Persalinan Terkonfirmasi Covid-1
Persalinan Terkonfirmasi Covid-1
Disusun Oleh:
1. CHATRIN DWI PUTRI AGMA NINGSIH (18005)
2. GADIS SEPTIANI WULANDARI ( 18013 )
3. HAINA RAESITA (18015)
4. HANA AYAKEDING ( 18016)
5. ISTARIL JANNAH ( 18020)
6. NURFADHILLA RAHMADHANTY ( 18034)
7. REVIKA ENDRIANSA FITRI ( 18041)
8. SITI JUMAEROH ( 18048)
9. SRI RAHAYU ( 18050)
10. YULI AMALIA ( 18055)
Sampai saat ini juga masih belum jelas apakah infeksi COVID-19 dapat
melewati rute transplasenta menuju bayi. Meskipun ada beberapa laporan dimana
bayi pada pemeriksaan didapatkan pemeriksaan positif dengan adanya virus
beberapa saat setelah lahir, tetapi penelitian ini perlu validasi lebih lanjut tentang
transmisi ini apakah terjadi di dalam kandungan atau di postnatal. Saat ini tidak ada
data yang mengarahkan untuk peningkatan risiko keguguran yang berhubungan
dengan COVID-19. Laporan kasus dari studi sebelumnya dengan SARS dan MERS
tidak menunjukkan hubungan yang meyakinkan antara infeksi dengan risiko
keguguran atau kematian janin di trimester dua.
Oleh karena tidak adanya bukti akan terjadinya kematian janin intra uterin akibat
infeksi COVID-19, maka kecil kemungkinan akan adanya infeksi kongenital virus
terhadap perkembangan janin.
(Interim Guidelines on the management of suspected COVID-19/SARS-CoV-2 in
the pregnant and post partum period. HSE Health Protection Surveillance
Centre).
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai penanganan infeksi covid-19
pada ibu bersalin.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mendapatkan pengetahuan penanganan pada ibu bersalin
yang terpapar covid-19.
1.3.2.2 Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan bidan dalam
penggunaan APD saat pertolongan persalinan pasien yang terpapar
covid-19.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.6. Discarded
2.1.8. Kematian
Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah kasus
konfirmasi /probable COVID-19 yang meninggal. Adapun kriteria gejala
klinis dan manifestasi klinis yang berhubungan dengan infeksi COVID-19
tercantum dalam tabel di bawah ini.
Sakit ringan Sakit ringan tanpa komplikasi Pasien dengan gejala non- spesifikseperti
demam, batuk, nyeri tenggorokan, hidung
tersumbat, malaise, sakit kepala, nyeri otot.
Perlu waspada pada usia lanjut dan
imunocompromised karena gejala dan tanda
tidak khas.
Sakit Sedang Pneumonia ringan Pasien Remaja atau Dewasa dengan tanda
klinis pneumonia (demam, batuk, dyspnea, napas
cepat) dan tidak ada tanda pneumonia
berat.
Anak dengan pneumonia
ringanmengalamibatukatau kesulitan bernapas
dannapas
cepat
GEJALA KLINIS
(frekuensi napas :
GEJALA KLINIS
(sepertin mendengkur, tarikan dinding dada
yang berat), Tanda pneumonia berat :
ketidakmampuan menyusu atau minum,
letargi atau penurunan kesadaran, atau
kejang. Tanda lain dari pneumonia yaitu
tarikan dinding dada dan nafas cepat.
Diagnosis ini berdasarkan klinis; pencitraan
dada dapat membantu penegakan diagnosis
dan dapat menyingkirkan komplikasi.
Sakit Kritis Acute Respiratory Onset: baru terjadi atau perburukan dalam
Distress Syndrome waktu satu minggu.Pencitraan dada (CT scan
(ARDS) toraks, atau ultrasonografi
paru): opasitas bilateral, efusi
GEJALA KLINIS
pluera yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya, kolaps paru, kolaps lobus atau
nodul.
