Anda di halaman 1dari 22

I.

PENDAHULUAN

Setiap peserta didik adalah pribadi unik yang memiliki perebadaan antara sat
sama lain (individual differences). Pengelanan dan pemahaman individu akan
menjadi kunci keberhasilan dalam belajar mengajar, sebab dengan mengenali dan
memahami peserta didik, seorang pendidik akan mampu menentukan cara atau
metode yang akan dipilih sesuai  dengan karakteristik individu tersebut.
Pengenalan dan pemahaman yang baik terhadap peserta didik ini pada ujungnya
akan membantu para peserta didik agar dapat berkembang secara optimal dalam
proses pendidikannya.

Usaha penglanalan dan pemahaman terhadap individu tersebut dilakukan


dengan melakukan sekumpulan data atau keterangan yang selengkap-lengkapnya
mengenai peserta didik dan lingkungannya. Proses pengumpulan data tersebut
dapat dilakukan dengan dua tekhnik, yaitu : tekhnik tes dan tekhnik non tes.
Dalam hal ini, tekhnik nontes menjadi penting sebab ada beberapa data individu
yang todak dapat digali dengan menggunakan teknik tes, misalnya : kebiasaan
belajar siswa dan lingkungan sekitar siswa.

Oleh karena itu, pengetahuan tentang tekhnik nontes berikut metode-metode


pengumpulan data yang digunakan merupakan hal yang sangat penting untuk
dipahami dalam usaha mengenali dan memahami peserta didik.1

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja macam-macam teknik non-testing ?
2. Apa pengertian metode interview , dan apa saja jenis-jenisnya ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan metode interview ?
4. Apa pengertian metode observasi, dan apa saja jenis-jenis dan bentuk klasifikasi
metode observasi?
5. Apa kelemahan dan kekurangan metode observasi ?
6. Apa pengertian metode penelitian survey dan apa saja jenis-jenis penelitian
metode survey?
7. Apa pengertian metode dan karakteristik studi kasus ?

1
Ikrimatulhusna1.blogspot.co.id

1
III. PEMBAHASAN
Macam-Macam Teknik Non-Testing
1. Metode Interview
a. Pengertian Interview
Interview adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan
mengajukan pertanyaan secara lisan kepada sumber data dan sumber data juga
memberikanjawaban secara lisan pula. Orang yang menginterview disebut
interviewer sedangkan sumber data atau responden disebut interviuwee. Pada
dasarya interview dilakukan secara tatap muka (face to face), tetapi tidak
menutup kemungkinan melakukan interview menggunakan media komunikasi
seperti telepon atau media sosial.2

b. Jenis-Jenis Interview
Klasifikasi tentang jenis-jenis interview dapat ditinjau dari beberapa sudut
pandang, antara lain :
1) Menurut Responden yang diinterview
Menurut sudut pandang ini, interview dibedakan menjadi
interview langsung dan interview tidak langsung. Dikatakan langsung
apabila interview langsung mengadakan wawancara dengan
interviuwee. Dikatakan tidak langsung mewawancarai narasumber
yang dituju, melainkan mewawancarai individu lain seperti orang
tuanya atau teman dekatnya.
2) Menurut Prosedur Interview
Menurt prosedurnya, interview dibedakan menjadi interview
terstruktur dan tak terstruktur. Dikatakan terstruktur apabila
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan telah disusun secara jelas dan
terinci dan dijadikan pedoman oleh penginterview. Dikatakan tak
terstruktur apabila pertanyaan yang diajukan tidak disusun terlebih
dahulu sebelumnya. Interview tak terstruktur ini lebih fleksibel, dalam
arti lebih memberi kesempatan kepada interviewer untuk mengadakan
variasi-variasi selama wawancara berlangsung.

2
Wening Wihartati, Pemahaman Individu Paradigma Psikologi dan Agama, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya,
2015) hal. 106

2
3) Menurut situasi
Menurut situasi, interview dibedakan menjadi interview formal
dan non formal. Dikatakan formal apabila dilakukan dalam suatu
ruangan tertentu yang memang sengaja disiapkan untuk mengadakan
interview, misalnya siswa yang dipanggil pembimbing ke ruang
bimbingan. Sedangkan interview non formal apabila tidak dilakukan di
tempat khusus dan antara responden dan pewawancara tidak memiliki
hubungan resmi. Dengan demikian percakapan yang terjadi tidak
seperti antara konselor atau psikolog dengan klien melainkan seperti
percakapan biasa antara dua individu yang bersahabat.
4) Menurut Perencanaan interview
Menurut perencanaannya, interview dapat dibedakan
menjadiinterview berencana dan insidental. Dikatakan berencana
apabila waktu dan tempat telah direncanakan sebelumnya. Sedangkan
insidental apabila interview tersebut dilakukan karena ada kesempatan
yang baik untuk mengadakan percakapan tersebut.

