Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Perkembangan Hukum Islam Era Tabi’it Tabi’in

Oleh :
Alya (04040320070)
Alya Nabilah Guretno Putri (04040320071)
Firdaus Azami (04040320081)

Kelas : BKI/B3

Dosen Pengampu :
Dr. Mohammad Rofiq, S.Ag, M.Pd., M.Si., M.Pd.I

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Sejarah Perkembangan Hukum Islam Era Tabi’it Tabi’in”  ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari bapak Dr. Mohammad Rofiq, S.Ag, M.Pd., M.Si., M.Pd.I pada bidang
mata kuliah Ushul Fiqih.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Lamongan, 11 Maret 2021

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................I
DAFTAR ISI...........................................................................................................II
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................III
A. Latar Belakang....................................................................................III
B. Rumusan Masalah...............................................................................III
C. Tujuan Pembahasan............................................................................III
BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................1
A. Situasi dan Kondisi pada Masa Tabi’ut-Tabi’in....................................1
B. Sejarah munculnya sosok mazhab di era tabi’ut tabi’in.......................2

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang telah dimaksudkan oleh Allah untuk
mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan dan antara manusia dengan
manusia (hablum minallah, hablum minan-nas).Diketahui bahwa hukum yang
dipakai dan berlaku dalam Islam adalah berdasarkan wahyu Allah yang telah
dikodifikasikan di dalam Al-qur‟an. Dalam ayat-ayat Al-qur‟an banyak
mengandung dasar-dasar hukum, baik mengenai ibadah dan hidup
berkemasyarakatan kemudian disebut dengan ayat al-ahkam.
Dalam dinamika pemikiran hukum dalam Islam terdapat dua dimensi.
Pertama, hukum Islam berdimensi ilahiyah, artinya bahwa ajaran yang diyakini
bersumber dari Allah SWT dan senantiasa dijaga sakralitasnya. Jadi dalam hal ini
hukum Islam dipahami sebagai syariat yang cakupannya luas, tidak terbatas pada
fiqih saja, tapi mencakup juga dalam bidang keyakinan, amaliah dan akhlaq.
Kedua, hukum Islam berdimensi insaniyah, maksudnya hukum Islam adalah
upaya dari manusia secara bersungguh-sungguh untuk memahami ajaran yang
dianggap suci dengan melakukan dua pendekatan; pendekatan kebahasaan dan
pendekatan maqashid.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan hukum islam di era tabi’it tabi’in ?
2.
3.
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui perkembangan hukum di era tabi’it tabi’in ?
2.
3.

III
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Situasi dan Kondisi pada Masa Tabi’ut-Tabi’in

Kondisi hukum pada masa ini mula berjalan pada kekuatan yang
komprehensip, melangkah dalam wilayah yang luas, tampak dalam pelataran
yang indah dan pembahasan ilmiah telah menyalakan semangat semula sehingga
pada waktu itu hukum hampir menjadi kesatuan yang independen dalam
keistimewaannya dan sempurna kematangannya, luas cakupannya dalam
kesulitan dan tangkapannya, menyusun percerai-berainya, membantu
perjuangannya dalam menampakkan ketersembunyiannya dan menguatkan
kaidah-kaidahnya. Sehingga fikih/hukum islam menjadi berjaya yang
memanfaatkan bagi generasi selanjutnya dan kaum muslimin tidak perlu bersusah
payah dalam memahami bagian-bagiannya atau menguatkan keumumannya.
Dan bila para pembahas tetap berbuat dimasa selanjutnya, tetapi mereka
tidak melampui apa yan telah ditinggalkan orang-orang pada periode ini,
perjuangan tidak perlu memalingkan, baik yang panjang mejadi ringkas, ringkas
menjadi panjang, mengumpulkan atau memisahkan terhadap apa yang mereka
wariskan dan menyiman warisan yang berharga tersebut agar diperoleh
kecukupan dari hasil akan mereka dan dicontoh dari tradisinya suatu yang dapat
memberikan penerangan, hingga masa ini secara umum layak dinami “periode
pertumbuhan kekuatan, kematangan pikiran, kehidupan ilmiah yang luas,
pembahasan yang mendalam dan mengsilakan, keindahan fiqih, ijtihad mutlak,
kebebasan yang berani dalam nalar dan istimbat. ”Pada Masa ini
dibukukan/dikodifikasi ilmu-ilmu Al-Qur’an, Sunah, Bahasa dan tampak
bermunculan Ahli Qari, Ahli Bahasa, Ta’wil, Ahli Hadits, Ahli Teologi dan Fiqih.
Adapun tokoh-tokoh yang dinyatakan sebagai tabi’ut-tabi’in adalaha
sebagai berikut:
1.      Al-Imam Malik bin Anas
2.      Al-Imam Hanafi
3.      Imam As Syafi’i
4.      Sufyan Ats Tsurie