GEJALA KLINIS
dengan PEEP ≥5 cmH2O, atau yang tidak
diventilasi) ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100
mmHg dengan PEEP ≥ 5 cmH2O, atau yang
tidak diventilasi) Ketika PaO2 tidak tersedia,
SpO2/FiO2 ≤ 315 mengindikasikan ARDS
(termasuk pasien yang tidak diventilasi).
GEJALA KLINIS
Radiologis Infiltrat baru konsisten dengan penyakit paru
akut
Oksigenasi Ventilasi Ventilasi
mekanis non mekanis invasif
invasive
PARD Ringan Sedang Berat
S
Maske 4 ≤ OI 8 ≤OI OI ≥
r full ≤ 8 ≤ 16 16
face
ventilas
i bi-
level
atau
CPAP
≥
2.2.3. Bayi yang lahir dari ibu yang terkonfirmasi COVID-19, dianggap
sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan bayi harus
ditempatkan di ruangan isolasi sesuai dengan Panduan Pencegahan
Infeksi pada Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
2.2.4. Untuk mengurangi transmisi virus dari ibu ke bayi, harus disiapkan
fasilitas untuk perawatan terpisah pada ibu yang telah terkonfirmasi
COVID-19 atau Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dari bayinya
sampai batas risiko transmisi sudah dilewati.
e. Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan
tissue. Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bila
tidak ada tissue lakukan batuk sesui etika batuk.
2.5.5. Pada zona merah (risiko tinggi), orange (risiko sedang), dan kuning
(risiko rendah), ibu hamil dengan atau tanpa tanda dan gejala
COVID-19 pada H-14 sebelum taksiran persalinan dilakukan
skrining untuk menentukan status COVID-19. Skrining dilakukan
dengan anamnesa, pemeriksaan darah NLR atau rapid test (jika
tersedia fasilitas dan sumber daya). Untuk daerah yang mempunyai
kebijakan lokal dapat melakukan skrining lebih awal.
2.5.6. Pada zona hijau (tidak terdampak/tidak ada kasus), skrining COVID-
19 pada ibu hamil jika ibu memiliki kontak erat dan atau gejala.
2.5.7. Untuk ibu dengan status kontak erat tanpa penyulit obstetrik (skrining
awal: anamnesis, pemeriksaan darah normal (NLR < 5,8 dan limfosit
normal), rapid test non reaktif), persalinan dapat dilakukan di FKTP.
Persalinan di FKTP dapat menggunakan delivery chamber tanpa
melonggarkan pemakaian APD (penggunaan delivery chamber belum
terbukti dapat mencegah transmisi COVID-19). Apabila ibu datang
dalam keadaan inpartu dan belum dilakukan skrining, Fasilitas
Pelayanan Kesehatan harus tetap melayani tanpa menunggu hasil
skrining dengan menggunakan APD sesuai standar.
2.8.6. Berikan anestesi epidural atau spinal sesuai indikasi dan menghindari
anestesi umum kecuali benar-benar diperlukan.
2.8.7. Dokter spesialis anak dan tim harus diinformasikan terlebih dahulu
tentang rencana pertolongan persalinan ibu dengan COVID-19, agar
dapat melakukan persiapan protokol penanganan bayi baru lahir dari
ibu tersebut.