c. Kelebihan dan Kelemahan Interview


1. Kelebihan
a. Sifatnya fleksibel, artinya memungkinkan interviewer untuk meminta
jawaban responden yang kurang jelas, begitu pula sebaliknya. Kadang-
kadang jawaban responden juga merangsang pewawancara untuk
mengajukan pertanyaan tertentu yang pada awalnya belum dipikirkan.
b. Tidak hanya mendapatkan data, tetapi juga mendapatkan mengamati
gaya narasumber dalam menjawab pertanyaan.
c. Dapat diterapkan kepada semua individu.
2. Kelemahan
a. Kesimpulan yang ditarik biasanya bersifat subjektif.
b. Sangat tergantung pada keterampilan penginterview dalam menjalin
hubungan, menyusun dan menyajikan pertanyaan pada klien.
c. Menyita banyak waktu dan tenaga.
d. Pencatatan Hasil Interview

3
Untuk merekam atau menghimpun data hasil interview dibutuhkan
teknik pencatatan. Ada beberapa teknik pencatatan dalam interview dengan
berbagai kelemahan dan kelebihannya. Yang pertama adalah pencatatan yang
dilakukan oleh orang ketiga atau petugas pencatat. Kelebihannya adalah
pencatatan bisa berjalan lancar, kekurangannya adalah responden tidak bisa
leluasa dalam memberikan jawaban wawancara.
Teknik pencatatan kedua adalah pencatatan dilakukan penginterview
sendiri. Jadi setelah selesai mengajukan pertanyaan langsung mengambil
catatan untuk mencatat jawaban responden. Kelemahannya adalah dapat
mengganggu proses interview.
Yang ketiga adalah melakukan pencatatan setelah interview berakhir,
yaitu hanya mencatat hal-hal yang pokok aja dalam intervew. Kelemahannya
adalah data yang didapat tidak lengkap. Menurut Covner, teknik ini hanya
dapat memuat 10-35 % saja dari percakapan yang terjadi.
Yang keempat adalah dengan teknik perekaman hasil interview dengan
tape recorder. Kelemahannya adalah memberikan rasa kurang bebas bagi
responden dalam memberikan jawaban.3
2. Metode Observasi
a. Pengertian Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan
mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang
diamati. Pengamatan langsung disini dapat berupa kegiatan melihat,
mendengar atau kegiatan dengan alat indra lainnya. Metode observasi
memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap introspektif terhadap peneliti
yang dilakukan.4
Sebelum observasi dilaksanakan, observer hendaknya menetapkan
terlebih dahulu aspek-aspek yang akan diobservasi dari tingkah laku
seseorang. Aspek-aspek tersebut hendaknya telah dirumuskan secara
operasional sehingga tingkah laku yang akan dicatat nanti dalam observasi
hanyalah apa-apa yang telah dirumuskan tersebut.

3
Wayan Nurkancana, Pemahaman Individu, (Surabaya: USAHA NASIONAL, 1993) hal. 62
4
Tristiadi Ardi Ardani et all, Psikologi Klinis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hal. 52

4
a) Bentuk-bentuk observasi
Ada tiga pendekatan dasar bagi observasi, yaitu pertama observasi
realitas, dimana saat kita mengobservasi perilaku klien yang muncul dalam
lingkup alamiahnya. Kedua, pendekatan sampling, saat kita mensampelkan
perilaku individu yang ingin dinilai. Ketiga, pendekatan eksperimental, yaitu
menyoroti kondisi khusus klien yang diamati.
Observasi bisa di klasifikasikan menurut tingkat kerumitan dan pelatihan yang
dibutuhkan.
Tingkat 1 : observasi kasual, umumnya tak terstuktur atau tak terencana, yang
akan memberi kesan informal.
Tingkat 2 : observasi yang dirancang untuk tujuan khusus.
Tingkat 3 : observasi klinis. Di tingkatan ini teknik yang lebih rumit
digunakan dan obsevasinya biasanya dilakukan dalam kondisi terkontrol untuk
sejumlah waktu.5
b. Klasifikasi metode observasional
1. Metode-metode observasional dapat di klasifkasikan sebagai observasi dengan
intervensi atau tanpa intervensi.
2. Metode atau mencatat perilaku dapat di klasifikasikan dalam hubungnannya
dengan berapa banyak perilaku yang dicatat.
Metode observasional dapat diklasifikasikan berdasrkan dua dimensi.
Pemilihan penting pertama adalah antara “observasi dengan intervensi” dan
“observasi tanpa intervensi”. Dimensi yang kedua melibatkan metode pencatatan
perilaku.
a. Observasi tanpa intervensi
1. Tujuan observasi naturalistik adalah untuk mendeskripsikan perilaku
seperti yang terjadi secaranormal dan meneliti hubungan diantara
berbagai variabel.
2. Obsevasi naturalistik memantu memantapkan validitas eksternal
temuan temuan laboratoris.
Bila pertimbangan etik dan moral tidak memungkinkan
dilakukannya kontrol eksperimental, observasi naturalis menjadi
strategi penelitian penting.
b. Observasi dengan intervensi
5
Robert L. Gibson, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2011) hal.387-388

