Anda di halaman 1dari 34

PERANCANGAN ALAT PENGOLAHAN EMAS

KONVENSIONAL BERDASARKAN WAKTU DAN UKURAN


BUTIR MATERIAL YANG OPTIMAL PADA WILAYAH
PENAMBANGAN RAKYAT DI DESA BUKIT HARAPAN
KECAMATAN PARENGGEAN KABUPATEN
KOTAWARINGIN TIMUR

PROPOSAL SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Pada Jurusan Teknik Pertambanga

OLEH:

Fevri Prasetia
DBD 114 132
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN/PROGRAM STUDI
TEKNIK PERTAMBANGAN
PALANGKA RAYA
2021

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu melimpahkan
Kasih, Sayang dan Berkah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Penelitian yang berjudul “Perancangan Alat Pengolahan Emas Konvensional
Berdasarkan Waktu dan Ukuran Butir Material yang Optimal Pada Wilayah
Penambangan Rakyat di Desa Bukit Harapan Kecamatan Parenggean Kabupaten
Kotawaringin Timur”.

Dalam Penyusunan Proposal penelitian ini penulis banyak menemukan


kesulitan, Namun berkat Arahan, dukungan dan semangat semua pihak maka
kesulitan tersebut dapat dipecahkan oleh penulis. Oleh Karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Ir. Waluyo Nuswantoro, MT, Dekan Fakultas Teknik Universitas
Palangka Raya;
2. Bapak Fahrul Indrajaya, S.T., M.T., Ketua Jurusan/Program Studi Teknik
Pertambangan Universitas Palangka Raya yang juga selaku Dosen
Pembimbing I;
3. Bapak Yossa Yonathan Hutajulu, S.T., M.T., Sekretaris Jurusan
Jurusan/Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya
yang juga selaku Dosen Pembimbing II;
4. Bapak Noveriady, S.T., M.T. selaku Dosen penguji I;
5. Bapak I Putu Putrawiyanta, S.T., M.T. selaku Dosen Penguji II;
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna,
baik dari segi tata bahasa, tata penulisan, maupun mengenai isi. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Palangka Raya, Februari 2021

Penulis,

Fevri Prasetia
iii

NIM. DBD 114 132

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
Daftar Gambar ............................................................................................... v
Daftar Tabel ................................................................................................... vi
Daftar Lampiran............................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................... 2
1.3. Maksud ................................................................................ 2
1.4. Tujuan................................................................................... 2
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................... 3
1.6. Batasan Masalah .................................................................. 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu ............................................................ 4


2.2. Defisi Emas ......................................................................... 6
2.3. Tahapan Pengolahan Emas .................................................. 7
2.4. Metode Ekstraksi Emas ....................................................... 11
2.5. Alat Pengolahan Emas.......................................................... 12

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Gambar Umum Wilayah Penelitian .................................... 15


3.2. Alat dan Bahan..................................................................... 27
iv

3.3. Langkah Kerja...................................................................... 28


3.4. Metode Penelitian................................................................. 29
3.5. Bagan Alir Pemikiran........................................................... 31
3.6. Bagan Alir Penelitian .......................................................... 32
3.7. Waktu Penelitian.................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Diagram Alir Proses Pengolahan Biji Emas........................................... 8
2.2. Mekanisme Peremukan dan Distribusi Ukuran Produk.......................... 10
2.3. Tumbling Mill dan Griding Media.......................................................... 14
3.1. Grafik Keadaan Iklim Parenggean.......................................................... 16
3.2. Grafik Suhu Parenggean.......................................................................... 17
3.3. Kolerasi Satuan Peta Geologi.................................................................. 24
3.4. Diagram Alir Pemikiran.......................................................................... 33
3.5. Diagram Alir Penelitian.......................................................................... 34
vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1. Karakteristik Emas ................................................................................. 6
3.1. Iklim Parenggean..................................................................................... 17
3.2. Batas Wilayah Pertambangan Rakyat Pundu Jaya.................................. 18
3.3. Jadwal Penelitian..................................................................................... 35
vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
A. Peta
A1. Peta Lokasi Kesampaian Daerah
A2. Peta Geologi Penelitian
A3. Peta Geolog
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Emas merupakan bahan galian logam yang memiliki nilai atau harga dan

juga emas juga digunakan sebagai standar keuangan dibanyak negara contohnya

menjadi mata uang dan juga perhiasan, selain manfaat secara ekonomi emas juga

mempunyai fungsi sebagai penghantar listrik yang baik pada perangkat elektronik

contohnya handphone dan perangkat elekrtonik lainnya.

Untuk memperoleh logam emas memerlukan beberapa tahap atau proses

sebelum mendapatkan logam emas tersebut. Umumnya menggunakan

amalgamasi. Di Kalimantan Tengah umumnya dikelola oleh rakyat dan

perusahaan. Di Desa Bukit Harapan Kecamatan Parenggean Kabupaten

Kotawaringin Timur terdapat kegiatan penambangan skala kecil yang dimana

dalam pengolahan bahan galian logam emas dilakukan secara konvensional yang

di kerjakan oleh masyarakat sekitar atau penduduk baik secara berkelompok

maupun perorangan.

