Anda di halaman 1dari 168

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

PERIODE MARET 2021 DI PUSKESMAS

KECAMATAN TANAH ABANG

TAHUN AKADEMIK 2021

STUDI KASUS

OLEH:

YULI AMALIA NF

NIM : 18055

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RSPAD GATOT SEOBROTO

JAKARTA

2021
LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S

PERIODE MARET 2021 DI PUSKESMAS

KECAMATAN TANAH ABANG

TAHUN AKADEMIK 2021

STUDI KASUS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Ahli Madya Kebidan

OLEH:

YULI AMALIA NF

NIM : 18055

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RSPAD GATOT SEOBROTO

JAKARTA

2021
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RSPAD GATOT SOEBROTO
Visi, Misi, dan Tujuan STIKes RSPAD Gatot Soebroto
Pasal 31
Visi STIKes RSPAD Gatot Soebroto

Visi STIKes RSPAD Gatot Soebroto adalah menjadi pusat


pendidikan tenaga kesehatan professional yang unggul dalam
kesehatan matra dan kompetitif di era global pada tahun 2040.
Pasal 32
Misi STIKes RSPAD Gatot Soebroto

(1) Menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi berdaya saing


International yang relevan dengan pengembangan kesehatan matra
dalam mencapai kesehatan yang optimal.
(2) Menyelenggarakan tata kelola pendidikan yang efektif, efisien,
transparan dan akuntabel dalam membangun budaya akademik
yang mendukung pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi
(3) Memfasilitasi penerapan dan pengembangan ilmu kesehatan terkini
khususnya dalam kesehatan matra
(4) Menyelenggarakan kerjasama dengan berbagai Institusi Nasional
dan International dalam menghadapi tantangan global
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Studi Kasus ini telah di setujui, diperiksa oleh pembimbing dan dinyatakan

siap diujikan dihadapan tim penguji laporan kasus

Prodi DIII Kebidanan STIKES RSPAD Gatot Soebroto

Pembimbing Materi dan teknik

Rina Wijayanti., SKM., MKM


NIDN 0311018503

Mengetahui
Ketua STIKES RSPAD Gatot Soebrot

Didin Syaefudin. SKep.MARS


Kolonel Ckm NRP 33676

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus ini telah di ujikan dan disahkan dihadapan tim penguji Prodi DIII

Kebidanan STIKES RSPAD Gatot Soebroto

Penguji I Penguji II

Ananti Setya PP, MTr.Keb Rina Wijayanti S.K.M.,M.K.M


NIDN 0311018503

Mengetahui
Ketua STIKES RSPAD Gatot Soebroto

Didin Syaefudin. SKep.MARS


Kolonel Ckm NRP 33676

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini :

ii
Nama Lengkap : Yuli Amalia NF

Tempat, Tgl lahir : Sukabumi, 01 Juli 2000

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Lajang

Alamat : Jl. Kampung kebon kelapa RT.014 RW.004 No.25

Kel. Tarumajaya ,. Bekasi , 17710

Telepon : 08871267571

Email : yuliamalianf@gmail.com

Menerangkan dengan sebenanya,

Pendidikan

2006 – 2012 MI NURUR FALAH BANGBAYANG


2012 – 2015 SMP NEGERI 2 CICURUG
2015 – 2018 SMA NEGERI 1 PARUNGKUDA
2018 – 2021 AKADEMI KEBIDANAN RSPAD GATOT
SOEBROTO
Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Saya yang bersangkutan,

(Yuli Amalia NF)

KATA PENGANTAR

iii
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Laporan Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny S Periode maret 2021 di puskesmas kecamatan tanah abang ”

yang diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir

Diploma III Akademi Kebidanan RSPAD Gatot Soebroto. Dalam menyusun Karya

Tulis Ilmiah ini penulis tidak bekerja sendiri tetapi banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Brigadir jenderal TNI (purn) drg. Bambang Kusnandir, Sp.Pros., Ph.D Ketua

Yayasan wahana Bhakti Karya Husada .

2. Kolonel CKM Didin Syaefudin, SKep, MARS NRP 33676, Ketua STIKes

RSPAD Gatot Soebroto

3. Leni Suhartini S.S.T., M.Kes selaku Ketua Jurusan Diploma Kebidanan .

4. Rina Wijayanti SKM., MKM selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan masukan dan arahan.

5. Ananty Setya MTr.Keb selaku penguji I

6. Kedua orang tua dan adik saya atas segala Do’a dan dukungannya baik secara

moril maupun materil.

7. Sahabat dan teman-teman Angkatan XXI khususnya Until Jannah(Gadis, Nita,

Farida, Gaby, Resti, Nofi, Windy, Ita ), dan kepada Ali Raka Firdaus, dan

iv
beserta semua pihak yang telah memberikan dorongan, semangat dan do’anya

dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

8. Serta pihak – pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu – persatu. Penulis

menyadari bahwa dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

sempurna baik, materi maupun teknik penulisannya Akhir kata penulis

mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang membacanya.

Jakarta, 23 Maret 2021

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………..………..……..i

LEMBAR PENGESAHAN………………………………….…..…….……..ii

v
KATA PENGANTAR......................................................................................iv

DAFTAR ISI....................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR........................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................1

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum........................................................................5

1.2.2 Tujuan Khusus.......................................................................6

1.3 Manfaat Penulisan..............................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Kehamilan.............................................................................................8

1. Pengertian Kehamilan ................................................8

2. Perubahan Fisiologis Masa Kehamilan…………....10

3. Ketidaknyamanan selama kehamilan......................18

4. Diagnosa Kehamilan.....................................................20

5. Standart Pelayanan Pada Masa Kehamilan.................26

6. Tanda Bahaya Kehamilan...........................................33

B. Persalinan....................................................................................................32

1. Pengertian Persalinan..................................................32

vi
2. Etiologi terjadinya Persalinan.....................................32

3. Asuhan Persalinan Normal…….................................37

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan.......38

C. Nifas…………………………………………………...……………….....58

1. Pengertian Nifas..........................................................58

2. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas...................58

3. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas.......................60

4. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas......................63

5. Tanda Bahaya Masa Nifas..........................................64

6. Pemeriksaan Fisik Masa Nifas....................................65

D. Bayi Baru Lahir..........................................................................................67

1. Pengertian Bayi Baru Lahir........................................67

2. Perubahan yang segera terjadi sesudah kelahiran.......68

3. Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan..............68

4. Inisiasi Menyusu Dini.................................................69

5. Tanda-tanda bahaya pada bayi....................................70

6. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir............................71

7. Jadwal Imunisasi.........................................................74

F. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan.....................................................77

vii
1. Manajemen Kebidanan.........................................77

2. Metode Pendokumentasian Kebidanan.................83

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA KEHAMILAN...............................105

A. Kunjungan TM III ....................................................................105

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA PERSALINAN...............................114

A. Asuhan Kala I Fase Aktif.........................................................114

B. Asuhan Kala II..........................................................................118

C. Asuhan Kala III.........................................................................120

D. Asuhan Kala IV........................................................................121

LAPORAN PERSALINAN..............................................................................124

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR.................................129

A. Asuhan Bayi Baru Lahir 6 Jam ................................................129

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS............................................132

A. Asuhan Nifas 6 jam .................................................................132

BAB IV PEMBAHASAN.

Pembahasan ...................................................................................135

A.Kehamilan................................................................................135

viii
B.Persalinan.................................................................................142

C. Bayi Baru Lahir.......................................................................146

D. Nifas........................................................................................148

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................151

B. Saran.........................................................................................152

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

ix
Tabel 2.5 Bidang Hodge……………………………………………………………55

Tabel 2.6 Jadwal Imunisasi yang Diwajibkan ………………………………………76

DAFTAR GAMBAR

His………………………………………………………………………………56

x
xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, kematian ibu dan kematian neonatal masih menjadi

tantangan besar dan perlu mendapatkan perhatian dalam situasi bencana

COVID-19. Berdasarkan data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan

COVID-19 per tanggal 14 September 2020, jumlah pasien terkonfirmasi

Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir di Era

Adaptasi Kebiasaan Baru 2 COVID-19 sebanyak 221.523 orang, pasien

sembuh sebanyak 158.405 (71,5% dari pasien yang terkonfirmasi), dan pasien

meninggal sebanyak 8.841 orang (3,9% dari pasien yang terkonfirmasi).

Dari total pasien terkontamisasi positif COVID-19, sebanyak 5.316

orang (2,4%) adalah anak berusia 0- 5 tahun dan terdapat 1,3% di antaranya

meninggal dunia. Untuk kelompok ibu hamil, terdapat 4,9% ibu hamil

terkonfirmasi positif COVID-19 dari 1.483 kasus terkonfirmasi yang memiliki

data kondisi penyerta. Data ini menunjukkan bahwa ibu hamil, bersalin, nifas

dan bayi baru lahir juga merupakan sasaran yang rentan terhadap infeksi

COVID-19 dan kondisi ini dikhawatirkan akan meningkatkan morbiditas dan

mortalitas ibu dan bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan tahun, 2020).

1
2

Salah satu upaya yang dapat dilakukan bidan yaitu dengan menerapkan

model asuhan kebidanan yang komprehensif/berkelanjutan (Continuity of

Care/CoC), coc adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang

terus menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan

yang berkaitan dengan tenaga profesional kesehatan, pelayanan kebidanan

dilakukan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester,

kelahiran, sampai 6 minggu pertama postpartum. Tujuannya adalah untuk

membantu upaya percepatan penurunan AKI (Yani & Munawaroh, 2020).

Coc memiliki 3 jenis pelayanan yaitu manajemen, informasi dan

hubungan. Kesinambungan manajemen melibatkan komunikasi antar

perempuan dan bidan. Kesinambungan informasi menyangkut ketersediaan

waktu yang relevan. Kedua hal tersebut penting untuk mengatur dan

memberikan pelayanan kebidanan . Perempuan yang mendapat pelayanan

berkesinambungan dari bidan hamper delapan kali lipat lebih besar untuk

melakukan persalinan di bidan yang sama. Perempuan dengan model

pelayanan berkesinambungan yang dilakukan oleh bidan melaporkan

kepuasan lebih tinggi terkait informasi, saran, penjelasan, tempat persalinan,

persiapan persalinan, pilihan untuk menghilangkan rasa sakit dan pengawasan


3

oleh bidan. Penelitian di Denmark memiliki kesamaan hasil penelitian bahwa

dengan coc mendapatkan pengalaman yang membaik, mengurangi morbiditas

maternal, mengurangi penggunaan intervensi pada saat persalinan termasuk

operasi Caesar, meningkatkan jumah persalinan normal dibandingkan dengan

perempuan yang merencanakan persalinan dengan tindakan. Hasil yang

signifikan ditemukan pada perempuan yang menerima pelayanan secara coc

secara women center care meliputi dukungan, partisipasi daam pengambilan

keputusan, perhatian terhadap psikologis, kebutuhan dan harapan pada saat

akan melahirkan, informasi dan menghargai perempuan (Trisunarsih, 2020).

Dalam hal tersebut ditekankan kembali bahwasannya Standar Kompetensi

Kebidanan salah satunya adalah Kemampuan melaksanakan asuhan kebidanan

komprehensif dan berkualitas, Melakukan skrining terhadap masalah dan

gangguan, Melakukan edukasi dan konseling berbasis budaya dan etiko legal

terkait hasil skrining, Melakukan kolaborasi dengan profesi terkait masalah,

Melakukan prosedur tatalaksana awal kasus kegawatdaruratan, Melakukan

rujukan pada kasus kegawatdaruratan (Kepmenkes :5 / 320/2020).

Bertujuan agar dapat menegakkan diagnosa secara tepat, antisipasi

masalah yang mungkin terjadi, menentukan tindakan segera, melakukan

perencanaan dan tindakan sesuai kebutuhan ibu, serta mampu melakukan

evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan . Tetapi dalam hal ini penulis
4

hanya memberikan asuhan berupa asuhan kebidanan Esensial, Asuhan

Kebidanan Esensial adalah asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien

bayi baru lahir (neonatus), bayi, balita dan anak prasekolah, masa kehamilan,

masa persalinan, masa nifas, dan pelayanan keluarga berencana (Febriandi,

2020).

Sesuai dengan Kurikulum Prodi DIII Kebidanan STIKES RSPAD Gatot

Soebroto yaitu : Dalam Pengetahuan harus mampu Menguasai metode,

tekhnik dan pengetahuan prosedural dalam asuhan kebidanan pada kehamilan,

persalinan, pasca persalinan bayi baru lahir, bayi dan balita, serta pelayanan

kontrasepsi.Dalam Keterampilan Khusus Mampu melakukan asuhan

kebidanan pada masa kehamilan, persalinan normal, pasca persalinan normal.

bayi dan balita nomal, sesuai standar kompetensi bidan vokasi.

Oleh karena itu, Pemberian asuhan kebidanan berkelanjutan ini merupakan

tugas akhir mahasiswa sebagai bekal dalam melakukan asuhan kebidanan

secara holistik dan terpadu dan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar ahli madya kebidanan . Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan

asuhan kebidanan secara berkesinambungan pada Ny.S 33 tahun di puskesmas

Kecamatan Tanah Abang . Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny.S mulai

persalinan, nifas, dan bayi baru lahir. berjalan sesuai dengan standar asuhan

kebidanan.
5

A. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil,

bersalin, nifas, BBL, serta dapat mengimplementasikan dengan 7

langkah varney dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.

1. Tujuan Khusus

Setelah membuat dan melakukan laporan studi kasus ini

diharapkan :

1) Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada ibu

hamil,bersalin,nifas dan bayi baru lahir pada Ny. S di

Puskesmas Kecamatan Tanah Abang.

2) Mahasiswa dapat menginterpretasikan data, menegakan

diagnosa, dan menegakkan masalah pada ibu hamil,

bersalin,nifas dan bayi baru lahir.

3) Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial pada

ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.


6

4) Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera dengan

melakukan tindakan mandiri, kolaborasi atau rujukan pada

ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.

5) Mahasiswa dapat menentukan perencanaan pada ibu

hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.

6) Mahasiswa dapat menentukan pelaksanaan/ implementasi

pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.

7) Mahasiswa dapat mengevaluasi manajemen yang telah

diberikan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru

lahir.

8) Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasikan asuhan

kebidanan yang dilakukan secara tepat dan benar.

A. Manfaat Penulisan

1. Bagi Lahan Praktik

Untuk dapat dijadikan gambaran informasi serta dapat

meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada program

penyuluhan dan promosi kesehatan serta bahan masukan untuk

meningkatkan pelayanan kebidanan yang berkualitas pada ibu hamil,


7

ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan Kb yang diterapkan oleh

puskesmas secara komperhensif.

2. Jurusan Kebidanan STIKes RSPAD Gatot Soebroto

Untuk meningkatkan mutu pembelajaran pada institusi, sebagai

bahan informasi dan bahan bacaan mahasiswi akademi kebidanan serta

bahan evaluasi study kasus selanjutnya.

3. Mahasiswa

Untuk mengaplikasikan ilmu yang pernah di dapat ke dalam

situasi yang nyata dan dapat melaksanakan asuhan kebidanan sesuai

prosedur. Serta dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan dan

profesionalitas mahasiswa saat terjun kedalam masyarakat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilitasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau impantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan

normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar

atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan dibagi dalam

3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3

bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan

ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. (Sarwono Prawirohardjo,

2010 : 213).

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester yaitu :

a. Trimester pertama dimulai dari konsepsi hingga 12 minggu.

b. Trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke- 27

minggu.

c. Trimester ketiga 13minggu (minggu ke-28 hingga ke-40

minggu). (Prawirohardjo, 2010)

8
9

2. Perubahan Fisiologis Masa Kehamilan

a. Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan

melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai

persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk

bertambah besar dan cepat selama kehamilan dan pulih kembali

seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah

persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat

70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan,

uterus akan berubah menjadi sebuah organ yang mampu

menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada

akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat

mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gr.

Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama

oleh hormon estrogen dan sedikit oleh progesterone. Hal ini dapat

dilihat dengan perubahan uterus pada awal kehamilan mirip

dengan kehamilan ektopik. Akan tetapi, setelah kehamilan 12

minggu lebih penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan

dari hasil konsepsi. Pada awal kehamilan tuba faloppi, ovarium,

dan ligamentum rotundum berada sedikit dibawah fundus,


10

sementara pada akhir kehamilan akan berada sedikit diatas

pertengahan uterus. Posisi plasenta juga mempengaruhi

penebalan sel-sel otot uterus, dimana bagian uterus yang

mengelilingi tempat implantasi plasenta akan bertambah besar

lebih cepat dibandingkan bagian lainnya sehingga akan

menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini dikenal dengan

tanda Piscaseck.

Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti

bentuk aslinya seperti buah alpukat. Seiring dengan

perkembangan kehamilannya, daerah fundus dan korpus akan

membulat pada usia kehamilan 12 minggu. Panjang uterus akan

bertambah lebih cepat dibandingkan lebarnya sehingga akan

berbentuk oval. Isthmus uteri pada minggu pertama mengadakan

hipertropi seperti korpus uteri yang mengakibatkan istmus

menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan tanda

hegar.

Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu membesar

dalam rongga pelvis dan seiring perkembangannya uterus akan

menyentuh dinding abdominal, mendorong usus kesamping dan

keatas, terus tumbuh hingga hampir menyentuh hati. Pada saat


11

pertumbuhan uterus akan berotasi kearah kanan, dextrorotasi ini

disebabkan oleh adanya rectosigmoid didaerah kiri pelvis. Pada

triwulan akhir istmus akan berkembang menjadi segmen bawah

uterus. Pada akhir kehamilan otot-otot uterus bagian atas akan

berkontraksi sehingga segmen bawah uterus akan melebar dan

menipis. Batas antara segmen atas yang tebal dan segmen bawah

yang menipis disebut dengan lingkaran retraksi fisiologis.

Sejak trimester pertama kehamilan uterus akan mengalami

kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak disertai nyeri.

Pada trimester kedua kontraksi ini dapat dideteksi dengan

pemeriksaan bimanual. Kontraksi Brackton Hicks ini muncul

tiba-tiba dan sporadic, intensitasnya bervariasi antara 5-25

mmhg. Sampai bulan terakhir kehamilan biasanya kontraksi ini

sangat jarang dan meningkat pada 1 atau 2 minggu sebelum

persalinan. Hal ini erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah

reseptor oksitosin diantara sel-sel miometrium. Pada saat ini

kontraksi akan terjadi 10 - 20 menit, dan pada akhir kehamilan

kontraksi ini akan menyebabkan rasa tidak nyaman dan dianggap

sebagai persalinan palsu.


12

Pada kehamilan 32 minggu fundus uteri terletak diantara

setengah jarak pusat dan processus xipoideus. Pada kehamilan 36

minggu fundus uteri terletak kira – kira 1 jari dibawah prosesuss

xipoideus. Bila pertumbuhan janin normal maka tinggi fundus

uteri pada kehamilan 28 minggu sekurangnya 25 cm, pada 32

minggu 27 cm, pada 36 minggu 30 cm, pada kehamilan 40

minggu fundus uteri turun kembali dan terletak kira – kira 3 jari

dibwah prosesus xipoideus. (Sarwono, 2011:175)

Perubahan rahim ternyata tidak sama ke semua arah, tetapi

terjadi pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi plasenta,

sehingga rahim bentuknya tidak sama. Bentuk rahim yang tidak

sama disebut tanda Piskaseck

b. Serviks Uteri

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan

karena hormon estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat

dan dengan adanya hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks

menjadi lunak. Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi

lunak disebut tanda Goodell. Serviks menjadi lunak dan lebih

mudah berdilatasi pada waktu persalinan.

c. Vagina
13

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah

karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah

dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks). (Manuaba, 2010 : 92).

d. Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya

menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan

bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih

terlihat. Putting payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak.

Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang

disebut kolostrum dapat keluar. Kolostrum ini berasal dari

kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat

dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormone

prolaktin ditekan oleh prolaktin inhibiting hormone. Pada bulan

yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar

Montgemery yaitu kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan

cenderung untuk menonjol keluar. Jika payudara makin membesar,

striae seperti yang terlihat pada perut akan muncul. Ukuran

payudara sebelum kehamilan tidak mempunyai hubungan dengan

banyaknya air susu yang akan dihasilkan.

( Sarwono Prawirohardjo, 2011 : 179 )


14

e. Perubahan Pada Kulit

Sejumlah perubahan kulit bisa diamati dalam kehamilan.

Perubahan warna menjadi lebih gelap terjadi di beberapa bagian

tubuh.hal ini disebabkan oleh meningkatnya hormon tertentu yang

menambah pigmen kulit. Selain itu ibu hamil sering mengalami

adanya guratan yang memanjang di bagian tengah perut mulai dari

daerah pubis hingga ke pusar. Kulit akan cenderung lebih

berminyak, yang kadang-kadang menjadi bertambah buruk yang

menyebabkan banyaknya tumbuh jerawat. Dapat pula terjadi gatal-

gatal, adanya bercak-bercak merah pada lengan, dada dan

wajah.Dalam perubahan pada kulit juga ada yang dinamakan

"masker kehamilan" yaitu adanya warna kulit kemerahan atau

kecokelatan pada bagian atas hidung atau di bawah mata. Selain itu

karena berkumpulnya lemak pada pinggul dan perut bertambah,

mungkin akan muncul tanda-tanda regangan.

f. Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal

dari uterus dan isinya.Kemudian payudara, volume darah dan

cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamialn berat badan

akan bertambah 12,5 kg.


15

Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan

berdasarkan indeks masa tubuh.

Kategori rendah: IMT <19,8 ,rekomendasi(kg): 10,5-11,5

Kategori Normal: IMT 19,8-26 ,rekomendasi(kg): 11,5-16

Kategori Tinggi : IMT 26-29 ,rekomendasi(kg): 16,5 -18

Kategori Obesitas: IMT >29,rekomendasi(kg): >18

Kategori Gemelli: IMT >19,8 ,rekomendasi(kg): 16-20,5

( Sarwono Prawirohardjo, 2010 : 180 )

g. Sirkulasi Darah

Dua komponen utama darah yaitu plasma dan sel darah merah

mengalami serangkaian adaptasi dramatik. Volume darah maternal

total meningkat 30 – 50 % pada kehamilan tunggal, dengan rata-

rata peningkatan tersebut adalah 33%. Beberapa ibu mungkin

hanya terjadi peningkatan sedang pada ekspansi volume,

sedangkan pada ibu yang lain dapat terjadi hamper dua kali

lipatnya (Steinfeld & Wax 2001). Pada kehamilan pertama normal,

volume plasma dapat meningkat sekitar 1.250 ml diatas jumlah

ketika tidak hamil, dan pada kehamilan selanjutnya dapat

meningkat hingga sekitar 1.500 ml. peningkatan ini berkaitan

dengan ukuran janin, terutama ukuran janin yang besar pada


16

kehamilan kembar. Peningkatan ini mulai terjadi pada trimester

pertama, meningkat dengan cepat hingga usia gestasi 32 – 34

minggu, kemudian pada beberapa minggu terakhir kehamilan

terjadi plateau dengan perubahan yang sedikit (Letsky

1998).Peningkatan volume plasma menurunkan viskositas darah

dan memperbaiki aliran kapiler (Cunningham et al 1997) Dikutip

dari Myles 2009:188.

h. Sistem Respirasi

Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah kira-

kira 6 cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu

fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh

diafragma yang naik kira-kira 4 cm selama kehamilan. Frekuensi

pernapasan hanya mengalami sedikit perubahan selama kehamilan,

tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan pengambilan

oksigen per menit akan bertambah secara signifikan pada

kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada

minggu ke 37 dan akan kembali hampir seperti sedia kala dalam 24

minggu setelah persalinan. (Sarwono Prawirohardjo, 2010 : 185)

i. Traktus Digestivus
17

Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan

bergeser. Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan

motilitas otot polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi

asam hidroklorid dan peptin di lambung sehingga akan

menimbulkan gejala berupa herthburn yang disebabkan oleh

refluks asam lambung ke esophagus bawah sebagai akibat

perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter

esophagus bagian bawah. Mual terjadi akibat penurunan asam

hidroklorid dan penurunan motilitas, serta konstipasi sebagai

akibat penurunan motilitas usus besar. (Sarwono Prawirohardjo,

2011:185)

j. Traktus Urinarus

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan

tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan

sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya

kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir

kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas

panggul, keluhan itu akan timbul kembali. ( Sarwono

Prawirohardjo, 2010 : 185)

k. Sistem Muskuloskeletal
18

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada

kehamilan. akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi

anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah

dua tungkai. Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan

meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh

hormonal.mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan

sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak

pada bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan.

(Sarwono Prawirohardjo, 2010 : 186)

3. Ketidaknyamanan yang Dirasakan pada Trimester III

a. Sering BAK

Peningkatan sensivitas kandung kemih dan pada tahap

selanjutnya merupakan akibat kompresi pada kandung kemih.Uretra

memanjang sampai 7,5 cm karena kandung kemih bergeser ke arah

atas.Kongesti panggul pada masa hamil di tunjukan oleh Hiperemia

kandung kemih dan uretra.Peningkatan vaskularisasi ini membuat

mukasa kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah.Tonus

kandung kemih dapat menurun.Hal ini memungkinkan distensi kandung

kemih sampai sekitar 1500 ml.Pada saat yang sama,pembesaran uterus


19

menekan kandung kemih,menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun

kandung kemih hanya berisi sedikit urine.(Hani,Ummi dkk,2010).

b. Nyeri Punggung

Hiperlordosis,lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri

akibat tarikan pada Saraf atau kompresi akar Saraf.Struktur ligamentum

dan otot tulang belakang bagian tengah dan bawah mendapat tekanan

berat.Perubahan ini dan perubahan lainnya seringkali menimbulkan rasa

tidak nyaman pada muskuloskeletal.Terjadi relaksasi ringan dan

peningkatan mobilitas sendi panggul normal selama masa

hamil,pemisahan simfisis pubis,dan ketidakstabilan sendi sakroiliaka

yang besar dapat menimbulkan nyeri dan kesulitan berjalan.(Hani Ummi

dkk,2010).

c. Sulit Tidur

Penyebab sulit Tidur pada Trimester tiga bukan perubahan

hormonal,melainkan perubahan fisik tepatnya bobot tubuh ibu yang

bertambah sekitar 10 kg yaitu mandi air hangat, minum-minuman

hangat sebelum tidur.(Hani,Ummi dkk,2010).

d. Edema

Hal ini timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan

peningkatan vena pada ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh


20

tekanan uterus yang membesar pada vena-vena panggul pada saat

wanita tersebut duduk atau b\erdiri dan pada vena cava inferior pada

saat berada pada posisi terlentang.edema akibat kaki menggantung

secara umum terlihat pada area pergelangan ketat,elevasi kaki secara

teratur setiap hari,posisi tidur miring kiri,penggunaan penyokong atau

korset maternal pada abdomen yang dapat melonggarkan tekanan pada

vena panggul.(Hani,Ummi dkk,2010).

e. Kram dan Kesemutan

Uterus yang membesar memberi tekanan baik pada pembuluh

darah panggul,sehingga mengganggu sirkulasi,atau pada saraf sementara

saraf ini melewati foramen Obturator dalam perjalanan menujU

ekstremitas bagian bawah.Di anjurkan untuk meluruskan kaki yang

kram dan menekan tumitnya,jika berada di tempat tidur.Ia memerlukan

tekanan yang kuat dan stabil melawan bagian bawah kaki,baik

menggunakan tangan ornag lain ataupun papan kaki pada ujung tempat

tidur sebagai tolakan,dan jika dalam posisi berdiri.Menganjurkan elevasi

kaki secara teratur sepanjang hari,diet mengandung Kalsium dan

Pospor.

4. Diagnosa Kehamilan.
21

1.Tanda Kehamilan Pasti.

Pada ibu yang diyakini sedang dalam kondisi hamil maka

dilakukan pemeriksaan melalui USG(Ultrasonografi). Terlihat adanya

gamb 42 hararan janin. Ultrasonografi memungkinkan untuk

mendeteksi jantung kehamilan (gestasional sac) pada minggu ke-5

sampai ke-7, pergerakan jantung biasanya terlihat pada 42 hari setelah

konsepsi yang normal atau sekitar minggu ke-8, melalui pemeriksaan

USG,dapat diketahui juga panjang ,kepala dan bokong janin dan

merupakan metode yang akurat dalam menentukan usia kehamilan.(

2.Tanda-tanda mungkin hamil.

a. Tanda Chadwick:

Biasanya muncul pada minggu ke-8 dan terlihat lebih jelas

pada wanita hamil berulang tanda ini berupa perubahan warna.

Warna pada vagina dan vulva menjadi lebih merah dan agak

kebiruan timbul karena adanya vaskularisasi pada daerah

tersebut.

b. Tanda Goodel

Biasanya muncul pada minggu ke-6 dan terlihat lebih awal

pada wanita yang hamilnya berulang tanda ini berupa


22

serviks menjadi lebih lunak dan jika dilakukan pemeriksaan dengan

speclum , serviks terlihat berwarna lebih kehitaman.

c.`Tanda Piscaseek

terus membesar secara simetris menuju garis tengah tubuh

(setengah bagian terasa lebih keras dari yang lainnya) bagian

lebih besar tersebut terdapat pada tempat melekatnya(implantasi)

tempat kehamilan. (Wiknjosastro dalam Prawirohardjo,2010).

d.Tanda Braxton Hick

tanda bila uterus mudah berkontraksi ,tanda ini khas pada masa

kehamilan (Wiknjosastro dalam Prawirohardjo ,2010).

5.Standart Pelayanan Pada Masa Kehamilan.

Antenatal Care (ANC)

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program

pelayanankesehatan obstetri untuk optimalisasi luaran maternal dan

neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama

kehamilan (Prawirohardjo, 2010). Pengawasan antenatal sangat

penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian

ibu.Antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai

kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat


23

dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya.

(Manuaba, 2010).

1)Tujuan ANC

a. Tujuan Umum ANC

Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak

selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga

didapatkan ibu dan anak yang sehat.

b. Tujuan Khusus ANC

- Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan

kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi

- Meningkatkan dan mempertahankan fisik, mental dan

sosial ibu dan bayi

- Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk

riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembadahan

- Meningkatkan rujukan terencana untuk mendapatkan

penanganan adekuat dipusat rujukan


24

- Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan

dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma

seminimal mungkin.

- Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

mengaplikasikan ASI eksklusif. (Saifuddin, 2010)

2) Refocusing ANC

Pada pemeriksaan ANC telah dilakukan refocusing ANC

diantaranya :

a. Seeking disease (Deteksi dini komplikasi atau

penyakit)Menanyakan penyakit pasien. Baik riwayat penyakit

yang pernah diderita atau sedang diderita, riwayat penyakit

turunan, maupun riwayat penyakit menular dalam keluarga.

b. Health Promotion (Promosi Kesehatan)

Memberikan konseling kapada ibu sesuai dengan kebutuhan

pasien. Diantaranya promosi kesehatan mengenai konsumsi

makanan dengan menu seimbang, istirahat yang cukup, serta

pola aktivitas yang tidak berlebih.

c. Birth Preparadness (Persiapan Persalinan)

Yaitu menganjurkan ibu untuk mempersiapkan perlengkapan

ibu dan bayi.Mempersiapkan biaya persalinan serta


25

memperhatikan jarak antara tempat tinggal dengan tempat

bersalin.

d. Emergency Rediness (Kegawatdaruratan)

Yaitu persiapan menghadapi komplikasi diantaranya

kegawatdaruratan seperti biaya persalinan, kendaraan,

pendonor, pengambil keputusan dalam keluarga.

3) Tujuan Asuhan Antenatal

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan

kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,mental

dan sosial ibu dan bayi

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,termaksud

riwayat penyakit secara umum,kebidanan dan pembedahan

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan,melahirkan dengan

selamat,ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal

mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian Asi Ekslusif


26

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

4). Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “ 14 T “, yaitu :

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan: ukur berat badan

dalam kilo gram tiap kali kunjungan. Kenaikan berat badan

normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester

kedua.

b. Ukur tekanan darah: tekanan darah yang normal 110/80 –

10/90 mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu

diwaspadai adanya preeklampsi.

c. Ukur tinggi fundus uteri.

d. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan.

e. Pemberian imunisasi TT.

f.Pemeriksaan Hb.

g. Pemriksaan VDRL.

h. Perawatan payudara: senam payudara, dan pijat tekan

payudara.

i.Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil.

j.Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.


27

k. Pemeriksaan protein urine atas indikasi.

l.Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi.

m. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis

gondok.

n. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis

malaria.

6).Tanda Bahaya Dalam Kehamilan

1) Perdarahan vagina

Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah merah

perdarahan banyak, aatu perdarahan dengan nyeri (berarti abortus,

KET, molahidatidosa).Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak

normal adalah merah, banyak atau sedikit, nyeri (berarti plasenta

previa atau solusio plasenta).

2) Sakit kepala hebat

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah

sakit kepala hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.

Kadang-kadang, dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin

menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau terbayang.Sakit

kepala yang hebat adalah gejala dari preeklampsia.


28

3) Perubahan visual secara tiba-tiba (Pandangan mata kabur)

Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam

jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan mata

kabur atau berbayang.

4) Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat,

hal ini bisa berarti apendisitis, kehamialn ektopik, aborsi, penyakit

radang panggul, persalinan preterm, penyakit kantung empedu, abrupsi

plasenta, infeksi saluran kemih, atau infeksi lain.

5) Bengkak pada muka atau tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul

pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai

dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan pertanda

anemia, gagal jantung, atau preeklampsia.

6) Gerakan janin berkurang

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada bulan kelima atau

keenam, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal.

Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling

sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih terasa jika
29

ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan

baik. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010).

6. Pemeriksaan ibu hamil

a) Anamnesa

Terdiri dari anamnesa tentang identitas, keluhan yang dirasakan saat

ini, riwayat menstruasi, riwayat obstetric (seperti riwayat kehamilan,

persalinan, dan nifas yang lalu), riwayat laktasi, riwayat kb, dan riwayat

kesehatan (seperti riwayat kesehatan yang pernah atau sedang diderita,

riwayat penyakit keturunan dan riwayat keturunan keluarga, serta riwayat

penyakit keluarga). (Manuaba, 2010).

b) Pemeriksaan fisik

Merupakan pemeriksaan seluruh tubuh secara baik : tekanan darah,

nadi, suhu, dan lain-lain. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara

inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. (Prawirohardjo, 2008).

Pada inspeksi misalnya pada pemerikssaan mata normalnya ditemukan

konjuntiva tidak anemis, sklera tidak iketrik, palpebra tidak oedema. Pada

palpasi : untuk menentukan Tinggi Fundus Uteri (TFU), besar dan konsistensi

rahim, bagian-bagian janin, letang punggung janin, gerakan janin, kontraksi

uterus, braxton hiks, dan his.


30

c) Jenis palpasi menurut Leopold :

a. Leopold I :Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian

janin dalam fundus

b. Leopold II: Menentukan batas samping rahim kanan-kiri, menentukan

letak punggung janin, pada letak lintang ditentukan mana kepala janin

c. Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin Apakah bagian

terba

d. wah tersebut sudah masuk atau belum masuk

e. Leopold IV : Menentukan bagian terbawah janin apa dan

berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul. (Prawirohardjo, 2010).

Pada auskultasi menggunakan Doppler untuk mendengarkan Denyut

Jantung Janin (DJJ), DJJ normal antara 120 – 160 dpm, teratur yaitu

dihitung selama satu menit penuh. Pada perkusi menggunakan hammer

untuk melihat refleks patella pada kaki ibu. Normalnya refleks patella

pada ibu (+) kanan dan kiri. (Manuaba, 2010)

Pemeriksaan Obstetrik diantaranya adalah pemeriksaan genitalia

eksterna inspeksi luar : keadaan vulva / uretra, ada tidaknya tanda radang,

luka / perdarahan, discharge, kelainan lainnya. Inspeksi dalam

menggunakan spekulum (in speculo): Deskripsi keadaan porsio, serviks

(permukaan, warna), keadaan ostium, ada / tidaknya darah / cairan /


31

discharge di forniks, dilihat keadaan dinding dalam vagina, ada /tidak

tumor, tanda radang atau kelainan lainnya. Pada pemeriksaan di atas 34 –

36 minggu dilakukan perhitungan pelvimetri klinik untuk memperkirakan

ada / tidaknya disproporsi fetopelvik / sefalopelvik. (Prawirohardjo,

2010).

d) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium, periksa Hb, golongan darah, Rhessus,

urine protein, urine reduksi. Menurut WHO Hb normal ibu hamil ± 11 gr %,

urine protein dan urine reduksi normalnya negatif. Selain itu juga dilakukan

pemeriksaan penunjang lainnya seperti USG, CTG, dll. (Prawirohardjo,

2008).

e) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri ( TFU ).

Pengukuran tinggi fundus uteri di atas simfisis pubis di gunakan sebagai

salah satu indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan janin dan dapat

di jadikan perkiraan usia kehamilan (Mufdillah, 2009 H;44 ).

Pengukuran tinggi fundus uteri dengan trknik Mc Donald adalah cara

mengukur tinggi fundus uteri menggunakan alat ukur panjang mulai dari tepi

atas simfisis pubis sampai fundus uteri atau sebaliknya, (Mandriwati, 2007 ).

f) Tafsiran Berat Janin


32

Tafsiran berat janin merupakan salah satu faktor penting dalam

manajemen persalinan.Berat lahir yang ekstrim kecil atau besar berpotensi

meningkatkan morbiditas perinatal yang dapat mempengaruhi kehidupan dan

masa depan bayi (Cunningham et al,2010).

7. Pemeriksaan Ibu Hamill Di Era Pandemi Covid-19

Pelayanan antenatal (Antenatal Care/ANC) pada kehamilan normal

minimal 6x dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan 3x di

Trimester 3. Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di Trimester

1 dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3.

1. ANC ke-1 di Trimester 1 : skrining faktor risiko dilakukan oleh

Dokter dengan menerapkan protokol kesehatan. Jika ibu datang

pertama kali ke bidan, bidan tetap melakukan pelayanan antenatal

seperti biasa, kemudian ibu dirujuk ke dokter untuk dilakukan

skrining. Sebelum ibu melakukan kunjungan antenatal secara tatap

muka, dilakukan janji temu/ teleregistrasi dengan skrining

anamnesa melalui media komunikasi (telepon)/ secara daring

untuk mencari faktor risiko dan gejala COVID-19.

a) Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan

swab atau jika sulit untuk mengakses RS Rujukan maka


33

dilakukan Rapid Test. Pemeriksaan skrining faktor risiko

kehamilan dilakukan di RS Rujukan.

b) Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan skrining

oleh Dokter di FKTP.

2. ANC ke-2 di Trimester 1, ANC ke-3 di Trimester 2, ANC ke-4 di

Trimester 3, dan ANC ke-6 di Trimester 3 :

a) Dilakukan tindak lanjut sesuai hasil skrining. Tatap muka

didahului dengan janji temu/teleregistrasi dengan skrining

anamnesa melalui media komunikasi (telepon)/secara daring

untuk mencari faktor risiko dan gejala COVID-19.

b) Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk

dilakukan swab atau jika sulit mengakses RS Rujukan maka

dilakukan Rapid Test.

c) Jika tidak ada gejala COVID-19, maka dilakukan pelayanan

antenatal di FKTP.

3. ANC ke-5 di Trimester 3

Skrining faktor risiko persalinan dilakukan oleh Dokter dengan

menerapkan protokol kesehatan. Skrining dilakukan untuk

menetapkan faktor risiko persalinan, menentukan tempat


34

persalinan, dan menentukan apakah diperlukan rujukan terencana

atau tidak.