5
1. Kebanyakan penelitian psikologi menggunakan observasi dengan
intervensi.
2. Tiga metode oservasi dengan intervensi adalah participant
observation, structured observat ion, dan field experiment.6
c. Participant observation
1. Participant observation yang dilakukan secara terang-terangan sering
digunakan untuk memahami budaya dan perilaku kelompok individu.
2. Participant observation yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi
sringkali digunakan bila penelitinya percata bahwa individu-individu
akan mengubah perilakunya bila tahu bahwa dirinya sedang diamati.
3. Participant observation memungkinkan peneliti untuk mengobservasi
berbagai perilaku dan situasi yang biasanya tidak terbuka bagi
observasi ilmiah.
4. Participant observer kadang-kadang mungkin kehilangan
objektifitasnya atau terlalu banyak mempengaruhi individu-individu
yang mereka amati.
b) Analisis data observasional
Reduksi data
a. Data observasional dirangkum melalui proses reduksi data.
b. Peneliti menguantifikasikan data dalam rekaman-rekaman naratif
dengan mengode perilaku menurut perilaku yang telah ditetapkan,
misalnya dengan mengategorisasikan perilaku.
c. Data dirangkum menggunakan ukuran-ukuran deskriptif seperti
frekuensi, rata-rata , dan deviasi standart.
c) Reabilitas observer
a. Reabilitas antar pengamat mengacu pada seberapa jauh para pengamat
independen sepakat observasi mereka.
b. Reabilitas antar pengamat meningkat dengan memberikan definii yang
jelas tentang perilaku dan kejadian yang akandicatat / direkam, dengan
melatih pengamat, dan dengan memberikan umpan balik tentang berbagai
diskrepansi (ketidaksesuaian).

6
John J. Shaugnessy,dkk., Metodologi Penelitian Psikologi, (Yoyakarta: Pustaka Pelajar,2006)hal. 114-117

6
c. Reabilitas antar pengamat diases dengan cara menghitung presentase
kesepakatan atau korelasi , bergantung pada bagaimana perilaku yang
dimaksud itu dihitung dan di catat.
d. Reabilitas antar pengamat yang tinggi meningkatkan kepercayaan peneliti
bahwa observasi tentang perilaku yang dimaksud akurat.
e. Jenis-jenis Observasi
1. Berdasarkan situasi yang diobservasi
Berdasarkan sudut pandang ini, Jersild dan Meigs membedakan
adanya tiga jenis observasi. Yang pertama adalah observasi terhadap
situasi bebas (free situation), yaitu observasi yang dilakukan terhadap
situasi yang terjadi secara wajar tanpa adanya campur tangan
daripengobservasi. Misalnya observasi yang dilakukan terhadap
mahasiswa Fakultas Dakwah di perpustakaan.
Yang kedua adalah observasi terhadap situasi yang
dimanipulasi (manipulated situation), yaitu situasi yang telah
dirancang oleh pengobservasi dengan menambahkan satu atau lebih
variabel. Misalnya seorang guru yang menyuruh siswanya membentuk
kelompok-kelompok dan masing-masing kelompok diberi tugas
tertentu. Selama mereka bekerja dalam kelompok diadakan observasi
oleh pengobservasi.
Yang ketiga disebut observasi terhadap situasi yang setengah
terkontrol (partialli controlled). Jenis observasi ini adalah kombinasi
dari kedua jenis observasi yang dijelaskan diatas.
2. Berdasarkan Keterlibatan Pengobservasi
Berdasarkan sudut pandang ini, observasi juga dibedakan
menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah observasi partisipasi, yaitu
apabila pengobservasi ikut terlibat dalam kegiatan subyek yang
diobservasi. Misalnya seorang guru yang ingin mengetahui bagaimana
antusias siswanya terhadap pelajaran yang diberikan. Maka observasi
dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Yang kedua adalah observasi non partisipasi. Dalam observasi
ini, pengobservasi tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang diobservasi.
Misalnya seorang pembimbing yang ingin mengetahui bagaimana
antusias siswanya terhadap bimbingan karir, maka pembimbing

7
tersebut dapat mengobervasi siswa tersebut dalam menjalani
bimbingan karir dengan pembimbing lain.
Yang ketiga adalah observasi quasi partisipasi. Dalam
obseravsi ini, pengobservasi melibatkan diri dalam sebagai waktu
observasinya. Misalnya kita ingin mengetahui bagaimana aktivitas
siswa dalam melaksanakan tuga kelompok. Mula-mula pengobservasi
melibatkan diri dalam kegiatan tersebut, setelah itu pengobservasi
meninggalkan.
3. Berdasarkan Pencatatan Hasil-hasil Observasi
Ditinjau dari sudut pandang ini, observasi dibedakan menjadi
observasi terstruktur dan tak terstruktur. Dikatakan observasi
terstruktur apabila aspek-aspek tingkah laku yang akan diobservasi
telah dimuat dalam suatu daftar yang telah disusun secara sistematis
yang dapat berupa daftar cek (chek list) maupun skala bertingkat
(rating scale). Dikatakan observasi tak terstruktur apabila dalam
observasi tidak menyiapkan terlebih dahulu beberapa aspek-aspek
yang akan diobservasi. Hasil dari observasi dicatat dalam bentuk
catatan yang bersifat anekdot (anecdotal record), yaitu suatu catatan
tentang tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu. Catatan
anekdotal ini harus ditulis apa adanya, tanpa interpetrasi. Setelah
terkumpul, maka buatlah suatu ikhtisar tentang catatan-catatan
tersebut, baru diadakan interpetrasi.

