Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dunia berkembang begitu pesatnya. Segala sesuatu yang semula tidak


bisa dikerjakan, mendadak dikejutkan oleh orang lain yang bisa mengerjakan
hal tersebut. Agar kita tidak tertinggal dan tidak ditinggalkan oleh era yang
berubah cepat, maka kita sadar bahwa pendidikan itu sangat penting.

Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan


persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan
merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju,
membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu
mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.

Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini


belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-
kekacauan yang muncul di masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa
yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling
besar memberikan kontribusi terhadap kekacauan ini.

Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses


demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan
tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam
lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak
memiliki kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa
takut dan kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira .

Realness bukan hanya harus dimiliki oleh anak, tetapi juga orang yang
terlibat dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar yang bebas dan didasari
oleh realness dari semua pihak yang telibat dalam proses pembelajaran akan
dapat menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar.

STKIP Kusuma Negara 1 3/23/2011


Bagi para guru, salah satu pertanyaan yang paling penting tentang
belajar adalah : Kondisi seperti apa yang paling efektif untuk menciptakan
perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku? Atau dengan kata lain,
bagaimana bisa apa yang kita ketahui tentang belajar diterapkan dalam
instruksi? Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada
penjelasan-penjelasan psikologis tentang belajar.

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam


hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu
maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak lepas dari individu yang
lainnya. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama
antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi.
Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan
hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi,
baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun
interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja maupun tidak disengaja.

Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan


keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian
proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang
tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai
suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh.
Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang
serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan
serta kesadaran diri sebagai pribadi.

Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong


seseorang itu untuk belajar antara lain sebagai berikut:

1. adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
2. adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
3. adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan
teman-teman;

STKIP Kusuma Negara 2 3/23/2011


4. adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha
yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi;
5. adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman;
6. adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.

Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang
psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah
membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah
yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang
berpikir, berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat
diberi pelajaran, tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich
Pavlov, ahli psikologi Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian
percobaan. Dalam percobaan itu ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air
liur karena stimulus yang dikaitkan dengan makanan. Proses belajar ini terdiri
atas pembentukan asosiasi (pembentukan hubungan antara gagasan, ingatan
atau kegiatan pancaindra) dengan makanan. Proses belajar yang digambarkan
seperti itu menurut Pavlov terdiri atas pembentukan asosiasi antara stimulus dan
respons refleksif.

Dasar penemuan Pavlov tersebut, menurut J.B. Watson diberi istilah


behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia harus dipelajari
secara objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian dengan bawaan
dan naluri. Watson menggunakan teori classical conditioning untuk semuanya
yang bertalian dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli psikologi mendukung
proses mekanistik. Maksudnya kejadian lingkungan secara otomatis akan
menghasilkan tanggapan. Proses pembelajaran itu bergerak dengan pandangan
secara menyeluruh dari situasi menuju segmen (satuan bahasa yang
diabstraksikan dari kesatuan wicara atau teks) bahasa tertentu. Materi yang
disajikan mirip dengan metode dengar ucap.

STKIP Kusuma Negara 3 3/23/2011


2. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian teori belajar humanisme?


2. Apakah pengertian teori belajar Behaviorime?
3. Apakah pengertian teori belajar brain based learning?
4. Bagaimanakah penerapan ketiga teori belajar tersebut?
5. Siapa saja tokoh-tokoh teori belajar?
6. Bagaimana implikasi teori-teori belajar tersebut?

3. Tujuan dan Manfaat Penyusunan Makalah

1. Agar kita memahami tentang berbagai macam teori belajar


2. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan teori-teori belajar dalam
pendidikan
3. Mendeskripsikan implikasi teori belajar
4. Mengkaji implikasi teori belajar

Adapun penyusunan makalah ini bermanfaat secara:

a. Teoritis, untuk mengkaji ilmu pendidikan khususnya dalam memahami


implikasi pendidikan, pembelajaran, pengajaran, prinsip-prinsip
pembelajaran, dan perkembangan teori pembelajaran.

b. Praktis, bermanfaat bagi:

(1) para pendidik agar pendidik tidak salah persepsi tentang pendidikan,
pembelajaran, dan pengajaran, serta dapat menerapkan prinsip-prinsip
pembelajaran dan teori pembelajaran yang sesungguhnya,

(2) mahasiswa agar memahami tentang pengertian, prinsip, dan


perkembangan teori pembelajaran.