4. Rujukan terencana diperuntukkan bagi:

a) Ibu dengan faktor risiko persalinan dirujuk ke RS untuk

tatalaksana risiko atau komplikasi persalinan.

b) Ibu dengan faktor risiko COVID-19. Skrining faktor risiko

persalinan dilakukan di RS Rujukan.

c) Jika tidak ada faktor risiko yang membutuhkan rujukan

terencana, pelayanan antenatal selanjutnya dapat dilakukan di

FKTP.

5. Janji temu/teleregistrasi adalah pendaftaran ke fasilitas pelayanan

kesehatan untuk melakukan pemeriksaan antenatal, nifas, dan

kunjungan bayi baru lahir melalui media komunikasi

(telepon/SMS/WA) atau secara daring. Saat melakukan janji

temu/teleregistrasi, petugas harus menanyakan tanda, gejala, dan

faktor risiko COVID-19 serta menekankan pemakaian masker bagi

pasien saat datang ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

6. Skrining faktor risiko (penyakit menular, penyakit tidak menular,

psikologis kejiwaan, dll) termasuk pemeriksaan USG oleh Dokter


35

pada Trimester 1 dilakukan sesuai Pedoman ANC Terpadu dan

Buku KIA.

a) Jika tidak ditemukan faktor risiko, maka pemeriksaan

kehamilan ke 2, 3, 4, dan 6 dapat dilakukan di FKTP oleh

Bidan atau Dokter. Demikian pula untuk ibu hamil dengan

faktor risiko yang bisa ditangani oleh Dokter di FKTP.

b) Jika ditemukan ada faktor risiko yang tidak dapat ditangani

oleh Dokter di FKTP, maka dilakukan rujukan sesuai dengan

hasil skrining untuk dilakukan tatalaksana secara

komprehensif (kemungkinan juga dibutuhkan penanganan

spesialistik selain oleh Dokter Sp.OG)

7. Pada ibu hamil dengan kontak erat, suspek, probable, atau

terkonfirmasi COVID-19, pemeriksaan USG ditunda sampai ada

rekomendasi dari episode isolasinya berakhir. Pemantauan

selanjutnya dianggap sebagai kasus risiko tinggi.

8. Ibu hamil diminta mempelajari dan menerapkan buku KIA dalam

kehidupan sehari-hari.

a) Mengenali TANDA BAHAYA pada kehamilan. Jika ada

keluhan atau tanda bahaya, ibu hamil harus segera

memeriksakan diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.


36

b) Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan

gerakan janinnya. Jika terdapat risiko/tanda bahaya

(tercantum dalam buku KIA), seperti mual-muntah hebat,

perdarahan banyak, gerakan janin berkurang, ketuban pecah,

nyeri kepala hebat, tekanan darah tinggi, kontraksi berulang,

dan kejang atau ibu hamil dengan penyakit diabetes mellitus

gestasional, pre eklampsia berat, pertumbuhan janin

terhambat, dan ibu hamil dengan penyakit penyerta lainnya

atau riwayat obstetri buruk, maka ibu harus memeriksakan

diri ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

c) Pastikan gerak janin dirasakan mulai usia kehamilan 20

minggu. Setelah usia kehamilan 28 minggu, hitunglah

gerakan janin secara mandiri (minimal 10 gerakan dalam 2

jam). Jika 2 jam pertama gerakan janin belum mencapai 10

gerakan, dapat diulang pemantauan 2 jam berikutnya sampai

maksimal dilakukan hal tersebut selama 6x (dalam 12 jam).

Bila belum mencapai 10 gerakan selama 12 jam, ibu harus

segera datang ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk

memastikan kesejahteraan janin.


37

d) Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan

mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga

kebersihan diri dan tetap melakukan aktivitas fisik berupa

senam ibu hamil/ yoga/pilates/peregangan secara mandiri di

rumah agar ibu tetap bugar dan sehat.

e) Ibu hamil tetap minum Tablet Tambah Darah (TTD) sesuai

dosis yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

9. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil dengan

status suspek, probable, atau terkonfirmasi positif COVID-19

dilakukan dengan pertimbangan dokter yang merawat.

10. Pada ibu hamil suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19,

saat pelayanan antenatal mulai diberikan KIE mengenai pilihan

IMD, rawat gabung, dan menyusui agar pada saat persalinan sudah

memiliki pemahaman dan keputusan untuk perawatan bayinya.

11. Konseling perjalanan untuk ibu hamil. Ibu hamil sebaiknya tidak

melakukan perjalanan ke luar negeri atau ke daerah dengan

transmisi lokal/ zona merah (risiko tinggi) dengan mengikuti

anjuran perjalanan (travel advisory) yang dikeluarkan pemerintah.

Dokter harus menanyakan riwayat perjalanan terutama dalam 14


38

hari terakhir dari daerah dengan penyebaran COVID-19 yang luas

(Kementerian Kesehatan tahun, 2020).

B. Persalinan

1.Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir

atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).

(Prawirohardjo, 2010).

2.Etiologi terjadinya Pesalinan.

Sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori-teori

yang kompleks.Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur

uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-faktor yang

mengakibatkan persalinan mulai. Menurut Wiknjosastro (2010) mulai dan

berlangsungnya persalinan antara lain:

a.Teori penurunan hormon


39

Penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron yang terjadi kira-

kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai. Progesteron bekerja sebagai

penenang bagi otot-otot uterus dan akan menyebabkan kekejangan

pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.

b.Teori plasenta menjadi tua.

Vill korialis menglami perubahan-perubahan , sehingga kadar

esterogen dan progestoren menurun yang menyebabkan kekejangan

pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin.

Jika nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera di

keluarkan.

d.Teori distensi rahim.

Keadaan uterus yang terus menerus membesar dan menjadi tegang

mengakibatkan iskemi otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan

faktor yang dapat menggangu sirkulasi uteroplasenter sehingga

plasenta menjadi degenerasi.

e. Teori iritasi mekanik.

Tekanan pada ganglio servikale dari pleksus frankenhauser yang

terletak di belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan,kontraksi uterus

akan timbul.
40

3.Pembagian Proses Persalinan.

a.Persalinan Kala I

Persalinan Kala I adalah pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai dengan pembukaan lengkap yang ditandai oleh:

Penipisan dan pembukaan serviks.Kontraksi uterus yang mengakibatkan

perubahan pada serviks (frekunsi minimal 2 kali dalam 10 menit).

Keluarnya lendir bercampur darah.

Menurut Wiknjosasto kala pembukaan terbagi menjadi 2 fase yaitu:

 Fase laten: Pembukaan serviks berlangsung lambat, dimulai dari

pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3cm ,berlangsung kira-kira 8

jam.

 Fase Aktif: Dari pembukaan 3cm sampai pembukaan 10 cm,

berlangsung kira-kira 7jam. Fase aktif terbagi menjadi:

1. Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam, pembukaan 3cm

menjadi 4 cm.

2. Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari pembukaan 4 cm

menjadi 9 cm.

3. Fase deselarasi: berlangsung lambat,dalam waktu 2 jam

pembukaan jadi 10 cm.


41

b.Kala II (pengeluaran)

dimulai dari pembukaan lengkap(10 cm) sampai bayi lahir. Pada

primigravida berlangsung 2 jam dan pada multigravida berlangsung 1

jam. Pada kala pengeluaran,his terkoordinir,kuat,cepat dan lebih

lama ,kira-kira 2-3 menit sekali.Kepala janin telah turun masuk ruang

panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang

secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada

rektum ,ibu merasa seperti mau buang air besar ,dengan tanda anus

terbuka. Pada waktu his ,Kepala janin mulai terlihat,vulva membuka,

dan perineum meregang. Dengan his mengedan maksimal kepala janin

di lahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka, dagu

melewati perineum. Setelah his istirahat sebentar, maka his akan mulai

lagi untuk mengeluarkan anggota badan bayi.

c. Kala III( Pelepasan Uri)

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri.Di mulai

segera setelah bayi baru lahir sampai lahirnya plasenta yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit .

1.Tanda gejala kala III

tanda gejala kala III adalah : perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri,

tali pusat memanjang ,semburan darah tiba-tiba.


42

2.. Fase-fase dalam pengeluaran uri (kala III)

fase-fase dalam pengeluaran uri ada beberapa macam,yaitu:

a. Fase pelepasan uri

Cara lepasnya uri ada beberapa macam, yaitu:

 Schultze: lepasnya seperti kita menutup payung , cara ini

paling sering terjadi (80%).Yang lepas duluan adalah

bagian tengah, kemudian seluruhnya.

 Duncan : lepasnya uri mulai dari pinggir ,uri lahir akan

mengalir keluar antara selaput ketuban pinggir plasenta.

b. Fase pengeluaran Uri

Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri, antara lain:

 Kustner: dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada

atas simfisis, tali pusat di tegangkan maka bila tali pusat

masuk(belum lepas) , jika diam atau maju (sudah lepas).

 Klein: saat ada his, rahim kita dorong sedikit,bila tali pusat

kembali(belum lepas),diam atau turun(sudah lepas).

 Strassman: tegangkan tali pusat dan ketok fundus bila tali

pusat bergetar( belum lepas),tidak bergetar (sudah lepas),

rahim menonjol diatas simfisis,tali pusat bertambah


43

panjang,rahim bundar dan keras , keluar darah secara tiba-

tiba.

d.Kala IV(Observasi)

Observasi yang dilakukan pada kala IV adalah:

1. Tingkat kesadaran.

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital,tekanan darah, nadi,dan pernafasan.

3. Kontraksi uterus.

4. Perdarahan : dikatakan normal jika tidak melebihi 500cc.

4 Asuhan Persalinan Normal.

Bertujuan untuk mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat

kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinnya, melalui berbagai upaya yang

terintegrassi dan lengkap tetapi dengan interfensi yang minimal sehingga prinsip

keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.

5. Proses Terjadinya Persalinan

Sebelum terjadinya persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya

wanita memasuki bulannya yang disebut kala pendahuluan, ini memberikan tanda-

tanda sebagai berikut :

a. Turunnya kepala masuk pintu atas panggul, terutama pada primi

gravida minggu ke 36 dapat menimbulkan sesak di bagian bawah,


44

diatas simpisis pubis dan ingin sering kencing karena kandung

kemih tertekan kepala.

b. Perut melebar karena fundus uteri turun.

c. Terjadi perasaan sakit dari daerah pinggang karena kontraksi

ringan otot rahim.

d. Terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim.

e. Terjadi pengeluaran lendir, dimana serviks dilepaskan. (Manuaba,

2010)

6. Tanda – tanda persalinan

Tanda-tanda persalinan adalah sebagai berikut:

a. Perasaan distensi berkurang (lightening).

b. Perubahan serviks.

c. Terdapat his.

d. Ketuban pecah.

e. Adanya Blood show (Lendir bercampur darah).

f. Terjadi Lonjakkan energi. (Manuaba, 2010)

5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

a. Power (kekuatan mendorong janin keluar) terdiri dari :


45

 His ( kontraksi uterus) : Merupakan kontraksi dan relaksasi

otot uterus yang bergerak dari fundus ke korpus sampai

dengan ke serviks secara tidak sadar.

 Kontraksi otot dinding rahim.

 Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.

b. Passanger ( Janin&Plasenta )

Bagian yang paling besar dari janin adalah kepala janin

posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan

sehingga dapat membahayakan kehidupan janin.

Ukuran diameter kepala janin yang normal yaitu :

 D. Occipito frontalis 12 cm (letak puncak kepal) mento-

occipitalis 13,5 cm (letak dahi)

 D. Suboccipito-bregmatika 9,5 cm (LBK)

c. Passage (jalan lahir) terdiri dari :

 Jalan lahir keras

Tulang-tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang os

coxae (2 buah kiri dan kanan ) , os sakrum dan os cocygis.

Os coxae terdiri dari os ilium, os ischium dan os pubis. Pintu

atas panggul (intlet) merupakan suatu bidang yang dibentuk

oleh promontorium, linea inomminata, dan pinggir atas


46

simfisis pubis, terdapat 4 diameter yaitu diameter

anteroposterior (12,5 cm), diameter tranversa (12,5-13cm), 2

diameter oblikua (13cm). Ukuran-ukuran pintu atas panggul

penting diketahui panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke

promontorium lebih kurang 11 cm disebut konjugata vera,

jarak bagian bawah simfisis sampai ke promontorium disebut

konjugata diagonalis (13 cm). Apabila promontorium dapat

diraba, maka konjugata diagonalis dapat diukur yaitu

CV=CD-1,5. Persilangan konjugata vera dengan diameter

tranversa disebut diameter oblikua (13 cm).

Pintu tengah panggul (midlet) dibatasi oleh spina

ischiadica. Jarak antara kedua sina (distansia intersinarum)

normal ± 10 cm. Sakrum, apakah melengkung dengan baik

dari atas ke bawah dan cekung ke belakang. Pintu bawah

panggul (outlet) dibatasi oleh arkus pubis dalam keadaan

normal besarnya sudut ini ± 90º, atau lebih besar sedikit. Os

cocygeus mobile.

 Jalan lahir lunak

Jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah

segmen bawah rahim, servik uteri dan vagina. Disamping itu


47

otot-otot, jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat-alat

urogenital juga sangat berperan pada persalinan. Dasar

panggul terdiri dari diafragma pelvis yakni m. Levator ani,

m.pubococcygeus, m.ileococcygeus, m.ischiococcygeus.

Diaragma urogenital yakni perineal fasciae otot-otot

soperfisial.

d. Psikis wanita (ibu)

e. Penolong (Manuaba, 2010).

7. Langkah – langkah pertolongan persalinan normal

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II

 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

 Ibu merasakan tekanan semakin meningkat pada rectum danatau

vagina.

 Perineum menonjol.

 Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

a. Menyiapkan Pertolongan Persalinan.

2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.

Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril

sekali pakai di dalam partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.


48

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,mencuci

kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan

mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai atau pribadi

yang bersih.

5.Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaandalam.

6. Masukkan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan

memakaisarung tangan DTT atau steril) dan meletakannya kembali

di partus set anpa dekontaminasi tabung suntik.

b. Memastikan Pembukaan lengkap dengan Janin Baik

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang

sudah dibasahi air DTT.Jika mulut vagina, perineum atau anus

terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama

dengan cara menyeka dari depan ke belakang.Membuang kapas atau

kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.Mengganti sarung

tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan dengan

benar ke dalam larutan dekontaminasi).


49

8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan pembukaan lengkap.Bila selaput ketuban belum

pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin

0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta

merendamnya di dalam larutan klorin 0.5% selama 10 menit. Cuci

tangan setelah sarung tangan dilepas.

10.Memerisa denyut jantung janin (DJJ), setelah kontraksi berakhir

untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali per

menit ).

 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan

semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada patograf.

c. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Pimpinan

Persalinan.

11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik.Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai

keinginannya. Menunggu hingga timbul rasa ingin meneran,

melanjutkan pemantaun kondisi dan kenyamanan ibu dan janin


50

sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan dokumentasikan

semua temuan yang ada.Menjelaskan pada anggota keluarga tentang

bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat

pada ibu untuk meneran secara benar.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi untuk ibu

meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk

dan pastikan ia merasa nyaman).

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran:

 Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan

untuk meneran.

 Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran

 Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(tidak meminta ibu berbaring terlentang).

 Menganjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi.

 Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi

semangat pada ibu.

 Menganjurkan asupan cairan per oral (minum).

 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.


51

 Jika bayi belum lahir atau kelahiran belum akan terjadi segera

dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara

atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika

ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi yang nyaman jika ibu belum ingin meneran 60 menit,

anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi

tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.Jika bayi belum lahir

atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit

meneran, merujuk ibu dengan segara.

d. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 - 6

cm,letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan

bayi.

16. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong

ibu.

17. Membuka partus set.

18. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

e. Menolong Kelahiran Bayi


52

19. Saat kepala bayi terlihat di vulva 5-6 cm, melindungi perineum

dengan satu tangan yang dilapisi kain. Meletakkan tangan yang lain

di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak

menghambat kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-

lahan.Menganjurkan ibu meneranperlahan-lahan. Menganjurkan ibu

untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala

lahir.

20. Dengan lemb ut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain

atau kasa yang bersih.

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

f. Lahirnya Bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua

tangan di masing-masing sisi muka bayi (secara biparental).

Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.

Dengan lembut gerakkan ke arah bawah dan kearah luar hingga

bahu depan (anterior) muncul di bawah arkus pubis dan dengan

lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan

bahu belakang (posterior).


53

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala

bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan,

membiarkan bahu dan lengan bawah lahir ke tangan

tersebut.Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat

melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk

menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.Menggunakan tangan

anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior

bayi saat keduanya lahir.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, tungkai dan kaki.Pegang kedua mata kaki (masukkan

telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan

ibu jari dan jari lainnya).

g. Penanganan Bayi Baru Lahir

25. Melakukan penilaian selintas:

 Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

 Apakah bayi bergerak aktif ?

26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.Ganti

handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Membiarkan

bayi atas perut ibu.


54

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus.

28. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitasin agar uterus

berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit

IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan

aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-

kira 3 cm dari pusat bayi.Mendorong isi tali pusat ke arah distal

(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem

pertama.

31. Dengan satu tangan.Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi

perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem

tersebut.

32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya

dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di

kepala bayi.

h. Penegangan tali pusat terkendali


55

34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva.

35. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas

simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas

(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).

Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan

tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi

prosedur di atas.Jika uterus tidak berkontraksi, minta ibu, suami

atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti

poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).

i. Mengeluarkan Plasenta

38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin.Kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah

yang telah disediakan.Jika selaput ketuban robek, pakai sarung


56

tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput

kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk

mengeluarkan bagian seluput yang tertinggal.

j. Rangsangan Taktil (Massase) Uterus

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan massase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras).

k. Menilai Perdarahan

40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan

pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.Meletakkan plasenta

dalam katung plastik atau tempat khusus.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera

menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif..

l. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan

42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarhan pervagiam.

43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam.


57

44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes

mata antibiotic profilaksis, dan vitamin K1 1 mg( 0,5 cc )

intramaskuler di paha kiri anterolateral.

45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 1 mg ( 0,5 cc ) berikan

suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

46.Melanjutkan pemantuan kontraksi uterus dan perdarahan

pervaginam.

 2-3 kali dalam 15 menit pertama persalinan.

 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.

 Setaip 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.

 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan

perawatan yang sesuai untuk melaksankan atonia uteri.

47. Mengajarkan pada ibu dan keluarga bagaimana melakukan massase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

48. Mengevaluasi kehilangan darah.

49. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan kandung kemih setiap 15 menit

selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit

selama jam kedua pasca persalinan.

 Memeriksa suhu tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam

pertama pasca persalinan.


58

 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.

 Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bernapas dengan

baik ( 40-60 kali/menit ) serta suhu tubuh normal ( 36,6 0C-

37,70C ).

50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik.

m. Kebersihan dan Keamanan

51. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk

dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas peralatan

setelah didekontaminasi.

52. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT, membersihkan

cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian

yang bersih dan kering.


59

54. Memastikan bahwa ibu nyaman.Membantu ibu memberikan

ASI.Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan

makanan yang diinginkannya.

55. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 % dan

membilasnya dengan air bersih.

56. Mencelupkan sarung tangna kotor ke dalam larutan klorin 0,5%

balikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan

klorin 0,5 % selama 10 menit.

57. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

n. Dokumentasi

58. Melengkapi patograf (bagian depan dan belakang). (Prawirohardjo,

2010).

8. Persalinan Di Era Pandemi Covid-19

1. Semua persalinan dilakukan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

2. Pemilihan tempat pertolongan persalinan ditentukan berdasarkan:

a) Kondisi ibu yang ditetapkan pada saat skrining risiko

persalinan.

b) Kondisi ibu saat inpartu.

c) Status ibu dikaitkan dengan COVID-19.


60

1. Persalinan di RS Rujukan COVID-19 untuk ibu

dengan status: suspek, probable, dan terkonfirmasi

COVID-19 (penanganan tim multidisiplin).