4. Kelebihan dan Kelemahan Observasi


a. Kelebihan
1. Dalam observasi, kita mengamati tingkah laku seseorang dalam
kondisi yang wajar, sehingga tingkah laku yang diamati adalah
tingkah laku yang muncul spontan. Sehingga data yang
diperoleh adalah data yang alamiah atau natural.
2. Dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik di kelas maupun di
luar kelas.
3. Pencatatan bisa dilakukan selama observasi berlangsung atau
setelah observasi.

8
4. Subyek yang diobservasi tidak merasa diberi tugas tambahan,
ia tetap dalam kegiatannya tanpa merasa terganggu.
b. Kelemahan
1. Penafsiran hasil observasi terkadang bersifat subjektif, padahal
sangat mempengaruhi validitas observasi.
2. Apabila subjek tahu bahwa dirinya sedang diobservasi, maka
tingkah lakunya tidak timbul secara spontan, melainkan dibuat-
buat sehingga data yang diperoleh tidak mencerminkan
keadaan yang sebenarnya.7
3. Metode Penelitian Survey
Penelitian survey ialah penelitian secara komperhensif kepada suatu
objek tertentu yang tujuannya untuk medapatkan data yang valid. Survey yang
dilaksanakan saat melakukan penelitian biasanya dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan baik dengan metode wawancara ataupun
membagiakan selembaran kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui
informasi lebih detai tentang suatu objek misal : siapakah mereka, apa yang
difikirkan oleh mereka, perasaan mereka atau juga mengenai kecenderungan
terhadap suatu tindakan. Pada umumnya survey dilakukan dalam penelitian
untuk menguji obejek secara kuantitatif ataupun kualitatif.
Survey memiliki empat cara yaitu : survei melalui surat, melalui
wawancara pribadi, wawancara melalui telepon, dan survey melalui internet.
1. Survey melalui surat
Survey melalui surat digunakan untuk menyebar kuesioner yang dapat
di administrasikan sendiri oleh responden , yakni responden mengisi sendiri
sampai selesai. Salah satu keuntungan survey melalui surat adalah biasaya
dapat dilengkapi dengan cepat. Dikarenakan dapat di administrasikan sendiri,
survey dengan surat juga menghindari permasalahan yang disebabkan oleh
bias pewawancara yang akan di definisikan pada bagian berikutnya.
2. Survey wawancara pribadi
Ketika wawancara pribadi digunakan untuk mengumpulkan data
survei, responden biasaya di hubungi dirumahnya atau mal perbelanjaan , dan
pewawancara terlatih mengadministrasikan kuesioner. Wawancara pribadi

7
Wayan Nurkancana, Pemahaman Individu, (Surabaya: USAHA NASIONAL, 1993) hal. 35

9
memungkinkanfleksibilitas yang lebih tinggi dalam mengajukan pertanyaan
dibandingkan dengan wawancara surat.
3. Wawancara melalui telepon
Biaya yang terlalu tinggi melalui wawancara pribadi dan kesulitan
menyupervisi pewawancara telah mengarahkan peneliti yang menggunakan
survei pada survey melalui telepon dan internet. Ketika pertama kali
digunakan , pewawancaraan melalui telepon menerima banyak kritikan.
4. Survey melalui internet
Berbagai keuntungan menggunakan internet untuk penelitian survey
dengan segera muncul dalam pikiran. Pada bagian ini adalah efisiensi dan
biaya 8
Penggunaan survey
a. Penelitian survey digunakan untuk mengases pikiran , pendapat, dan perasaan
orang-orang.
b. Survey dapat memiliki cakupan yang spesifik dan terbatas atau memiliki
tujuan yang lebih global.
c. Cara terbaik untuk menetapkan hasil sebuah survey terbias atau tidak adalah
dengan menelaah prosedur dan analisis survei tersebut.

Karakteristik Survey

Penelitian survey melibatkan penyeleksian sampel dan penggunaan sejumlah


pertanyaan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Samplingan dalam penelitian survey

Pemilihan sampel survey yang seksama memungkinkan peneliti


menggenerelesasikan temuannya dari sampel tersebut ke populasinya.

4. Metode Studi Kasus


Studi kasus adalah penelitian secara intensif terhadap suatu subjek yang
bertujuan memberikan deskripsi yang mendetail terhadap subjek yang diteliti
tersebut.9 Peneliti melakukan wawancara, observasi, atau mempelajari biografinya.
Dengan demekian metode ini bukanlah metode yang berdiri sendiri namun
penggabungan dari beberapa metode yang sudah ada sebagai dasar untuk melakukan
8
John J. Shaughnessy,dkk., Metode Penelitian dalam Psikologi,(Jakarta: Salemba Humanika,2012) hal.139-143
9
Suprapti Slamet I.S. & Sumarmo Markam, Pengantar Psikologi Klinis, (Jakarta: UI Press, 2007) hal. 152