Oleh karena itu, penolong persalinan harus menggunakan alat
pelindung diri (APD) minimal sesuai level 2. APD level 2 (dua) ini
digunakan oleh dokter, perawat, petugas laboratorium, radiografer, farmasi,
dan petugas kebersihan ruang pasien COVID- 9. APD pada tingkatan ini
digunakan saat tenaga medis, dokter dan perawat, di ruang poliklinik saat
melakukan pemeriksaan pasien dengan gejala infeksi pernafasan. APD
tersebut berupa masker bedah 3 lapis, hazmat, sarung tangan karet sekali
pakai, dan pelindung mata. Standar ini hanya bisa dijamin kalau persalinan
dilakukan di fasilitas kesehatan. Pertolongan persalinan pasien dalam
pengawasan (PDP) atau pasien terkonfirmasi Covid-19, prosesnya harus
dilakukan dengan operasi sesar dengan berbagai syarat. Syarat pertama,
dilakukan di kamar operasi yang memiliki tekanan negatif. Kedua, tim
operasi menggunakan APD sesuai dengan level 3. Bila tidak terdapat
fasilitas kamar pembedahan yang memenuhi syarat, proses persalinan pada
PDP atau pasien terkonfirmasi Covid-19 dapat dilakukan dengan alternatif.
Salah satunya dengan proses operasi sesar di kamar bedah yang dimodifikasi
seperti mematikan AC atau modifikasi lainnya yang memungkinkan.
Persalinan normal dapat dilakukan dengan syarat khusus, yakni
menggunakan delivery chamber dan tim petugas kesehatan harus
menggunakan APD sesuai level 3.“Semua tindakan persalinan dilaksanakan
dengan terlebih dahulu melakukan pemberian informed consent yang jelas
kepada pasien dan atau keluarga (Januarto, 2020). Mulai bulan Mei di
beberapa fasilitas kesehatan wilayah kabupaten Banyumas sudah
menggunakan delivery chamber untuk mencegah penularan pada ibu, bayi,
dan tenaga kesehatan. APD level ketiga ini, diperuntukkan untuk ruang
prosedur dan tindakan operasi pada pasien dengan kecurigaan atau sudah
terkonfirmasi COVID-19. Bagi dokter dan perawat, mereka diharuskan
untuk menggunakan masker N95 atau ekuivalen, hazmat khusus, sepatu bot,
pelindung mata atau face shield, sarung tangan bedah karet steril sekali
pakai, penutup kepala, dan apron. Selain dokter dan petugas medis di rumah
sakit, petugas yang diwajibkan memakai APD lain yaitu sopir ambulans.
Mereka diwajibkan menggunakan masker bedah 3 lapis, sarung tangan karet
sekali pakai dan hazmat saat menaikkan dan menurunkan pasien suspect
COVID-19 (Widyawati, 2020).
2. Saat sakit tetap gunakan masker, tetap tinggal di rumah atau segera ke
fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di luar.
3. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tisu. Buang tisu pada
tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tisu, lakukan sesuai etika batuk-
bersin.
4. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh.
7. Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu saat persalinan.
Sedangkan masker kain dapat digunakan bagi ibu yang sehat dan
keluarganya.
Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika
masker yang digunakan terasa mulai lembab.
9. Gunakan masker kain apabila dalam kondisi sehat. Masker kain yang
direkomendasikan oleh Gugus Tugas COVID-19 adalah masker kain 3 lapis.
Menurut hasil penelitian, masker kain dapat menangkal virus hingga 70%.
Disarankan penggunaan masker kain tidak lebih dari 4 jam. Setelahnya,
masker harus dicuci menggunakan sabun dan air, dan dipastikan bersih
sebelum dipakai kembali.
10. Keluarga yang menemani ibu hamil, bersalin, dan nifas harus menggunakan
masker dan menjaga jarak.
11. Menghindari kontak dengan hewan seperti kelelawar, tikus, musang atau
hewan lain pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar hewan.
12. Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat mendesak
untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis obstetri atau
praktisi kesehatan terkait.
14. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 dari
sumber yang dapat dipercaya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
a. Subjektif
Ny. A berusia 32 th, bersuku jawa, agama islam, pendidikan terakhir D3,
pekerjaan sehari-hari yaitu seorang bidan, alamat rumah Jl. H. M. Bobel
raya blok c 27, no. 2 rt 12/13, mekarsari, cimanggis. Ia memiliki suami
bernama Tn. Fauzan M, berusia 32 th juga, bersuku jawa, agama islam,
pendidikan terakhir S1, pekerjaan sehari-hari yaitu pegawai swasta, dan
beralamatkam sama dengan Ny. A. ke PONEK tanggal 31 Desember
2020 pukul 10.30 WIB pagi, dengan keluhan perut kencang, Gerakan
janin aktif, belum ada pengeluaran air-air pervaginam, belum ada tanda-
tanda inpartu lainnya dan tidak terdapat gejala dari Covid-19, setelah itu
ibu dilakukan pemeriksaan CTG dan didapatkan kategori I dengan
takikardi lalu dilakukan resusitasi intrauterine yaitu dengan pemberian
oksigen 5 L selama 5 menit, setelah 30 menit dilakukan CTG ulang
dengan hasil kategori I dengan takikardi frekuensi dasar 170 dpm
kolaborasi dengan dr. SPOG untuk dilakukan persiapan SC Cito . Namun
diketahui baha Ny. A di tanggal 24 Desember 2020 ibu pernah datang
untuk melakukan pemeriksaan karena ibu terdapat keluhan seperti
demam, dan penciuman ibu tidak bisa terasa (anosmia) tetapi karena usia
kehamilan ibu belum inpartu ibu dipulangkan untuk melakukan isolasi
mandiri selama 14 hari, karena itu ibu diposisikn di IGD disaster yang
sudah ditentukan untuk ibu hamil yang terkonfirmasi Covid-19 lalu
diberikan edukasi tentang bagaimana penanganan nanti yang akan
dilakukan dan tidak ada keluarga yang bisa menemani ibu karena bisa
terpapar.
a. Objektif
Dari hasil pemeriksaan, keadaan umum Ny. A baik, kesadaran
Composmentis dan keadaan emosi Stabil. Tekanan darah saat ibu datang
130/85 mmHg, Nadi 80 x/mnt, Rr 20 x/mnt, suhu 36,5 °C, saturasi oksigen
99%. Pemeriksaan fisik secara head to toe dilakukan dan hasilnya dalam
batas normal, bagian rambut terlihat bersih, muka tidak pucat, kelopak mata
tidak oedem konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikhterik, mulut dan gigi
tidak ada kelainan. Pemeriksaan leher dalam batas normal, pemeriksaan dada
ibu normal tidak ada kelainan, payudara ibu simetris ka/ki, puting menonjol,
pengeluaran colostrum, bersih, tidak ada benjolan. Tinggi fundus uteri ibu 3
jari dibawah px, ilakukan pemeriksaan abdomen terdapat bekas luka SC dan
dilakukan palpasi pada abdomen Leopold I teraba di fundus uteri bagian
bokong, Leopold II pda perut bagian sebelah kanan teraba bagian Panjang
keras seperti papan yaitu punggung, dibagian perut sebelah kiri teraba bagian
kecil-kecil janin yaitu ekstremitas, Leopold III pada bagian bawah teraba
bagian bulat, keras, melenting yaitu kepala, pemeriksaan Leopold IV yaitu
kepala belum masuk PAP tidak dilakukan pemeriksaan dalam Djj : 170
x/mnt dilakukan CTG dengan hasil kategori I dengan takikardi dilakukan
resusitasi intrauterine lalu dilakukan ctg ulang dengan hasil kategori I
dengan takikardi konsultasi dengan dr. SPOG untuk persiapan SC cito.