2. Persalinan di RS non rujukan COVID-19 untuk ibu

dengan status: suspek, probable, dan terkonfirmasi

COVID-19, jika terjadi kondisi RS rujukan COVID-19

penuh dan/atau terjadi kondisi emergensi. Persalinan

dilakukan dengan APD yang sesuai.

3. Persalinan di FKTP untuk ibu dengan status kontak

erat (skrining awal: anamnesis, pemeriksaan darah

normal (NLR < 5,8 dan limfosit normal), rapid test

non reaktif). Persalinan di FKTP menggunakan APD

yang sesuai dan dapat menggunakan delivery chamber

(penggunaan delivery chamber belum terbukti dapat

mencegah transmisi COVID-19).

d) Pasien dengan kondisi inpartu atau emergensi harus diterima

di semua Fasilitas Pelayanan Kesehatan walaupun belum

diketahui status COVID-19. Kecuali bila ada kondisi yang

mengharuskan dilakukan rujukan karena komplikasi obstetrik.

3. Rujukan terencana untuk :


61

a) ibu yang memiliki risiko pada persalinan dan

b) ibu hamil dengan status Suspek dan Terkonfirmasi COVID-19

4. Ibu hamil melakukan isolasi mandiri minimal 14 hari sebelum

taksiran persalinan atau sebelum tanda persalinan.

5. Pada zona merah (risiko tinggi), orange (risiko sedang), dan

kuning (risiko rendah), ibu hamil dengan atau tanpa tanda dan

gejala COVID-19 pada H-14 sebelum taksiran persalinan

dilakukan skrining untuk menentukan status COVID-19. Skrining

dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan darah NLR atau rapid

test (jika tersedia fasilitas dan sumber daya). Untuk daerah yang

mempunyai kebijakan lokal dapat melakukan skrining lebih awal.

6. Pada zona hijau (tidak terdampak/tidak ada kasus), skrining

COVID-19 pada ibu hamil jika ibu memiliki kontak erat dan atau

gejala.

7. Untuk ibu dengan status kontak erat tanpa penyulit obstetrik

(skrining awal: anamnesis, pemeriksaan darah normal (NLR < 5,8

dan limfosit normal), rapid test non reaktif), persalinan dapat

dilakukan di FKTP. Persalinan di FKTP dapat menggunakan

delivery chamber tanpa melonggarkan pemakaian APD


62

(penggunaan delivery chamber belum terbukti dapat mencegah

transmisi COVID-19).

8. Apabila ibu datang dalam keadaan inpartu dan belum dilakukan

skrining, Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus tetap melayani tanpa

menunggu hasil skrining dengan menggunakan APD sesuai

standar.

9. Hasil skrining COVID-19 dicatat/dilampirkan di buku KIA dan

dikomunikasikan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat rencana

persalinan.

10. Pelayanan KB pasca persalinan tetap dilakukan sesuai prosedur,

diutamakan menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

(MKJP).

e. partograf

Definisi

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif

persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah mencatat

hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan

serviks melalui pemeriksaan dalam. (Rukiyah , 2009).

Tujuan penggunaan partograf :


63

a) Untuk mengobservasi dan mencatat kemajuan persalinan dengan

memeriksa pembukaan serviks berdasarkan pemeriksaan

pervaginam.

b) Partograf membantu bidan untuk mendeteksi apakah proses

persalinan berjalan normal atau tidak.

c) Jika persalinan berjalan abnormal yang menjadi petunjuk untuk

melakukan suatu intervensi yang diperlukan.

Komponen – komponenKemajuan persalinan.

Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara

seksama, yaitu:

a) Denyut jantung janin : setiap 30 menit

b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit

c) Nadi : setiap 30 menit

d) Pembukaan serviks : setiap 4 jam

e) Tekanan darah dan temperature tubuh : setiap 4 jam

f) Produksi urin, aseton dan protein sedikitnya setiap 2 jam

(Prawirohardjo 2014)

f. Kemajuan persalinan

a) Pembukaan serviks
64

- Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam dan hasil dari

pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama masa

fase aktif persalinan, diberi tanda silang (x) harus ditulis di garis

waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.

b) Penurunan bagian terbawah janin.

- Dengan metode lima jari (perlimaan). Penurunan bagian

terbawah janin setiap 4 jam.Pemeriksaan turun kepala janin

dilakukan dengan periksa dalam dancatat dengan beri tanda (O)

yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.

Periksa luar Periksa Keterangan

dalam
5/5 Kepala di atas PAP,

mudah digerakkan
4/5 H I-II Sulit digerakkan,bagian

terbesar kepala belum

masuk panggul.
3/5 H II-III Bagian terbesar kepala

belum masuk panggul


2/5 H III + Bagian terbesar kepala

sudah masuk panggul.


1/5 H III-IV Kepala di dasar panggul
0/5 H IV Di perineum
65

c) Kontraksi uterus

Setiap 30 menit raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10

menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.

Ada 3 cara mengarsir lamanya kontraksi uterus :

< 20 detik (berupa titik-titik)

20 - 40 detik (berupa garis-garis)

> 40 detik (dihitamkan penuh)

c) Keadaan Janin : Denyut Jantung

Nilai dan catat setiap 30 menit sekali. Setiap kotak di bagian atas

partograf menunjukkan waktu 30 menit. Catat DJJ dengan memberi

tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan

DJJ,kumudian hubungkan. Sebaiknya penolong harus waspada bila

DJJ mengarah dibawah 120 atau di atas 160 x/menit. Dengarkan DJJ

selama 1 menit.

d) Warna adanya air ketuban


66

Nilai air kondisi ketuban setiap melakukan periksa dalam dan

nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Gunakan

lambang-lambang berikut ini :

U : Selaput ketuban utuh

J: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih.

M: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium.

D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.

K : Selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban jemih tidak

mengalir lagi / kering.

e) Moulage tulang kepala janin

Setiap melakukan periksa dalam, gunakan lambang-lambang berikut:

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah

1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi dapat

dipisahkan

3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat

dipisahkan

f) Keadaan ibu : Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh


67

a. Nadi : dicatat setiap 30 menit dan ditandai dengan sebuah titik besar

( ● ).

b. Tekanan darah dan temperatur tubuh : dicatat setiap 4 jam dan

ditandai dengan anak panah.

c. Urin (Volume, protein atau aseton): dicatat setiap 2 sampai 4 jam.

d. Obat-obatan dan cairan yang diberikan diberikan

- Oksitosin.

- Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan (APN,

2009).

C. Nifas

1.Pengertian Nifas

Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu ( 42 hari ) setelah itu. Pelayanan pasca

persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu

dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan

komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta pelayanan pemberian

ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, nutrisi bagi ibu.

(Prawirohardjo, 2010).

2.Kebijakan Program Nasional Masa Nifas.


68

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit melakukan

kunjungan empat kali pada masa nifas, dengan tujuan unuk:

 Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

 Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan

pada ibu nifas dan bayi.

 Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.

 Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan menggangu kesehatan ibu

nifas maupun bayinya.

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan nifas:

Kunjungan I:

6-8 jam Post Partum,asuhan yang diberikan:

- Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.

- Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan

rujukan bila perdarahan berlanjut.

- Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah

perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri.

- Pemberian ASI awal.

- Setelah bidan melakukukan pertolongan persalinan, maka bidan

harus menjaga ibu dan bayi 2 jam pertama setelah kelahiran atau

sampai keadaan ibu dan bayi membaik.


69

Kunjungan II:

6 hari Post Partum,asuhan yang diberikan:

- Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi

dengan baik,tinggi fundus uteri dibawah umbilikus ,tidak ada

perdarahan abnormal.

- Menilaiadanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan.

- Memastikan ibu istirahat yang cukup.

- Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi dan cukup cairan.

- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-

tanda kesulitan menyusui.

- Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

Kunjungan III

2 minggu Post Partum, asuhan yang diberikan:

Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan

pada kunjungan 6 hari post partum.

Kunjungan IV

6 minggu Post Partum, asuhan yang diberikan:

- Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.

- Memberikan konseling KB secara dini.


70

(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal,Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawihardjo halaman

69,jakarta Ambarwati,2008)

3. Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas

Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-

angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan

alat genetalia ini disebut involusi.

a. Uterus

Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi

posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara

umbilikus dan simfisis, atau sedikit lebih tinggi. Involusi uterus

melibatkan pengorganisasian dan penggugguran desidua serta

pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan

pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh warna dan

banyaknya lochia.

b. Lochia.

Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri

dan vagina selama masa nifas. Berikut ini adalah beberapa jenis

lochia yang terdapat pada wanita pada masa nifas :


71

- Lochia rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan

sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa,

lanugo dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan.

- Lochia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir yang keluar pada har i ke 3 sampai ke 7 pasca

persalinan.

- Lochia serosa berbentuk serum dan berwarna merah jambu

kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada

hari ke 7 sampai hari ke 14

- Lochia alba berwarna putih dimulai dari hari ke 14 kemudian

makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai

satu atau dua minggu berikutnya.

c. Serviks

Segera setelah berakhirnya persalinan, serviks menjadi sangat

lembek, kendur, dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan

lecet, terutama di bagian anterior. Rongga leher serviks bagian

luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat

empat minngu postpartum.


72

d. Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium

merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara

berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali

kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali

pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan

yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi

karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara.

e. Payudara (Mammae)

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi

terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua

mekanisme fisiologis, yaitu sebagi berikut

- Produksi susu.

- Sekresi susu atau let down (mengalirkan)

Gambaran Klinis Masa Nifas:

- Proses involusi uteri

a) Bayi lahir: TFU: Setinggi pusat, 2 jari bawah pusat,

Berat Uterus: 1000 g.

b) 1 minggu: TFU:Pertengahan pusat-simfisis , Berat Uterus: 750 g

c) 2minggu: TFU: Tidak teraba, Berat Uterus: 500 g


73

d) 6 minggu: TFU: Normal,Berat Uterus: 50 g

e) 8 minggu : TFU:Normal, Berat Uterus: 30 g

4.Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

Menurut Reva Rubin Proses adaptasi psikologis ibu pada masa nifas

terbagi menjadi tiga tahap :

a. Taking in period

Adalah periode ketergantungan.Periode ini berlangsung dari hari

pertama sampai kedua setelah melahirkan.Pada fase ini, ibu sedang

berfokus terutama pada dirinya sendiri.

b. Taking hold period

Berlangsung 3-10 hari postpartum, pada fase ini ibu timbul rasa

khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam

merawat bayi.

c. Letting go period

Adalah periode menerima tanggung jawab akan peran barunya.

Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

5.Tanda Bahaya Masa Nifas

a. Infeksi lokal

- Terbentuk pus.
74

- Pengeluaran lokia bercampur nanah.

- Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri.

- Temperatur badan dapat meningkat.

b. Infeksi umum

- Tampak sakit dan lemah

- Temperature meningkat lebih dari 39ºc

- Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.

- Pernapasan dapat meningkat dan terasa sesak.

- Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.

- Terjadi gangguan involusi uterus.

- Lokia berbau dan mengeluarkan pus serta kotor. (Manuaba,

2010).

5.Pemeriksaan Fisik Masa Nifas.

Pemeriksaan pada masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan selama

masa nifas. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi

baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-

masalah yang terjadi.Kunjungan masa nifas terbagi menjadi:

a. 6-8 jam setelah persalinan

Tujuannya adalah :

- Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.


75

- Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk

jika perdarahan berlanjut.

- Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri.

- Pemberian ASI awal.

- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

- Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal

dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah

kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

b. 6 hari setelah persalinan

Tujuannya adalah :

- Memastikan involusi uterus berjalan normal.

- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal.

- Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan

istirahat.

- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.


76

- Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

c. 2 minggu setelah persalinan

Tujuannya sama dengan kunjungan 6 hari setelah persalinan.

d. 6 minggu setelah persalinan

Tujuannya adalah:

- Menanyakan penyuli-penyulit yang ia atau bayi alami.

- Memberikan konseling untuk KB secara dini.

(Saifuddin, 2011).

6. Pemeriksaan Ibu Nifas Di Era Pandemi Covid-19

1. Pelayanan Pasca Salin (ibu nifas dan bayi baru lahir) dalam

kondisi normal tidak terpapar COVID-19 : kunjungan minimal

dilakukan minimal 4 kali

2. Pelayanan KB pasca persalinan diutamakan menggunakan

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), dilakukan dengan

janji temu dan menerapkan protokol kesehatan serta

menggunakan APD yang sesuai dengan jenis pelayanan.

3. Ibu nifas dengan status suspek, probable, dan terkonfirmasi

COVID-19 setelah pulang ke rumah melakukan isolasi mandiri


77

selama 14 hari. Kunjungan nifas dilakukan setelah isolasi

mandiri selesai.

4. Ibu nifas dan keluarga diminta mempelajari dan menerapkan

buku KIA dalam perawatan nifas dan bayi baru lahir di

kehidupan sehari-hari, termasuk mengenali TANDA BAHAYA

pada masa nifas dan bayi baru lahir. Jika ada keluhan atau tanda

bahaya, harus segera memeriksakan diri dan atau bayinya ke

Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

5. KIE yang disampaikan kepada ibu nifas pada kunjungan pasca

salin (kesehatan ibu nifas):

a) Higiene sanitasi diri dan organ genitalia.

b) Kebutuhan gizi ibu nifas.

c) Perawatan payudara dan cara menyusui.

d) Istirahat, mengelola rasa cemas dan meningkatkan peran

keluarga dalam pemantauan kesehatan ibu dan bayinya.

e) KB pasca persalinan : pada ibu suspek, probable, atau

terkonfirmasi COVID-19, pelayanan KB selain AKDR

pascaplasenta atau sterilisasi bersamaan dengan seksio sesaria,

dilakukan setelah pasien dinyatakan sembuh (Kementerian

Kesehatan tahun, 2020).


78

D. Bayi Baru Lahir

1.Pengertian Bayi Baru Lahir.

Adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42

minggu dengan berat lahir 2500 gram – 4000 gram. Beberapa

pengertian tentang Bayi Baru Lahir yaitu :

- Bayi Baru Lahir (newborn) inggris atau bneonatus (latin) adalah

bayi yang baru dilahirkan sampai uasia 4 minggu

- Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru dilahirkan pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) dan BB lahir 2500 gram

-4000 gram dan tanpa tanda-tanda asfiksia dan penyakit penyerta

lainnya.

- Neonatal dini adalah Bayi Baru Lahir sampai dengan usia 1

minggu

- Neonatal lanjut adalah Bayi baru lahir dari usia 8 -28 hari.(Sari

Wahyuningsih, 2011)

2.Perubahan yang segera terjadi sesudah kelahiran.

1) Mekanisme kehilangan panas

Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:


79

a) Konduksi, yaitu melalui benda-benda padat yang berkontak

dengan kulit bayi.

b) Konveksi, yaitu pendinginan melalui aliran udara di sekitar

bayi

c) Evaporasi, yaitu kehilangan panas melalui penguapan air pada

kulit bayi yang basah

d) Radiasi, yaitu melalui benda padat dekat bayi yang tidak

berkontak secara langsung dengan kulit bayi. (Prawirohardjo,

2014).

3.Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan.

a). Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali / menit

b) .Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru ataupucat,

memar

c). Pemberian makan, hisapan lemah, mengantuk, berlebihan, banyak

muntah.

d).Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.

e) Infeksi, suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan, bau

busuk, pernapasan sulit.

f). Tinja/kemih, tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering,

hijau tua ada lendir atau darah pada tinja.


80

g).Aktivitas menggigil, atau tangisan tidak biasa, sangat mudah

tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang,

menangis, terus menerus. (Saifuddin, 2010).

4.Inisiasi Menyusu Dini

IMD yaitu segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan didada atau

perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan

pada bayi untuk mencari dan menemukan puting susu ibunya.

Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan,

mengembalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan

inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan

mencegah infeksi nosokomial. Kadar bilirubin bayi juga cepat normal

karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan

insiden ikterus bayi baru lahir.Kontak kulit dengan kulit juga membuat

bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik.Dengan

demikian, berat badan bayi cepat meningkat.Bagi ibu, IMD dapat

mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin dan secara

psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi.

Setelah lahir, bayi hanya perlu dibersihkan secukupnya dan tidak

perlu membersihkan vernik atau mengeringkan tangan bayi karena

cairan amnion pada tangan bayi akan membantu bayi mencari puting
81

ibu. Dengan waktu yang diberikan, bayi akan menendang dan bergerak

menuju puting. Bayi yang siap menyusu akan menunjukkan gejala

reflex menghisap seperti membuka mulut dan mengulum puting. Refleks

menghisap yang pertama ini timbul 20-30 menit setelah lahir dan

menghisap cepat. Dengan ini, bayi dapat langsung menyusu dan

mendapat kolostrum yang kadarnya maksimal pada 12 jam pasca

persalinan. (prawirohardjo, 2010)

5.Tanda bahaya pada bayi baru lahir:

a) Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali / menit

b) Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru ataupucat,

memar

c)Pemberian makan, hisapan lemah, mengantuk, berlebihan, banyak

muntah.

d)Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah.

e)Infeksi, suhu meningkat , merah , bengkak, keluar cairan, bau

busuk, pernapasan sulit.

f)Tinja/kemih, tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering,

hijau tua ada lendir atau darah pada tinja.


82

g)Aktivitas menggigil, atau tangisan tidak biasa, sangat mudah

tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang,

menangis, terus- menerus. (Saifuddin, 2010).

6.Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir

a) Tanda-tanda vital pada BBL

 Nadi : 120-160 x/menit.

 Suhu : 36,5 ºC -37,2ºC

 Pernapasan : 40-60 x/menit

b) Pengukuran Antropometri

 Berat badan normal : 2500-4000 gram

 Panjang badan normal : 48-52 cm

 Lingkar kepala normal : 33-35 cm

 Lingkar dada normal : 30-38 cm

c) Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling.

d) Keaktifan melakukan gerakan – gerakan tangan dan kaki.

e) Kepala : apakah simetris, adakah caput atau cephal hematom ,

ukur lingkar kepala.

f) Muka : apakah wajah bayi tampak ekspresi.

g) Mata : apakah terdapat bola mata dan tanda – tanda adanya

infeksi.
83

h) Mulut : periksa bayi apakah terdapat labio palato skhizis dan

palato skhizis. Periksa reflex suckling atau menghisap.

i) Leher: Periksa apakah adanya pembesaran kelenjar getah bening

j) Dada : apakah bentuknya simetris, terdapat puting susu.

k) Bahu,Lengan dan Tangan: apakah gerakkan aktif, apakah

polidaktili (lebih jari), sindaktili (jari

seperti bebek), adaktili (kurang jari).

l) Perut : apakah adanya acites atau tidak, apakah ada hernia umbilical

atau tidak, apakah adanya tanda- tanda infeksi pada tali

pusat.

m)Genetalia : Jika bayi perempuan labia mayor menutupi labia

minor, uretra dan vagina berlubang. Sedangkan pada

bayi laki – laki, testis berada dalam skrotum dan penis

berlubang.

n) Tungkai dan kaki : gerakkan normal atau tidak. Apakah terdapat

polidaktili dan sindaktili.

o) Punggung dan anus : apakah ada spina bifida. Apakah anus

berlubang atau tidak.

p) Kulit : perhatikan warna kulit dan apakah terdapat tanda – tanda

lahir dan dalam keadaan normal berwarna kemerahan.


84

q) Tinja dan kemih diharapkan keluar dalam 24 jam pertama.

r) Refleks :

1) Refleks Moro

Refleks ini dapat dikatakan refleks terkejut yang ada pada

bayi atau refleks terhadap suara dan cahaya. Refleks ini antara

lain dapat ditimbulkan dengan menarik kain tempat tidur bayi

dan bayi memperlihatkan gerakkan seperti memeluk.

2) Refleks Grasping / Plantar

Refleks ini adalah reflex menggenggam, berapa gerakkan

fleksi jari – jari kaki dan tangan, dapat ditimbulkan dengan

meletakkan sesuatu pada telapak kaki dan tangan.