Dalam kegiatan penambangan secara konvensional atau pengolahan di Desa

Bukit Harapan Kecamatan Prenggean Kabupaten Kotawaringin Timur biasa di

sebut dengan tromol atau gelundung (Rod Mill). Penggunaan tromol pada

penambangan rakyat ini sudah digunakan sejak tahun 2008. Umumnya dalam

kegiatan penggerusan mengunakan Rod Mill dikategorikan berdasarkan waktu dan

1
2

juga ukuran material untuk berapa banyaknya material yang lolos dari ayakan dan

pengaruh waktu terhadap hasil lamanya proses penggerusan.

Berdasarkan pernyataan tersebut dimana antara banyak variabel-variabel

tidak diketahui yang mana lebih optimal dalam memperoleh nilai ukuran material

maka peniliti tertarik untuk melakukan penelitian dan mengangkat judul penelitian

“Perancangan Alat Pengolahan Emas Konvensional Berdasarkan Waktu dan

Ukuran Butir Material yang Optimal Pada Wilayah Penambangan Rakyat di

Desa Bukit Harapan Kecamatan Parenggean Kabupaten Kotawaringin Timur”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana perancangan rod mill ?

2. Bagaimana hasil Penggerusan Alat ?

1.3 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai efektif pengolahan

emas konvensional dengan menggunakan alat hasil rancangan, berdasarkan lama

waktu pengolahan dan ukuran material.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Membuat rancangan dan dimensi alat rod mill.

2. Mengetahui hasil percobaan pada alat sehingga didapat ukuran butir

material.
3

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil yang didapatkan maka manfaat yang diharapkan

kemudian hari yaitu agar penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk standart dasar

perancangan alat pengolahan emas konvensional dan agar kegiatan pengolahan

emas konvensional lebih efisien, sebagai informasi dan bahan referensi

mahasiswa Teknik Pertambangan dalam belajar tentang pengolahan emas

konvensional.

1.6 Batasan Masalah

Agar bahasan penelitian ini tidak melebar kearah yang tidak diinginkan

maka batasan masalah yang di tetapkan adalah sebagai berikut:

1. Variasi waktu yang dijadikan acuan adalah 30, 60, 210, 360, 600 menit

2. Penggerusan dilakukan penggerusan kering.

3. Berat bahan umpan pada setiap Round Experiment untuk masing masing

Variant adalah sama yaitu 10 kg;

4. Tidak menggunakan larutan atau reagen tertentu;

5. Pengambilan sampel juga pengambilan data dilakukan di Wilayah

Pertambangan Rakyat di Desa Bukit Harapan Kecamatan Parenggean

Kabupaten Kotawaringin Timur;

6. Data ukuran butir dilakukan di laboratorium mektan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang relevan, maka sebagai langkah awal dalam

penulisan penelitian ini dilakukan dengan mengacu kepada beberapa penelitian

sebelumnya. Adapun penelitian sebelumnya yang menjadi acuan penelitian ini

adalah penelitian yang dilakukan oleh Ridho Abdurachman (2016) yang berjudul

“Perancangan Ball Mill Kapasitas 200mg”. Penelitian tersebut bertujuan

mendapatkan rancangan ball mill yang sesuai dengan perhitunagan untuk

mendaptkan dimensi komponen ball mill. Perancangan ball mill ini di mulai dari

menentukan volume tabung ball mill, dari penentuan volume tabung tersebut

maka dapat di ketahui ukuran tabung ball mill tersebut. Menentukan dimensi

tabung ball mill yang sudah di rencanakan. Penyesuaian alat/matrial untuk tabung

ball mill kapasitas 200 mg. Setelah mengetahui kapasitas dan volume ball mill

maka langkah selanjutnya pemilihan motor penggerak ini harus sesuai dengan

putaran yang di butuhkan oleh ball mill. Hasil perancangan menghasilkan ball

mill dengan spesifikasi ukuran dimensi tertentu. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian Ridho Abdurachman (2016) adalah pada tempat, waktu dan jenis

milling yang digunakan adalah stik sillinder bukan bola baja.

2.2 Definisi Emas

Emas adalah logam mineral yang merupakan salah satu bahan galian logam

yang bernilai tinggi baik dari sisi harga maupun sisi penggunaan. Emas adalah

4
5

unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa latin:

“Aurum”) dan memiliki nomor atom atom 79. Emas adalah termasuk logam mulia

karena sifatnya yang stabil, mengkilap, kuning, berat, tidak berubah zat, tidak

beroksidasi dalam udara normal dan merupakan unsur murni. Emas tidak bereaksi

dengan zat kimia lainya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Kode

ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 ˚C.