10
interprestasi dan diagnosa tentang tingkah laku seseorang. Metode ini bersifat
integratif (mengintegrasikan beberapa metode pengumpulan data).
Disamping integratif, metode ini juga bersifat komprehensif, karena memuat
deskripsi yang lengkap tentang keadaan seseorang seperti identitas pribadi, latar
belakang keluarga, catatan masa kanak-kanak, kemampuan dasar, prestasi yang
dicapai, penyesuaian sosial personal, dan lain sebagainya. Jadi studi kasus ini
merupakan studi mendetail tentang individu dengan maksud untuk dapat memberikan
bimbingan yang tepat ke arah pemecahan masalah yang baik.10
Case conference merupakan salah satu teknik dalam bimbingan konseling
yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus yang terjadi di masyarakat dengan
melibatkan unsur-unsur penting yang terlibat dalam kasus tersebut. Tujuan teknik ini
adalah untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan analisa yang mendalam dari
informasi serta bertujuan untuk penafsiran yang efektif dari keseluruhan masalah
individu dan bagi pihak terkait dapat mnentukan strategi kebijakan dalam penangan
kasus secara komprehensif.
Teknik case conference biasanya dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan baik disekolah, maupun lingkungan sosial masyarakat. Sehingga
kehidupan masyarakat dapat berjalan sesai dengan nilai-nilai ajaran dalam konseling
islam. Teknik ini memiliki kemanfaatanlebih besar dibanding dengan teknik lainnya.
Hal ini dapat dilihat dari informasi kasus alternative problem solving yang
dihasilkan dalam proses ini. Oleh karena itu membahas teknik konferensi kasus (case
conferense) dalam konseling islam menjdi kajian yang lebih komprehensif.11
a. Karakteristik studi kasus
Hancock &Algozzine (2006) menyatakan beberapa karakteristik dari studi kasus
antara lain sebagai berikut :
1. Terfokus pada individu / subjek atau fenomena
Seringkali studi kasus ditujukan untuk meneliti subjek atau individu dalam
konteks sosial. Namun tidak jarang studi kasus juga ditujukan untuk meneliti
fenoma seperti kejadian khusus (event), situasi tertentu (situation), program yang
telah atau sedang dijalankan (program), atau aktifitas tertentu (activity).

10
Wening Wihartati, Pemahaman Individu Paradigma Psikologi dan Agama, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya,
2015) hal. 110
11
Jurnal : Hasanah,Hasyim,2015,TEKNIK CASE CONFERENCE DALAM KONSELING ISLAM, KONSELING RELIGI VOL
6, NO.1 (2015):KONSELING RELIGI page.193-2

11
2. Fenomena yang di teliti, dipelajari dalam konteks alamiah serta terkait ruang dan
waktu.
Apa yang di pelajari dalam studi kasus merupakan fenomena yang alamiah,
tanpa diberikan intervensi apapun oleh peneliti. Hal yang paling penting untuk
diperhatikan ketika melakukan studi kasus adalah kasus atau fenomena yang di
teliti harus terkait ruangwaktu. Artinya , yang di teliti haruslah berbatas waktu dan
tempat. Peneliti harus membatasi cakupan penelitiannya berdasarkan waktu dan
tempat tertentu.
3. Kaya akan penjelasan deskriptif
Fenoma yang diteliti menggunakan studi kasus haruslah dijelaskan secara
detail engan deskripsi yang sejelas-jelasnya. Hal ini dapat dicapai jika peneliti
menggabungkan beragam teknik penggalian data demi mendapatkan banyak
informasi atau data yang diperlukan. Hasil dari penggalian data dengan beragam
teknik tersebut memungkinkan peneliti mampu mengulas dan menjelaskan temuan
dengan sudut pandang yang beragam yang kaya akan penjelasan deskriptif.
Dari ketiga karakteristik tersebut, dapat disimpulkan bahwa melakukan studi
kasus berarti melakukan riset kualitatif dengan mengidentifikasi topik dengan
batasan yang jelas dengan cara melakukan analisis yang mendalam dalam konteks
yang natural dengan menggunakan beragam sumber informasi. ketiga
karakteristik tersebut yang membedakan antara studi kasus dengan jenis riset
kualitatif lainnya. Namun demikian , penentuan fokus dari studi kasus apakah
akan terfokus pada individu, event, situasi , program, atau aktivitas, bergantung
pada tujuan penelitian yang diajukan oleh peneliti.
b. Fokus bahasan dalam studi kasus
Pada sub-bab ini akan membahas akan membahas contoh-contoh riset agar
pembaca menjadi lebih mudah membedakan satu persatu dari fokus yang bervariasi.
1. Individu
Individu yang layak untuk dijadikan fokus dalam studi kasus adalah individu
yang memiliki keunikan , kekhasan, dan keistimewaan tertentu yang ia miliki atau
yang melekat pada dirinya.
Keunikan atau kekhasan ini dapat berarti bahwa individu tersebut memiliki profesi
tertentu yang dianggap menarik dan layak dijadikan subjek dalam melakukan
studi kasus.

