PTL Tekhnik Non Testing
PTL Tekhnik Non Testing
PENDAHULUAN
Setiap peserta didik adalah pribadi unik yang memiliki perebadaan antara sat
sama lain (individual differences). Pengelanan dan pemahaman individu akan
menjadi kunci keberhasilan dalam belajar mengajar, sebab dengan mengenali dan
memahami peserta didik, seorang pendidik akan mampu menentukan cara atau
metode yang akan dipilih sesuai dengan karakteristik individu tersebut.
Pengenalan dan pemahaman yang baik terhadap peserta didik ini pada ujungnya
akan membantu para peserta didik agar dapat berkembang secara optimal dalam
proses pendidikannya.
1
Ikrimatulhusna1.blogspot.co.id
1
III. PEMBAHASAN
Macam-Macam Teknik Non-Testing
1. Metode Interview
a. Pengertian Interview
Interview adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan
mengajukan pertanyaan secara lisan kepada sumber data dan sumber data juga
memberikanjawaban secara lisan pula. Orang yang menginterview disebut
interviewer sedangkan sumber data atau responden disebut interviuwee. Pada
dasarya interview dilakukan secara tatap muka (face to face), tetapi tidak
menutup kemungkinan melakukan interview menggunakan media komunikasi
seperti telepon atau media sosial.2
b. Jenis-Jenis Interview
Klasifikasi tentang jenis-jenis interview dapat ditinjau dari beberapa sudut
pandang, antara lain :
1) Menurut Responden yang diinterview
Menurut sudut pandang ini, interview dibedakan menjadi
interview langsung dan interview tidak langsung. Dikatakan langsung
apabila interview langsung mengadakan wawancara dengan
interviuwee. Dikatakan tidak langsung mewawancarai narasumber
yang dituju, melainkan mewawancarai individu lain seperti orang
tuanya atau teman dekatnya.
2) Menurut Prosedur Interview
Menurt prosedurnya, interview dibedakan menjadi interview
terstruktur dan tak terstruktur. Dikatakan terstruktur apabila
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan telah disusun secara jelas dan
terinci dan dijadikan pedoman oleh penginterview. Dikatakan tak
terstruktur apabila pertanyaan yang diajukan tidak disusun terlebih
dahulu sebelumnya. Interview tak terstruktur ini lebih fleksibel, dalam
arti lebih memberi kesempatan kepada interviewer untuk mengadakan
variasi-variasi selama wawancara berlangsung.
2
Wening Wihartati, Pemahaman Individu Paradigma Psikologi dan Agama, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya,
2015) hal. 106
2
3) Menurut situasi
Menurut situasi, interview dibedakan menjadi interview formal
dan non formal. Dikatakan formal apabila dilakukan dalam suatu
ruangan tertentu yang memang sengaja disiapkan untuk mengadakan
interview, misalnya siswa yang dipanggil pembimbing ke ruang
bimbingan. Sedangkan interview non formal apabila tidak dilakukan di
tempat khusus dan antara responden dan pewawancara tidak memiliki
hubungan resmi. Dengan demikian percakapan yang terjadi tidak
seperti antara konselor atau psikolog dengan klien melainkan seperti
percakapan biasa antara dua individu yang bersahabat.
4) Menurut Perencanaan interview
Menurut perencanaannya, interview dapat dibedakan
menjadiinterview berencana dan insidental. Dikatakan berencana
apabila waktu dan tempat telah direncanakan sebelumnya. Sedangkan
insidental apabila interview tersebut dilakukan karena ada kesempatan
yang baik untuk mengadakan percakapan tersebut.
3
Untuk merekam atau menghimpun data hasil interview dibutuhkan
teknik pencatatan. Ada beberapa teknik pencatatan dalam interview dengan
berbagai kelemahan dan kelebihannya. Yang pertama adalah pencatatan yang
dilakukan oleh orang ketiga atau petugas pencatat. Kelebihannya adalah
pencatatan bisa berjalan lancar, kekurangannya adalah responden tidak bisa
leluasa dalam memberikan jawaban wawancara.