Logam emas besifat lunak dan mudah ditempa (moleable), kekerasannya berkisar

antara 2,5 – 3 pada skala Moh’s, serta berat jenisnya bergantung pada jenis dan

kandungan logam lain yang terpadu dengannya. Untuk lebih lengkapnya bisa

dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1. Karakteristik Emas


Aspek Sifat
Rumus Kimia Au
Warna Kuning, Jingga, Kuning Keputihan,
Kilap Merah Keputihan.
Goresan Metalik
Berat Jenis (gr/cm3) Kuning
Kekerasan (Moh’s) 15,5 – 19,3
Bentuk Kristal 2,5 – 3
Belahan Isometrik, Kristal Jarang
Moleable Retakan Kasar
Lunak dan Mudah Ditempa
Sumber: Wikipedia, 2012

Mineral-mineral gangue yang umum dijumpai bersama bijih emas adalah

kuarsa; tetapi karbonat-karbonat, turmalin dan fluorit sering pula berasosiasi

dengannya. Emas umumnya terikat di dalam sulfida-sulfida logam dan hasil

pelapukannya. Sulfida-sulfida yang dimaksudkan adalah pirit, kalkopirit, galenit,

stibnit, tetraedrit, sfalerit, arsenopirit, dan molybdenit.


6

2.3 Tahapan Pengolahan Emas

Tahapan pengolahan emas secara umum dapat dilihat dari gambar 2.1

berkut dibawah ini :

Sumber: Dwiyono 2009

Gambar 2.1. Diagram Alir Proses Pengolahan Bijih Emas

2.3.1 Kominusi

Kominusi dalah proses untuk mereduksi ukuran bijih dengan tujuan untuk

membebaskan logam berharga dari bijihnya dan atau memperluas permukaan bijih

agar dalam proses pelindian dapat berlangsung dengan cepat. Faktor-faktor yang

mengendalikan kominusi diantaranya sifat fisik dari bijih, seperti tingkat

homogenitas, kekerasn dan kandungan air. Bijih yang heterogen, porous dan
7

brittle mudah dikecilkan. Sedangkan bijih yang homogen, kompak dan liat sulit

untuk dikecilkan. Agar partikel bijih dapat remuk harus ada tekanan yang cukup

besar dan melebihi kuat remuk bijih (Dwiyono, 2009).

Usaha untuk meremukkan bijih tergantung pada sifat material dan gaya

yang dilakukan terhadap partikel bijih. Menurut Dwiyono (2009) terdapat 3 (tiga)

cara mekanisme meremuk partikel, yaitu:

a. Compression (tekanan) yaitu peremukan yang dilakukan diantara dua

permukaan dimana kerja dilakukan pada salah satu atu kedua permukaan

tersebut. Alat yang menerapkan cara ini adalah jaw crusher, gyraratory

crusher, roll crusher. Partikel yang dihasilkan berukuran besar.

b. Impact (benturan), yaitu benturan suatu bijih dengan bijih lainnya atau

dengan alat. Alat yang menerapkan cara ini adalah hammer mill, impactor.

Partikel remuk yang dihasilkan bervariasi mulai dari berukuran besar

sampai berukuran kecil.

c. Abrasion yaitu gesekan pada permukaan bijih. Pratikel remuk yang

dihasilkan ada dua ukuran yaitu berukuran besar dan halus. Alat yang

menerapkan cara ini adalah ball mill dan rod mill.

Dalam proses kominusi, variable yang biasa diukur adalah derajat liberasi

(DL):

DL=
∑ butiran logamterbebas x 100 %
∑ butiranlogam yang mengandung logam
8

Sumber: Dwiyono, 2009

Gambar 2.2. Mekanisme Peremukan dan Distribusi Ukuran Produk Hasil

2.4 Alat Pengolahan Emas

Ada banyak adal yang dapat digunakan untuk mengolah emas. Contohya

adalah rod-mill. Pada pengolahan emas, penggerusan batuan dilakukan dalam alat

penggerus berbentuk tabung silinder (tumbling mill) yang berputar pada sumbu

horizontal-nya. Didalam tambung silinder terdapat media gerus atau grinding-

media. Media gerus Rod mill berbentuk batang silinder yang panjangnya hampir

sama dengan tumbling mill-nya.

Prinsip kerja Rod Mill yang digunakan untuk pengolahan emas ini

menyerupai dengan prinsip kerja dari Ball Mill yang biasa digunakan dalam

pengolahan emas dalam skala yang lebih besar dan modern. Prinsip kerja Rod

Mill adalah memutarkan tabung silinder yang berisi material bahan olah dan juga

air serta grinding media di dalam tumbling mill tersebut. tabung ini yang terbuat

dari baja. Proses penghalusan terjadi karena tabung silinder yang diputar oleh

mesin sehingga batang silinder (grinding media) di dalamnya ikut menggelinding,

menggerus dan menggiling seluruh material di dalam tabung silinder sampai


9

halus. Hal ini yang dapat mempermudah atau mempercepat berlangsungnya

pengikatan bullion emas ketika dilakukan proses Amalgamasi oleh larutan

reagent tertentu.

Tabung silinder beserta batang silinder digunakan sebagai alat pengolahan

emas konvensional dengan metode amalgamasi. Tabung tersebut nantinya akan

diputar dengan bantuan mesin diesel. Didalam tabung tersebut akan terjadi proses

peremukan batuan dan pengikatan emas oleh larutan reagen tertentu sehingga

dapat dipisahkan antara emas dan batuan yang didalamnya terdapat kandungan

emas. Ukuran dimensi tabung silinder yang umum digunakan di wilayah

kecamatan parenggean adalah dengan panjang 45 cm dengan diameter 30 cm.

untuk panjang batang silinder yang umum digunakan di wilayah ini adalah kurang

lebih 20 cm sampai dengan 28 cm. Tampilan alat rodmill dapat dilihat pada

gambar 2.3 dibawah ini.