1
5.      Sufyan bin Uyainah
6.      Al-Laits bin Said
7.      Imam Ahmad ibn Hambal
8.      Al- Imam Al-Bukhari
9.      Al-Imam Muslim
10.   Al-Imam Abu Daud
11.   Al-Imam at-Tirmidzi
12.   Al-Imam An-Nasai
13.   Al-Imam Ibnu Majjah
Beberapa tokoh diatas merupakan tabi’ut-tabi’in yang terkemuka, yang mana
tokoh-tokoh diataslah yang dianggap sebagai taokoh tabi’ut-tabi’in yang paling
berpengaruh, hal itu dikarenakan jasa-jasa yang ia dedikasikan untuk kemajauan
Islam.
B. Sejarah munculnya sosok mazhab di era tabi’ut tabi’in
Fenomena perkembangan tasyrik pada periode ini, seperti tumbuh suburnya
kajian kajian ilmiah, kebebasan berpendapat, banyaknya fatwa-fatwa dan
kodifikasi ilmu, bahwa tasyri’ memiliki keterkaitan sejarah yang panjang dan
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.
Munculnya madzhab dalam sejarah terlihat adanya pemikirah fiqih dari
zaman sahabat, tabi’in hingga muncul madzhab-madzhab fiqih pada periode ini.
Seperti contoh hokum yang dipertentangkan oleh Umar bin Khattab dengan Ali
bin Abi Thalib ialah masa ‘iddah wanita hamil yang ditinggalk mati oleh
suaminya. Golongan sahabat berbeda pendapat dan mengikuti salah satu pendapat
tersebut, sehingga munculnya madzhab-madzhab yang dianut.
Di samping itu, adanya pengaruh turun temurun dari ulama-ulama yang
hidup sebelumnya tentang timbulnya madzhab tasyri’, ada beberapa faktor yang
mendorong,  diantaranya :
1. Karena semakin meluasnya wilayah kekuasaan Islam sehingga hukum
islampun menghadapi berbagai macam masyarakat yang berbeda-beda
tradisinya.
2. Muncunya ulama-ulama besar pendiri madzhab-madzhab fiqih berusaha
menyebarluaskan pemahamannya dengan mendirikanpusat-pusat study
tentang fiqih, yang diberi nama Al-Madzhab atau Al-Madrasah yang

2
diterjemahkan oleh bangsa barat menjadi school, kemudian usaha tersebut
dijadikan oleh murid-muridnya.
3. Adanya kecenderungan masyarakat islam ketika memilih salah satu pendapat
dari ulama-ulama madzhab ketika menghadapi masalah hukum. Sehingga
pemerintah (khalifah) merasa perlu menegakkan hukum islam dalam
pemerintahannya.
Pembahasan pada tokoh-tokoh tabi’ut tabi’in akan penulis bahas
beberapa tokoh saja mengingat ada beberapa hal yang
mengakibatkan penulis, yang mana diantaranya  kurangnya referensi, alokasi
waktu yang terbatas, keterbatasan pengetahuan penulis sendiri, dan biaya. Adapun
tokoh-tokoh yang peulis angkat adalah sebagai berikut:
a. Imam Abu Hanifah
Madzhab ini didirikan oleh Abu Hanifah yang nama lengkapnya al-
Nu’man ibn Tsabit ibn Zuthi (80-150 H). Ia dilahirkan di Kufah, dan wafat di
Baghdad pada umur 70 tahun.
Pada awalnya Abu hanifah adalah seorang pedagang, atas anjuran al-
Syabi ia kemudian menjadi pengembang ilmu. Abu Hanifah belajar fiqih
kepada ulama aliran irak (ra’yu). Imam Abu Hanifah mengajak kepada
kebebasan berfikir dalam memecahkan masalah-masalah baru yang belum
terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Ia banyak mengandalkan qiyas
(analogi) dalam menentukan hukum.
Ulama Hanafiyah menyusun kitab-kitab fiqih, diantaranya Jami’ al-
Fushulai, Dlarar al-Hukkam, kitab al-Fiqh dan qawaid al-Fiqh, dan lain-
lain. Dasar-dasar Madzhab Hanafi adalah :Al-Qur’anul Karim, Sunnah Rosul
dan atsar yang shahih lagi masyhur, Fatwa sahabat, Qiyas, Istihsan, Adat dan
uruf masyarakat. Beberapa metode Ijtihad yang ada, yang paling banyak
dipergunakan oleh Imam Hanafi adalah Metode Qiyas (merasionalkan
permasalahan yang berkembang)
b. Madzhab Maliki
Madzhab ini dibangun oleh Maliki bin Annas. Ia dilahirkan di Madinah
pada tahun 93 H. Imam Malik belajar qira’ah kepada Nafi’ bin Abi Ha’im. Ia
belajar hadits kepada ulama Madinah seperti Ibn Syihab al-Zuhri.
Karyanya yang terkenal adalah kitab al-Muwatta’, sebuah kitab hadits
bergaya fiqh. Inilah kitab tertua hadits dan fiqh tertua yang masih kita

