebanyak 7004
Situbondo yaitu sejumlah 1952 kasus dan kasus paling sedikit dilaporkan oleh
Jumlah kasus
Gambar 1.5. Data kasus KIPI non serius di Jawa Timur Tahun 2016
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2018
Pada tahun 2018 laporan KIPI non serius di Provinsi Jawa Timur sebanyak
yang melaporkan jumlah kasus KIPI Non serius paling sedikit adalah Kota Blitar
dan yang melaporkan kasus KIPI non serius paling banyak adalah Kabupaten
Gresik. Secara terperinci kabupaten/kota yang melaporkan dapat dilihat pada tabel
Tabel 1.1 Laporan Bulanan Kasus KIPI Non Serius di Provinsi Jawa Timur Tahun
2018
Kabupaten/ Bulan Total
No
Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des kasus
9 Mojokerto Kota N/A 75 N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A 75
10 Pasuruan kota 77 52 45 41 40 36 32 132 139 110 N/A N/A 704
Probolinggo
11 Kota 14 21 N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A 35
12 Situbondo 144 160 180 195 N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A N/A 679
13 Surabaya 38 119 50 67 49 61 32 5 49 50 82 59 661
Provinsi 624 811 926 744 680 507 196 256 605 203 193 63 5808
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2019
Kabupaten/Kota yang melaporkan kasus KIPI non serius (rutin) tahun 2018. Dari
13 Kabupaten/Kota yang melaporkan kasus KIPI non serius hanya Kota Batu dan
Kota Surabaya yang rutin (konsisten) melaporkan kasus KIPI dari bulan januari
sampai dengan bulan desember tahun 2018. Dari laporan kasus KIPI di Dinas
Dinas Kesehatan Kota Surabaya rutin melaporkan kasus KIPI walaupun zero
report.
Dari total kasus KIPI non serius yang dilaporkan tersebut tidak sebanding
(jauh lebih kecil) dengan persentase cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) di
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2018 sebesar 98,37% (553.432 bayi),
dimana seharusnya persentase kasus KIPI non serius yang dilaporkan paling tidak
sebanyak 10-50% dari jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi enam kali
(imunisasi dasar). Artinya seharusnya kasus KIPI non serius yang dilaporkan pada
tahun 2018 paling tidak sebanyak 10-50% dari (553.432 bayi x 6 kali imunisasi)
atau 10-50% dari 3.320.592 dosis imunisasi, yaitu antara 332.059 sampai
Provinsi Jawa Timur Tahun 2018 (seperti terlihat pada tabel 1.1 di atas), dari 13
Kabupaten / Kota yang melaporkan kasus KIPI non serius (rutin) hanya 1%
salah satu Kabupaten/Kota yang rutin melaporkan kasus KIPI setiap bulan dari
Puskesmas dr. Soetomo dan Puskesmas Tanah Kali Kedinding dilakukan secara
acak.
dengan program lain. Alasan lainnya adalah karena dalam pencatatan dan
pelaporan kasus KIPI terdapat beberapa form dalam bentuk hard file selain itu
juga melaporkan kasus KIPI dalam bentuk soft file, dimana petugas harus
mencatat ulang ke dalam program Microsoft Excel. Hal ini menyebabkan petugas
sedikit malas untuk melaporkan kasus KIPI. Oleh karena itu, penelitian ini
disusun bertujuan untuk data yang sudah dicatat dan dilaporkan oleh puskesmas
tidak perlu dilakukan pencatatan dan pelaporan ulang karena pengembangan basis
data surveilans KIPI dikembangkan untuk pelaporan secara terintegrasi mulai dari
cepat dan akurat agar dapat dengan cepat dinilai dan dianalisis untuk
wajib dicatat dan dilaporkan oleh petugas secara berkala dan berjenjang mulai
penyebab KIPI dan melakukan umpan balik. Selain itu rumor tentang KIPI
vaksin masih lebih rendah dibandingkan angka reaksi vaksin yang sebenarnya
1. Input
serius dan formulir investigasi yang masih dalam bentuk hard file yang
hanya ada satu orang, serta petugas di Puskesmas ada satu orang
kasus KIPI di dalamnya, karena hanya digunakan sebagai basis data untuk
2. Proses
imunisasi dasar bayi dan imunisasi lanjutan baduta dimana data yang
(termasuk Kota Surabaya) yang kemudian dikirim via email berupa soft
copy atau hard copy dengan melaporkan langsung atau mengirim pos
Jawa Timur. Setelah data kasus KIPI terkumpul, tahap selanjutnya yaitu
yang seharusnya dikirimkan 1x24 jam setiap kali ada kasus, tapi seringkali
tidak dilakukan analisis. Untuk kasus KIPI serius dilaporkan langsung oleh
3. Output
menurut literatur.
c. Umpan Balik
hasil rekapan kasus KIPI non serius diumpan balikkan melalui email
jumlah data yang ada baik dengan pengkodean atau pembuatan relasi-
f. Keakuratan (accuracy)
data agregat dan bukan data individu. Dengan penggunaan basis data
g. Kelengkapan (completeness)
masih kurang karena masih banyak kolom pada form yang tidak diisi
data dapat dilakukan dengan cara menambah record data atau dengan
h. Keamanan (security)
Dari segi keamanan kasus KIPI yang dilaporkan juga masih kurang
yang ada di dalamnya serta jenis operasi apa saja yang boleh
dilakukan.
salah satu alasan yang menyebabkan jumlah kasus KIPI yang dilaporkan rendah.
berarti kinerja petugas jelek, sehingga beranggapan bahwa jika tidak melaporkan
Selain itu dari hasil Data Quality Self Assessment (DQS) yang dilakukan
petugas imunisasi di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Dinas Kesehatan
Kota Surabaya dengan melakukan crosscheck data yang dilaporkan dan data yang
dicatat validitasnya hanya 40-50%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
cakupan imunisasi yang dilaporkan tidak sesuai dengan jumlah anak yang
Faktor lain dari rendahnya kasus KIPI yang dilaporkan adalah karena kasus
KIPI yang harusnya timbul setelah pemberian imunisasi menjadi tidak timbul
karena petugas sudah memberikan terapi lebih dahulu sebelum gejala KIPI timbul.
terus berkembang sehingga penyajian informasi yang akurat, cepat dan efisien
surveilans KIPI dalam hal pencatatan dan pelaporan yang terintegrasi secara
otomatis sehingga dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga serta dapat
kegiatan pelaksanaan imunisasi rutin dalam upaya identifikasi kasus KIPI mulai
Berdasarkan latar belakang dan kajian masalah yang ada maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana model basis data imunisasi dalam
upaya identifikasi kasus KIPI non serius dan KIPI serius berbasis
individu.
Kesehatan Masyarakat.
a. Dapat menerima data imunisasi dan kasus KIPI dari puskesmas sesuai
merekap data.
memvalidasi secara rutin data cakupan imunisasi dan kasus KIPI yang
segera ditindaklanjuti.
KIPI.