Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME

MENGENAI KOPERASI PADA SUATU ARTIKEL

MATA KULIAH : KOPERASI

KELAS : PEMBANGUNAN

Disusuh Oleh :

CHRISTINA HABIB TRI RIZKY

NPM: 1810075602198
Prioritas Inovasi Koperasi Indonesia Mendatang
09/12/2019
Sumber : Kompas.com

Riset yang dilakukan oleh Cooperative Innovation Hub (CIH) Lab Koperasi dan UKM
FEB UNSOED, bekerja sama dengan Kopkun Institute dan LPDB-KUKM, menemukan bahwa
90,19 persen responden menjawab penting dan sangat penting soal inovasi pengembangan SDM.
Riset itu telah dilaksanakan pada Oktober–November 2019.

Survei sejenis telah dilakukan di koperasi-koperasi Amerika Selatan dan Eropa (Brat,
2016) dan pada perusahaan-perusahan di Amerika Serikat (BCG, 2015). Riset Brat menemukan
prioritas inovasi koperasi di Amerika Selatan dan Eropa lebih fokus pada inovasi layanan baru,
adopsi teknologi, layanan sosial serta inovasi SDM. Adapun riset BCG menemukan kebutuhan
inovasi pada teknologi, inovasi produk dan proses bisnis pada perusahaan-perusahaan swasta.
Kebutuhan itu yaitu berupa ;

1. SDM Unggul
Kebutuhan inovasi pengembangan SDM ini bersesuaian dengan kondisi lapangan yang
sebagian besar koperasi mengalami sindrom penuaan. Penuaan ini dialami pada basis anggota.
Sebanyak 60-70 persen anggota koperasi adalah generasi Baby Boomer dan X.  Hal serupa juga
terjadi pada level pengurus dan manajer. Penuaan SDM ini akan menjadi masalah jangka
panjang terkait dengan regenerasi dan bisnis. Tentu saja, koperasi harus menyesuaikan strategi
agar dapat keluar dari jebakan sindrom penuaan tersebut.
Secara kelembagaan kebutuhan SDM unggul ini dapat direkayasa dengan membuat
kebijakan kuota 30 persen anak muda pada struktur pengurus, pengawas dan manajemen. Tanpa
secara sengaja membuat affirmative action ini, akan sulit kiranya meretas masalah sejak puluhan
tahun itu.
Yang kedua adalah mengefektifkan alokasi Dana Pendidikan baik dari Sisa Hasil Usaha
(SHU) dan biaya organisasi. Tujuannya meningkatkan kualitas SDM dengan berbagai pelatihan
serta lokakarya yang dibutuhkan. Di sinilah pentingnya koperasi-koperasi sekunder untuk
fasilitasi pelatihan yang dibutuhkan oleh primer anggotanya. Pemerintah, Kementerian Koperasi
dan UKM serta dinas-dinas di provinsi/kota/kabupaten, juga perlu mengatur ulang strategi
pembangunan kapasitas SDM koperasi. Balai Pelatihan Koperasi dan UKM (Balatkop) perlu
ditinjau ulang terkait dengan efektivitas kurikulum, metode serta pesertanya. Ada persoalan
serius dengan pola pelatihan yang diselenggarakan pemerintah terkait dua hal: kurikulum dan
kepesertaan. Kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan koperasi sesuai skala, sektor dan
tantangan masa depan. Pemerintah dapat bekerja secara kolaboratif dengan lembaga training
yang kredibel.