Teknik pencatatan kedua adalah pencatatan dilakukan penginterview
sendiri. Jadi setelah selesai mengajukan pertanyaan langsung mengambil
catatan untuk mencatat jawaban responden. Kelemahannya adalah dapat
mengganggu proses interview.
Yang ketiga adalah melakukan pencatatan setelah interview berakhir,
yaitu hanya mencatat hal-hal yang pokok aja dalam intervew. Kelemahannya
adalah data yang didapat tidak lengkap. Menurut Covner, teknik ini hanya
dapat memuat 10-35 % saja dari percakapan yang terjadi.
Yang keempat adalah dengan teknik perekaman hasil interview dengan
tape recorder. Kelemahannya adalah memberikan rasa kurang bebas bagi
responden dalam memberikan jawaban.3
2. Metode Observasi
a. Pengertian Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan
mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang
diamati. Pengamatan langsung disini dapat berupa kegiatan melihat,
mendengar atau kegiatan dengan alat indra lainnya. Metode observasi
memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap introspektif terhadap peneliti
yang dilakukan.4
Sebelum observasi dilaksanakan, observer hendaknya menetapkan
terlebih dahulu aspek-aspek yang akan diobservasi dari tingkah laku
seseorang. Aspek-aspek tersebut hendaknya telah dirumuskan secara
operasional sehingga tingkah laku yang akan dicatat nanti dalam observasi
hanyalah apa-apa yang telah dirumuskan tersebut.
3
Wayan Nurkancana, Pemahaman Individu, (Surabaya: USAHA NASIONAL, 1993) hal. 62
4
Tristiadi Ardi Ardani et all, Psikologi Klinis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hal. 52
4
a) Bentuk-bentuk observasi
Ada tiga pendekatan dasar bagi observasi, yaitu pertama observasi
realitas, dimana saat kita mengobservasi perilaku klien yang muncul dalam
lingkup alamiahnya. Kedua, pendekatan sampling, saat kita mensampelkan
perilaku individu yang ingin dinilai. Ketiga, pendekatan eksperimental, yaitu
menyoroti kondisi khusus klien yang diamati.
Observasi bisa di klasifikasikan menurut tingkat kerumitan dan pelatihan yang
dibutuhkan.
Tingkat 1 : observasi kasual, umumnya tak terstuktur atau tak terencana, yang
akan memberi kesan informal.
Tingkat 2 : observasi yang dirancang untuk tujuan khusus.
Tingkat 3 : observasi klinis. Di tingkatan ini teknik yang lebih rumit
digunakan dan obsevasinya biasanya dilakukan dalam kondisi terkontrol untuk
sejumlah waktu.5
b. Klasifikasi metode observasional
1. Metode-metode observasional dapat di klasifkasikan sebagai observasi dengan
intervensi atau tanpa intervensi.
2. Metode atau mencatat perilaku dapat di klasifikasikan dalam hubungnannya
dengan berapa banyak perilaku yang dicatat.
Metode observasional dapat diklasifikasikan berdasrkan dua dimensi.
Pemilihan penting pertama adalah antara “observasi dengan intervensi” dan
“observasi tanpa intervensi”. Dimensi yang kedua melibatkan metode pencatatan
perilaku.
a. Observasi tanpa intervensi
1. Tujuan observasi naturalistik adalah untuk mendeskripsikan perilaku
seperti yang terjadi secaranormal dan meneliti hubungan diantara
berbagai variabel.
2. Obsevasi naturalistik memantu memantapkan validitas eksternal
temuan temuan laboratoris.
Bila pertimbangan etik dan moral tidak memungkinkan
dilakukannya kontrol eksperimental, observasi naturalis menjadi
strategi penelitian penting.
b. Observasi dengan intervensi
5
Robert L. Gibson, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2011) hal.387-388
5
1. Kebanyakan penelitian psikologi menggunakan observasi dengan
intervensi.
2. Tiga metode oservasi dengan intervensi adalah participant
observation, structured observat ion, dan field experiment.6
c. Participant observation
1. Participant observation yang dilakukan secara terang-terangan sering
digunakan untuk memahami budaya dan perilaku kelompok individu.
2. Participant observation yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi
sringkali digunakan bila penelitinya percata bahwa individu-individu
akan mengubah perilakunya bila tahu bahwa dirinya sedang diamati.