12
2. Kejadian
Untuk contoh fokus yang bersifat kejadian , penulis memberikan contoh riset
studi kasus yang dilakukan oleh asmussen & crewswell. Dalam penelitian
tersebut, mereka melakukan penelitian terkait dengan kejadian penembakan yang
dilakukan oleh mahasiswa. Yang di peroleh dekripsi yang sangat detail mengenai
kejadian, kronologi dan kondisi mengenai penembakan itu terjadi.
3. Situasi
Situasi yang terjadi adalah tingginya tingkat kriminalitas di amerika yang
dilakukan oleh anak anak muda yang menyebabkan banyak kerusakan dan
kerusuhan. Namun, ada sejumlah anak muda yang dahulu adalah pelaku kriminal
tersebut yang sudah menyadari kekeliruan yang telah di lakukan oleh anak-anak
pada masa silam, bersedia untuk berbagi pengalam untuk menyadarkan analanak
muda yang lain yag belum sadar untuk bangkit dan menghentikan perilaku
kriminalnya.
4. Program
Contoh dari kasus yang berfokus pada program adalah penelitian yang
dilakukan terhadap penerapan metode pembelajaran student central leraning
(SCL) terhadap mahasiswa perguruan tinggi. Program yang dilakukan oleh
universitas adalah mengganti metode pembelajaran sebelumnya , yaitu teacher
central leraning (TCL) dengan metode SCL ini, karena SCL dianggap lebih
efektif memotivasi mahasiswa untuk mau beajar lebih independen dan lebih
terfokus. Dalam penelitian ini metode , metode SCL diberikan sebagai pilot
project antara selama dua smester berturut-turut pada mahasiswa di lima fakultas
yang berbeda dan dengan angkatan yang berbeda. Kelima fakultas yang menjadi
pilot project antara lain fakultas hukum, fakultas teknik, fakultas filsafat, fakultas
ekonomi, dan fakultas psikologi.
5. Aktivitas
Contoh studi kasus yang memfokuskan pada aktifitas ini akan mengenai
pembelajaran koopertif terhadap aak-anak. Pembelajaran dan kolaboratif dikenal
sebagai komponen yang sangat penting dalam pembelajaran dikelas, khusunya
pada anak-anak. Namun, masih banyak pertanyaan mengenai bagaimana cara guru
menerapkan metode pembelajaran ini dan memberikan pembelajaran langsung
kepada anak-anak.

13
c. Bentuk-bentuk studi Kasus
Terdapat tiga bentuk studi kasus, yaitu :
1. Studi kasus intrinsik
Studi kasus ini dilakukan untuk memahami secara lebih dan mendalam tentang
individu tertentu, kelompok , peristiwa, atau organisasi. Studi dilakukan karena
semata-mata alasan peneliti ingin mengetahui secara intrinsik , bukan
menciptakan sebuah teori atau melakukan generelesasi temuan riset kepada
populasi.
2. Studi kasus instrumental
Studi kasus instrumental merupakan studi atas kasus alasan eksternal, bukan
karena ingin mengetahui hakikat kasus tersebut. Kasus hanya dijadikan sebagai
sarana untuk memahami hal lain diluar kasus , seperti misalnya untuk untuk
membuktikan suatu teori yang sebelumnya sudah ada. Tujuan dari dari studi kasus
instrumental adalah untuk lebih memahami pertanyaan atau masalah yang terkait
dengan teori yang melandasi masalah tersebut.
3. Studi kasus kolektif
Studi kasus ini dilakukan untuk menarik kesimpulan atau generelisasi atas
fenomena atas populasi dari kasus-kasus tersebut. Studi kasus kolektif ingin
membentuk suatu teori atas dasar persmaan dan keteraturan yang diperoleh dari
setiap kasus yang di selidiki.

Selain tiga bentuk studi kasus yang dinyatakan oleh stake tersebut , Yin
mengemukakan tiga desain stui kasus antara lain sebagai berikut :

1. Studi kasus eksploratori


Studi kasus eksploratori adalah studi kasus yang bertujuan untuk mendukung
studi yang lebih besar (makro). Studi kasus eksploratori dilakukan ketika peneliti
merencanakan studi yang luas dan komprehersif , sementara peneliti
membutuhkan pilot studi pendahuluan untuk memperkuat studi mendalam
tersebut.
Contoh studi kasus eksploratori adalah , sebelum menjalankan jabatan sbagai
manajer baru di sebuah perusahaan. Bapak Abdullah melakukan studi kasus
eksplorotasi untk melihat bagaimana budaya organisasi di perusahaan tersebut,
bagaimana loyalitas karyawannya , dan apa bentuk kepemimpinannya yang sesuai
untuk memimpin para karyawannya tersebut.

14
2. Studi kasus eksplanatori
Studi kasus eksplanatori digunakan ketika peneliti melakukan sebab-akibat.
Contoh kasus ini digunakan untuk mendapatkan penjelasan mengenai banyak
faktor yang mempengaruhi sesuatu yang diteliti. Mengapa A,B,C,D
mempengaruhi X, dan seberapa jauh keempat hal tersebut saling mempengaruhi.