STKIP Kusuma Negara 4 3/23/2011


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Teori Belajar

1. Teori Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami


perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata
lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan
perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata
melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang
dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori
belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya
perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme
tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau
emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya
dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.

Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku
manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi
respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan
membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia
mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-
unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan
lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan
pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan
peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya
perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R
psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran
atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan
demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-
reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini

STKIP Kusuma Negara 5 3/23/2011


berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap
lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.

2.Teori Humanistik

Pengertian humanistik yang beragam membuat batasan-batasan


aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula.
Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata
humanistik dala pendidikan. Dalam artikel “What is Humanistik
Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru
dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini
menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam
pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam
psikologi humanistik.

Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic


Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan
behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia
adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada
“ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa
Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh,
yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal
yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi
manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya
memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.

Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi


positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan
membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana
mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan
orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya.
Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam
kehidupan sehari-hari.

STKIP Kusuma Negara 6 3/23/2011


Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para
pendidikan yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat
pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan
dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi,
merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat
dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal
yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa membantu mereka
untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?

Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik,


tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam
dunia pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu
perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan
emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat
kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir
dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama
dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar
menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan
humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang
menitikberatkan kognisi.

3. Teori Brain Based Learning

Otak manusia merupakan bagian tubuh paling kompleks yang


pernah dikenal di alam semesta. Inilah satu-satunya organ yang senantiasa
berkembang sehingga ia dapat mempelajari dirinya sendiri. Jika dirawat
oleh tubuh yang sehat dan lingkungan yang menimbulkan rangsangan, otak
itu akan berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun.

Bobby De Porter & Mike Hernacki sekitar tahun 90-an meluncurkan buku
yang sangat terkenal yaitu Quantum Learning : Unleashing The Genius In
You, yang diterjemahkan oleh Penerbit Kaifa dengan judul Quantum
Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan (1992).
Dalam bukunya itu, kedua penulis menitikberatkan pada upaya untuk
memanfaatkan potensi otak manusia secara optimal.

STKIP Kusuma Negara 7 3/23/2011


Dalam hipotesisnya, Bobby De Porter & Mike Hernacki menyatakan bahwa
otak manusia terdiri dari 3 (tiga) bagian dasar, yaitu batang atau “otak
reptile“, system limbik atau “otak mamalia” dan neokorteks. Ketiga bagian
itu masing-masing berkembang pada waktu yang berbeda dan mempunyai
struktur syaraf tertentu serta mengatur tugasnya masing-masing. Batang atau
otak reptile adalah komponen kecerdasan terendah dari manusia. Ia
bertanggung jawab terhadap fungsi-fungsi sensor motorik sebagai insting
mempertahankan hidup dan pengetahuan tentang realitas fisik yang berasal
dari pancaindera. Apabila otak reptile ini dominan, maka kita tidak dapat
berfikir pada tingkat yang sangat tinggi.

Di sekeliling otak reptile terdapat sistim limbik yang sangat kompleks dan
luas. Sistim limbik ini terletak di tengah otak yang fungsinya bersifat
emosional dan kognitif. Perasaan, pengalaman yang menyenangkan,
memori dan kemampaun belajar dikendalikan oleh sistim limbik ini. Sistim
ini juga merupakan panel control yang menggunakan informasi dari
pancaindra untuk selanjutnya didistribusikan ke bagian neokorteks.

Neokorteks adalah bagian otak yang menyimpan kecerdasan yang lebih


tinggi. Penalaran, berfikir secara intelektual, pembuatan keputusan, bahasa,
perilaku yang baik, kendali motorik sadar dan penciptaan gagasan (idea)
berasal dari pengaturan neokorteks. Menurut Howard Gardner, kecerdasan
majemuk (multiple intelegence) berada pada bagian ini. Bahkan pada bagian
ini pula terdapat intuisi yaitu kemampuan untuk menerima atau menyadari
informasi yang tidak diterima oleh pancaindera.