3. Participant observation memungkinkan peneliti untuk mengobservasi
berbagai perilaku dan situasi yang biasanya tidak terbuka bagi
observasi ilmiah.
4. Participant observer kadang-kadang mungkin kehilangan
objektifitasnya atau terlalu banyak mempengaruhi individu-individu
yang mereka amati.
b) Analisis data observasional
Reduksi data
a. Data observasional dirangkum melalui proses reduksi data.
b. Peneliti menguantifikasikan data dalam rekaman-rekaman naratif
dengan mengode perilaku menurut perilaku yang telah ditetapkan,
misalnya dengan mengategorisasikan perilaku.
c. Data dirangkum menggunakan ukuran-ukuran deskriptif seperti
frekuensi, rata-rata , dan deviasi standart.
c) Reabilitas observer
a. Reabilitas antar pengamat mengacu pada seberapa jauh para pengamat
independen sepakat observasi mereka.
b. Reabilitas antar pengamat meningkat dengan memberikan definii yang
jelas tentang perilaku dan kejadian yang akandicatat / direkam, dengan
melatih pengamat, dan dengan memberikan umpan balik tentang berbagai
diskrepansi (ketidaksesuaian).
6
John J. Shaugnessy,dkk., Metodologi Penelitian Psikologi, (Yoyakarta: Pustaka Pelajar,2006)hal. 114-117
6
c. Reabilitas antar pengamat diases dengan cara menghitung presentase
kesepakatan atau korelasi , bergantung pada bagaimana perilaku yang
dimaksud itu dihitung dan di catat.
d. Reabilitas antar pengamat yang tinggi meningkatkan kepercayaan peneliti
bahwa observasi tentang perilaku yang dimaksud akurat.
e. Jenis-jenis Observasi
1. Berdasarkan situasi yang diobservasi
Berdasarkan sudut pandang ini, Jersild dan Meigs membedakan
adanya tiga jenis observasi. Yang pertama adalah observasi terhadap
situasi bebas (free situation), yaitu observasi yang dilakukan terhadap
situasi yang terjadi secara wajar tanpa adanya campur tangan
daripengobservasi. Misalnya observasi yang dilakukan terhadap
mahasiswa Fakultas Dakwah di perpustakaan.
Yang kedua adalah observasi terhadap situasi yang
dimanipulasi (manipulated situation), yaitu situasi yang telah
dirancang oleh pengobservasi dengan menambahkan satu atau lebih
variabel. Misalnya seorang guru yang menyuruh siswanya membentuk
kelompok-kelompok dan masing-masing kelompok diberi tugas
tertentu. Selama mereka bekerja dalam kelompok diadakan observasi
oleh pengobservasi.
Yang ketiga disebut observasi terhadap situasi yang setengah
terkontrol (partialli controlled). Jenis observasi ini adalah kombinasi
dari kedua jenis observasi yang dijelaskan diatas.
2. Berdasarkan Keterlibatan Pengobservasi
Berdasarkan sudut pandang ini, observasi juga dibedakan
menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah observasi partisipasi, yaitu
apabila pengobservasi ikut terlibat dalam kegiatan subyek yang
diobservasi. Misalnya seorang guru yang ingin mengetahui bagaimana
antusias siswanya terhadap pelajaran yang diberikan. Maka observasi
dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Yang kedua adalah observasi non partisipasi. Dalam observasi
ini, pengobservasi tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang diobservasi.
Misalnya seorang pembimbing yang ingin mengetahui bagaimana
antusias siswanya terhadap bimbingan karir, maka pembimbing
7
tersebut dapat mengobervasi siswa tersebut dalam menjalani
bimbingan karir dengan pembimbing lain.
Yang ketiga adalah observasi quasi partisipasi. Dalam
obseravsi ini, pengobservasi melibatkan diri dalam sebagai waktu
observasinya. Misalnya kita ingin mengetahui bagaimana aktivitas
siswa dalam melaksanakan tuga kelompok. Mula-mula pengobservasi
melibatkan diri dalam kegiatan tersebut, setelah itu pengobservasi
meninggalkan.