Sumber : parenggean, 2020


Gambar 2.3 Tumbling Mill dan Grinding Media
10

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Berdasarkan gambaran umum wilayah penelitian penelitian ini. Daerah penelitian,

keadaan daerah penelitian sebagai berikut.

3.1.1. Daerah Penelitian

Wilayah pertambangan rakyat Pudu Jaya merupakan salah satu badan usaha

berbentuk kooperasi milik rakyat yang bergerak dalam bidang pertambangan bahan

galian logam emas berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kotawaringin Timur No

188.45/178/HUK-DISTAMBEN/2013 Tanggal 9 April 2013 penambangan di lakukan

secara konvensional atau tradisional.

3.1.2. Keadaan Daerah Penelitian

Data iklim dan curah hujan tahun 2017–2018 untuk wilayah Kecamatan

Parenggean, menyatakan bahwa daerah Parenggean memiliki iklim tropis. Curah hujan di

Parenggean adalah signifikan, dengan presipitasi bahkan selama bulan terkering. Iklim ini

dianggap menjadi Af (iklim hutan hujan tropis) menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger.

Suhu di sini rata-rata 26.7 °C. Dalam setahun, curah hujan rata-rata adalah 2772 mm.

Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama

periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi millimeter (mm) diatas permukaan

horizontal. Hujan juga dapat diartikan sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul dalam

tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir (Suroso,2006).
11

(Sumber: Iklim dan Cuaca, 2018)

Gambar 3.1 Grafik Keadaan Iklim Parenggean

Berdasarkan Gambar 3.1 di atas, grafiknya menunjukan bahwa Bulan terkering

adalah Agustus, dengan 139 mm curah hujan. Pada Maret, presipitasi mencapai

puncaknya, dengan rata-rata 315 mm.


12

(Sumber: Iklim dan Cuaca, 2018)

Gambar 3.2 Grafik Suhu Parenggean


Berdasarkan grafik di atas menunjukan bahwa Suhu terhangat sepanjang tahun

adalah September, dengan suhu rata-rata 27.3 °C. Di 26.0 °C rata-rata, Januari adalah

bulan terdingin sepanjang tahun.

Tabel 3.1 Iklim Parenggean

Sumber: Iklim dan Cuaca, 2018

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas menunjukan bahwa Perbedaan dalam presipitasi

antara bulan terkering dan bulan terbasah adalah 176 mm. Variasi dalam suhu tahunan

adalah sekitar 1.3oC.

3.1.3. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Lokasi dan kesampaian daerah tempat penelitian yang diteliti miluputi lokasi,

waktu tempuh adalah sebagai berikut.

A. Lokasi

Wilayah Penambangan Rakyat Pudu Jaya secara administratif termasuk ke

dalam wilayah Kecamatan Paranggean, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi

Kalimantan Tengah. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kotawaringin Timur No


13

188.45/178/HUK-DISTAMBEN/2013 Tanggal 9 April 2013 dengan luas wilayah

± 25 Ha.

Secara geografis luas Wilayah Pertambangan Rakyat ini dibatasi oleh

koordinat-koordinat seperti yang tertera pada Tabel 3.2 posisi yang lengkap dapat

di lihat pada Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Surat Keputusan Bupati

Kotawaringin Timur No 188.45/178/HUK-DISTAMBEN/2013)

Tabel 3.2 Batas Wilayah Pertambangan Rakyat Pudu Jaya

GARIS BUJUR GARIS LINTANG


NO 0 0
“ ‘ BT “ ‘ LS
1 112 44 30,56 1 56 57,85
2 112 44 42,61 1 56 57,85
3 112 44 42,61 1 57 1,00
4 112 44 47,10 1 57 1,00
5 112 44 47,10 1 57 3,70
6 112 44 49,72 1 57 3,70
7 112 44 49,72 1 57 14,44
8 112 44 34,56 1 57 14,44
9 112 44 34,59 1 57 7,89
10 112 44 30,56 1 57 7,89
Sumber: SK Bupati Kotawaringin Timur No 188.45/178/HUK-DISTAMBEN/2013

B. Kesampaian Daerah

Lokasi Wilayah Penambangan Rakyat Pudu Jaya berada di kecamatan

Paranggeran kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Untuk menuju

kelokasi penelitian dapat di tempuh dengan jalur darat yakni melalui rute Palangka

Raya – Kasongan – Pelataran – Paranggean – Bukit Harapan. Total waktu yang

dibutuhkan dari Kota Palangka Raya untuk menuju ke Desa Bukit Harapan kurang

lebih 3 - 4 jam perjalanan jika dengan menggunakan Sepeda Motor. Namun apabila

untuk menuju lokasi dengan menggunakan transportasi umum, maka waktu tempuh

yang dibutuhkan adalah kurang lebih 5 - 6 jam perjalan.

3.1.4. Kondisi Geologi


14

Kondisi geologi pada wilayah penambangan rakyat yang diteliti meliputi fisiografi

dan stratigrafi regional sebagai berikut.