Selain tiga bagian diatas, otak juga dibagi menjadi dua belahan penting,
yaitu otak kiri dan otak kanan, yang masing-masing bertanggung jawab atas
cara berfikir yang berbeda-beda, walau penyilangan antara dua bagian itu
pun tetap ada. Otak kiri bersifat logis, sekuensial, linier dan rasional. Otak
kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik.

STKIP Kusuma Negara 8 3/23/2011


Kedua bagian belahan otak itu amat penting dalam kecerdasan dan tingkat
kesuksesan. Orang yang mampu memanfaatkan kedua belahan otak ini
secara proporsional akan cenderung seimbang dalam setiap aspek
kehidupannya. Tentunya dalam kegiatan pembelajaran yang mengacu dan
memperhatikan kedua belahan otak ini juga akan menentukan sejauhmana
tingkat kecerdasan yang dapat diraih oleh peserta didik.

Paradigma pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan kecerdasan


selayaknya mengacu pada perkembangan otak manusia seutuhnya. Realitas
pembelajaran dewasa ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar
lebih banyak mengacu pada target pencapaian kurikulum dibandingkan
dengan menciptakan siswa yang cerdas secara utuh. Akibatnya, peserta
didik dijejali dengan berbagai macam informasi tanpa diberi kesempatan
untuk melakukan telaahan dan perenungan secara kritis, sehingga tidak
mampu memberikan respons yang positif. Mereka dianggap seperti kertas
kosong yang siap menerima coretan informasi dan ilmu pengetahuan.

Sementara itu, kegiatan yang terjadi di dalam ruang belajar masih bersifat
tradisional yakni menempatkan guru pada posisi sentral (teacher centered)
dan siswa sebagai objek pembelajaran dengan aktivitas utamanya untuk
menerima dan menghafal materi pelajaran, mengerjakan tugas dengan
penuh keterpaksaan, menerima hukuman atas kesalahan yang diperbuat, dan
jarang sekali mendapat penghargaan dan pujian atas jerih-payahnya.

2. Tokoh-Tokoh Teori Belajar

1. Teori Behaviorisme

Beberapa tokoh besar dalam aliran behaviorisme antara lain adalah :

a. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia


mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat

STKIP Kusuma Negara 9 3/23/2011


dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu
tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar
dirinya.

Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam


percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi
bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah
bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses
penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang
makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan
strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan
respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh
stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang
terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan
pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara
otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.

b. Thorndike (1874-1949)

Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya


asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon.
Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan
masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi
persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah
puzzlebox. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang
dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka
secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut
menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error
Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada
eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi
mencapai tujuan.

STKIP Kusuma Negara 10 3/23/2011


Atas dasar percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum
belajar :

1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)

Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk


memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan
kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.

2. Hukum latihan

Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah


hubungan S-R. Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan
maka asosiasi tersebut semakin kuat. Hukum ini sebenarnya tercermin
dalam perkataan repetioest mater studiorum atau practice makes perfect.

3. Hukum akibat ( Efek )

Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat


menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
Rumusan tingkat hukum akibat adalah, bahwa suatu tindakan yang disertai
hasil menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan pada waktu lain
akan diulangi. Jadi hokum akibat menunjukkan bagaimana pengaruh hasil
suatu tindakan bagi perbuatan serupa.

c. Skinner (1904-1990)

Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor


penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah
meramal, mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi
penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori
ini juga disebut dengan operant conditioning. Operant conditioning adalah
suatu proses penguatan perilaku operant yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.

STKIP Kusuma Negara 11 3/23/2011


Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak
menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk
mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan
mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan.

Prinsip belajar Skinners adalah :

o Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah


dibetulkan jika benar diberi penguat.
o Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi
pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
o Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri,
tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk
menghindari hukuman.
o Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya
hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio
reinforcer.
o dalam pembelajaran digunakan shapping
2. Teori Humanistik

a. Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan


banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah
konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti
bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau
tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau
sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan
merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya.
Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan
baginya.