Refleks Suckling

Refleks ini adalah refleks menghisap.Refleks ini sangat

berguna pada saat menyusui,dapat diperiksa dengan bertanya

kepada ibu apakah bayi menghisap dengan kuat atau tidak.

3) Refleks Rooting

Refleks ini adalah reflex mencari. Refleks akan timbul pada

bayi yang lapar. Dapat diketahui dengan cara meletakkan sesuatu

disekitar mulutnya, kemudian bayi akan mencari dan

menghisapnya.
85

4) Refleks Walking

Refleks dimana seolah – olah bayi seperti berjalan bila

badannya diangkat.

5) Refleks Tonic Neck

Refleks dimana tonus leher bayi mampu miring kanan dan

miring kiri.

7. Jadwal Imunisasi.

1. Pengertian Imunisasi.

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi

dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh

membuat zar anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

(Muslihatun, 2010).

Imunisasi adalah pemindahan antibodi secara pasif, sehingga akan

didapat kanker kebalan yang bersifat pasif. Vaksinasi adalah

tindakan memberi vaksin untuk merangsang pembentukan imunitas

secara aktif pada tubuh seseorang sehingga akan didapatkan

kekebalan aktif. Jadi terdapat dua jenis kekebalan yang dimiliki tubuh,

yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif.

Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh

bukan dibuat sendiri oleh badan kita. Kekebalan pasif didapat dengan
86

cepat bila diberikan, tetapi sayangnya kekebalan pasif tidak tahan

lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Sebaliknya, kekebalan

aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajang

dengan mikroorganisme atau karena pemberian vaksin (Hadinegoro,

2011, hal 19).

2. Tujuan

Tujuan imunisasi adalah mencegah penyakit pada seseorang

dan mencegah penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau

bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti imunisasi

cacar bopeng (variola) (Hadinegoro, 2011).

3. Jenis-jenis imunisasi dasar

a. BCG (Bacille Calmette Guerin). Vaksin BCG adalah vaksin untuk

mencegah penyakit tuberculosis atau TBC dari bakteri

Mycobacterium tuberculosis.

b. Hepatitis, merupakan penyakit peradangan atau infeksi hati

pada manusia yang disebabkan oleh virus hepatitis B.

c. DPT. Difteri adalah suatu penyakit akut yang bersifat

toxinmediated disease dan disebabkan oleh kuman

Corynebacterium mediated disease. Pertusis atau batuk rejan atau


87

batuk seratus hari bakteri Bordeteia pertusis. Tetanus suatu

penyakit akut, bersifat fatal disebabkan oleh Clostridium tetani.

d. Polio, penyakit yang ditimbulkan adalah meningitis aseptis non

paralitik dan paralisis flaksid atau lumpuh layu.

e. Campak, penyebab penyakit campak adalah virus yang masuk

Deilan genus virus morbili.

4. Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL)

Tabel 2.2 Untuk bayi umur dibawah 1 tahun

Umur bayi Jenis imunisasi


< 7 hari Hepatitis B (HB 0)
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT, HB 1, Polio 2
3 bulan DPT, HB 2, Polio 3
4 bulan DPT, HB 3, Polio 4
9 bulan Campak

8. Pemeriksaan Pada Bayi Baru Lahir Di Era Pandemi Covid-19

1. Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi virus COVID-19 dikarenakan

belum sempurna fungsi imunitasnya.

2. Bayi baru lahir dari ibu yang BUKANODP, PDP atau terkonfirmasi

COVID-19 tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial saat lahir (0 –


88

6 jam) yaitu pemotongan dan perawatan tali pusat,Inisiasi Menyusu Dini

(IMD),injeksi vit K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik, dan

imunisasi Hepatitis B.

3. Bayi baru lahir dari ibu ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19:

a) Tidak dilakukan penundaan penjepitan tali pusat (Delayed Chord

Clamping).

b) Bayi dikeringkan seperti biasa.

c) Bayi baru lahir segera dimandikan setelah kondisi stabil, tidak

menunggu setelah 24 jam

d) TIDAK DILAKUKAN IMD. Sementara pelayanan neonatal esensial

lainnya tetap diberikan.

4. Bayi lahir dari ibu hamil Hbsag reaktif dan COVID-19 terkonfirmasi dan

bayi dalam keadaan:

a) Klinis baik (bayi bugar) tetap mendapatkan pelayanan injeksi vitamin

K1 dan tetap dilakukan pemberian imunisasi Hepatitis B serta

pemberian HbIg (Hepatitis B immunoglobulin kurang dari 24 jam).

b) Klinis sakit (bayi tidak bugar atau tampak sakit) tetap mendapatkan

pelayanan injeksi vitamin K1 dan tetap dilakukan pemberian HbIg

(Hepatitis B immunoglobulin kurang dari 24 jam). Pemberian vaksin

Hepatitis B ditunda sampai keadaan klinis bayi baik(sebaiknya


89

dikonsultasikan pada dokter anak untuk penatalaksanaan vaksinasi

selanjutnya).

5. Bayi baru lahir dari ibu dengan HIV mendapatkan ARV profilaksis, pada

usia 6-8 minggu dilakukan pemeriksaan Early Infant Diagnosis(EID)

bersamaan dengan pemberian imunisasi DPT-HB-Hibpertama dengan janji

temu.

6. Bayi lahir dari ibu yang menderita sifilis dilakukan pemberian injeksi

Benzatil Penisilin sesuai Pedoman Neonatal Esensial.

7. Bayi lahir dari Ibu ODPdapat dilakukan perawatan RAWAT GABUNG di

RUANG ISOLASI KHUSUS COVID-19.

8. Bayi lahir dari Ibu PDP/ terkonfirmasi COVID-19 dilakukan perawatan di

ruang ISOLASI KHUSUS COVID-19, terpisah dari ibunya (TIDAK

RAWAT GABUNG).

9. Untuk pemberian nutrisi pada bayi baru lahir harus diperhatikan mengenai

risiko utama untuk bayi menyusuiadalah kontak dekat dengan ibu, yang

cenderung terjadi penularan melalui droplet infeksius di udara. Sesuai

dengan protokol tatalaksana bayi lahir dari Ibu terkait COVID-19 yang

dikeluarkan IDAI adalah :

a) Bayi lahir dari Ibu ODP dapat menyusu langsung dari ibu

denganmelaksanakan prosedur pencegahan COVID-19 antara lain


90

menggunakan masker bedah, menjaga kebersihan tangan sebelum dan

setelah kontak dengan bayi, dan rutin membersihkan area permukaan

dimana ibu telah melakukan kontak.

b) Bayi lahir dari Ibu PDP/Terkonfirmasi COVID-19, ASI tetap

diberikan dalam bentuk ASI perah dengan memperhatikan:

1. Pompa ASI hanya digunakan oleh ibu tersebut dan dilakukan

pembersihan pompa setelah digunakan.

2. Kebersihan peralatan untuk memberikan ASI perah harus diperhatikan.

3. Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan kondisi yang

sehat untuk memberi ASI.

4. Ibu harus didorong untuk memerah ASI (manual atau elektrik),

sehingga bayi dapat menerima manfaat ASI dan untuk menjaga

persediaan ASI agar proses menyusui dapat berlanjut setelah ibu dan

bayi disatukan kembali. Jika memerah ASI menggunakan pompa ASI,

pompa harus dibersihkan dan didesinfeksi dengan sesuai.

5. Pada saat transportasi kantong ASI dari kamar ibu ke lokasi

penyimpanan harus menggunakan kantong spesimen plastik. Kondisi

penyimpanan harus sesuai dengan kebijakan dan kantong ASI harus

ditandai dengan jelas dan disimpan dalam kotak wadah khusus,

terpisah dengan kantong ASI dari pasien lainnya.


91

c) Ibu PDP dapat menyusui langsung apabila hasil pemeriksaan swab

negatif, sementara ibu terkonfirmasi COVID-19 dapat menyusui

langsung setelah 14 hari dari pemeriksaan swab kedua negative.

10. Pada bayi yang lahir dari Ibu ODP tidak perlu dilakukan tes swab,

sementara pada bayi lahir dari ibu PDP/terkonfirmasi COVID-19

dilakukan pemeriksaan swab dan sediaan darah pada hari ke 1, hari ke 2

(dilakukan saat masih dirawat di RS), dan pada hari ke 14 pasca lahir.

11. Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan,

pengambilan sampel skrining hipotiroid kongenital(SHK) dapat dilakukan

olehtenaga kesehatan. Idealnya waktu pengambilan sampel dilakukan pada

48 –72 jam setelah lahir. Untuk pengambilan spesimen dari bayi lahir dari

Ibu ODP/PDP/terkonfirmasi COVID-19, tenaga kesehatan menggunakan

APD level 2. Tata cara penyimpanan dan pengiriman spesimen sesuai

dengan Pedoman Skrining Hipotiroid Kongenital. Apabila terkendala

dalam pengiriman spesimen dikarenakan situasi pandemiCOVID-19,

spesimen dapat disimpan selama maksimal 1 bulan pada suhu kamar.

12. Pelayanan kunjungan neonatal pertama (KN1) dilakukan di

fasyankes. Kunjungan neonatal kedua dan ketiga dapat dilakukan dengan

metode kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan

menggunakanmedia online (disesuaikan dengankondisi daerah terdampak


92

COVID-19), dengan melakukan upaya-upaya pencegahan penularan

COVID-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga.

12. Periodekunjungan neonatal (KN) yaitu :

a) KN 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 48 (empat puluh

delapan) jam setelah lahir;

b) KN 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari setelah

lahir;

c) KN3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh

delapan) hari setelah lahir.

13. Ibu diberikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir termasuk ASI

ekslusifdan tanda –tanda bahaya pada bayi baru lahir (sesuai yang

tercantum pada buku KIA). Apabila ditemukan tanda bahaya pada bayi

baru lahir, segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Khusus untuk bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) apabila ditemukan tanda bahaya

atau permasalahan segera dibawa ke Rumah Sakit.

14. Penggunaan face shield neonatus menjadi alternatif untuk pencegahan

COVID-19 di ruang perawatan neonatus apabila dalam ruangan tersebut

ada bayi lain yang sedang diberikan terapi oksigen. Penggunaan face shield

dapat digunakan di rumah, apabila terdapat keluarga yang sedang sakit atau

memiliki gejala seperti COVID-19. Tetapi harus dipastikan ada pengawas


93

yang dapat memonitor penggunaan face shield tersebut. (Kemenkes.

2020).

F. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

1.Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang dilakukan

oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara

sistematis mulai dari pengkajian , analisis data, diagnosis kebidanan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam standart kebidanan

manajemen yang sering digunakan dalam pelayanan kebidanan

adalah Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney.

a.Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney

1. Pengertian 7 Langkah Varney

Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian atau

tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang

berfokus pada klien. (Rita Yulifah, 2008)


94

2. Langkah – langkah manajemen kebidanan Varney :

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang

berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri

dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka

yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan

tetapi, setiap langkah tersebut bisa dipecah-pecah kedalam tugas

tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Setiap

langkah manajemen kebidanan akan dijabarkan sebagai berikut :

a. Tahap pengumpulan data dasar (Langkah 1)

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data)

yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :

 Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata , riwayat

menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan

dan nifas, bio-psiko-sosio-spritual, serta pengetahuan klien.

- Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan

pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi:

a. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palapasi, auskultasi,

perkusi).
95

b. Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan

terbaru serta catatan sebelumnya).

Oleh karena itu, pendekatan ini harus komprehensif ,

mencakup data subjektif , objektif dan data pemeriksaan

sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang

sebenarnya serta valid. Kaji ulang data yang sudah

dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.

b. Interpretasi data dasar (Langkah 2)

Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap

diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut

kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan

diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis

maupun masalah keduanya harus ditangani. Meskipun masalah

tidak dapat diartikan sebagai diagnosis , tetapi tetap

membutuhkan penanganan.Masalah sering berkaitan dengan

hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh

bidan sesuai dengan hasil pengkajian masalah juga sering

meyertai diagnosis.
96

c. Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan Antisipasi

Penangannya ( Langkah 3 )

Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah

potensial atau diagnose potensial berdasarkan diagnosis atau

masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.Bidan

diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah

diagnosis atau masalah potensial ini menjadi

kenyataan.Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan

yang aman.

Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu

mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan

masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan

tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak

terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi yang rasional atau logis.

d. Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera

dengan Tenaga Kesehatan Lain (Langkah 4)

Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan

konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim

kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.


97

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses

manajeman kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya

berlangsung selama asuhan primer periodic atau kunjungan

prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam

dampingan bidan. Misalnya, pada waktu wanita tersebut

dalam persalinan.

Dalam kondisi tertentu, seorang bidan mungkin juga perlu

melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau

tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau

seorang ahli perwatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini,

bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk

menentukan kepada siapa sebaiknya konsultasi dan

kolaborasi dilakukan.

e. Menentukan Rencana Asuhan Menyeluruh (Langkah 5)

Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh

yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya

.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah

atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.Pada

langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat

dilengkapi.
98

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi

segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau

dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka

pedoman antisipasi dari klien tersebut. Pedoman antisipasi ini

mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya,

apakah dibutuhkan penyuluhan , konseling, dan apakah bidan

perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait social,

ekonomi, cultural atau psikologis. Dengan kata lain, asuhan

terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang

berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan yang sudah

disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien agar

dapat dilaksanakan secara efektif.

f. Pelaksanaan Langsung asuhan dengan Efisien dan Aman

(Langkah 6)

Pada langkah keenam, rencaan asuhan menyeluruh

dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa

dilakukan sepenuhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan

oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan

tidak melakukannya sendiri namun ia tetap memikul tanggung


99

jawab untuk mengarahkan pelaksanannya (misalnya dengan

memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana).

Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan

dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,

bidan tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana

bersama yang menyeluruh tersebut. Penatalaksanaan yang

efisien dan berkualitas akan berpengaruh pada waktu serta

biaya.

g. Evaluasi ( Langkah 7)

Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji

ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui factor

mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan

asuhan yang diberikan.Pada langkah terakhir, dilakukan

evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan ini meliputi

evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-

benar telah terpenuhi sebagai mana diidentifikasi didalam

diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap

efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

(Konsep Kebidanan, 2008: 102).


100

b.Metode Pendokumentasian SOAP

Metode pendokumentasian merupakan bentuk pendekatan yang

digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, sehingga langkah-

langkah dalam manajemen asuhan kebidanan merupakan alur pikir bidan

dalam pemecahan masalah dan mengambil keputusan klinis. Asuhan yang

dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas dan logis sebagai

pendokumentasian. Metode pendokumentasian yang dilakukan dalam asuhan

kebidanan adalah SOAP, yang merupakan catatan yang bersifat sederhana,

jelas, logis dan singkat. SOAP adalah singkatan dari:

S : Subjective

Menggambarkan pendokumentasiaan hasil pengumpulan data atau informasi

klien atau keluarganya melalui anamnesa.

O : Objective

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium, test diagnostik yang dirumuskan dalam data fokus untuk

mendukung assesment.

A : Assesment
101

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi.

- Diagnosa masalah.

- Antisipasi diagnosa lain / masalah potensial.

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan dan evaluasi

berdasarkan assesment.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

1. Kunjungan ANC

Rabu, 10 Maret 2021


102

Tempat: KIA Puskesmas Kecamatan Tanah Abang

Quick check : Ibu mengatakan tidak ada Sakit kepala hebat,

Pandangan mata kabur, Nyeri ulu hati, Pergerakan janin

berkurang, Keluar lendir darah atau air-air yang tak tertahankan

pervaginam.

a. (Data Subjektif)

Ny. S, usia 31 tahun, suku Betawi, agama Islam,pendidikan terakhir

SMA, pekerjaan ibu tidak bekerja, dengan suami bernama Tn. Y usia 30

tahun, suku Betawi, agama Islam, pendidikan terakhir SMA , pekerjaan

Ojek Online , penghasilan perbulan  Rp 3.000.000,- bertempat tinggal di

Jln. Jati Baru VI PJKA Tanah Abang Jakarta Pusat . Pada tanggal 10 Maret

2021 pukul 09.00 WIB datang ke Puskesmas Kecamatan Tanah Abang

untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.Ibu mengatakan untuk saat ini

sering buang air kecil, Nyeri Pinggang, dan Mules yang hilang timbul.

Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua dan belum pernah

keguguran. HPHT : 07 Juni 2020 , TP : 14 Maret 2021. Siklus haid 35 hari,

pergerakan janin yang pertama kali umur kehamilan ± 24 minggu ,

pergerakan janin yang dirasakan dalam 24 jam terakhir ± > 10 x.

Ibu mendapatkan imunisasi TT1 , TT2 dan TT3 yaitu ,TT1 tanggal :

Maret 2010 TT II tanggal : April 2010 dan TT3 Pada tanggal : 22


103

September 2020 . Ibu mengatakan mempunyai kekhawatiran -

kekhawatiran khusus seperti cemas karena mendekati persalinannya.

Riwayat kehamilan,persalinan, nifas yang lalu, anak petama lahir tanggal

14-06-2010 di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang , umur kehamilan

aterm, jenis persalinan spontan, penolong bidan, penyulit tidak ada, jenis

kelamin Perempuan , berat badan 2900 gram, panjang badan 46 cm, nifas

baik, keadaan anak sekarang sehat.

Riwayat Kesehatan yang diderita sekarang / dulu : Ibu mengatakan

tidak ada riwayat penyakit seperti jantung, asma, Diabetes Melitus, ginjal,

hipertensi,PMS,TBC. Riwayat Penyakit Keturunan keluarga : Ibu

mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti : Diabetes

Melitus, hipertensi, jantung, hemofilia, thalassemia, dan ibu mengatakan

tidak mempunyai riwayat keturunan seperti kembar, Riwayat Penyakit

Keluarga: Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga

seperti HIV/AIDS, TBC.

Riwayat Psikososial : status pernikahan suami yang ke 1, istri yang

ke 1, lamanya pernikahan 12 tahun. Ibu dan keluarga senang dengan

kehamilan ini. Jenis kelamin yang diharapkan yaitu perempuan atau laki-

laki sama saja . Bentuk dukungan keluarga yaitu membantu pekerjaan

rumah dan mengantar ibu periksa kehamilan . Pengambil keputusan dalam


104

keluarga adalah suami. Rencana persalinan di Puskesmas Kecamatan

Tanah Abang , penolong persalinan Bidan dengan didampingi suami.

Persiapan persalinan perlengkapan ibu dan bayi , biaya persalinan sudah

dipersiapkan , dan transportasi . Riwayat KB terakhir KB suntik 3 bulan

selama 5 tahun.

Aktivitas sehari-hari : Nutrisi baik yaitu 3 kali sehari dengan menu

seperti nasi, lauk, sayuran, buah dan susu. Eliminasi, BAB frekuensi 1 kali

sehari, BAK frekuensi ± ≥ 8 kali sehari. Pola istirahat dan tidur yaitu ibu

tidur malam ± 6 jam dan tidur siang ± 1 jam setiap harinya. Ibu bukan

perokok aktif maupun pasif, serta tidak memakai obat-obat atau jamu

selain yang diberikan oleh bidan, tidak ada alergi terhadap obat, ibu tidak

pernah mengkonsumsi minuman beralkohol, ibu tidak pernah mengkonsumsi

NAPZA. Ibu melakukan pekerjaaan rumah tangga pada aktifitas sehari-

harinya. Hubungan seksual dalam kehamilan masih dilakukan dan tidak

ada keluhan dalam hubungan seksual.Personal hygiene : baik yaitu dengan

mandi 2 x /hari, ganti pakaian 2 x/hari atau jika terasa lembab. Ibu tidak

pernah melakukan irigasi vagina.

b. (Data Objektif)

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil keadaan umum :ibu terlihat

cemas , kesadaran : compos mentis, keadaan emosional : stabil, : TD :


105

120/70 mmHg, S :36,5°C, N :78 x/menit, P :21 x/menit, tinggi badan: 150

cm, berat badan sekarang 57,5 kg, berat badan sebelum hamil: 40 kg,

Riwayat IMT yang lalu : 17,7 kg/m2 (Underwight), Riwayat IMT sekarang :

25,5 kg/m2 .