Pemeriksaan Ny. A sebelum masuk ke ruang operasi TTV dalam batas
normal, Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 89 x/mnt, Rr 20 x/mnt, Suhu 37
°C, Tfu : 30 cm, persentasi kepala, His (-), Djj : 158 x/mnt , tidak dilakukan
pemeriksaan dalam, dengan infus terpasang dengan RL 20 Tpm , melakukan
prosedur sesuai SOP sebelum dilakukan operasi seperti konsul dengan dokter
paru, telfon pihak ruangan ok dan anastesi untuk melakukan pengajuan dan
pasien sudah dipuasakan sejak pukul 12.00 WIB siang. Operasi SC
dilakukan pukul 18.30 WIB di ruang OK Covi-19.
b. Analisa
G2P1A0 Hamil 40 minggu dengan bekas sectio cesaria 1x Terkonfirmasi
COVID-19 , Janin Tunggal Hidup Intrauterine presentasi kepala
c. Penatalaksanaan Tindakan
1. Menginformasikan kepada ibu bahwa hasil swab ibu + (positif), ibu
mengetahui
2. Menginformasikan kepada ibu bahwa ibu dalam keadaan baik, TTV dalam
batas normal, TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/m, Rr : 21 x/m, S : 36,7 °C.
3. Menginformasikan kepada ibu bahwa ibu akan dilakukan persalinan secara
Secar sesuai dengan SOP Covid-19, karena sebelumnya ibu dengan Riwayat
secar dan ibu terkonfirmasi Covid-19, ibu mengetahui dan menyetujui.
4. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa pada saat proses
persalinan tidak ada yang mendampingi ibu, ibu dan keluarga mengetahui.
5. Menginformasikan kepada ibu bahwa selama proses persalinan harus
memakai masker, ibu mau melakukan.
6. Melakukan pertolongan persalinan di ruang operasi khusus pasien
terkonfirmasi COVID-19.
7. Menginformasikan kepada ibu bahwa setelah persalinan ibu tidak akan
melakukan IMD dan ibu akan dirawat di ruangan yang terpisah dengan bayi,
ibu mengetahui dan mau melakukan.
8. Menginformasikan kepada ibu bahwa bayi tidak langsung di mandikan tetapi
hanya di keringkan dan langsung di hangatkan di inkubator. Ibu mengetahui
9. melakukan kolaborasi dengan dokter spesalis paru untuk menentukan terapi
obat anti virus untuk ibu seperti Azritomycin 2X1 500mg, Osteopamipir 2X1
75 mg, B.COM 2X 500 mg, VIT D 1X1000 mm, Vit C Injeksi 2X400 mf
Probiotik 1.
10. Melakukan Pendokumentasian
BAB IV
PEMBAHASAN
Di dalam bab ini, penulis membahas tentang asuhan kebidanan secara komprehensif
pada asuhan persalinan pada Ny. A umur 26 tahun G2P1A0 hamil 40 minggu
dengan Covid-19 yang dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto. Di dalam bab ini
penulis membandingkan apakah adakah kesenjangan antara teori dan praktik di
lapangan.
A. Persalinan
Dari hasil anamnesa didapat Ny. A umur 26 tahun, Menurut teori usia reproduksi
Pasangan usia subur (PUS) merupakan salah satu komposisi penduduk yang secara
fisik dan seksual sudah matang untuk melangsungkan kehamilan. Oleh karena itu
sebaiknya segera melangsungkan kehamilan disaat usia reproduksinya dalam
rentang usia aman untuk melangsungkan kehamilan yaitu usia 20-35 tahun. Jika
melangsungkan kehamilan di usia lebih dari 35 tahun maka berdampak pada
tingginya resiko kehamilan seperti pre-eklamsia, eklamsia, perdarahan, anemia,
abortus, dan resiko lainnya (BKKBN, 2014). ibu yang berumur antara 20-35 tahun,
usia ideal untuk hamil dan melahirkan, namun pada periode ini diharapkan wanita
dapat menjarangkan kehamilan dengan jarak dua kehamilan antara empat sampai
lima tahun (sumaila, 2011). Ny A diketahui memiliki Riwayat SC sebelumnya di
kehamilan pertama karena KPD dan di kehamilan sekarang pun di lakukan SC
kembali , menurut teori Riwayat SC adalah sejarah waktu persalinan terdahulu
dimana dilakukan juga dengan tindakan secsia cesarea karena indikasi tertentu.