A. Fisiografi Regional

Secara fisiografis, daerah penelitian yang merupakan bagian barat Cekungan

Barito, bagian barat laut dibatasi oleh Pegunungan Schwaner, bagian timur oleh

Pegunungan Meratus, dan bagian utara oleh Cekungan Kutai.

B. Stratigrafi Regional

Stratigrafi regional termasuk kedalam peta geologi lembar Tewah, yaitu:

1. Alluvium (Qa)

Alluvium tersusun atas pasir kuarsa, kerikil dan bongkah yang berasal dari

komponen batuan malihan, bersifat granit dan kuarsit lepas. Di beberapa

tempat ditemukan lumpur pasir dan tanah liat mengandung lignit dan

limonit. Batuan yang akan mengeras juga ditemukan terletak antara 40 – 50

meter di atas permukaan sungai sekarang. Batuan – batuan tersebut terdapat

sebagai endapan sungai, undak dan rawa.

2. Formasi Dahor (TQd)

Formasi Dahor disusun oleh batupasir kuarsa berwarna kelabu-kebiru –

biruan dan konglomerat silang silur dengan fragmen batuan malihan dan

batuan granitan bersisipan lapisan yang mengandung limonit. Lapisan

batubara dengan tebal 0,3 – 3 meter terdapat di dalam lapisan batupasir

berbutir kasar. Di daerah yang dipetakan satuan ini tidak mengandung fosil,

kecuali kepingan moluska yang tidak dapat dikenali lagi di dalam lapisan

batubara. Formasi ini diduga berumur Pliosen – Plistosen. Ketebalannya

mencapai 300 meter dan menebal ke arah timur.

3. Formasi Warukin (Tmw)


15

Formasi warukin terdiri atas batupasir, batupasir tufaan, batupasir

gampingan, batulanau dan batulempung. Di beberapa tempat terdapat

konglomerat berlapis silang silur dan sisipan batugamping. Lapisan batubara

dengan ketebalan antara 0,3 sampai 2 meter terdapat di dalam lapisan

batupasir. Di daerah yang dipetakan formasi ini mengandung bahan gunung

api dan ke arah utara kandungannya semakin banyak. Sisipan batugamping

koral berwarna putih kekuning – kuningan dengan tebal 10 – 15 meter yang

terdapat dibagian bawah dari formasi ini mengandung fosil Lepidocyclina

angulosa PROVALE, Lepidocyclina acuta RUTTEN, Heterostegina

borneensis VAN DER VLERK, Lepidocyclina ephippioides JONES and

CHAPMAN, dan keratan – keratin koral Kadar dalam Margono, dkk

(1996).Umur formasi ini adalah Miosen dan ketebalannya sekitar 300 – 500

meter.

4. Batuan Terobosan Sintang (Toms)

Batuan terobosan Sintang berkomposisi andesit (a) dan basal (b) terdapat

sebagai retas dengan ketebalan 50 cm sampai 4 meter dan sebagai badan

terobosan dengan ukuran garis tengah beberapa km. Terobosan ini

dikorelasikan dengan kegiatan gunung api Sintang di barat laut lembar pada

jaman Tersier.

5. Formasi Montalat (Tomm)

Formasi Montalat terdiri dari batupasir kuarsa bersisipan batulanau, serpih

dan batubara. Batupasir kuarsa berwarna putih, berstruktur silang – silur dan

sebagian gampingan. Mengandung fosil foraminifera kecil antara lain:

Globigerina venezuelana HEDBER, Globigerina tripartite KOCH,

Globigerina selli (BORSETTI), Globigerina praebulloides BLOW,


16

Globigerina angustiumbilicata BOLLI dan Casigerinella chipolensis

(CHUSMAN & POTTON). Formasi ini berumur Oligosen dan diendapkan

di lingkungan laut dangkal terbuka. Tebal formasi ini mencapai 1400 meter.

Formasi ini menjemari dengan formasi Berai dan Tanjung.

6. Batuan Gunung Malasan (Tomv)

Batuan gunung api malasan terdiri atas breksi gunung api, tufa, aglomerat

dan lava andesit. Fragmen breksi umumnya andesit dan dasit berukuran

beberapa cm – 100 cm. aliran lava umumnya berkomposisi andesit

hornblende. Batuan gunung api Malasan menjemari dengan bagian bawah

formasi Tanjung. Satuan ini diduga berumur Miosen Awal dan terbentuk di

lingkungan litoral.

7. Formasi Tanjung (Tet)

Formasi tanjung bagian bawah terdiri atas perselingan batupasir, serpih,

batulanau dan konglomerat, sebagian bersifat gampingan. Fragmen

konglomerat antara lain kuarsa, feldspar, granit, sekis, gabbro dan basal. Di

dalam batupasir dijumpai komponen glaukonit. Bagian atas terdiri dari

perselingan batupasir kuarsa bermika, batulanau, batugamping dan batubara.