3. Berdasarkan Pencatatan Hasil-hasil Observasi
Ditinjau dari sudut pandang ini, observasi dibedakan menjadi
observasi terstruktur dan tak terstruktur. Dikatakan observasi
terstruktur apabila aspek-aspek tingkah laku yang akan diobservasi
telah dimuat dalam suatu daftar yang telah disusun secara sistematis
yang dapat berupa daftar cek (chek list) maupun skala bertingkat
(rating scale). Dikatakan observasi tak terstruktur apabila dalam
observasi tidak menyiapkan terlebih dahulu beberapa aspek-aspek
yang akan diobservasi. Hasil dari observasi dicatat dalam bentuk
catatan yang bersifat anekdot (anecdotal record), yaitu suatu catatan
tentang tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu. Catatan
anekdotal ini harus ditulis apa adanya, tanpa interpetrasi. Setelah
terkumpul, maka buatlah suatu ikhtisar tentang catatan-catatan
tersebut, baru diadakan interpetrasi.
8
4. Subyek yang diobservasi tidak merasa diberi tugas tambahan,
ia tetap dalam kegiatannya tanpa merasa terganggu.
b. Kelemahan
1. Penafsiran hasil observasi terkadang bersifat subjektif, padahal
sangat mempengaruhi validitas observasi.
2. Apabila subjek tahu bahwa dirinya sedang diobservasi, maka
tingkah lakunya tidak timbul secara spontan, melainkan dibuat-
buat sehingga data yang diperoleh tidak mencerminkan
keadaan yang sebenarnya.7
3. Metode Penelitian Survey
Penelitian survey ialah penelitian secara komperhensif kepada suatu
objek tertentu yang tujuannya untuk medapatkan data yang valid. Survey yang
dilaksanakan saat melakukan penelitian biasanya dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan baik dengan metode wawancara ataupun
membagiakan selembaran kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui
informasi lebih detai tentang suatu objek misal : siapakah mereka, apa yang
difikirkan oleh mereka, perasaan mereka atau juga mengenai kecenderungan
terhadap suatu tindakan. Pada umumnya survey dilakukan dalam penelitian
untuk menguji obejek secara kuantitatif ataupun kualitatif.
Survey memiliki empat cara yaitu : survei melalui surat, melalui
wawancara pribadi, wawancara melalui telepon, dan survey melalui internet.
1. Survey melalui surat
Survey melalui surat digunakan untuk menyebar kuesioner yang dapat
di administrasikan sendiri oleh responden , yakni responden mengisi sendiri
sampai selesai. Salah satu keuntungan survey melalui surat adalah biasaya
dapat dilengkapi dengan cepat. Dikarenakan dapat di administrasikan sendiri,
survey dengan surat juga menghindari permasalahan yang disebabkan oleh
bias pewawancara yang akan di definisikan pada bagian berikutnya.
2. Survey wawancara pribadi
Ketika wawancara pribadi digunakan untuk mengumpulkan data
survei, responden biasaya di hubungi dirumahnya atau mal perbelanjaan , dan
pewawancara terlatih mengadministrasikan kuesioner. Wawancara pribadi
7
Wayan Nurkancana, Pemahaman Individu, (Surabaya: USAHA NASIONAL, 1993) hal. 35
9
memungkinkanfleksibilitas yang lebih tinggi dalam mengajukan pertanyaan
dibandingkan dengan wawancara surat.
3. Wawancara melalui telepon
Biaya yang terlalu tinggi melalui wawancara pribadi dan kesulitan
menyupervisi pewawancara telah mengarahkan peneliti yang menggunakan
survei pada survey melalui telepon dan internet. Ketika pertama kali
digunakan , pewawancaraan melalui telepon menerima banyak kritikan.
4. Survey melalui internet
Berbagai keuntungan menggunakan internet untuk penelitian survey
dengan segera muncul dalam pikiran. Pada bagian ini adalah efisiensi dan
biaya 8
Penggunaan survey
a. Penelitian survey digunakan untuk mengases pikiran , pendapat, dan perasaan
orang-orang.
b. Survey dapat memiliki cakupan yang spesifik dan terbatas atau memiliki
tujuan yang lebih global.
c. Cara terbaik untuk menetapkan hasil sebuah survey terbias atau tidak adalah
dengan menelaah prosedur dan analisis survei tersebut.