wanita yang pernah melakukan persalinan dengan tindakan SC ada kecenderungan
untuk persalinan berikutnya harus dilakukan dengan tindakan SC juga (Manuaba
2010) . Masih banyaknya ibu bersalin yang mengalami tindakan SC tidak terlepas
dari masih banyaknya ibu bersalin yang beresiko tinggi yaitu berumur <20 tahun dan
>35 tahun, berparitas primipara dan grandemultipara, mengalami partus tak maju,
memiliki penyakit diabetes dan memiliki riwayat persalinan SC sebelumnya
( Pertiwi 2019). Karena di kehamilan kedua ini ibu dengan kehamilan di sertai
Covid-19 menurut teori, Pertolongan persalinan pasien dalam pengawasan (PDP)
atau pasien terkonfirmasi Covid-19, prosesnya harus dilakukan dengan operasi sesar
dengan berbagai syarat. Syarat pertama, dilakukan di kamar operasi yang memiliki
tekanan negatif. Kedua, tim operasi menggunakan APD sesuai dengan level 3. Bila
tidak terdapatfasilitas kamar pembedahan yangmemenuhi syarat, proses
persalinanpada PDP atau pasien terkonfirmasi Covid-19 dapat dilakukan dengan
alternatif. Salah satunya dengan proses operasi sesar di kamar bedah yang
dimodifikasi seperti mematikan AC atau modifikasi lainnya yang memungkinkan
(Trisnawati 2020)Pada Tanggal 24 desember Ny A datang ke Bagian PONEK di
RSPAD Gatot Soebroro dengan keluhan demam, dan hilang indra penciuman
(Insomnia) kemudian dilakukan Pemeriksaan RT-PCR dengan Hasil (+) Covid-19,
menurut teori Seorang ibu hamil yang dicurigai kemungkinan menderita COVID-19
harus sudah dapat ditentukan kepastian diagnosisnya dan kondisi beratnya penyakit
sebelum melahirkan.Skrining terhadap kemungkinan covid-19 dilakukan
berdasarkan adanya keluhan demam atau pemeriksaan suhu tubuh (≥ 38 oC) dan
gejala infeksi saluran pernafasan. Keterangan lainnya berupa adanya riwayat kontak
erat ibu hamil tersebut dengan penderita covid-19. Selain itu, hal yang sangat
penting untuk perlu diketahui adalah riwayat perjalanan ke daerah yang telah terjadi
transmisi lokal COVID-19, Dalam layanan persalinan, pemeriksaan penunjang
seperti rapid test wajib dilakukan kepada seluruh ibu hamil sebelum proses
persalinan (kecuali rapid test tidak tersedia). Tempat persalinan dipilih dengan
syarat yang memenuhi persyaratan dan telah dipersiapkan dengan baik.Jika fasilitas
atau sarana tersedia, sebaiknya dilakukan pemeriksaan RT-PCR untuk pemeriksaan
adanya virus penyebab COVID-19, yaitu SARS-Cov-2. Dari pemeriksaan
laboratorium tersebut dapat diputuskan status kesehatan ibu melahirkan, apakah
menderita covid-19 (terkonfirmasi) atau tidak (non-Covid-19), (AcTion November
2020).
Pada saat Ny A di lakukan SC kemudian ibu dan bayi tidak di lakukan Rawat
gabung ,Setelah SC ibu di pindahkan ke ruangan perawatan di Paviliun Darmawan
lantai 3 dan bayi di ruang perawatan bayi yaitu di ruangan Peristi, menurut teori
Seorang ibu yang melahirkan dengan terkonfirmasi COVID-19 akan menjalani
perawatan khusus bersama bayinya, seperti pemilihan tempat perawatan ibu dan
bayi, perlu tidaknya rawat gabung, dan penggunaan alat pelindung diri. Tujuan
perawatan ini agar ibu dengan COVID-19 tidak menjadi sumber penularan kepada
bayinya dan anggota keluarga lainnya (AcTion November 2020).