Batulanau mengandung foraminifera plankton antara lain: Globigerina

tripartite KOCH, Globigerina ouachitaensis HOWE & WALLACE,

Globigerina sp. dan Globorotalia sp. yang menunjukkan umur Eosen –

Oligosen. Sedangkan dalam batugamping terdapat fosil Operculina sp.,

Discocyclina sp. dan Biplanispira yang berumur Eosen Akhir (Tb). Formasi

ini tidak selaras di atas batuan mesozoikum dengan tebal mencapai 1300

meter.

8. Tonalit Sepauk (Kls)


17

Tonalit sepauk merupakan batuan granitan dengan tekstur merata,

berkomposisi diorite, tonalit, granodiorite sampai monzonite. Kontak

terobosan antara batuan pluton granitan dengan batuan lelehan yang

bersusunan menengah. Terdapat di sekitar Buntut Nusa, hulu sungai

Mentaya. Proses piritisasi juga terjadi dibeberapa tempat. Urat kuarsa

dengan tebal beberapa mm sampai beberapa cm berhubungan erat dengan

terjadinya endapan loam dasar di daerah ini. Berdasarkan penentuan jejak

belah batuan ini berumur sekitar 76 – 8,7 juta tahun (Kapur Atas).

9. Batuan Gunung api (TRvk)

Batuan gunung api terdiri atas breksi dengan komposisi andesit dan basal,

aliran lava, batupasir tufaan, tufa, terobosan andesit dan basal. Batuan ini

dinamakan kompleks Matan Van Emmichoven dalam Margono, dkk (1996)

Batuan ini telah sedikit termalihkan dan menghasilkan logam dasar seperti

emas. Umur satuan ini tidak dapat ditentukan, tetapi di bagian barat

Kalimantan menemukan fosil berumur Trias. Adanya terobosan andesit dan

basal yang masih segar di daerah yang dipetakan menimbulkan perkiraan

bahwa batuan ini berumur Tersier.

10. Batuan Malihan Pinoh (PzTRp)

Batuan malihan pinoh terdiri atas filit, sekis, kuarsit dan gneiss. Secara

umum foliasinya berarah baratdaya – timurlaut (NE-SW). secara umum

batuan malihan berasal dari batulumpur. Proes hidrotermal pneumatolit

mempengarui satuan ini, di beberapa tempat menghasilkan endapan logam

dasar. Umur diperkirakan Trias.


18

Sumber: Margono, dkk; 1996

Gambar 3.2. Korelasi Satuan Peta Geologi Lembar


Tewah (Kualakurun), Kalimantan

3.1.5. Morfologi Regional

Morfologi daerah Kalimantan Tengah umumnya merupakan perbukitan

bergelombang lemah sampai sedang. Dengan kemiringan lereng 8 0 sampai 200. Titik

ketinggian terendah 60 m dan tertinggi 115m diatas permukaan laut (dpl). Berdasarkan

bentuk dan kelerenganya, daerah Kalimantan Tengah secara umum terdiri dari 2 (dua)

satuan morfologi, yaitu satuan morfologi dataran dan satuan morfologi perbukitan.

Satuan morfologi dataran menempati hampir 40% daerah penyelidikan di sebelah

barat kearah bantaran sungai Barito. Ketinggian berkisar 60 m sampai 80 meter. Secara

umum pola aliran sungai yang terbentuk berupa pola subdendritik. Kemiringan lereng
19

pada satuan ini berkisar antara 8 0 sampai 130. Satuan morfologi menempati hamper 60%

daerah penelitian. Ketinggian berkisar anatara 80 m sampai 115 m. Secara umum pola

aliran sungai terbentuk berupa pola sub dendritic. Kemiringan lereng pada satuan ini

berkisar 140 sampai 200. Untuk selengkapnya dapat di lihat pada Lampiran 3 Peta Geologi

Regional Lembar Tewah.

3.1.6. Struktur Geologi Regional

Struktur geologi yang terpetakan di lembar Tewah relative sederhana, sumbu

lipatan pada umumnya berarah utara timurlaut (NNE) – selatan baratdaya (SSW). Daerah

stabil terdapat di bagian baratlaut (NW). sesar pada batuan beku pluton dengan arah

timurlaut – baratdaya (NE-SW) dan baratlaut – tenggara (NW-SE) mungkin berhubungan

erat dengan struktur regional daerah itu. Perlapisan batuan gunung api berumur Trias

yang agak termalihkan masih dapat dikenal mempunyai arah kemiringan ke tengara (SE)

dengan sudut sebesar 600. Foliasi pada batuan malihan pada umumnya berarah timurlaut

– baratdaya (NE-SW). formasi Warukin yang tersingkap disebelah utara Tewah

mengandung banyak bahan gunung api, ini menunjukkan bahwa pada jaman Miosen

kegiatan gunung api terjadi pada sub-cekungan tersebut. Di sebelah selatan Tewah

formasi ini mengandung bahan gunung api yang lebih sedikit. Formasi Dahor yang

berumur Pliosen ternyata tidak terpengaruh oleh proses tektonik yang kuat. Formasi ini

diendapkan secara regresif sangat mungkin dalam lingkungan sungai atau litoral. Dari

keadaan morfologi yang terdapat di lapangan disimpulkan bahwa paling sedikit ada tiga

gerakan eustasi selama jaman Kuarter, ini mengakibatkan terdapatnya endapan alluvium

tua dan undak sungai di banyak tempat.