3
jumpai. Dia seorang Imam dalam ilmu hadits dan fiqih sekaligus. Orang
sudah setuju atas keutamaan dan kepemimpinannya dalam dua ilmu ini.
Dalam fatwa hukumnya ia bersandar pada kitab Allah kemudian pada as-
Sunnah. Tetapi beliau mendahulukan amalan penduduk madinah dari pada
hadits ahad, dalam ini disebabkan karena beliau berpendirian pada penduduk
madinah itu mewarisi dari sahabat.
Dasar madzhab Maliki dalam menentukan hukum adalah : Al
qur’an,  Sunnah, Ijma’ ahli madinah, Qiyas, Istishab / al-Mashalih al-Mursalah.
Contoh-contoh produk hukum yang ditetapkan oleh Imam Maliki.
o  Penarikan pajak bagi orang kaya untuk membiayai angkatan bersenjata
dan melindungi negara;
o  hukuman bagi tindak kriminal dengan mencabut kekayaan jika ia
memiliki atau ditopang dengan kekayaan;
o  Jika dalam satu peperangan orang kafir melindungi diri mereka dengan
menggunakan tawanan perang orang muslim sebagai tameng,
diperkirakan tanpa merusak tameng musuh tiddak dapat ditaklukkan,
maka atas dasar kepentingan umumyang bersifat darurat membunuh
orang muslim itu diizinkan, tindakan tersebut bertujuan untuk
melindungi orang muslim.
Beberapa pendapat diatas maka, dapat digaris bawahi bahwa metode
ijtihad yang dipergunakan oleh Imam Maliki adalah metode Istishab / al-
Mashalih al-Mursalah.
c. Madzhab Syafi’i
Madzhab ini didirikan oleh Imam Muhammad bin Idris al-Abbas.
Madzhab fiqih as-Syafi’i merupakan perpaduan antara Madzhab Hanafi dan
Madzhab Maliki. Ia terdiri dari dua pendapat, yaitu qaul qadim (pendapat
lama) di irak dan qaul jadid di Mesir. Madzhab Syafi’i terkenal sebagai
madzhab yang paling hati-hati dalam menentukan hukum, karena kehati-
hatian tersebut pendapatnya kurang terasa tegas.
Langkah-langkah yang digunakan oleh Imam syafi’i untuk melakukan
ijtihad, menurutnya bahwa sumber hukum islam ada lima, yaitu Al-Qur’an
dan As-Sunnah, ijma’, pendapat sebagian sahabat yang tidak bertentangan,
pendapat sahabat yang paling kuat, dan Qiyas
Di antara buah pena/karya-karya Imam Syafi’i, yaitu :

4
o     Ar-Risalah : merupakan kitab ushul fiqih yang pertama kali disusun.
o   Al-Umm : isinya tentang berbagai macam masalah fiqih berdasarkan
pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam kitab ushul fiqih.

d. Imam Ahmad bin Hambal


Imam Ahmad bin Hambal memiliki nama lengkap Abu Abdillah Ahmad
bin Hambal bin Hilal bin Asad al-Syaibani al-Marwazi, ia lahir di Baghdad pada
tahun 164 H. pada masa Kalifah Al-Makmun, al- Mu’tasim, al-Wastiq ia dihukum
cambuk dan dipenjarakan, karena keteguhannya tidak mau mengikuti paham
mu’tazilah, yang mana ketika itu paham ini menjadi paham resmi
kepemerintahan.
Beberapa fatwa yang di tetapkan oleh Imam bin Hambal.
o   larangan untuk membukukan fatwa-fatwa, hal itu dikarenakan oleh fatwa-
fatwa tidak bersifat mutlak.

Anda mungkin juga menyukai