Pada pemeriksaan sistematis didapatkan hasil keadaan rambut

hitam, bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, distribusi merata. Muka

tidak ada oedema, tidak ada chloasma gravidarum. Keadaan mata,

konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning. Hidung bersih, tidak ada

pengeluaran tidak ada polip. Telinga bersih, tidak terdapat penumpukan

serumen. Mulut bersih, tidak ada stomatitis, gigi tidak ada caries, gusi tidak

ada epulis. Pada leher tidak teraba adanya pembesaran kelenjar thyroid,

tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan vena jugularis. Pada

pemeriksaan dada, payudara bentuk simetris membesar kanan dan kiri,

puting susu bersih dan menonjol, simetris, areola terdapat hiperpigmentasi,

belum ada pengeluaran, tidak teraba adanya benjolan, tidak ada tanda-tanda

retraksi, kebersihan baik.

Pada pemeriksaan khusus obstetri didapatkan perut tidak ada bekas

lukaoperasi, terdapat kontraksi Braxton Hicks saat pemeriksaan , TFU

(30 CM) . Dilakukan palpasi ), Leopold I teraba bagian bulat, lunak, tidak

melenting. Leopold II sebelah kiri teraba bagian – bagian kecil janin, dan
106

sebelah kanan teraba bagian panjang, keras seperti papan. Leopold III teraba

bagian bulat, keras, dapat digoyangkan, bagian terendah janin belum masuk

PAP. Pada Leopold IV konvergen , teraba 5/5 bagian. TBJ ( 30-13 ) x 155 x

1 gram = 2635 gram. auskultasi DJJ  136 x/menit teratur. Punctum

maksimum terdengar jelas di satu titik dua jari bawah pusat sebelah kiri.

Pada ekstremitas telapak Tangan: berwarna kemerahan, Tidak udem,tidak

sianosis. Kaki : tidak terdapat varises, refleks patella +/+, tidak terdapat

oedem. Costo vetebra angel tenderness : tidak nyeri.

Pemeriksaan Penunjang : USG dilakukan Pada Tanggal 10-12-2020

dengan hasiL hpl : 16-03-2021, UK: 26 Minggu > 2 hari, pemeriksaan

Laboratorium pada Tanggal 04-02-2021 HB : 11,8 g/dl, HIV (-), HBSag (-),

syphilis (-), GO (-).

c. Analisa

Diagnosa : G2 P1 A0 hamil 39 minggu >3 hari.

Janin tunggal, hidup, intra uterine, presentasi kepala

Masalah : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

d. Kebutuhan segera

Mandiri : Tidak dilakukan


107

Kolaborasi : Tidak dilakukan

Rujukan : Tidak dilakukan

e. PENATALAKSANAAN (RENCANA, TINDAKAN,EVALUASI)

1) Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa usia

kehamilan ibu 39 Minggu lebih 3 hari, TD : 120/70 mmHgdan

Djj 136 x/menit : . Ibu dan janin saat ini dalam keadaan sehat.

Ibu mengerti atas penjelasan yang diberikan.

2) Menginformasikan kepada ibu bahwa tidak perlu terlalu cemas,

karena proses persalinan ditolong oleh bidan yang kompeten

dan selama proses persalinan berlangsung ada standar protokol

kesehatan berupa pemakaian APD lengkap dan bidan

mengurangi interaksi antara bidan dan pasien. Ibu memahami

atas penjelasan yang diberikan.

3) Menginformasikan kepada ibu rasa seperti nyeri pinggang

itu hal yang normal dikarenakan semakin membesarnya janin

ibu didalam rahim sehingga otot-otot di rahim tertarik yang

menyebabkan terjadinya nyeri pinggang, umtuk mengurangi

rasa sakit tersebut suami ibu di minta untuk melakukan masage


108

Endorfin atau sentuhan ringan. Ambil posisi berbaring miring

atau duduk, kemudian suami mulai melakukan pijatan lembut

dan ringan dari arah leher membentuk huruf V terbalik, ke arah

luar menuju sisi tulang rusuk. Terus lakukan pijatan-pijatan

ringan ini hingga ke tubuh ibu bagian bawah belakang. Suami

dapat memperkuat efek pijatan lembut dan ringan ini dengan

kata-kata yang menentramkan ibu . suami bersedia melakukan

Masage endorfrin tersebut.

4) menginformasikan kepada ibu bahwa seringnya Buang Air

Kecil Yang ibu rasakan itu hal yang normal karena

Tertekannya Kandung Kencing ibu oleh Rahim yang semakin

membesar , Maka Dari itu untuk mengantisipasi terganggunya

waktu tidur ibu di malam hari maka ibu mengurangi untuk

minum di malam hari. Ibu Mengerti atas penjelasan yang di

berikan.

5) menginformasikan kepada ibu bahwa mules hilang timbul yang

ibu rasakan adalah kontraksi palsu, dan itu hal yang normal

sering terjadi di kehamilan Trimester III, Untuk mengurangi

rasa sakit pada saat muncul kontraksi palsu datang ibu bisa

melakukan dengan teknik relaksasi tarik nafas dan penuhi


109

asupan hidrasi, karena salah satu penyebab kontraksi kurang

minum atau dehidrasi. Ibu mengerti dan mau melakukan .

6) menganjurkan kepada ibu dirumah untuk seringg melakukan

gerakan Pelvik Roaking yaitu satu gerakan dengan

menggoyangkan panggul kesisi depan, belakang, sisi kiri dan

kanan, yang bertujuann untuk melatih otot pinggang, pinggul,

dan membantu menurunkan kepala bayi agar masuk ke dalam

Pintu panggul . Ibu mengerti dan mau mealkukan.

7) Menganjurkan Ibu untuk USG yang bertujuan untuk melihat

apakah bagian terbawah janin sudah memasuki Pintu atas

panggul atau belum dan di lihat bagaimana Cairan ketubannya

apa masih cukup atau sudah berkurang, Ibu mengerti atas

penjelasan yang diberikan dan mau melakukan.

8) Menginformasikan ibu tentang tanda-tanda persalinan seperti

keluar lendir darah pervaginam, mulas-mulas yang semakin

sering dan teratur, keluar air-air tak tertahankan. Ibu segara

datang ke Puskesmas atau tenaga kesehatan terdekat. Ibu

mengerti dan bersedia.

9) Menginformasikan ibu untuk mempersiapkan persiapan

persalinan seperti: perlengkapan ibu dan bayi, tabungan ibu


110

bersalin, bpjs, trasportasi, dan persiapan kegawadaruratan

seperti pendonor darah. Ibu sudah mempersiapkannya.

10) Menginformasikan kepada ibu bahwa prosedur selama proses

persalinan di puskesmas kecamatan tanah abang ibu dan suami

harus memakai masker dan untuk pendamping hanya

diperbolehkan 1 orang selama proses persalinan sampai ibu

pulang. Ibu mengerti dan mau melakukan.

11) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang di Poli KIA

kunjungan ulang pada tanggal 14 Maret 2020 karena usia

kehamilan ibu sudah 40 minggu, jika pada tanggal tersebut

ibu belum juga ada tanda-tanda persalinnan maka ibu akan di

rujuk, ibu mengerti atas penjelasan yang di berikan.

12) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Kala I

Hari/ Tanggal : Minggu, 14 Maret 2021

Pukul : 12.30 WIB

Tempat : Puskesmas Kecamatan Tanah Abang


111

S :Ny. S datang ke Kamar Bersalin Puskesmas Kecamatan Tanah Abang

keluhan mules – mules sejak pukul 01.00 WIB tgl 14 Maret 2021 dan

keluar lendir darah sejak pukul 01.30 WIB , ini kehamilan yang kedua

dan belum pernah keguguran. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir

lebih dari 10 kali. BAB terakhir tanggal 14 Maret 2021 pukul 08.00

WIB dan BAK terakhir 12.00 WIB. Makan terakhir pukul 10.00 WIB

dan minum terakhir pukul 11.40 WIB. Ibu istirahat kurang, karena

mulas yang semakin sering dan teratur.

O :KU : Tampak Kesakitan , kesadaran composmentis, keadaan

emosional : stabil TTV : TD : 120/80 mmHg, S : 36,40C, N : 81 x/mnt,

P : 20 x/mnt, his frekuensi 4x10’ lamanya 45”,kuat , relaksasi baik.

TFU : 31 cm (Mc Donald). Dilakukan palpasi, Leopold I teraba bagian

bulat, lunak, tidak melenting . Leopold II sebelah kiri teraba bagian –

bagian kecil janin dan sebelah kanan teraba bagian panjang, keras

seperti papan. Leopold III teraba bagian bulat, keras, tidak dapat

digoyangkan dan bagian terendah janin sudah masuk PAP. Pada

Leopold IV divergen, teraba 3/5 bagian. TBJ ( 31-12 ) x 155= 2945

gram, auskultasi DJJ  136x/menit teratur, Punctum maksimum

terdengar jelas di satu titik dua jari bawah pusat sebelah kanan, pada

anogenital tidak ada kelainan, pengeluaran lendir bercampur darah.


112

Pada pemeriksaan dalam pukul 12.30 WIB : vulva vagina tidak ada

kelainan, portio tebal lunak, pembukaan 6cm , ketuban (+), presentasi

belakang kepala, penurunan HII, posisi ubun-ubun kecil belum teraba

jelas.

Pemerikaan penunjang :Swab Antigen hasil (-) pada tanggan 14-03-

2021, pada Tanggal 04-02-2021 HB : 11,8 g/dl, HIV (-), HBSag (-),

syphilis (-), GO (-).

A :G2P1A0 Hamil 40 minggu inpartu kala I fase aktif.

Janin tunggal, hidup, intra uterine, presentasi kepala.

P:

1) Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini

ibu dan janin dalam keadaan baik. Dengan TD 120/80 mmHg,DJJ

150x/menit dan Ibu sudah masuk proses persalinan dengan

pembukaan 6 cm serta menganjurkan ibu untuk tidak meneran

karena pembukaan belum lengkap. Ibu mengerti atas penjelasan

yang diberikan.

2) Memastikan kepada ibu adanya pendamping persalinan.ibu

memilih suami dan Suami siap mendampingi ibu.


113

3) Mengajarkan kepada ibu tekhnik relaksasi yaitu dengan menarik

napas panjang melalui hidung dan menghembuskannya melalui

hidung secara perlahan-lahan, atau meminta suami untuk

melakukan masage endorfrin atau sentuhan Ringan untuk

mengurangi rasa mules ibu. Ibu memilih teknik relaksasi dengan

bantuan tarik napas.

4) Menginformasikan kepada ibu untuk selalu memakai masker

selama proses persalinan berlangsung tetapi masker boleh dipakai

menutupi bagian bawah hidung sampai mulut. Ibu bersedia

melakukan

5) Memberi kesempatan kepada ibu untuk memilih posisi yang

nyaman dan baik saat persalinan nanti. Ibu memilih posisi 1/2

duduk / semi fowler.

6) Menganjurkan kepada ibu untuk makan/minum saat tidak ada his.

Ibu makan setengah porsi nasi dan minum teh manis hangat.

7) Menginformasikan kepada ibu untuk tidak menahan Buang Air

Kecil karena akan mempengaruhi kontraksi ibu . Ibu Mengerti dan

mau melakukan
114

8) Memberikan support mental agar ibu tidak cemas/ khawatir

menghadapi persalinan dan menganjurkan ibu untuk selalu berdoa.

Ibu merasa tenang dan siap menghadapi proses persalinan.

9) Menyiapkan alat partus set, hecting set, obat-obatan uterotonika,

alat resusitasi BBL, perlengkapan ibu dan bayi. Alat-alat dan

perlengkapan ibu serta bayi sudah dipersiapkan.

10) Mengobservasi His, DJJ, dan nadi setiap 30 menit / jika ada

indikasi.

11) Mengobservasi TD dan suhu setiap 4 jam/ jika ada indikasi. Ibu

mengerti.

12) Menilai kemajuan persalinan 4 jam kemudian pada pukul 16.30

WIB / jika ada indikasi. Ibu mengerti.

13) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.

Kala II

Pukul : 14.00 WIB

S : Ibu mengeluh mules semakin kuat dan sering, ibu merasa keluar air-

air pervaginam, merasakan tekanan pada anus serta merasakan

dorongan ingin meneran.


115

O : KU tampak kesakitan , kesadaran compos mentis, His 4x10’ lamanya

50’’ kuat, relaksasi baik, DJJ (+) 142 x/menit, teratur, ketuban pecah

spontan pukul 14.00 WIB, dilakukan VT pukul 14.00 WIB : portio

tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban ( - ) negatif, presentasi

belakang kepala, penurunan HIII, posisi UUK kanan depan,tidak ada

molase,terdapat tanda gejala kala dua : dorongan ingin meneran

,tekanan pada anus, perineum menonjol,vulva membuka,kandung

kemih kosong.

A : G2P1A0 Hamil 40 minggu partus kala II

Janin tunggal, hidup, intra uterine, presentasi kepala

P :

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa saat ini

ibu dan janin dalam keadaan baik, pembukaan sudah lengkap dan

ibu diperbolehkan untuk meneran saat ada His. Ibu mengerti dan

mengetahui hasil pemeriksaan.

2) Membantu mengatur posisi meneran sesuai keinginan ibu. Ibu

memilih 1/2 duduk.

3) Mengevaluasi ibu tekhnik meneran yaitu mata tidak terpejam, mata

melihat kea rah perut, dagu menempel di dada, gigi atas dan
116

bawah dirapatkan, meneran saat ada His. Ibu mengerti dan dapat

melakukannya.

4) Menganjurkan kepada pendamping/suami untuk memberikan

minum saat His mereda serta penolong mendengarkan DJJ. Ibu

minum air the manis hangat dan DJJ dalam batas normal.

5) Petugas sudah memakai apd level 3 yaitu, headscape, makser n95,

masker bedah, face shield, hazmat, dan sepatu but.

6) Mendekatkan alat-alat partus set, hecting set, obat-obat uterotonika,

alat-alat resusitasi BBL, perlengkapan ibu dan bayi. Alat-alat dan

perlengkapan sudah dipersiapkan.

7) Memimpin persalinan Pukul 14.00, bayi lahir spontan Pukul 14.10

pervaginam, menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan,

jenis kelamin Laki-laki .

Kala III

Pukul : 14. 10 WIB

S : Ibu mengatakan senang karena bayinya telah lahir dengan selamat dan

perutnya masih terasa mules.


117

O : KU tampak lelah, Kesadaran compos mentis, palpasi tidak ada janin

kedua, TFU sepusat, kandung kemih kosong kontraksi uterus baik,

perdarahan ± 100 cc.

A : P2A0 Partus kala III

P :

1) Menginformasikan kepada ibu bahwa bayi sudah lahir dengan

selamat dan plasenta akan segera dilahirkan. Ibu mengerti.

2) Melakukan penjepitan tali pusat, kemudian pemotongan tali pusat

dan dilakukan kontak kulit .

3) Melakukan MAK III yaitu:

 Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha kanan

atas bagian luar. Oksitosin sudah diberikan.

 Melakukan peregangan tali pusat terkendali. Plasenta lahir

spontan pukul 14.15 WIB.

 Melakukan masase uterus untuk memastikan kontraksi

uterus baik atau tidak selama 15 detik. Uterus berkontraksi

dengan baik.

4) Melakukan pemeriksaan plasenta mulai dari bagian maternal

selaput korion dan amnion utuh, kotiledon lengkap, bagian fetal


118

insersi tali pusat sentralis , PTP ±45 cm, diameter plasenta 18

cm,terdapat 2 arteri 1 vena, jelly whorton segar.

Kala IV

Pukul : 14.15 WIB

S : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas.

O : KU Tampak Lemas, Kesadaran compos mentis, TTV tekanan darah :

110/70 mmHg, suhu : 36,4oC, nadi : 80 x/menit, respirasi : 21 x/menit.

TFU sepusat , kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, terdapat

luka laserasi jalan lahir grade I ( mulai dari mukosa vagina sampai

kulit perineum), jumlah perdarahan ± 100 cc.

A : P2A0 Partus kala IV

P :

1) Menginformasikan kepada ibu bahwa plasenta sudah lahir

lengkap.ibu mengerti

2) Terdapat laserasi grade I, Tidak dilakukan penjahitan pada

laserasi .

3) Memeriksa kontraksi uterus, menilai jumlah perdarahan, sambil

melihat KU ibu. Kontraksi uterus baik, perdarahan normal, dan

KU ibu tampak lemas..


119

4) Merendam alat-alat bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5 %

selama 10 menit, lalu di bilas dengan sabun dan air. Alat-alat

bekas pakai sudah direndam.

5) Membersihkan ibu dengan air DTT. Ibu telah dibersihkan.

6) Dekontaminasi diri penolong dan tempat tidur pasien dengan

melarutan klorin 0,5 % dan dibilas dengan air DTT.

Dekontaminasi telah dilakukan, penolong dan tempat tidur bersih.

7) Membantu memasang pembalut, celana dalam, kain dan

mengganti pakaian ibu dengan yang bersih dan kering. Ibu sudah

bersih dan merasa nyaman.

8) Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK karena dapat

menghambat proses involusi uterus. Ibu bersedia.

9) Menganjurkan kepada ibu untuk memenuhi nutrisi dengan makan

atau minum. Ibu makan 1 porsi makanan dan minum segelas air

putih dan teh manis hangat.

10) Mengajarkan ibu dan keluarga (suami) cara masase uterus jika

perut terasa lembek, yaitu dengan cara gerakan memutar searah

hingga uterus teraba bulat dan keras. Ibu dan suami mengerti dan

dapat melakukannya.
120

11) Menginformasikan ibu tentang tanda bahaya nifas seperti sakit

kepala hebat, pandangan mata kabur, nyeri ulu hati, pendarahan

hebat, kejang, demam, dan jika ibu merasa salah satu tanda diatas

agar melapor kebidan jaga. Ibu mengerti

12) Menginformasikan kepada ibu bahwa mules yang dirasakan

adalah hal yang normal karena rahim berkontraksi untuk kembali

ke bentuk semula sebelum hamil. Bu mengerti.

13) Mengobservasi KU, TTV, TFU, kontraksi dan kandung kemih

serta perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap

30 menit pada 1 jam kedua.

14) Mendokumentasikan hasil pemeriksa

LAPORAN PERSALINAN
121

Tanggal : 14 Maret 2021

Pukul : 12.30 WIB

Tempat : Puskesmas Kecamatan Tanah Abang

Ny. S 31 tahun datang ke Puskesmas Kecamatan Tanah Abang mengeluh

mules-mules pukul 01.00 WIB. Dilakukan pemeriksaan fisik, KU tampak

kesakitan , kesadaran compos mentis, TTV : TD 120/80 mmHg, N : 81x/menit,

P: 20x/menit, S: 36,4°C. Palpasi : TFU 31 cm. Bagian terendah janin sudah

masuk PAP, teraba 3/5 bagian. TBJ : 2945 gram. His 4x10’ lamanya 50”, Kuat,

relaksasi baik. DJJ 136x/menit, teratur. VT pukul 12.30 WIB : v/v t.a.k., portio

tebal lunak, pembukaan 6 cm, selaput ketuban ( + ) positif, presentasi belakang

kepala, penurunan H II, posisi UUK belum teraba jelas dan telah dilakukan

swab antigen dengan hasil (-) .

Pukul : 14.00 WIB

Ibu mengatakan ada dorongan ingin meneran, merasa ada tekanan pada anus,

mules yang semakin sering, kuat dan teratur dan keluar air-air. KU : Tampak

Kesakitan , Kes : CM. Tampak gejala kala II. Dorongan ingin meneran, tekanan

anus, perineum menonjol, vulva membuka, pengeluaran lendir bercampur

darah, semakin banyak, dan keluar air-air. Pukul 14.00 WIB ketuban pecah

spontan pervaginam, warna jernih, bau khas. Dilakukan VT ulang pukul 14.00
122

WIB : vulva vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan

lengkap, selaput ketuban ( - ), presentasi belakang kepala, posisi UUK kanan

depan, penurunan H III, molase 0. Mendekatkan alat partus set dan hecting set,

penolong memakai APD Level 3,. Penolong memakai sarung tangan steril dan

berada di samping kanan pasien. Ibu dipimpin meneran saat ada his. Saat his

berkurang diperbolehkan untuk minum, kemudian penolong mendengarkan DJJ.