2. Kendala Berinovasi
Riset menemukan tiga kendala besar yang dihadapi koperasi dalam berinovasi:
implementasi ide, menghindari risiko dan kesulitan pemasaran hasil inovasi. Kapasitas baru ini
dapat dikembangkan melalui serangkaian pelatihan atau lokakarya bagi para manajer. Perlu juga
untuk membangun cooperative innovation hub (CIH) yang diimplan di kampus-kampus guna
mendampingi koperasi-koperasi dalam berinovasi. Melalui CIH, koperasi dapat belajar antar
teman sejawat di mana kampus hadir untuk menjembatani jurang pengetahuan dan keterampilan.
Kendala berikutnya, sikap menghindari risiko dapat dipahami karena inovasi bisa
berujung berhasil atau gagal. Secara kelembagaan dapat direkayasa dengan mengalokasikan dana
inovasi yang diambil dari SHU atau biaya organisasi. Anggota juga perlu diberi pemahaman
menyeluruh pentingnya inovasi, dengan risiko-risikonya, sehingga dapat berpikir secara holistik
dan jangka panjang. Dengan alokasi Dana Inovasi tersebut Manajer atau Pengurus tidak perlu
risau bila ternyata inovasi yang dikerjakan berujung kegagalan.
Pada koperasi produksi, jasa dan koperasi pekerja, pengguna itu adalah pasar atau
stakeholder terkait. Dengan cara begitu jurang antara kenyataan dengan harapan menjadi terkikis
sehingga mereka menggunakannya sebagai kebutuhan nyata. Riset itu juga menemukan kendala
lain yang dihadapi koperasi dalam berinovasi: tidak memiliki alat ukur kinerja inovasi, waktu
yang dibutuhkan berinovasi, minimnya ide, kurangnya koordinasi internal, tidak ada kompensasi
jika melakukan inovasi, tidak mengetahui apa yang diinginkan dan kurangnya komitmen atau
dukungan dari pimpinan.
3. Urgensi Inovasi
Kita harus meninggalkan cara-cara lama, pola-pola lama, baik dalam mengelola
organisasi, baik dalam mengelola lembaga, maupun dalam mengelola pemerintahan.
Lalu apakah orang-orang koperasi merasa inovasi sebagai hal yang penting dikerjakan ke
depan? Riset menemukan bahwa 53,8 persen responden mengatakan sangat penting dan 23,8
persen merasa penting yang total keduanya adalah 77,6 persen dari 1.050 responden. Sisanya
mengatakan biasa saja, tidak penting dan sangat tidak penting sebesar 22,4 persen. Artinya
sebagian besar, yakni 7 dari 10 Manajer dan Pengurus, menilai bahwa inovasi dibutuhkan
koperasi.
Koperasi Digital Idaman Kaum Milenial
28oktober 2019
Sumber :krjogja.com

Prinsip koperasi terbaru dikembangkan International Cooperative Alliance (Federasi


koperasi non-pemerintah internasional) meliputi keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela, 
pengelolaan yang demokratis, partisipasi anggota dalam ekonomi, kebebasan dan otonomi serta
pengembangan pendidikan, pelatihan, dan informasi. Di Indonesia sendiri telah dibuat UU
Nomor  25 tahun 1992 tentang Perkoperasi.

Perjuangan untuk membawa koperasi di Indonesia menjadi lebih baik belum selesai
karena masih menghadapi era revolusi 4.0. Revolusi ini akan membawa perubahan besar dalam
kehidupan yang serba digital. Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Prof Rully Indrawan
mengingatkan tantangan baru koperasi tak sekadar cara berbisnis di era digital, melainkan juga
mengubah mindset dalam sistem tata kelola secara menyeluruh. Koperasi generasi baru adalah
pelakunya terdiri dari anak-anak muda yang memiliki mindset lebih kekinian, lebih kreatif dan
inovatif. 