STKIP Kusuma Negara 12 3/23/2011


Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba
memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa
yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs
berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi
bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan
sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran
itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk
memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti


dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran
kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah
persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin
berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai
sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

b. Abraham Maslow

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya


untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing
orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha
atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan
apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga
memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke
arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi
dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi


humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan
menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai
dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki
Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki

STKIP Kusuma Negara 13 3/23/2011


tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat
dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki
kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:

• Kebutuhan fisiologis / dasar


• Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
• Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
• Kebutuhan untuk dihargai
• Kebutuhan untuk aktualisasi diri

c. Carl Rogers

Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun


1902 dan wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa mudanya,
Rogers tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk membaca. Dia membaca buku apa saja yang
ditemuinya termasuk kamus dan ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya
sangat menyukai buku-buku petualangan. Ia pernah belajar di bidang
agrikultural dan sejarah di University of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia
memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan
kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun
1931.

Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the


Society for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak
pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY.
Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal
dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia
menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem
Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada
fakultas psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers
menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society.

STKIP Kusuma Negara 14 3/23/2011


Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan
perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan
terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah
kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki
jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya
membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers,
teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang
penting dalam melakukan treatment kepada klien.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah


pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran,
yaitu:

• Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
• Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
• Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan
ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
• Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang
proses.

Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-


prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :

• Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.


• Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
• Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
• Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
• Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh
dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

STKIP Kusuma Negara 15 3/23/2011


• Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
• Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
• Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil
yang mendalam dan lestari.
• Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah
dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik
dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang
penting.
• Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus
terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai
proses perubahan itu.

3. Teori Brain Based Learning


a. Eric Jensen

Oleh karena itu, dalam upaya mengubah paradigma pembelajaran


sehingga dapat memberdayakan otak secara optimal, pendapat Eric
Jensen dalam bukunya Brain Based Learning, patut untuk dijadikan
rujukan. Dia menawarkan sebuah konsep dalam menciptakan
pembelajaran dengan orientasi pada upaya pemberdayaan otak siswa.
Menurutnya ada tiga strategi berkaitan dengan cara kita
mengimplementasikan pembelajaran berbasis kemampuan otak, yaitu :

1. menciptakan suasana atau lingkungan yang mampu merangsang


kemampuan berpikir siswa. Strategi ini bisa dilakukan terutama pada
saat guru memberikan soal-soal untuk mengevaluasi materi pelajaran.
Soal-soal yang diberikan harus dikemas seatraktif mungkin sehingga
kemampuan berpikir siswa lebih otimal, seperti melalui teka-teki,
simulasi permainan dan sebagainya.
2. menghadirkan siswa dalam lingkungan pembelajaran yang cukup
menyenangkan. Guru tidak hanya memanfaatkan ruangan kelas untuk

STKIP Kusuma Negara 16 3/23/2011


belajar siswa, tetapi juga tempat-tempat lainnya, seperti di taman, di
lapangan bahkan diluar kampus. Guru harus menghindarkan situasi
pembelajaran yang dapat membuat siswa merasa tidak nyaman, mudah
bosan atau tidak senang terlibat di dalamnya. Strategi pembelajaran
yang digunakan lebih menekankan pada diskusi kelompok yang
diselingi permainan menarik serta variasi lain yang kiranya dapat
menciptakan suasana yang menggairahkan siswa dalam belajar.
3. membuat suasana pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa.
Pembelajaran yang aktif dan bermakna hanya dapat dilakukan apabila
siswa secara fisik maupun psikis dapat beraktivitas secara optimal.
Strategi pembelajaran yang digunakan dikemas sedemikian rupa
sehingga siswa terlibat secara aktraktif dan interaktif, melalui model
pembelajaran yang bersifat demontrasi.

Apa yang dikemukakan Eric Jensen di atas merupakan upaya konkret


dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Namun, kunci keberhasilan
itu semua terletak pada kemauan dan kemampuan guru untuk
mereformasi cara dan strategi pembelajarannya serta berani untuk
menggeser paradigma berfikirnya, sehingga lebih bersifat praksis
ketimbang teoritis.

3. Aplikasi Teori Belajar

Perkembangan teori belajar cukup pesat. Berikut ini adalah teori


belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran.

1. Aplikasi Teori Behaviorisme

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari


interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud
sesuatu yang konkret atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik
memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam
pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran,
sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran
yang tersedia.