Saat ada his, ibu dipimpin meneran dan kepala bayi tampak maju sedkikit demi

sedikit, dan diluar his kepala tidak masuk lagi, artinya kepala keluar pintu jalan

lahir. Pada saat kepala tampak 5-6cm di depan vulva, pasang duk steril dibawah

bokong ibu. Tangan kanan penolong melindungi perineum untuk mencegah

ruptur, tangan kiri melindungi belakang kepala untuk mencegah terjadinya

defleksi yang terlalu cepat. dan lahirlah berturut-turut,kepala, dahi, mata,

hidung, mulut, dagu dan seluruh kepala bayi. Cek lilitan tali pusat, tidak ada

lilitan tali pusat. Menunggu kepala melakukan putar paksi luar, tangan

penolong memegang kepala secara biparietal, bawa curam kebawah untuk

melahirkan bahu belakang, tangan kanan menyanggah bahu dan kepala bayi,

tangan kiri menelusuri badan bayi. Lahirlah seluruh tubuh bayi. Pukul 14.10

WIB bayi lahir spontan pervaginam letak belakang kepala, menangis kuat,

gerakan aktif, warna kulit kemerahan,Jenis kelamin Laki-Lak, BB: 3500 gram,

PB : 49 cm, LK : 33 cm, LD : 32 cm,LL: 12 cm.


123

Pukul : 14.10 WIB

Bayi lahir spontan pervaginam letak belakang kepala, menangis kuat, gerakan

aktif, warna kulit kemerahan. JK Laki-Laki, anus ( + ) dalam observasi 24 jam,

cacat ( - ). Meletakkan bayi diatas perut ibu secara melintang dengan kepala

lebih rendah dari badan. Bayi segera dibersihkan, kemudian melakukan palpasi

untuk memastikan tidak ada janin kedua. TFU sepusat, kontraksi baik, kandung

kemih kosong. Melakukan MAK III, yaitu suntik oksitosin 10 Iunit, IM. Tali

pusat di klem 2-3 cm dari umbilikus. Melakukan pengurutan ke arah ibu dan

jepit klem kedua ±2 cm dari klem pertama. Dengan perlindungan 4 jari tangan

kiri tali pusat dipotong diantara kedua klem. Tali pusat di jepit dengan umbilical

cord klamp. Setelah itu ditelungkupkan diantara kedua payudara dan dibawah

puting, kedua kaki seperti katak,. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit

ibu, kepala dimiringkan ke kanan, kedua tangan bayi disamping badan bayi

Melanjutkan tindakan MAK III. Memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva,

tangan kiri penolong diatas supra sympisis, mendorong ke arah dorso kranial,

tangan kanan meregangkan tali usat, setelah plasenta tampak 2/3 di depan

vulva, diterima dengan kedua tangan dan putar searah agar selaput ketuban

terpilin, dengan lembut dan lahirlah plasenta seluruhnya.

Pukul : 14.15 WIB


124

Plasenta lahir spontan, kotiledon lengkap. Selaput amnion dan korion utuh.

Insersi lateralis. Panjang tali pusat ±45 cm, diameter 18 cm. Melakukan masase

uterus segera setelah plasenta lahir, selama ±15 detik searah untuk

mempertahankan kontraksi dan mencegah perdarahan. Memeriksa robekan jalan

lahir. Terdapat luka pada jalan lahir Grade I (hanya ada di mukosa vagina ).

Mengecek perdarahan ±100 cc,TFU sepusat . Penolong mencuci tangan dengan

melarutan klorin 0,5% dan air DTT. Rendam alat dalam larutan klorin 0,5%

selama ±10 menit. Membersihkan ibu dari lendir dan darah serta cairan ketuban

dengan air DTT. Membersihkan tempat tidur dengan melarutan klorin 0,5% dan

bilas dengan air DTT dan memakaikan ibu pembalut, celana dalam, dan kain

serta mengganti pakaian ibu dengan yang bersih dan kering. Kemudian

mengajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus untuk mempertahankan

kontraksi uterus.

Pukul : 14.15WIB

Melakukan observasi. KU baik, Kes CM. TD 100/80 mmHg, Nadi 83x/menit,

Rr 22x/menit, Suhu 36,5°C. Palpasi TFU sepusat. Kontraksi uterus baik.

Kandung kemih kosong. Perdarahan ±10cc.

Pukul : 16.15WIB.
125

KU baik, Kes CM. TD 100/80 mmHg, nadi 80x/menit, Rr 21x/menit, suhu

36,6°C. Palpasi TFU 2 jari bawah pusat, kandung kemih kosong. Ibu sudah

BAK. Memindahkan ibu ke ruang nifas. Menganjurkan ibu menyusui bayinya

sesering mungkin. Menginformasikan tanda bahaya BBL, bayi rewel, tidak mau

menyusu, demam, kejang. Memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda bahaya

nifas, yaitu ibu merasa nyeri kepala hebat, pandangan mata kabur, nyeri ulu

hati, perut terasa lembek, demam dan keluar darah pervaginam secara terus

menerus seperti air mengalir. Ibu dan keluarga mengerti, dan jika terdapat tanda

tersebut bersedia melapor ke petugas kesehatan.

Jumlah perdarahan Lama Persalinan

Kala I : - Kala I : 14 jam

Kala II : ± 10 cc Kala II : 10 menit

Kala III : ±100 cc Kala III : 5 menit

Kala IV : ± 90 cc Kala IV : 2 jam

Jumlah : ±200cc Jumlah : 16 jam 15 menit

C. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir .

1. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Usia 6 jam

Hari/Tanggal : Minggu, 14 Maret 2021


126

Pukul : 20.10 WIB

Tempat : Puskesmas Kecamatan Tanah Abang

S : Ibu mengatakan bayi tidak demam, tidak kejang, tidak rewel dan serta

ASI sudah keluar dan bayinya menyusu Kuat , Bayi sudah BAB

dan BAK.

O : KU baik S : 36,6 ◦c, N: 135 x/menit, P : 48 x/menit,Warna kulit

kemerahan, kuku tidak pucat , tidak ada perdarahan tali pusat dan

tidak bau, bayi tidak kuning.

A : Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan usia 6 jam

P :

1. Menginformasikan ibu dan suami tentang hasil pemeriksaan

untuk saat ini bayi dalam keadaan baik, usia bayi 6 jam, suhu

36,6 ◦c. Tali pusat bersih tidak berdarah. Ibu mengetahui hasil

pemeriksaan.

2. Mengingatkan ibu dan suami kembali bahwa bayi sudah

diberikan Vit K, dan imunisasi HBO . ibu mengetahui

3. Menginformasikan kepada ibu dan suami bahwa bayi ibu besok

akan di periksa SHK (Stimulating hipotiroid kongenital) yang

bertujuan untuk mengecek apakah ada kelainan pada hormone


127

hipotiroid pada bayi ibu yang bisa mengakibatkan stunting

pada bayi ibu. Ibu bersedia bayinya akan di periksa SHK.

4. Menginformasikan kepada ibu dan suami untuk menjaga

kebersihan bayi yaitu mengganti pakaian dan popok jika basah.

Ibu bersedia menjaga kebersihan bayi.

5. Mengingatkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin

tanpa di jadwal dan tidak menambahkan apapun selama bayi

usianya kurang dari 6 bulan. Ibu mengerti dan bersedia

melakukannya.

6. Mengingatkan ibu dan suami untuk tetap menjaga kehangatan

bayinya. Ibu memekaikan topi dan selimut pada bayi.

7. Mengingatkan kembali pada ibu dan suami tentang tanda –

tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu tidak mau menyusu,

mulut mencucu, tangisan merintih, rewel, kejang, pendarahan

pada tali pusat, kulir bayi berwarna kuning. Jika bayi

mengalami tanda bahaya tersebut maka segara lapor kepetugas

kesehatan yang sedang bertugas. Ibu mengerti dan bersedia

melapor jika terdapat tanda – tanda tersebut.

8. Memberitahu dan mengajari ibu cara menyusui yang benar

dengan cara membantu ibu dengan cara posisi badan bayi lurus,
128

perut ibu menempel dengan perut bayi, dagu ibu menempel

dengan payudara ibu, areola masuk seluruhnya ke mulut bayi.

Ibu mengerti atas penjelasan yang diberikan.

9. Mengingatkan kembali pada ibu dan suami tentang perawatan

tali pusat yaitu prinsipnya bersih dan kering dan jangan di

berikan alkohol/betadine. Ibnu mengerti.

10. Mengingatkan ibu dan suami agar pada saat nanti dirumah

untuk tidak banyak orang yang menjenguk dikarenakan sedang

dalam keadaan pandemic covid-19. Ibu mengerti

11. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

D. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas 6 jam persalinan

Hari/Tanggal : Minggu ,14 Maret 2021

Pukul : 22.15 WIB

Tempat : Puskesmas Kecamatan Tanah Abang


129

S :Ibu mengatakan perut tidak terasa lembek, tidak nyeri kepala

hebat, pandangan mata tidak kabur, tidak nyeri ulu hati, tidak

demam, dan tidak merasakan pengeluaran darah pervaginam secara

terus-menerus seperti air mengalir.Ibu mengatakan perut masih

terasa sedikit mulas. Ibu sudah dapat berdiri dan BAK.

O : KU baik, Kesadaran compos mentis, TTV : TD 110/70 mmHg, S :

36,5 0C, P: 19 x/menit, N: 75 x/menit. Conjungtiva tidak pucat,

sclera tidak ikterik, mammae membesar kanan-kiri, tidak ada

benjolan, aerola hiperpigmentasi, puting susu menonjol, terdapat

pengeluaran kolostrum. TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik,

kandung kemih kosong. Loche Rubra, vulva tidak ada kelainan,

perineum grade I (mulai dari mukosa vagina sampai kulit perineum)

Tidak dilakukan jahitan.

A: P2A0 post partum 6 jam

P :

1) Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa saat ini

ibu dalam keadaan baik. Ibu dalam masa nifas 6 jam. TD :

110/70 mmHg. Ibu mengerti .


130

2) Mengevaluasi ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas, yaitu

nyeri kepala hebat, pandangan mata kabur, nyeri ulu hati, perut

terasa lembek, demam, dan keluar perdarahan pervaginam

secara terus-menerus seperti air mengalir. Ibu menyebutkan

dengan baik.

3) Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB, Ibu

Mengerti dan bersedia melakukan..

4) Menganjurkan suami untuk membeli makan makanan ringan

seperti roti, biscuit, dan minuman seperti sari kacang hijau ,

susu kedelai atau aapun itu makanan kesukaan ibu agar ibu

tidak lemas karena habis melahirkan. Suami membelikan ibu

biscuit dan susu kemasan kotak .

5) Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, ibu tidur saat

bayinya tidur. Ibu bersedia.

6) Mengajarkan ibu dan suami cara perawatan payudara, yaitu

puting susu dibersihkan dengan baby oil setiap sebelum mandi

agar tidak ada kotoran yang menghambat pengeluaran ASI, .

Ibu mengerti cara perawatan payudara.

7) Mengingatkan ibu dan suami untuk tidak lupa mengkonsumsi

vitamin yang telah di berikan yaituu SF 1x1 dosis 60 mg, dan


131

B12 1x1 dosis 50 mcg . Ibu sudah mengkonsumsi vitamin

setelah makan pada pukul 17.00.

8) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, penulis menjelaskan asuhan kebidanan

komprehensif yang didapat pada Ny.S Sejak usia kehamilan 39 minggu lebih

3 hari , bersalin, bayi baru lahir, dan nifas di Puskesmas Kecamatan Tanah

Perioede 10 Maret sd 15 Maret 2021. didapatkan hasil yang normal serta

tanpa ada komplikasi baik pada masa kehamilan, persalinan, maupun nifas.

A. Kehamilan

Berdasarkan data pengkajian , didapatkan Riwayat kelengkapan Antenatal

Care pada Ny S di Puskesmas Kecamatan Tanah Abang sebanyak 7 kali, yaitu

pada trimester pertama sebanyak 1 kali, pada trimester kedua sebanyak 3 kali,

dan pada trimester ketiga sebanyak 3 kali. Hal ini menunjukan bahwa

pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh Ny S belum memenuhi standar

minimal pemeriksaan ke dokter yang dianjurkan pemerintah yaitu bahwa

pemeriksaan antenatal care sebaiknya dilakukan paling sedikit 6 kali yaitu

pada kehamilan normal minimal 6x dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di

Trimester 2, dan 3x di Trimester 3. Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat

kunjungan 1 di Trimester 1 dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3

(Kementerian Kesehatan tahun, 2020). Hal tersebut dapat dikarenakan

132
133

bersamaan dengan sosialisasi penetapan standar minimal kunjungan

kehamilan kepada petugas kesehatan khususnya Bidan, Dokter. Sehingga Ny

S belum mendapatkan informasi yang ditetapkan pemerintah pada bulan Juni

2020 . Dan dalam situasi pandemi COVID-19 ini, banyak pembatasan hampir

ke semua layanan rutin termasuk pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.

Seperti ibu hamil menjadi enggan ke puskesmas atau fasiltas pelayanan

kesehatan lainnya karena rasa cemas dan takut tertular, di samping itu,

dibutuhkan partisipasi serta kesadaran ibu terhadap pentingnya pemeriksaan

kehamilan di fasilitas pelayana kesehatan (Ariestanti et al., 2020).

Selain data dari Kelengkapan Antenatal Care, penulis juga mengkaji

terkait riwayat Status pemberian Imunisasi TT pada Ny S , di dapatkan hasil

bahwa status Imunisasi TT Ny. S adalah TT3, Menurut teori pemberian

imunisasi Tetanus Toxsoid (TT) yang lengkap di kehamilan dapat mencegah

penyakit infeksi Tetanus Neonatorum . tetanus neonaturum adalah penyakit

tetanus yang terjadi pada neonates (bayi yang usia kurang dari 1 bulan) yang

di sebabkan oleh Bakteri clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan

toksin (racun) dan menyerang sistem syaraf pusat. Imunisasi TT3 dengan

interval 6 bulan diharapkan dapat mempunyai kekebalan terhadap tetanus

selama 5 tahun .(Yani & Munawaroh, 2020).Maka dari itu ibu sudah
134

memenuhi kelengkapan Imunisasi TT Pada kehamilan ini, dimana untuk

pemberian TT1 dan TT2 telah diberikan di kehamilan pertama.

Dari data pengkajian didapatkan hasil IMT Ny S 17,7 kg/m dengan

kategori (underweight), menurut kementerian kesehatan tahun 2015 bahwa

IMT dengan Kategori Underweight kenaikan total kehamilan harus mencapai

Range 12,71 – 18,16 Kg sedangkan Penambahan berat badan pada Ny.S

selama kehamilan ini ± 17,5 kg/m, maka dari itu Ny S sudah memenuhi

nutrisinya dengan baik. (Kementerian Kesehatan tahun, 2020).

Dari data hasil pengkajian di dapatkan Keluhan Ny S , yaitu nyeri

pinggang, menurut teori Pada masa kehamilan seiring dengan bertambahnya

berat badan, membesarnya uterus, maka pusat gravitasi akan berpindah kearah

depan sehingga ibu hamil harus menyesuaikan posisi berdirinya, dimana ibu

hamil harus bergantung dengan kekuatan otot, dan akan memaksakan

peregangan tambahan pada otot, peregangan otot tersebut yang menjadi

penyebab utama terjadinya sakit atau nyeri pada bagian pinggang ibu, dan

Saat kehamilan terjadi, tubuh akan memproduksi hormon relaxin yang

berguna untuk membuat ligamen di daerah panggul agar lebih rileks dan sendi

menjadi lebih longgar sebagai persiapan untuk proses kelahiran. Namun, efek

samping yang terjadi adalah membuat ligamen yang mendukung topangan


135

tulang belakang menjadi lebih kendur, sehingga menimbulkan ketidakstabilan

dan rasa sakit pada punggung dan pinggang.(Sagitarini, 2019).

Dan untuk mengurangi rasa sakit pada pinggang Ny S menurut teori,

teknik sentuhan dan pemijatan ringan ini sangat penting bagi ibu hamil untuk

membantu memberikan rasa tenang dan nyaman, baik menjelang maupun saat

proses persalinan akan berlangsung, Salah satunya dengan pijatan endorfrin

dan hormon endorfin dianggap zat penghilang rasa sakit terbaik.Teknik pijat

endorphin ada 2 cara antara lain :

Cara 1 :1) Ambil posisi senyaman mungkin, bisa dilakukan dengan duduk,

atau berbaring miring. Sementara pendamping persalinan berada di dekat ibu

(duduk di samping atau di belakang ibu). 2) Tarik napas yang dalam lalu

keluarkan dengan lembut sambil memejamkan mata. Sementara itu, pasangan

atau suami atau pendamping persalinan mengelus permukaan luar lengan ibu,

mulai dari tangan sampai lengan bawah. Mintalah ia untuk membelainya

dengan sangat lembut yang dilakukan dengan menggunakan jari-jemari atau

hanya ujung jari saja. 3) Setelah kurang lebih dari 5 menit, mintalah pasangan

untuk berpindah ke lengan atau tangan yang lain.4) Meski sentuhan ringan ini

hanya dilakukan di kedua lengan, namun dampaknya luar biasa. Ibu akan

merasa bahwa seluruh tubuh menjadi rileks dan tenang.


136

Cara 2 :Teknik sentuhan ringan ini juga sangat efektif jika dilakukan

di bagian punggung. Caranya : 1) Ambil posisi berbaring miring atau duduk.

2) Pasangan atau pendamping persalinan mulai melakukan pijatan lembut dan

ringan dari arah leher membentuk huruf V terbalik, ke arah luar menuju sisi

tulang rusuk. 3) Terus lakukan pijatan-pijatan ringan ini hingga ke tubuh ibu

bagian bawah belakang. 4) Suami dapat memperkuat efek pijatan lembut dan

ringan ini dengan kata-kata yang menentramkan ibu. Misalnya, sambil

memijat lembut, suami bisa mengatakan, “Saat aku membelai lenganmu,

biarkan tubuhmu menjadi lemas dan santai,” atau “Saat kamu merasakan

belaianku, bayangkan endhorpin-endhorpin yang menghilangkan rasa sakit

dilepaskan dan mengalir ke seluruh tubuhmu”. Bisa juga dengan

mengungkapkan kata-kata cinta. 5) Setelah melakukan pijat endorphin

sebaiknya pasangan langsung memeluk istrinya, sehingga tercipta suasana

yang benar-benar menenangkan (Kuswandi, 2019).tetapi dalam asuhan ini

penulis tidak mengevaluasi hasil dari keefektivitasan asuhan tersebut

dikarenakan penulis belum bertemu ibu secara langsung pada tanggal tersebut.