3. Studi kasus dekskriptif


Studi kasus deskriptif dilakukan ketika peneliti mengangkat sebuah teori yang
melandasi riset yang dilakukan dan riset tersebut dilakukan dengan mengacu
kepada pendekatan teori tersebut.
Teori tersebut digunakan sebagai landasan berpikir dan landasan bertindak
bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian dan digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan analisis yang dilakukan.
Contohnya adalah eorang mahasiswa yang mempelajari deskriptif prosedur
mekanisme informed-consent pada subjek khusus dalam penelitiannya. Prosedur
mekanismenya yang dipelajarinya dari teori akan digunakan sebagai landasan
sang mahasiswa untuk membuat format informed consent , serta mengajukan
informed consent terbuka kepada subjek penelitiannya sesuai dengan petunjuk
teoritisnya.
d. Keunikan studi kasus
Setiap model penelitian kualitatif memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan. Demikian pula dengan model case studi. Secara umum case study
memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan model lainnya. Antara lain :
1. Case study dapat memberikan informasi penting mengenai hubungna antar
variabel serta proses yang memerlukan penjelasan dan pemaham yang lebih luas.
2. Case study memberikan kesempatan unyuk memperoleh wawasan mengenai
konsep dasarperilaku manusia. Melalui penyelidikan intensif peneliti dapat
menemukan karakteristik dan hubungna-hubungan yang mungkin tidak diduga
sebelumnya.
3. Case study dapat menyajikan data-data dan temuan yang sangat berguna sebagau
dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan pemelitian yang
lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu ilmu sosial.

15
Black & champion mengemukakan kelebihan lainnya dari model studi kasus ,
yaitu sebagai berikut :

1. Bersifat luwes dalam hal metode pengumpulan datayang digunakan.


Metode pengumpulan data yang dapat digunakan dalan case study adalah
wawancara, observasi, materi audiovisual, focused group discussion, dan
dokumentasi.
Konteks dari kasus kasusyang diangkat meliputi situasi dan setting nya.
2. Dapat lebih menjangkau dimensi yang lebih spesifik dari dari topik yang di
selidiki.
Salah satu kelebihan case study adalah mampu menangkap hal yang spesifik dan
unik dari bounded system yang diteliti karena hal spesifik bersifat unik dan khas.
Jenis case study yang mampu menjangkau dimensi yang spesifik adalah intrinsic
case study.
3. Dapat dilakukan secara lebih praktis pada banyak lingkungna sosial.
Berbagai lingkungna sosial beserta faktor budaya dan konstruk nilai yang
mendasari lingkungan sosial tersebut merupakan serangkain aspek yang
mempengaruhi topik yang diteliti. Denga menggunakan case study faktor
lingkungan sosial apapun tidak menjadi halangan dan hambatan bagi peneliti.
4. Case study dapat digunakan sebagai penguji suatu teori
Bukan hanya model gounded teory yang dapat berfungs sebgai penguji suatu teori,
dalam beberapa kasus , case study pun dapat difungsikan sebagai penguji teori,
jenis case study yang dapat digunakan untuk menguji sebuah teori adalah
instrumental case study.
5. Dapat dilakukan dengan dana yang minim jika dilakukan dengan metode
pengumpulan data yang sederhana.12
1. Metode studi dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data tentang keadaan
seorang dengan jalan mempelajari dokumen-dokumen yang telah ada mengenai
orang tersebut. Adapun dokumen yang dapat dipelajari adalah raport, ijazah,
piagam penghargaan, sk, dan lainnya.

12
Haris Herdiansyah, Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu psikologi,(Jakarta: Salemba
Humanika,2015)hal.149-160

16
Juga dapat dimasukkan dalam studi dokumenter ini adalah catatan kesehatan
seperti tinggi badan , keadaan alat indera, penyakit yang telah di derita , punya
alergi atau tidak, dan lain sebagainya.13
Menurut para ahli dokumen adalah kumpulan data yang berbentuk nyata dan
diperoleh berdasarkan sistem pengelolaan data yang disebut dengan proses
dokumentasi. Tanpa adanya dokumentasi, data tersebut tidak akan menjadi sebuah
dokumen yang real. Dan menurut para ahli, dokumentasi adalah proses yang
dilakukan secara sistematis mulai dari pengumpulan hingga pengelolaan data yang
menghasilkan kumpulan dokumen. Dokumentasi itu sendiri tujuannya adalah
untuk memperoleh dokumen yang dibutuhkan berupa keterangan dan hal-hal yang
membuktikan adanya suatu kegiatan yang didokumentasikan.

Proses dokumentasi dilakukan melalui beberapa tahapan penting untuk


mendapatkan kumpulan data yang nantinya menjadi sebuah dokumen. Tahapan
dokumentasi tersebut diantaranya adalah:

1. Mencari dan mencatat data sebanyak-banyaknya,


2. Mengumpulkan data tersebut menjadi satu kesatuan,
3. Mengolah dan memproduksinya dalam bentuk dokumen,
4. Membagi dan menyebarluaskan dokumen hasil proses dokumentasi kepada
pihak-pihak yang diperkenankan dan mempunyai kepentingan tertentu,
5. Mengamankan dan menyimpan keseluruhan dokumen yang telah dibuat agar
terpelihara dengan baik bila sewaktu-waktu dibutuhkan kembali.

Macam-macam dokumentasi

1. Dokumen

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,
catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama
data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara
detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat
13
Wening Wihartati, Pemahaman Individu (paradigma psikologi dan Agama),(Semarang: CV.Karya Abadi Jaya)
hal.119-120

17
pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau
swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.

Meleong (dalam Herdiansyah, 2010: 143) mengemukakan dua bentuk


dokumen yang dapat dijadikan bahan dalam studi dokumentasi, yaitu:

1. Dokumen  harian

Dokumentasi pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis


tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Tujuan dari dokumentasi ini
adalah untuk memperoleh sudut pandang orisinal dari kejadian situai nyata.
Terdapat tiga dokumentasi pribadi yang umum digunakan, yaitu:

2. Catatan harian (diary)

Diary berisi beragam aktivitas dan kegiatan termasuk juga unsur


perasaan.

