OLEH :
LAIHA 2014901110040
RAHMIDA 2014901110072
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga & tidak diharapkan yang
terjadi pada waktu bekerja pada perusahaan. Tak terduga, oleh karena
dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam
bentuk perencanaan. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara
kapasitas kerja. Beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat
bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di
sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU
KesehatanTahun 1992 Pasal 23).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 adalah suatu sistem program yang
dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif)
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif
bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk
mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja.
Apabila interaksi antara host, agent dan environment tidak dapat dikendalikan,
maka timbulah penyakit atau cedera. Ketiga faktor timbulnya penyakit tersebut
ada dalam lingkungan pekerja, dengan demikian maka diasumsikan bahwa
semua pekerja yang ada dalam lingkungan kerja maka mempunyai resiko untuk
sakit atau cedera, dengan demikian proaktif dari perawat menjadi hal yang
penting dalam upaya mencegah terjadinya penyakit atau cedera akibat kerja
melalui design yang efektif melalui 3 level prevensi; primer, sekunder dan
tersier.
Lingkup Kegiatan Program Keperawatan Kerja:
a. Riwayat kesehatan terutama para pekerja dan keluarga pekerja
b.Pengkajian atau screening
c. Surveillance atau monitoring
d.Primary health care
e. Konseling
Program Pelayanan Kesehatan Kerja adalah program pelayanan paripurna, terdiri
dari 3 level prevensi yaitu prevensi primer, sekunder dan tersier yang
dilaksanakan dalam suatu system yang terpadu.
e. Golongan mental-psikologi
Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesama
karyawan, antara karyawan dengan pimpinan, karena pekerjaan yang tidak
cocok dengan psikis karyawan, karena pekerjaan yang membosankan ataupun
karena upah (imbalan) yang terlalu sedikit sehingga tenaga pikirannya tidak
dicurahkan kepada pekerjaannya melainkan kepada usahausaha pribadi untuk.
menambah penghasilannya.
Hal lain yang juga diperlukan dalam rangka mendukung terlaksananya program
K3 adalah adanya suatu komite K3 yang bertindak sebagai penilai efektivitas
dan efisiensi program serta melaksanakan investigasi bila terjadi kecelakaan
kerja untuk dan atas nama pekerja yang terkena musibah kecelakaan kerja.
Apabila terjadi peristiwa demikian, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1. Lingkungan Kerja terjadinya kecelakaan.
2. Pelatihan, Instruksi, Informasi dan Pengawasan kecelakaan kerja.
3. Kemungkinan resiko yang timbul dari kecelakaan kerja.
4. Perawatan bagi korban kecelakaan kerja dan perawatan peralatan sebagai
upaya pencegahan kecelakaan kerja yang telah dilakukan.
5. Perlindungan bagi pekerja lain sebagai tindakan preventif.
6. Aturan bila terjadi pelanggaran (sanksi).
7. Pemeriksaan atas kecelakaan yang timbul di area kerja.
8. Pengaturan pekerja setelah terjadi kecelakaan kerja.
9. Memeriksa proses investigasi dan membuat laporan kecelakaan kepada pihak
yang berwenang.
10. Membuat satuan kerja yang terdiri atas orang yang berkompeten dalam
penanganan kecelakaan di area terjadi kecelakaan kerja.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947, yang juga merupakan salah satu dasar
hukum pembentukan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang
Asuransi Sosial Tenaga Kerja, menyebutkan dalam Pasal 36 bahwa perusahaan
yang diwajibkan membayar tunjangan diwajibkan pula membayar iuran guna
mendirikan suatu dana. Artinya, undang-undang tersebut menentukan bahwa
kewajiban membayar ganti kerugian bagi buruh yang tertimpa kecelakaan kerja
harus dilaksanakan sendiri oleh pihak majikan yang bersangkutan.
Munculnya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Asuransi
Sosial Tenaga Kerja mengalihkan kewajiban pembayaran ganti rugi tersebut dari
pihak pengusaha atau pemberi majikan kepada badan penyelenggara, yaitu PT
Astek. Iuran untuk pembayaran jaminan kecelakaan kerja ini seluruhnya
ditanggung oleh perusahaan yang mengikutsertakan diri dalam program tersebut.
Suma'mur. 1991. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Haji Masagung