Karakteristik Survey
10
interprestasi dan diagnosa tentang tingkah laku seseorang. Metode ini bersifat
integratif (mengintegrasikan beberapa metode pengumpulan data).
Disamping integratif, metode ini juga bersifat komprehensif, karena memuat
deskripsi yang lengkap tentang keadaan seseorang seperti identitas pribadi, latar
belakang keluarga, catatan masa kanak-kanak, kemampuan dasar, prestasi yang
dicapai, penyesuaian sosial personal, dan lain sebagainya. Jadi studi kasus ini
merupakan studi mendetail tentang individu dengan maksud untuk dapat memberikan
bimbingan yang tepat ke arah pemecahan masalah yang baik.10
Case conference merupakan salah satu teknik dalam bimbingan konseling
yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus yang terjadi di masyarakat dengan
melibatkan unsur-unsur penting yang terlibat dalam kasus tersebut. Tujuan teknik ini
adalah untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan analisa yang mendalam dari
informasi serta bertujuan untuk penafsiran yang efektif dari keseluruhan masalah
individu dan bagi pihak terkait dapat mnentukan strategi kebijakan dalam penangan
kasus secara komprehensif.
Teknik case conference biasanya dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan baik disekolah, maupun lingkungan sosial masyarakat. Sehingga
kehidupan masyarakat dapat berjalan sesai dengan nilai-nilai ajaran dalam konseling
islam. Teknik ini memiliki kemanfaatanlebih besar dibanding dengan teknik lainnya.
Hal ini dapat dilihat dari informasi kasus alternative problem solving yang
dihasilkan dalam proses ini. Oleh karena itu membahas teknik konferensi kasus (case
conferense) dalam konseling islam menjdi kajian yang lebih komprehensif.11
a. Karakteristik studi kasus
Hancock &Algozzine (2006) menyatakan beberapa karakteristik dari studi kasus
antara lain sebagai berikut :
1. Terfokus pada individu / subjek atau fenomena
Seringkali studi kasus ditujukan untuk meneliti subjek atau individu dalam
konteks sosial. Namun tidak jarang studi kasus juga ditujukan untuk meneliti
fenoma seperti kejadian khusus (event), situasi tertentu (situation), program yang
telah atau sedang dijalankan (program), atau aktifitas tertentu (activity).
10
Wening Wihartati, Pemahaman Individu Paradigma Psikologi dan Agama, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya,
2015) hal. 110
11
Jurnal : Hasanah,Hasyim,2015,TEKNIK CASE CONFERENCE DALAM KONSELING ISLAM, KONSELING RELIGI VOL
6, NO.1 (2015):KONSELING RELIGI page.193-2
11
2. Fenomena yang di teliti, dipelajari dalam konteks alamiah serta terkait ruang dan
waktu.
Apa yang di pelajari dalam studi kasus merupakan fenomena yang alamiah,
tanpa diberikan intervensi apapun oleh peneliti. Hal yang paling penting untuk
diperhatikan ketika melakukan studi kasus adalah kasus atau fenomena yang di
teliti harus terkait ruangwaktu. Artinya , yang di teliti haruslah berbatas waktu dan
tempat. Peneliti harus membatasi cakupan penelitiannya berdasarkan waktu dan
tempat tertentu.
3. Kaya akan penjelasan deskriptif
Fenoma yang diteliti menggunakan studi kasus haruslah dijelaskan secara
detail engan deskripsi yang sejelas-jelasnya. Hal ini dapat dicapai jika peneliti
menggabungkan beragam teknik penggalian data demi mendapatkan banyak
informasi atau data yang diperlukan. Hasil dari penggalian data dengan beragam
teknik tersebut memungkinkan peneliti mampu mengulas dan menjelaskan temuan
dengan sudut pandang yang beragam yang kaya akan penjelasan deskriptif.