STKIP Kusuma Negara 17 3/23/2011


Aplikasi teori belajar behaviorisme menurut tokoh-tokoh antara lain :

a. Aplikasi Teori Pavlov

Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam
kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah
dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid
merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.

b. Aplikasi Teori Thorndike

• Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan


mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang
dan sebagainya.
• Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat
atau sistem drill.
• Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu
hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar.

c. Aplikasi Teori Skinner

Guru mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah


diperiksa dan dinilai sesegera mungkin.

2. Aplikasi Teori Humanistik

Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar


bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai
aktualisasi diri. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih
mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman,
serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal
ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara
berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatny masing-
masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang
diajarkan.Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk

STKIP Kusuma Negara 18 3/23/2011


diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa
humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa
dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu
menyesuaikan pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah
guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar
,suka melukai perasaan siswa dengan komentsr ysng menyakitkan,bertindak
agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.

3. Aplikasi Teori Brain Based Learning

Brain Based Learning menawarkan sebuah konsep untuk


menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya pemberdayakan
potensi otak siswa. Tiga strategi utama yang dapat di kembangkan dalam
implementasi Brain Based Learning:

1. Menciptakan lingkungan belajar yang menantang


kemampuan berfikir siswa. Dalam setiap kegiatan pembelajaran,
sering-seringlah guru memberikan soal-soal materi pelajaran yang
memfasilitasi kemampuan berfikir siswa dari mulai tahap
pengetahuan (knowledge) sampai tahap evaluasi menurut tahapan
berfikir berdasarkan Taxonomy Bloom. Soal-soal dikemas seatraktif
dan semenarik mungkin,- misal; melalui teka-teki,simulasi games,
dsb.- Agar siswa dapat terbiasa untuk mengembangkan kemampuan
berpikirnya dalam konteks pemberdayaan potensi otak siswa.
2. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan.
Hindarilah situasi pembelajaran yang membuat siswa merasa tidak
nyaman dan tidak senang terlibat di dalamnya. Lakukan
pembelajaran di luar kelas pada saat-saat tertentu, lakukan kegiatan
pembelajaran dengan diskusi kelompok diselingi dengan permainan-

STKIP Kusuma Negara 19 3/23/2011


permainan menarik, dan upaya-upaya lainnya yang mengeliminasi
rasa tidak nyaman pada diri siswa. Howard Gardner – dalam buku
Quantum Learning karya De Porter, Bobby,& Mike Hernacky –
menyatakan bahwa seseorang akan belajar dengan segenap
kemampuan apabila dia menyukai apa yang dia pelajari dan dia
akan merasa senang terlibat di dalamnya.
3. Menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna
bagi siswa (active learning). Siswa sebagai pembelajar dirangsang
melalui kegiatan pembelajaran untuk dapat membangun
pengetahuan mereka melalui proses belajar aktif yang mereka
lakukan sendiri. Bangun situasi pembelajaran yang memingkinkan
seluruh anggota badan siswa beraktivitas secara optimal. Misal mata
siswa digunakan untuk membaca dan mengamati, tangan siswa
bergerak untuk menulis, kaki siswa bergerak untuk mengikuti
pemainan dalam pembelajaran, mulut siswa aktif bertanya dan
berdiskusi dan aktifitas produktif anggota badan lainnya. Merujuk
pada konsep konsturktivisme pendidikan, keberhasilan belajar siswa
ditentukan oleh seberapa mampu mereka membangun pengetahuan
dan pemahaman tentang suatu materi pelajaran berdasarkan
pengalaman belajar yang mereka alami sendiri.

4. Perbandingan Teori Behaviorisme, Teori Humanistik dan Teori Brain


Based Learning

Beberapa perbandingan antara teori behaviorisme, teori humanisme dan teori


brain based learning yaitu :

a. Teori behaviorisme

Teori : proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon.

Tujuan : adanya perubahan tingkah laku pada peserta didik.

STKIP Kusuma Negara 20 3/23/2011


Metode : dibagi dalam bagian-bagian kecil sampai kompleks. Pengulangan dan
latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan.berorientasi pada hasil yang dicapai, tidak menggunakan
hukuman.

Kekurangan :

• sentral,bersikap otoriter,komunikasi satu arah.


• Guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari siswa.
• Pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengarihi oleh
penguatan yang diberikan oleh guru,mendengarkan dan menghafal.