Transformasi sudah dilakukan oleh  Multi Inti Digital Bisnis (MDB). Perusahaan ini 
menjalankan model bisnis koperasi, yaitu koperasi dengan core business di bidang pembiayaan,
yang kini sudah mulai digarap para startup antara lain  koperasi simpan pinjam harus setara
dengan digital banking.  Layanan unggulan dari model ini adalah outcome yang diberikan
kepada anggota koperasi dalam bentuk digital, di mana anggota koperasi akan diberikan
kemudahan, seperti cek saldo, melakukan pembayaran/pinjaman, dan lain sebagainya, cukup
dengan menggunakan aplikasi saja dan tidak perlu mendatangi kantor koperasi. Model bisnis lain
yang layak dilirik koperasi untuk bertransformasi adalah omni channel.  Omni channel adalah
model bisnis lintas channel yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan kenyamanan dan
kemudahan pelanggan. Dalam model bisnis omni channel, pelanggan dapat melakukan
pembelian barang secara online sekaligus secara offline. Dalam model bisnis ini, koperasi bisa
bertindak sebagai market place yang menggabungkan layanan penjualan secara online dan dunia
retail secara offline.
Menteri Puspayoga saat itu mengatakan program Reformasi Total Koperasi sangat
penting dalam melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas koperasi. Kualitas koperasi
menjadi target utama, bukan dari sisi jumlah. Namun dibandingkan dengan negara lain, PDB
koperasi secara nasional terlihat memang masih lebih rendah. Misalnya, PDB koperasi di
Singapura 10%, Thailand 7%, Perancis 18%, Belanda 18%, dan Selandia Baru 20%. Tingginya
PDB tersebut mencerminkan koperasi di negara-negara tersebut sebagai kekuatan ekonomi yang
sangat diperhitungkan.

Contoh kesuksesan koperasi yang sudah bertransformasi adalah Koperasi Karya Utama
Nusantara (Koptun)  Group,  koperasi yang berdomisili di Kota Purwokerto,  Jawa Tengah. 
Pengurus  yang mantan aktivis koperasi mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed),
menggagas pendirian Kopkun sebagai koperasi modern. 

Upaya pemerintah yang telah meluncurkan program reformasi total bagi koperasi patut
dihargai. Koperasi yang mati suri dan tidak mampu ‘bernafas’ lagi langsung dibekukan dengan
maksud meningkatkan kualitas dan bukan kuantitas. Namun, perlu upaya lagi agar proses
transformasi sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya, dengan menggandeng kaum milenial dan
komunitas ‘zaman now’ untuk aktif lagi berkoperasi di era revolusi industri 4.0 yang bercirikan
serba digital. Potensi itu tidak main-main, berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS),
kaum milenial atau penduduk Indonesia berusia 20-35 tahun, pada tahun 2019 ini mencapai
23,77% atau sekitar 64 juta lebih dari total populasi Indonesia yang mencapai 268 juta jiwa.  Jika
saja para generasi muda terjun dalam dunia Koperasi kemudian dengan fresh brain-nya
menyumbangkan gagasan-gagasan baru untuk berkembangnya Koperasi Indonesia. Tentunya ini
akan menjadi nadi bangsa untuk peningkatan perekonomian masyarakat Indonesia.
Pemulung Sampah Diberdayakan Melalaui Primer
Koperasi Bank Sampah
25 April 2018

Sumber : kompasiana.com

Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM bidang Ekonomi Makro Hasan Djauhari membuka
Focus Group Discussion (FGD) "Bank Sampah Sebagai Entity Bisnis Koperasi" yang
diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM bekerjasama dengan Green Indonesia
Foundation Jakarta dan Harian Sinar Pagi Baru Jakarta, Selasa (24/4/2018) di Hotel Royal
Bogor.Hasan mengatakan bahwa potensi bisnis bank sampah tersebut dapat dikembangkan
menjadi bisnis yang bernilai jual tinggi, mengingat banyaknya manfaat yang bisa didapatkan dari
sampah yang telah diolah menjadi produk kerajinan ataupun pupuk.Namun untuk
mengembangkan bisnis bank sampah, menurutnya masih perlu dioptimalkan dan dibuat
kelembagaan formal dalam bentuk koperasi yang mampu mewadahi bank sampah sebagai entitas
bisnis untuk menambah pendapatan masyarakat.