Dari ketiga karakteristik tersebut, dapat disimpulkan bahwa melakukan studi
kasus berarti melakukan riset kualitatif dengan mengidentifikasi topik dengan
batasan yang jelas dengan cara melakukan analisis yang mendalam dalam konteks
yang natural dengan menggunakan beragam sumber informasi. ketiga
karakteristik tersebut yang membedakan antara studi kasus dengan jenis riset
kualitatif lainnya. Namun demikian , penentuan fokus dari studi kasus apakah
akan terfokus pada individu, event, situasi , program, atau aktivitas, bergantung
pada tujuan penelitian yang diajukan oleh peneliti.
b. Fokus bahasan dalam studi kasus
Pada sub-bab ini akan membahas akan membahas contoh-contoh riset agar
pembaca menjadi lebih mudah membedakan satu persatu dari fokus yang bervariasi.
1. Individu
Individu yang layak untuk dijadikan fokus dalam studi kasus adalah individu
yang memiliki keunikan , kekhasan, dan keistimewaan tertentu yang ia miliki atau
yang melekat pada dirinya.
Keunikan atau kekhasan ini dapat berarti bahwa individu tersebut memiliki profesi
tertentu yang dianggap menarik dan layak dijadikan subjek dalam melakukan
studi kasus.
12
2. Kejadian
Untuk contoh fokus yang bersifat kejadian , penulis memberikan contoh riset
studi kasus yang dilakukan oleh asmussen & crewswell. Dalam penelitian
tersebut, mereka melakukan penelitian terkait dengan kejadian penembakan yang
dilakukan oleh mahasiswa. Yang di peroleh dekripsi yang sangat detail mengenai
kejadian, kronologi dan kondisi mengenai penembakan itu terjadi.
3. Situasi
Situasi yang terjadi adalah tingginya tingkat kriminalitas di amerika yang
dilakukan oleh anak anak muda yang menyebabkan banyak kerusakan dan
kerusuhan. Namun, ada sejumlah anak muda yang dahulu adalah pelaku kriminal
tersebut yang sudah menyadari kekeliruan yang telah di lakukan oleh anak-anak
pada masa silam, bersedia untuk berbagi pengalam untuk menyadarkan analanak
muda yang lain yag belum sadar untuk bangkit dan menghentikan perilaku
kriminalnya.
4. Program
Contoh dari kasus yang berfokus pada program adalah penelitian yang
dilakukan terhadap penerapan metode pembelajaran student central leraning
(SCL) terhadap mahasiswa perguruan tinggi. Program yang dilakukan oleh
universitas adalah mengganti metode pembelajaran sebelumnya , yaitu teacher
central leraning (TCL) dengan metode SCL ini, karena SCL dianggap lebih
efektif memotivasi mahasiswa untuk mau beajar lebih independen dan lebih
terfokus. Dalam penelitian ini metode , metode SCL diberikan sebagai pilot
project antara selama dua smester berturut-turut pada mahasiswa di lima fakultas
yang berbeda dan dengan angkatan yang berbeda. Kelima fakultas yang menjadi
pilot project antara lain fakultas hukum, fakultas teknik, fakultas filsafat, fakultas
ekonomi, dan fakultas psikologi.
5. Aktivitas
Contoh studi kasus yang memfokuskan pada aktifitas ini akan mengenai
pembelajaran koopertif terhadap aak-anak. Pembelajaran dan kolaboratif dikenal
sebagai komponen yang sangat penting dalam pembelajaran dikelas, khusunya
pada anak-anak. Namun, masih banyak pertanyaan mengenai bagaimana cara guru
menerapkan metode pembelajaran ini dan memberikan pembelajaran langsung
kepada anak-anak.
13
c. Bentuk-bentuk studi Kasus
Terdapat tiga bentuk studi kasus, yaitu :
1. Studi kasus intrinsik
Studi kasus ini dilakukan untuk memahami secara lebih dan mendalam tentang
individu tertentu, kelompok , peristiwa, atau organisasi. Studi dilakukan karena
semata-mata alasan peneliti ingin mengetahui secara intrinsik , bukan
menciptakan sebuah teori atau melakukan generelesasi temuan riset kepada
populasi.