3.1.7. Geologi Daerah Penelitian

Geologi daerah penelitian meliputi morfologi dan litologi daerah pada lokasi

wilayah penambangan rakyat adalah sebagai berikut.


20

A. Morfologi

Secara umum kondisi morfologi daerah merupakan perbukitan gelombang

lemah dan sedang dengan kemiringan lereng kurang dari 30 0. Daerah ini

mempunyai puncak tertinggi 76 meter di atas permukaan laut (dpl). Sungai utama

pada daerah ini adalah Sungai tualan yang mengalir di atas batuan yang bersifat

dioritik yang telah teralterasi kuat,dengan relatif arah aliran dari Barat – Timur

membelah daerah penelitian dan bermuara di Sungai Mentaya.

B. Litologi

Dari peta dasar yaitu peta Geologi lembar Tewah (Kualakurun), batuan

penyusun wilayah penelitian terdiri dari Satu korelasi satuan stratigrafi, yaitu

Formasi Dahor disusun oleh batupasir kuarsa berwarna kelabu-kebiru – biruan dan

konglomerat silang silur dengan fragmen batuan malihan dan batuan granitan

bersisipan lapisan yang mengandung limonit. Lapisan batubara dengan tebal 0,3 –

3 meter terdapat di dalam lapisan batupasir berbutir kasar. Di daerah yang

dipetakan satuan ini tidak mengandung fosil, kecuali kepingan moluska yang tidak

dapat dikenali lagi di dalam lapisan batubara. Formasi ini diduga berumur Pliosen

– Plistosen. Ketebalannya mencapai 300 meter dan menebal ke arah timur. Untuk

selengkapnya dapat di lihat pada Lampiran 4 Peta Geologi Daerah Penelitian

C. Struktur Geologi

Daerah penelitian ini termasuk pada Peta Geologi Lembar Tewah

(Kualakurun), KALIMANTAN. Struktur geologi yang terpetakan di daerah

penelitan umumnya adalah perlipatan. sumbu lipatan pada umumnya berarah utara

timurlaut (NNE) – selatan baratdaya (SSW). Adapun Sesar pada batuan beku

pluton dengan arah timurlaut – baratdaya (NE-SW) dan baratlaut – tenggara (NW-

SE) mungkin berhubungan erat juga dengan struktur geologi daerah penelitian ini.
21

Dibagian utara lembar tewah terdapat Formasi warukin yang berumur miosen

yang mengandung banyak bahan gunung api dan kearah utara kandungannya

semakin banyak. Tetapi Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa kearah selatan

juga terdapat kandungan gunung api walaupun jumlahnya sedikit. Dibagian selatan

pada lembar tewah ini terdapat formasi dahor yang berumur pliosen – plistosen.

D. Sumber Daya Mineral

Sumber Daya Mineral yang terdapat pada daerah penelitian adalah adalah

emas, Kristal kuarsa, kaolin dan batubara. Emas terdapat sebagai endapan primer

atau pun sebagai endapan plaser. Terdapat dalam urat kuarsa pada batuan granitan

dan malihan, tebal urat 0,5 – 20 cm. Emas plaser terdapat dalam alluvium sungai

dan undak, baik yang berumur tua ataupun yang muda, terdapat di sungai Mentaya,

sungai Tualan dan sungai Cempaga

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan sebagai penunjang penelitian dan juga

sebagai bahan dalam merancang alat yang akan di desain adalah sebagai berikut :

A. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam membantu perancangan alat adalah sebagai

berikut.

1. GPS (Global Positioning System), digunakan untuk mengetahui titik

koordinat wilayah penambangan;

2. Kamera, digunakan sebagai sarana dokumentasi penelitian;

3. Stopwatch , digunakan sebagai penetapan hitungan waktu;

4. Timbangan Digital kapasitas 1 kg, digunakan untuk menimbang

bahan/material;
22

5. Mesin penggerak diesel, digunakan untuk membantu proses penggerusan;

6. Alat Pemanas, digunakan untuk memasak emas sehingga menjadi bijih;

7. Buku dan Alat Tulis, digunakaan sebagai sarana pendataan dilapangan;

8. Laptop, digunakan sebagai sarana penyimpanan data dokumentasi dan data

lapangan juga sebagai alat bantu mengolah data;

9. Plastic sampel, digunakan untuk menampung material hasil waktu 30, 60,

210, 360, 600 menit.

B. Bahan

Adapun bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Plat baja, digunakan untuk bahan tabung rodmill;

2. Stik baja sillnder, digunakan sebagai pemecah batuan sehingga dapat

dilakukan proses amalgamasi;

3. Baut dan mur, digunakan sebagai bahan untuk mengikat dudukan mesin

dengan penyangga;

4. Kayu balok, digunakan sebagai bahan dudukan gelondongan (rodmill).

3.3. Langkah Kerja

Dalam perancangan alat peneliti melakukan langkah kerja sebagai berikut untuk

mempermudah pembuatan alat adapun langkah kerjanya sebagai berikut.