Kemudian Ny A di lakukan kolaborasi dengan dokter paru-paru untuk mendapatka
obat antivirus,menurut teori Dalam masa perawatan, ibu yang melahirkan dengan
Covid-19 tersebut akan mendapat tatalaksana sesuai dengan tingkat beratnya
penyakit yang dideritanya, termasuk obat-obatan antivirus dan obat lainnya (Aceh
Nutrition jurnal 2020). Dan untuk bayinya sendiri tetap di beri Asi namun melalu
metode pumping, menurut teori Segera setelah lahir, bayi dari ibu dengan COVID-
19 akan mendapatkan tatalaksana sebagaimana bayi baru lahir pada umumnya,
kecuali dalam hal perawatan dan cara pemberian nutrisi, termasuk pertimbangan
pemberian ASI atau susu formula. Bayi dilakukan pemotongan tali pusat. Bayi
segera dimandikan dan kemudian dikeringkan. Jika kondisi stabil, kepada bayi juga
diberikan vitamin K1, antibiotik salep mata. Kepada bayi juga diberikan imunisasi
hepatitis B. Setelah 24 jam setelah lahir atau sebelum ibu pulang, tenaga kesehatan
mengambil sampel Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK).Perawatan bayi, apakah
rawat gabung atau terpisah, tergantung status kesehatan ibu dan keputusan keluarga.
Sebaiknya, bayi yang lahir dari ibu dengan COVID-19 tidak dirawat gabung. Bila
perlu, perawatan bayi dilakukan pada ruangan yang terpisah dari ibunya. Jika ibu
harus isolasi, maka dilakukan konseling untuk isolasi terpisah antar ibu dan bayinya
selama 14 hari sesuai batas resiko transmisi. Tujuan dari pemisahan sementara
tersebut untuk mengurangi kontak anatara ibu dan bayi.Kadangkala ibu tetap
berkeinginan untuk merawat bayinya, meskipun telah mendapat penjelasan dari
petugas kesehatan. Untuk kasus seperti ini, maka persiapan harus dilakukan dengan
memberikan informasi lengkap dan potensi resiko terhadap bayi. Selama dirawat di
rumah sakit, perawatan dilakukan dengan isolasi ibu dan bayi. Jika sarana tersedia,
bayi dirawat dalam inkubator tertutup, meskipun dalam satu ruangan dengan ibunya.
Bila tidak tersedia inkubator, gunakan kain pemisah.Perawatan harus memenuhi
protokol kesehatan ketat, yaitu jarak antara ibu dengan bayi minimal dua meter. Ibu
rutin mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. Ibu harus memakai
masker bedah dan menggunakan tirai pemisah. Ruangan rawat gabung memiliki
sirkulasi yang baik. Lingkungan di sekitar ibu juga harus rutin dibersihkan dengan
cairan desinfektan. (Aceh Nutrition Jurnal 2020).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mahasiswa Memahami tentang asuhan Persalinan dengan Covid-19 secara
komprehedan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
a. Mahasiswa memahami asuhan kebidanan pada persalinan Ny. A dengan
Covid-19.
b. Mahasiswa mampu mengumpulkan data obyektif melalui pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan laboratorium pada Ny. A
c. Mahasiswa mampu menetapkan analisis yang berupa diagnosis kebidanan,
masalah, kebutuhan, diagnosis potensial serta antisipasi tindakan segera pada
Ny.A
d. Mahasiswa mampu memberikan penatalaksanaan berupa asuhan kebidanan
yang sesuai dengan keadaan Ny. A
B. Saran
a. Bagi Klien
Menjadi bahan motivasi dan meningkatkan pengetahuan klien mengenai
pelayanan kesehatan secara lengkap yang harus klien dapatkan dari unit
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan masalah kesehatan ibu dan anak
serta dapat menciptakan hubungan baik antar klien dan bidan dalam
masyarakat dan klien mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan standar
kebidanan secara komprehensif.