2. Studi kasus instrumental
Studi kasus instrumental merupakan studi atas kasus alasan eksternal, bukan
karena ingin mengetahui hakikat kasus tersebut. Kasus hanya dijadikan sebagai
sarana untuk memahami hal lain diluar kasus , seperti misalnya untuk untuk
membuktikan suatu teori yang sebelumnya sudah ada. Tujuan dari dari studi kasus
instrumental adalah untuk lebih memahami pertanyaan atau masalah yang terkait
dengan teori yang melandasi masalah tersebut.
3. Studi kasus kolektif
Studi kasus ini dilakukan untuk menarik kesimpulan atau generelisasi atas
fenomena atas populasi dari kasus-kasus tersebut. Studi kasus kolektif ingin
membentuk suatu teori atas dasar persmaan dan keteraturan yang diperoleh dari
setiap kasus yang di selidiki.
Selain tiga bentuk studi kasus yang dinyatakan oleh stake tersebut , Yin
mengemukakan tiga desain stui kasus antara lain sebagai berikut :
14
2. Studi kasus eksplanatori
Studi kasus eksplanatori digunakan ketika peneliti melakukan sebab-akibat.
Contoh kasus ini digunakan untuk mendapatkan penjelasan mengenai banyak
faktor yang mempengaruhi sesuatu yang diteliti. Mengapa A,B,C,D
mempengaruhi X, dan seberapa jauh keempat hal tersebut saling mempengaruhi.
15
Black & champion mengemukakan kelebihan lainnya dari model studi kasus ,
yaitu sebagai berikut :
12
Haris Herdiansyah, Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu psikologi,(Jakarta: Salemba
Humanika,2015)hal.149-160
16
Juga dapat dimasukkan dalam studi dokumenter ini adalah catatan kesehatan
seperti tinggi badan , keadaan alat indera, penyakit yang telah di derita , punya
alergi atau tidak, dan lain sebagainya.13
Menurut para ahli dokumen adalah kumpulan data yang berbentuk nyata dan
diperoleh berdasarkan sistem pengelolaan data yang disebut dengan proses
dokumentasi. Tanpa adanya dokumentasi, data tersebut tidak akan menjadi sebuah
dokumen yang real. Dan menurut para ahli, dokumentasi adalah proses yang
dilakukan secara sistematis mulai dari pengumpulan hingga pengelolaan data yang
menghasilkan kumpulan dokumen. Dokumentasi itu sendiri tujuannya adalah
untuk memperoleh dokumen yang dibutuhkan berupa keterangan dan hal-hal yang
membuktikan adanya suatu kegiatan yang didokumentasikan.
Macam-macam dokumentasi
1. Dokumen
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,
catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama
data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara
detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat
13
Wening Wihartati, Pemahaman Individu (paradigma psikologi dan Agama),(Semarang: CV.Karya Abadi Jaya)
hal.119-120
17
pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau
swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.
1. Dokumen harian
3. Surat Pribadi
Surat pribadi (tertulis pada kertas), e-mail, dan obrolan dapat
dijadikan sebagai materi dalam analisis dokumen dengan syarat,
peneliti mendapat izin dari orang yang bersangkutan.
2. Autobiografi
2. Dokumen Resmi
Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambar mengenai
aktivitas, keterlibatan individu pada suatu komnitas tertentu dalam setting
social. Menurut Meleong (Herdiansyah, 2010: 145-146) dokumen resmi dapat
dibagi kedalam dua bagian. Pertama dokumen internal, yaitu dapat berupa
catatan, seperti memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga, system
18
yang diberlakukan, hasil notulensi rapat keputusan pimpinan, dan lain
sebagainya.
14
Sugiyon,. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D.(Bandung:
Alfabeta,2010)
19
IV. KESIMPULAN
20
membutuhkan pemahaman lebih dari satu sudut pandang, jika terjadi gap
komunikasi antar kelompok, Untuk menyingkap suatu fakta secara lebih detail
dan lebih kaya, dan untuk keperluan verifikasi.
V. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita
semua, amin. Apabila terdapat kesalahan kami mohon kritik dan saan yang
membangun demi perbaikan makalah kami yang selanjutnya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Slamet Suprapti I.S. & Sumarmo Markam, Pengantar Psikologi Klinis, Jakarta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
22