Pemulung sampah baik yang bergerak (keliling) maupun yang menetap di TPA akan
diberdayakan menjadi anggota PKBS agar kelak mereka tidak lagi menjadi pemulung yang
berkeliaran.PKBS merupakan katalisator terhadap stakeholder persampahan dalam melakukan
kegiatan secara berkelompok dan berkesinambungan dalam bingkai jejaring kemitraan
permanen. BSI dan Koperasi Bank Sampah yang ada saat ini tetaplah sama fungsinya bank
sampah dan akan mematikan bank sampah.

Sebagaimana eksistensi bank sampah yang juga sebagai sosial engineering yang akan
mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat
dalam pengelolaan sampah secara bijak, harus terus dilakukan dengan inovasi terus
menerus.Maka selayaknya bank sampah berbadan hukum kelompok pengelola sampah
(Permendagri 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah) atau bentuk yayasan
sesuai Pasal 8 (a) Permen LH No 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse
dan Recycle melalui Bank Sampah.
Sementara untuk menjalankan fungsi usaha bisnisnya akan diwadahi koperasi atau PKBS
sesuai Pasal 8 (b) Permen LH No 13 Tahun 2012 tersebut. Jadi harus ada ketegasan dalam
memaknai regulasi, demi kelancaran usaha dan kegiatan sosial bank sampah tersebut. Sangat
disayangkan sikap Kementerian LHK sebagai leading sector persampahan, belum menampakkan
keseriusannya dalam menjalankan regulasi khususnya pasal 13 dan pasal 45 pada UU.18 Tahun
2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Beromzet Miliaran Rupiah, Kiprah Koperasi
Mahasiswa Tak Bisa Dianggap Remeh
3 Oktober 2018
Sumber : tribunjabar.id

Kopma Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia (BS-UPI) Bandung, misalnya. "RAT kami
selenggarakan Februari. Dan SHU yang dibagikan senilai Rp 182 juta untuk seluruh anggota, termasuk
anggota yang pasif," kata Ketua Kopma BS UPI Bandung, Irfan Alfaridzi di Sekretariat Kopmas BS UPI,
Selasa (2/10). Irfan yang didampingi Ketua Bidang Humas, Agus Elga, dan pengurus lainnya,
mengungkapkan, omzet tahun 2017 mencapai Rp 3,2 miliar. Meski tidak mampu mencapai target Rp 3,6
miliar, raihan omzet tersebut tetap saja terhitung besar untuk sekelas kopma di kampus.

Dikelola sepenuhnya oleh mahasiswa UPI Bandung, Kopma BS UPI terus tumbuh. Saat
ini tercatat memiliki aset Rp 1,1 miliar yang disimpan dalam bentuk deposito dan giro. Unit
usahanya pun terus berkembang di mana kini memiliki 15 unit, di antaranya unit usaha kantin,
jasa pengiriman logistik, buku dan alat tulis, dan jasa rent & production.

Kopma berkategori sehat lainnya di lingkungan kampus adalah Koperasi Kesejahteraan


Mahasiswa (Kokesma) ITB. Memang, dari segi aset, omzet, serta jumlah anggota Kokesma ITB
masih kalah dibandingkan Kopma BS-UPI. "Aset Kokesma ITB sekitar Rp 230 juta. Kami juga
mengelola sejumlah unit usaha yang memberikan omzet positif," kata Ketua Kokesma ITB,
Alfontius Linata, kepada Tribun Jabar di kampus ITB, Selasa (25/9). Banyaknya kopma
berkategori sehat membuktikan sebenarnya generasi muda, khususnya mahasiswa,  mampu
menjadi generasi penerus perkoperasian di Indonesia. Koperasi di Indonesia sama sekali tidak
kekurangan kader pengurus.

Semakin banyak generasi muda yang berminat dalam berkoperasi jelas mengubah
citra koperasi di Indonesia. Karena itu, peran serta mahasiswa melalui kopma merupakan bentuk
kontribusi generasi muda dalam memperkuat koperasi sebagai soko guru perekonomian
bangsa.Melihat kenyataan dan perkembangan tersebut, keberadaan koperasi mahasiswa tentunya
sudah tak bisa dianggap remeh

Anda mungkin juga menyukai