1. Membuat rancangan alat rodmill dengan sketsa kertas, dengan ukuran panjang 60

cm, diameter 40 cm;

2. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan rodmill;

3. Melakukan pemotongan pada baja sillinder dan juga plat baja dengan

menggunakan metal nibbler cutter;

4. Melakukan proses penggabungan bahan/bagian plat besi dengan menggunakan

mesin las;
23

5. Membuat kaki-kaki dan penyangga rodmill berserta mengunci bagian bagian-

bagian rodmill dengan diameter balok kayu 1 inci, dengan tinggi penyangga 85 cm;

6. Menggabungkan semua bagian alat rodmill sesuai dengan rancangan yang sudah

ditentukan;

7. Mengukur kembali bagian-bagian dari alat rodmill;

8. Melakukan trial and error atau juga melakukan pemeriksaan kembali apakah

mesin dapat berjalan dengan normal;

9. Melakukan proses pengikatan dengan asumsi lama grinding di tetapkan segingga

ukuran di asumsikan besarannya sama maka nilai recovery factor akan didapat

dimana proses pengikatan yang terpengaruh dengan waktu akan diketahui.

3.4. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah yang dimiliki atau dilakukan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data dan mengolah data yang telah didapat dari penelitian. Adapun

pembahasannya adalah sebagi berikut:

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan peneltian yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan penelitian. Dalam desain penelitian ini, metode

penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif.

Metode penelitian kuantitatif bertujuan untuk membandingkan perolehan

emas pada pengolahan batuan mengandung emas dengan menggunakan alat rod

mill yang telah dirancang oleh peneliti. Berdasarkan perbandingan tersebut maka

dapat diketahui bahwa alat rod mill rancangan peneliti ini bekerja dengan efisien.

B. Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data yang digunakan untuk mengumpulkan data-data

dari penelitian ini adalah metode pengamatan (observasi). Sampel diambil secara
24

langsung di lapangan terhadap data yang dibutuhkan dalam penelitian tentang

perrancangan alat pengolahan mesin (rodmill).

C. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data yang digunakan untuk mengolah data yang

dikumpulkan adalah mengumpulkan data-data primer dan sekunder yang diperoleh,

kemudian data-data dikelompokkan sesuai dengan data yang diperlukan, dan juga

melakukan perakitan alat rodmill.

D. Metode Percobaan

Melakukan percobaan grinding material umpan dengan memasukan material

kedalam alat yang telah dirancang lalu melakukan kegiatan penggerusan dalam

prosesnya waktu yang di pakai adalah 30, 60, 210, 360, 600 menit pada saat

percobaan. Material yang digunakan merupakan sampel dari WPR Pudu

Jaya,setelah melakukan grinding sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

peneliti akan menguji ukuran material di lab mektan untuk mengetahui berapa lama

waktu yang optimal dalam melakukan penggerusan.


25

3.5. Bagan Alir Pemikiran

Adapun didalam gambar bagan alir pemikiran merupakan alur pengolahan data

yang akan dilakukan oleh peneliti bisa dilihat di gambar 3.3

Pengolahan emas
konvensional

Batuan
Mengandung Emas

Milling (pelindian)

Variabel Variabel
(x) Waktu dan
Amalgamasi (y)
ukuran

Berat material Berdasarkan


dalam uji ayakan waktu (jam)

Hasil
optimal

Perancangan Alat Pengolahan Emas Konvensional


Berdasarkan Ukuran Butir Material yang Optimal Pada
Wilayah Penambangan Rakyat di Desa Bukit Harapan
Kecamatan Parenggean Kabupaten Kotawaringin Timur

Gambar 3.3 Bagan Alir Pemikiran


26

3.6. Bagan Alir Penelitian

Adapun bagan alir penelitian bagaimana alur penelitian dan pendataan yang akan

dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada gambar 3.4

Perancangan Alat Pengolahan Emas Konvensional


Berdasarkan Ukuran Butir Material yang Optimal
Pada Wilayah Penambangan Rakyat di Desa Bukit
Harapan Kecamatan Parenggean Kabupaten
Kotawaringin Timur

Rumusan masalah :

1. Bagaimana perancangan rod mill ?

2. Bagaimana hasil Penggerusan Alat ?

Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder

1. Gambar sketsa Rodmill. 1. Peta lokasi


2. Perancangan dan pembuatan 2. Peta geologi regional
Rodmill. 3. Peta geologi daerah
3. Uji coba Rodmill. penelitian
4. Uji ukuran butir.

Pengolahan Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.4 Bagan Alir Penelitian


27

3.7. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan kerja dalam penelitian tugas akhir ini adalah selama 4 bulan

yaitu mulai dari bulan Januari sampai April, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.3 Waktu Pelaksanaan Penelitian Tugas Akhir

No. Keterangan Bulan


Minggu Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi                                
Literatur
2 Observasi                                
Lapangan
3 Penyusunan                                
Proposal
4 Seminar                                
Proposal
5 Perbaikan                                
Proposal
6 Pengambilan                                
Data
7 Pengolahan                                
Data
8 Penulisan                                
Tugas Akhir
9 Seminar                                
Hasil Tugas
Akhir
10 Perbaikan                                
Hasil Tugas
Akhir
11 Ujian Tugas                                
Akhir
12 Perbaikan                                
Tugas Akhir

Anda mungkin juga menyukai