Anda di halaman 1dari 4

Nama : Irsyal Rinaldi

Nim : D1B120017

Kelas : 02 Alih jenjang

TUGAS INTERAKSI OBAT

 Obat-obat yang mempengaruhi proses Absorbsi!

1. Antasida
Tiap kandungan obat antasida berbeda daya absorbsi. Untuk
kandungan magnesium hitungannya adalah secara inversi proporsional
terhadap dosis, yaitu 50% dengan diet yang terkontrol, dibandingkan dengan
15 – 30% pada pemberi dosis tinggi.
Untuk kandungan kalsium biovailabilitas adalah 25 – 35%. Makanan
akan meningkatkan absorbs obat 10 – 30%. Onset kerja tergantung pada
lamanya pengosongan lambung. Waktu puncak obat dalam plasma adalah 20
– 60 menit dalam keadaan puasa. Apabila obat dikonsumsi 1 jam setelah
makan, maka kadar puncak dicapai hingga 3 jam kemudian.
2. Paracetamol
Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak pada plasma akan dicapai
dalam waktu 10 – 60 menit pada tablet biasa dan 60 – 120 menit untuk tablet
lepas-lambat. Konsentrasi rata-rata di plasma adalah 2,1 μg/mL dalam 6 jam
dan kadarnya hanya dideteksi dalam jumlah kecil setelah 8 jam. Paracetamol
memiliki waktu paruh 1 – 3 jam.
Paracetamol memiliki bioavailabilitas yang tinggi. Sekitar 25%
paracetamol dalam darah diikat oleh protein.
3. Penisilin
Penicillin V bersifat bakterisidal terhadap mikroorganisme sensitif
penicillin. Obat ini mempengaruhi stadium multiplikasi bakteri dengan
mengganggu sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri.
Sekitar 60% penicillin V diabsorpsi secara cepat pada saluran cerna.
Penyerapan obat lebih baik pada kondisi perut kosong. Bioavailabilitas
berkisar antara 25-60%.
Setelah pemberian dosis 125 mg, konsentrasi puncak plasma 200-700
ng/ml tercapai dalam 2 jam. Setelah pemberian 500 mg, konsentrasi plasma 3-
5 mcg/ml tercapai dalam 30-60 menit.
4. Antalgin
Antalgin mengandung senyawa aktif metamizole. Senyawa ini dikenal
juga dengan nama metampiron atau dipiron. Antalgin bekerja dengan cara
menghambat produksi hormon prostaglandin, yaitu hormon yang memicu
peradangan, nyeri, dan demam
Antalgin mencapai kadar puncak dalam plasma dalam waktu 30-60
menit dan mempunyai waktu paruh yang pendek yaitu 1-3 jam. Obat ini
sering digunakan untuk nyeri. Absorbsi obat ini melalui saluran cerna
berlangsung cepat dan lengkap dan terikat 90% pada protein plasma
5. Choline Ester
Choline esters diabsorpsi buruk dan kurang terdistribusi ke sistem
saraf pusat, hal ini disebabkan karena sifatnya yang hidrofilik. Walaupun
terhidrolisis di traktus gastrointestinal, kelompok obat ini mudah dibedakan
dari kerentanannya terhadap hidrolisis oleh cholinesterase di dalam tubuh.
Acetylcholine sangat cepat dihidrolisis, sehingga dosis yang sangat besar
harus diberikan secara intravena, untuk mencapai konsentrasi yang cukup
tinggi agar timbul efek yang dapat dideteksi. Bolus dalam jumlah besar yang
diberikan secara intravena dapat menimbulkan efek yang nyata dalam waktu
5-20 detik; pemberian secara intramuskuler dan subkutan hanya akan
memberikan efek lokal. Methacoline bersifat lebih resisten terhadap hidrolisis,
sedangkan carbachol dan bethanechol cenderung lebih resisten lagi, dengan
masa kerja yang lebih panjang. Kelompok β-methyl (methacholine dan
bethanechol) tidak berpotensi pada reseptor nikotnik.

 Resume Pertanyaan:

1. Apakah reaksi tubuh jika ph dalam lambung menurun dan meningkat?


Jawab:

Gangguan keseimbangan asam basa adalah kondisi ketika kadar asam dan
basa dalam darah tidak seimbang. Kondisi ini dapat mengganggu kerja
berbagai organ.

Kadar asam basa (pH) dalam darah diukur dengan skala pH, dari 1-14. Kadar
pH darah normal berkisar antara 7,35 sampai 7,45. Darah seseorang dinilai
terlalu asam bila pH kurang dari 7,35. Kondisi tersebut dinamakan asidosis.
Sedangkan darah dengan nilai pH lebih besar dari 7,45, dikategorikan terlalu
basa, atau disebut dengan alkalosis.

Keseimbangan asam basa dipengaruhi oleh fungsi paru-paru. Manusia


bernapas menghirup oksigen dan membuangnya dalam bentuk karbondioksida
(CO2). CO2 adalah zat yang bersifat asam, sehingga jumlah CO2 yang keluar
akan memengaruhi keseimbangan pH darah, sehingga dapat menimbulkan
asidosis atau alkalosis. Asidosis dan alkalosis yang disebabkan oleh gangguan
pada paru-paru atau pernapasan disebut dengan asidosis respiratorik dan
alkalosis respiratorik.

2. Apakah ada obat yg bisa mempengaruhi atau berinteraksi pada proses


distribusi?
Jawab:
Banyak interaksi obat tidak berbahaya tetapi banyak juga interaksi yang
potensial berbahaya hanya terjadi pada sebagian kecil pasien. Terlebih, derajat
keparahan suatu interaksi bervariasi dari satu pasien ke pasien lain. Obat-obat
dengan indeks terapi sempit (misalnya fenitoin) dan obat-obat yang
memerlukan kontrol dosis yang ketat (antikoagulan, antihipertensi dan
antidiabetes) adalah obat-obat yang paling sering terlibat.

3. Mengapa pada tahap absorbsi dibutuhkan waktu pengosongan lambung!


Jawab :
Karna tidak semua obat itu diabsorbsi dan hanya sebagian obat yang akan di
absorbsi dilambung. Dan Jika obat terlalu lama berada dilambung maka
semakin lama juga obat kan diabsorbsi itu lah sebabnya perlunya waktu untuk
pengosongan lambung.
4. Apakah obat yang bersifat asam jika diberikan dengan obat yang bersifat basa
lemah apakah mengurangi absorbsinya atau tidak!
Jawab :
Karna jika diberikan secara bersamaan maka akan mempengaruhi absorbsi
obat asam jadi harus diberi pemberian jeda penggunaan 2-4 jam. Missal obat
A diberi jam 8 pagi dan obat B diberikan jam 10 pagi.

Anda mungkin juga menyukai