Penerapan : pada mata pelajaran yang membutuhkan praktek dan pembicaraan


yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan,
refleks, daya tahan, dan sebagainya. Misal dalam: percakapan bahasa
asing, mengetik, menari, olagraga,dll.

Guru : guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang
diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi

Murid : melakukan sendiri apa yang menjadi instruksi dan melakukannya


berulang-ulang sampai hasilnya baik.

Evaluasi : didasarkan pada perilaku yang dicapai sebagai hasil dari latihan yang
dilakukan.

b. Teori humanistik

Teori : belajar untuk memanusiakan manusia.

Tujuan : menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode yang diterapkan.

Metode : mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontak belajar yang


bersifat jelas ,jujur , dan positif.

Kekurangan : terlalu memberi kebebasan pada siswa.

STKIP Kusuma Negara 21 3/23/2011


Penerapan : materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan.

Guru : memberi motivasi,kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan


siswa.

Siswa : pelaku utama (student center) yang memaknai poses pengalaman belajar
sendiri

Evaluasi : diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.

c. Teori Brain Based Learning

Teori: Belajar mengoptimalkan kemampuan dan potensi otak manusia.

Tujuan: mengembangkan sebuah strategi pembelajaran yang berbasis otak dan


memberdayakan seluruh potensi diri siwa.

Metode: mengkombinasikan teori dengan praktik.

Kekurangan: kurangnya kemauan dan kemampuan pendiik untuk mereformasi


pengembangan-pengembangan baru dunia pendidikan di tataran
praktis untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui brain
based learning.

Penerapan: semua materi pelajaran yang bebasis untuk mengoptimalkan fungsi


otak.

Guru: menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan teachered centered

Siswa: aktif dan berdiskusi secara berkelompok-kelompok.

Evaluasi: diberikan secara keseluruhan kepada siswa dari apa yang pernah di
pelajari dan alami oleh mereka sendiri.

STKIP Kusuma Negara 22 3/23/2011


BAB III

PENUTUP

1. Simpulan

Teori belajar humanisme dan behaviorisme memiliki ciri khas masing-


masing. Teori belajar humanisme berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang perilakunya bukan sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama
para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu
membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi- potensi
yang ada pada diri mereka.Sedangkan teori belajar behavioristik merupakan
proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus
dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru.
Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan
dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran
sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.

Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :

1. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar,


2. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses
pembelajaran,
3. Memandu guru untuk mengelola kelas,
4. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri
serta hasil belajar siswa
5. yang telah dicapai,
6. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif,
7. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada
siswa sehingga dapat
8. mencapai hasil prestasi yang maksimal.

STKIP Kusuma Negara 23 3/23/2011


Implikasi perkembangan teori pembelajaran sekarang sangatlah
beragam. Guru dapat menerapkan menurut aliran-aliran teori tertentu.
Seperti teori behavioristik dalam pembelajaran guru memperhatikan tujuan
belajar, karakteristik siswa, dan sebagainya.

2. Saran

Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran hendaknya


dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan
benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan
memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran,
pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan out
put-out put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia
seutuhnya.

STKIP Kusuma Negara 24 3/23/2011


DAFTAR PUSTAKA

• Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


• Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press.
• http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI%20BELAJAR
%20DAN%20PEMBELAJARAN.htm
• http://rohman-makalah.blogspot.com/2008/07/teori-belajar-akhmad-
sudrajat-m.html
• Rumahbelajar psikologi.com
• Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner (2000), Teori-Teori Holistik
(Organismik-Fenomenologis), Dr. A. Supratiknya (ed.), Jogjakarta
:Kanisius .
• Novina.wordpress.com
• http://Alkohol7.wordpress.com
• http://Ahmadsudrajat.wordpress.com
• http://www.adrianusmeliala.com/files/kuliah
• Blogs.unpad.ac.id/aderusliana
• www.Fakultasluarkampus.net
• http://Neozonk.blogspot.com
• www.uny.ac.id/akademik/share file
• silabus.upi.edu
• trimanjuniarso.wordpress.com
• http://bukucatatan-part1.blogspot.com/2009/02/otak-dan-pengaruhnya-
dalam-pembelajaran.html

STKIP Kusuma Negara 25 3/23/2011

Anda mungkin juga menyukai