3. Surat Pribadi
Surat pribadi (tertulis pada kertas), e-mail, dan obrolan dapat
dijadikan sebagai materi dalam analisis dokumen dengan syarat,
peneliti mendapat izin dari orang yang bersangkutan.
2. Autobiografi

Autobiografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas


gabungan tiga kata, yaitu auto (sendiri), bios (hidup), dan grapein
(menulis). Didefinisikan autobiografi adalah tulisan atau pernyataan
mengalami pengalaman hidup.

2. Dokumen Resmi
Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambar mengenai
aktivitas, keterlibatan individu pada suatu komnitas tertentu dalam setting
social. Menurut Meleong (Herdiansyah, 2010: 145-146) dokumen resmi dapat
dibagi kedalam dua bagian. Pertama dokumen internal, yaitu dapat berupa
catatan, seperti memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga, system

18
yang diberlakukan, hasil notulensi rapat keputusan pimpinan, dan lain
sebagainya.

Kedua, dokumentasi eksternal yaitu dapat berupa bahan-bahan informasi yang


dihasilkan oleh suatu lembaga social, seperti majalah, koran, bulletin, surat
pernyataan, dan lain sebagainya.

1. Focus Group Discussion (FGD)


Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan
data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan
menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah
kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari
suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu
permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari
pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah
yang sedang diteliti.
Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan ketika ingin
melakukan FGD. Pertama, jumlah FGD berkisar antara 5-10 orang.
Kedua, Peserta FGD harus bersifat FGD. Ketiga, perlunya dinamika
kelompok.
Kapan FGD dilakukan? Ada beberapa kepentingan mengapa
peneliti melakukan FGD, antara lain:
a. Jika peneliti membutuhkan pemahaman lebih dari satu sudut
pandang,
b. Jika terjadi gap komunikasi antar kelompok,
c. Untuk menyingkap suatu fakta secara lebih detail dan lebih
kaya,
d. Untuk keperluan verifikasi.14

14
Sugiyon,. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D.(Bandung:
Alfabeta,2010)

19
IV. KESIMPULAN

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa data adalah


sesuatu yang diperoleh melalui suatu metode pengumpulan data yang akan
dikelola dan dianalisis dengan suatu metode tertentu. Dalam penelitian data secara
garis besar terdapat dala tiga kelompok, yaitu: Wawancara, Observasi, dan
dokumentasi. Interview merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara
mendalam (in–depth interview).Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua
jenis wawancara, yaitu autoanamnesa  dan aloanamnesa.

Selanjutnya wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak


terstruktut, dan dapat dilakukan dengan tatap muka (facetoface) maupun
menggunakan telepon (Sugiyono, 2006; 138-140). Observasi Bungin (2007: 115)
mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian
kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi
kelompok tidak terstruktur.

Studi Dokumentasi Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data


kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh
subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Dokumen Meleong (dalam
Herdiansyah, 2010: 143) mengemukakan dua bentuk dokumen yang dapat
dijadikan bahan dalam studi dokumentasi, yaitu: Dokumen  harian yaitu Catatan
harian (diary), Surat Pribadi, Autobiografi. Dokumen Resmi. Yaitu Pertama
dokumen internal. Kedua, dokumen eksternal.

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang


umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna
sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok.

Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan ketika ingin melakukan


FGD. Pertama, jumlah FGD berkisar antara 5-10 orang. Kedua, Peserta FGD
harus bersifat FGD. Ketiga, perlunya dinamika kelompok. Ada beberapa
kepentingan mengapa peneliti melakukan FGD, antara lain: Jika peneliti

20
membutuhkan pemahaman lebih dari satu sudut pandang, jika terjadi gap
komunikasi antar kelompok, Untuk menyingkap suatu fakta secara lebih detail
dan lebih kaya, dan untuk keperluan verifikasi.

V. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita
semua, amin. Apabila terdapat kesalahan kami mohon kritik dan saan yang
membangun demi perbaikan makalah kami yang selanjutnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Herdiansyah Haris, Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu psikologi,Jakarta

Wihartati Wening, Pemahaman Individu Paradigma Psikologi dan Agama, Semarang

Jurnal : Hasanah,Hasyim,2015,TEKNIK CASE CONFERENCE DALAM KONSELING


ISLAM, KONSELING RELIGI VOL 6, NO.1 (2015):KONSELING RELIGI page.193-2

Juenal : Husna, Ikrimatul, 2013. TEKHNIK NON TESTING. Hal.1

Shaughnessy John J.,dkk., Metode Penelitian dalam Psikologi, Jakarta

Slamet Suprapti I.S. & Sumarmo Markam, Pengantar Psikologi Klinis, Jakarta

Nurkancana Wayan, Pemahaman Individu, Surabaya

Shaugnessy John J.,dkk., Metodologi Penelitian Psikologi, Yoyakarta

Tristiadi Ardi Ardani et all, Psikologi Klinis,Yogyakarta

L. Gibson Robert , Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

22

Anda mungkin juga menyukai