Selain mengeluh nyeri pinggang, Ny S juga mengalami Keluhan

sering buang air kecil meurut teori, Ketidaknyamanan sering buang air kecil

yang dirasakan oleh ibu hamil trimester III secara fisiologis disebabkan

karena ginjal bekerja lebih berat dari biasanya, karena organ tersebut harus
137

menyaring volume darah lebih banyak dibanding sebelum hamil. Proses

penyaringan tersebut kemudian menghasilkan lebih banyak urine. Kemudian

janin dan plasenta yang membesar juga memberikan tekanan pada kandung

kemih, sehingga menjadikan ibu hamil harus sering ke kamar kecil untuk

buang air kecil, Asuhan yang dapat diberikan pada ibu hamil trimester III

dengan keluhan sering buang air kecil yaitu ibu harus tetap menjaga

kebersihan diri, ibu harus mengganti celana dalam setiap selesai buang air

kecil atau menyediakan handuk bersih dan kering untuk membersihkan serta

mengeringkan area kewanitaan setiap selesai buang air kecil agar tidak

menyebabkan kelembapan yang dapat menimbilkan masalah seperti jamur,

rasa gatal, dan lain sebagainya . adapun bahaya jika memungkinkan keadaan

celana dalam sering dalam keadaan lembab akibat sering cebok setelah BAK

dan tidak di keringkan sehingga mengakibatkan pertumbuhan bakteri dan

jamur yang dapat menyebabkan infeksi di daerah tersebut jika tidak segera

diatasi. Daerah vagina akan terkena infeksi saluran kemih yang menyebabkan

rasa gatal, panas, nyeri, muncul kemerahan. (Megasari, 2019). tetapi dalam

asuhan ini penulis tidak mengevaluasi hasil dari keefektivitasan asuhan

tersebut dikarenakan penulis belum bertemu ibu secara langsung pada tanggal

tersebut
138

Keluhan ibu adanya mules yang hilang timbul menurut teori, Pada

trimester akhir sering terjadinya kontraksi setiap 10 sampai 20 menit sekali.

Pada akhir kehamilan kontraksi semakin sering dan menyebabkan

ketidaknyamanan, Kontraksi Braxton hicks merupakan suatu tanda pada

persalinan yang tidak pasti, diawali dengan uterus yang berkontraksi jika ada

rangsangan dan jika ada durasi waktunya tidak menentu. Biasanya terjadi

pada usia kehamilan 32 minggu sampai 36 minggu. Bahkan semakin

bertambahnya usia kehamilan kontraksi semakin kuat. Penyebab dari

terjadinya kontraksi ini yaitu, karena ada perubahan dan pergerakan uterus

yang bertambah keras. Kontraksi Braxton hicks ini dirasakan lebih lemah

daripada kontraksi persalinan dan durasinya terjadi satu atau dua menit.

Kontraksi ini biasa terjadi karena ibu mengalami dehidrasi karena volume

darah yang terdiri dari plasma dan cairan mengalami peningkatan. Namun,

namun asupan cairan pada ibu hamil tidak dapat di stabilkan. Asuhan

kebidanan yang diberikan pada ibu dengan Braxton hicks, yaitu:

Menganjurkan ibu untuk jalan ringan atau mengubah posisi ibu akan

mengurangi rassa ketidaknyamnaan, Memenuhi asupan hidrasi, karena salah

satu penyebab kontraksi kurang minum atau dehidrasi, Teknik relaksasi

pernafasan, teknik ini memberikan kenyamanan pada ketidaknyamanan yang

ibu rasakan. Teknik relaksasi pernafasan ini dilakukan selama 30 menit,


139

dengan cara ibu Tarik nafas dalam dari hidung merasakan oksigen yang

masuk ke dalam yang kemudia dikeluarkan oleh mulut(Nurmalasari, 2019).

tetapi dalam asuhan ini penulis tidak mengevaluasi hasil dari keefektivitasan

asuhan tersebut dikarenakan penulis belum bertemu ibu secara langsung pada

tanggal tersebut

Di usia kehamilan ibu sudan mencapai 39 minggu > 3 hari tetapi

bagian terbawah janin ibu belum masuk PAP menurut Teori, bisa dibantu

dengan cara teknik pelvik roaking yaitu menggoyangkan pinggul ke depan

dan belakang, sisi kanan, kiri, dan melingkar akan panggul akan menjadi lebih

relaks, bisa dipadukan dengan gymball caranya , duduk diatas bola dan

dengan perlahan mengayunkan dan menggoyangkan pinggul ke depan dan

belakang, sisi kanan, kiri. Ini akan membantu Tekanan dari kepala bayi pada

leher rahim tetap kostan ketika ibu bersalin diposisi tegak, sehingga dilatasi

(pembukaan) serviks dapat terjadi lebih cepat, Ligamentum atau otot disekitar

panggul lebih relaks, Bidang luas panggul lebih lebar sehingga memudahkan

kepala bayi turun ke dasar panggul (Renaningtyas et al., 2013) . tetapi dalam

asuhan ini penulis tidak mengevaluasi hasil dari keefektivitasan asuhan

tersebut dikarenakan penulis belum bertemu ibu secara langsung pada tanggal

tersebut
140

B Persalinan

Pada Ny. I didapatkan proses persalinan kala I sampai

kala II berlangsung selama 14 jam. Dari hasil pemeriksaan

didapatkan pemeriksaan dalam pertama kali pada pasien pukul

12.30 WIB hasil : vulva vagina tidak ada kelainan, portio tidak

teraba, pembukaan 6 cm, selaput ketuban ( + ), presentasi belakang

kepala, posisi UUK belum teraba jelas , penurunan H II, molase 0.

Kemudian, pasien mengatakan ingin meneran dan ketuban pecah

spontan pada pukul 14.00, pada saat di lakukan pemeriksaan dalam

kembali ternyata pembukaan sudah lengkap dan sudah ada tanda

dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol

dan vulva membuka. Menurut teori Persalinan Kala I adalah kala

pembukaan yang berlangsung antara Sejak terjadinya kontraksi

uterus yang meningkat dan teratur sampai pembukaan lengkap.

Proses ini berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi

menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm

sampai pembukaan 3 cm, dan fase aktif (7 jam) dari pembukaan

serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm. Dalam fase aktif masih

dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu: fase akselerasi, dimana dalam

waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi 4 cm; fase dilatasi maksimal,


141

yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari

pembukaan 4 cm menjadi 9 cm; dan fase deselerasi, dimana

pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam

pembukaan 9 cm menjadi 10 cm(Fitriahadi & Utami, 2019). Maka

dari itu total berlangsungnya kala I Pada Ny S sedikit lebih cepat

dikarenakan HIS yang adekuat .

Kemudian di kala II Berlangsung selama 10 Menit, menurut

teori Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari

serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2

jam pada primi dan 1 jam pada multi (Fitriahadi & Utami, 2019).

Maka dari itu total berlangsungnya kala II pada Ny S berlangsung

Cepat dikarenakan penurunan kepala sudah ada di HIII yang berarti

bagian kepala sudah masuk kedalam dasar Panggul.

Pada saat menolong persalinan di Puskesmas Kec. Tanah

Abang yaitu penolong memakai APD lengkap Level 3 yaitu

Masker N95, Face shield, Headscape, Sarung Tangan, Hazmat,

penutup kaki, sepatu boot.. Maksud pemakaian alat pelindung diri

bagi petugas kesehatan yaitu membuat perlindungan tenaga

kesehatan dari bahaya akibat kerja, terwujudnya perasaan aman dan

terlindung bagi tenaga kerja beberapa dapat tingkatkan motivasi


142

untuk berprestasi dan pelihara dan tingkatkan derajat kesehatan dan

keselamatan kerja. Adapun APD yang digunakan yaitu untuk

melindungi diri dari cairan pasien dan menghindari adanya

penularan infeksi nosokomial dari pasien ke petugas kesehatan

maupun sebaliknya. Maka dari itu sebaiknya, APD berada dekat

dari penolong agar disituasi darurat pun mudah dijangkau

(Kementerian Kesehatan tahun, 2020).

Pada persalinan kala III berlangsung selama 5 menit, sesuai

dengan teori yaitu proses pengeluaran plasenta berlangsung selama

5 – 15 menit setelah bayi lahir, kemudian memeriksa apakah ada

janin kedua atau tidak. Selanjutnya dilakukan manajemen aktif kala

III yaitu dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir menyuntikkan

oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi dan mempercepat

plasenta, penyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha atas

bagian distal lateral dan melakukan aspirasi sebelum memberikan

oksitosin, melakukan penegangan tali pusat terkendali serta

melakukan masase fundus segera setelah plasenta lahir untuk

menimbulkan kontraksi uterus, sesuai dengan teori manajemen aktif

kala III (Fitriahadi & Utami, 2019) .


143

Pada Ny. I terdapat laserasi grade I (mulai dari mukosa sampai

kulit perineum) tidak dilakukan penjahitan. Derajat I Meliputi mokosa

vagina, fourchette posterior dan kulit perineum. Pada derajat I ini tidak

perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi perdarahan

(Kementerian Kesehatan tahun, 2020) .

Pengawasan 2 jam post partum pada persalinan kala IV juga

telah diterapkan oleh penulis . Pada kala IV tidak ditemukan

kesenjangan, ibu dipantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung

kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan

setiap 30 menit pada 1 jam kedua. Pantau temperatur tubuh setiap jam

selama 2 jam pertama pasca persalinan. (Fitriahadi & Utami, 2019).

B. Bayi Baru Lahir

Pada By Ny S tidak dikukan IMD selama 1 jam, hanya dilakukan

kontak kulit selama 30 menit , menurut POGI Bayi baru lahir dari ibu

yang BUKAN ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19 tetap

mendapatkan pelayanan neonatal esensial saat lahir (0 –6 jam) yaitu

pemotongan dan perawatan tali pusat,Inisiasi Menyusu Dini

(IMD),injeksi vit K1, pemberian salep/tetes mata antibiotik, dan

imunisasi Hepatitis B. (PP POGI, 2020) .


144

Dalam penelitian Hutagaol yang dilakukan di RS Tk.III Dr.

Reksodiwiryo Padang Sumatera Barat mengenai pengaruh IMD terhadap

suhu pada bayi baru lahir. Setelah dilakukan IMD selama satu jam maka

rerata suhu aksila pada kelompok IMD lebih tinggi dari pada kelompok

non IMD. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa setelah dilakukan

IMD selama satu jam suhu aksila meningkat 0,4 ± 0,30C sedangkan pada

kelompok non IMD selama satu jam kelahiran hanya terdapat

peningkatan suhu 0,03 ± 0,30C. Pada kelompok IMD tidak ada bayi yang

hipotermi setelah satu jam dan seluruh bayi mengalami peningkatan suhu

aksila satu jam setelah kelahiran, namun pada kelompok non IMD ada

empat orang bayi dengan suhu aksila dibawah 36,50C dan ada delapan

orang bayi yang mengalami penurunan suhu aksila setelah satu jam

kelahiran. Hal ini menunjukkan bahwa IMD yang dilakukan pada bayi

baru lahir mempunyai pengaruh yang sangat baik untuk dapat

mempertahankan suhu pada bayi baru lahir (Hutagaol et al., 2014).

Kemudian agusvina Revi, meneliti hubungan antara Bayi yang

dilakukan IMD maupun non IMD terhadap keberhasilan Pemberian ASI

Ekslusif dari jumlah sample 21 orang terdapat 14 orang bayi yang

dilakukan IMD dan 7 orang yang tidak dilakukan IMD, didapatkan hasil

dari uji statistic Uji-Square bahwasanya nilai p= 0,102 hal tersebut


145

menunjukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara variable IMD

terhadap keberhasilan ASI Ekslusif (p<0,05) sehingga hipotesis H O di

terima, bahwa tidak ada hubungan antara IMD terhadap keberlangsungan

pemeberian ASI Ekslusif (Studi et al., 2015).

Perawatan tali pusat pada bayi untuk mencegah infeksi pada tali

pusat,Perawatan tali pusat dibungkus dengan menggunakan kassa steril

tanpa menggunakan alkohol, hal ini sesuai dengan teori alkohol tidak

lagi dianjurkan untuk merawat tali pusat karena dapat mengiritasi kulit

dan menghambat pelepasan tali pusat. Saat ini belum ada petunjuk

mengenai antiseptik yang baik dan aman digunakan untuk perawatan

tali pusat, karena itu dikatakan yang terbaik adalah menjaga tali pusat

tetap kering dan bersih (Prawirohardjo, 2013).

Memberikan salap mata untuk menghindari terjadinya infeksi

pada mata bayi baru lahir, dan memberikan Injeksi Vit K 0,1 ml secara

Intra muscular pada paha kiri bagian luar untuk mencegah terjdinya

perdarah otak karena adanya tekanan pada saat persalinan . munisasi HB-

0 diberikan pada umur 0-7 hari (Rukiyah, 2012). Pada bayi Ny. S

diberikan imunisasi HB-0 pada tanggal 14 Maret 2021 setelah 1 jam bayi

dilahirkan, menurut teori pemberian HB-0 disuntikan pada paha sebelah

kanan bagian luar secara IM dengan dosis 0,5 ml. Apabila bayi baru lahir
146

tidak disuntikan HB-0 di khawatirkan penularan virus hepatitis b pada

bayi baru lahir (Agus Lina, 2021)

Pada Puskesmas Kecamatan Tanah Abang menganjurkan tentang

Asi Ekslusif diberikan kepada bayi sesering mungkin tanpa dijadwal

dan tanpa tambahan makanan dan minuman apapun selama 6 bulan,

(Kementerian Kesehatan tahun, 2020).

C. Nifas

Mengobservasi keadaan umum ibu untuk menegakan diagnose ibu

dalam keadaan nifas normal. Dilakukan pengawasan pada 2 jam post

partum secara ketat. Hal ini sesuai dengan teori bahwa 2 jam pertama

merupakan masa berbahaya dan mempunyai peluang yang besar untuk

terjadi komplikasi. Pada klien tidak ditemukan adanya komplikasi pada 2

jam post partum.Pada kala IV ibu dipantau setiap 15 menit pada 1 jam

pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua. Karena sudah sesuai teori

bidan melakukan pemeriksaan laserasi jalan lahir untuk mengetahui

klasifikasi robekan. Pemantauan pada kala IV dilakukan untuk mencegah

kematian ibu terutama disebabkan Karena perdarahan, karena 2 jam

pertama setelah persalinan merupakan waktu kritis bagi ibu. Sebagian

besar kematian ibu pada periode pasca persalinan terjadi 2 jam pertama
147

setelah persalinan. Kematian ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan

eklampsia. Oleh karena itu, pemantauan selama 2 jam sangat penting.

(Fitriahadi & Utami, 2019)

Dalam penerapan asuhan kebidanan pada masa nifas juga telah sesuai

dengan teori yaitu ibu diberikan pil zat besi Sf( Sulfasferos) 60 mg 1x1

yang harus diminum setidaknya selama 40 hari pasca persalinan,

(Prawirohardjo, 2010).

Kemudian ibu di berikan vitamin A 2 kapsul dengan dosis 200.000

IU, di minum 1x1, menurut teori Pada masa nifas perlu diberikan vitamin

A untuk menaikkan jumlah kandungan vitamin A dalam ASI.Selain bagi

ibu, vitamin A juga bermanfaat pada bayi, karena pada masa nifas ibu

menyusui bayinya sehingga bayi yang disusui lebih kebal terhadap

penyakit.Manfaat vitamin A selain untuk meningkatkan kelangsungan

hidup anak serta membantu pemulihan kesehatan nifas yang erat kaitannya

dengan anemia dan mengurangi resiko buta senja pada ibu menyusui .

(Agus Lina, 2021)


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil dari pengkajian yang dilakukan pada NY.S sesuai dengan asuhan

manajemen kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir

normal mulai tanggal 10-15 April 2021 hasil yang didapatkan sesuai dengan

yang diharapkan yaitu :

1. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada ibu hamil, ibu

bersalin, bayi baru lahir dan ibu nifas.

2. Mahasiswa dapat menginterpretasikan data, menegakkan diagnosa,

dan menemukan masalah pada ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru

lahir dan ibu nifas

3. Mahasiswa dapat menemukan masalah potensial yang mungkin

terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir dan ibu nifas.

4. Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera dengan melakukan

tindakan mandiri, kolaborasi atau rujukan pada ibu hamil, ibu

bersalin, bayi baru lahir dan ibu nifas

5. Mahasiswa dapat menyusun rencana asuhan kebidanan bersama

klien sesuai dengan prioritas masalah dan kebutuhan pada ibu

hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir dan ibu nifas

148
149

6.Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan / implemantasi pada

ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir dan ibu nifas.

7.Mahasiswa dapat mengevaluasi manajemen asuhan yang telah

diberikan pada ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir dan

ibu nifas

8. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian asuhan

kebidanan yang telah dilakukan secara tepat dan benar.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas.

Mempertahankan asuhan yang telah diterapkan dan meningkatkan

asuhan sesuai kemajuan ilmu pengetahuan, khusunya bidang Asuhan

kebidanan agar dapat meningkatkan kualitas pelayanandan mampu

menerapkan asuhan kebidanan sesuai dengan standar asuhan persalinan

normal.

2. Bagi Institusi

Mahasiswa yang praktik di lahan, supaya diikuti dan dibimbing

sampai di pahami mahasiswa oleh dosen pembimbing. Lebih

memperbaharui buku referensi yang terdapat di perpustakaan.


150

3. Bagi Mahasiswa

Dapat menerapkan teori dan praktek dilahan sesuai dengan teori

dan Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka

pengembangan diri, Menerapkan ilmu yang didapat terutama dalam

memberikan asuhan kebidanan komprehensif sesuai dengan teori.


DAFTAR PUSTAKA

Agus Lina, K. 2020. (2021). No Title. XII(01), 28–39.

Ariestanti, Y., Widayati, T., & Sulistyowati, Y. (2020). Determinan Perilaku Ibu

Hamil Melakukan Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) Pada Masa

Pandemi Covid-19. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan, 10(2), 203–216.

Febriandi. (2020). MENKES/320/2020 TENTANG. KEPUTUSAN MENTERI

KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020

TENTANG STANDAR PROFESI BIDA, 28(2), 1–43.

http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://doi.org/

10.1016/j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.arth.2018.03.044%0

Ahttps://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S1063458420300078?

token=C039B8B13922A2079230DC9AF11A333E295FCD8

Fitriahadi, E., & Utami, I. (2019). Buku Ajar Asuhan Persalinan & Managemen Nyeri

Persalinan. Universitas Aisyiyiah Yogyakarta, 284 hlm.

Hutagaol, H. S., Darwin, E., & Yantri, E. (2014). Artikel Penelitian Pengaruh

Inisiasi Menyusu Dini ( IMD ) terhadap Suhu dan Kehilangan Panas pada Bayi

Baru Lahir. 3(Imd), 332–338.


Kementerian Kesehatan tahun, P. P. (2020). Pedoman pelayanan antenatal,

persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

Megasari, K. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Trimester III Dengan

Ketidaknyamanan Sering Buang Air Kecil. Jurnal Komunikasi Kesehatan,

10(1), 29–37. d:%5CDownloads%5CDocuments%5C37-Article Text-74-1-10-

20191217_2.pdf

Nurmalasari, A. Y. (2019). Asuhan Kebidanan Terintegrasi Pada Ibu Hamil Yang

Mengalami Braxton Hicks Dengan Pemberian Teknik Relaksasi Pernafasan Ibu

Bersalin, Ibu Nifas, Bayi Baru Lahir Dan Keluarga Berencana Di Puskesmas

Nagreg. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).

PP POGI. (2020). Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus Corona (Covid-19).

Maret, 1–28.

Renaningtyas, D., Sucipto, E., & Chikmah, A. M. (2013). Hubungan Pelaksanaan

Pelvic Rock Dengan Birthing Ball Terhadap Lamanya Kala I Pada Ibu Bersalin

Di Griya Hamil Sehat Mejasem. Jurnal Ilmu Kesehatan, 1–5.

Sagitarini, P. N. (2019). Hubungan Senam Hamil Dengan Nyeri Pinggang Ibu Hamil
Trimester Iii Di Rsia Puri Bunda. Jurnal Riset Kesehatan Nasional, 3(2), 24.

https://doi.org/10.37294/jrkn.v3i2.163

Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F., Ilmu, D. A. N., Islam, U., & Syarif, N.

(2015). KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU. Imd.

Trisunarsih, fitriyani tahun 2020. (2020). ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF

CARE DI PMB SUKANI EDI. 5(1).

Yani, W. F., & Munawaroh, M. (2020). Sikap Ibu, Dukungan Suami dan Peran

Tenaga Kesehatan Berhubungan dengan Pelaksanaan Imunisasi TT Ibu Hamil.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Indonesia, 10(02), 34–41.

https://doi.org/10.33221/jiki.v10i02.496
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai