Anda di halaman 1dari 6

ANAK KORBAN KONFLIK TIMIKA PAPUA

DI PLK BIMA SAKTI TANSA DEMAK

A. Kronologi Masalah

Manusia dalam menjalani sehari-hari pasti berhadapan dengan masalah,


konflik dan kejadian yang tidak mengenakan terkait dengan diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan sekitar. Setiap manusia pasti mengalami saat-saat dimana mereka
merasakan down (sedih, kecewa, tidak bersemangat, stress, dpresi dan lain-lain).
Banyak kejadian atau permasalahan dalam hidup ini yqang dapat dilalui maupun tidak
dapat dihindari oleh manusia dan membuat individu mengalami hal-hal yang sulit.

PLK (pendidikan pelayanan khusus) Bima Sakti Latansa berada di Desa


Cangkring B Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak. Pada awalnya Yayasan
Latansa membentuk suatu organisasi untuk masyarakat yaitu PKNM (Pusat Kegiatan
Belajar Mengajar) dengan berbasis pesantren untuk anak-anak berasal dari keluarga
yang tidak mampu, TKI dan konflik etnis. PLK Bima Sakti adalah (pendidikan
pelayanan khusus) untuk menampung anak-anak korban konflik Timika, anak-anak
pedalaman yang tidak dapat mengenyam pendidikan layaknya seperti anak pada
umumnya.

PLK juga menampung anak-anak yang putus sekolah atau tidak mendapatkan
pendidikan seperti teman-teman yang lain dari daerah Kabupaten Demak, seperti dari
tujuan PLK itu sendiri membantu anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan
yang layak. Berdasarkan hasil wawancara ketika menanyakan bagaimana keadaan
anak korban konflik Timika pada waktu baru berada di PLK seperti yang disampaikan
Ustadz Susmanto:

“ Mbak, waktu dulu anak-anak dari Papua itu dibawa ke PLK dari kondisi
yang tidak bersih dan yang mengejutkan saya tingkah laku dan sikap dari anak-anak
itu sangat keras dan kasar. Apalagi kalau mereka berebut barang atau berantem
dengan teman-teman yang lainnya dengan menggunakan senjata tajam, batu atau yang
lainnya, maka dari itu mbak, yang sangat perlu diperhatikan disini tingkah laku sikap
dari anak yang karakter asli mereka yang keras dengan kondisi lingkungan dulu yang
membuat karakter individu mereka terbetuk perlu dirubah pelan-pelan agar menjadi
anak-anak yang baik”
Bapak Ali mengatakan:

“Iya mbak, memang seperti itu, tapi Alhamdulillah dengan pengawasan dan
pengarahan dari para pembimbing sedikit berubah tingkah laku dari anak-anak
menjadi sedikit lebih baik mbak, tidak sekasar waktu pertama mereka masuk”.

Problem yang dihadapi anak korban konflik Timika Papua di PLK Bima Sakti
Latansa adalah sebagaimana yang disampaikan pembimbing yaitu: Ustadz Fahrudin
Zuhri, Ustadz Susmanto dan Ustadz Ulinnuha.

Ustadz Fahrudin Zuhri mengatakan bahwasanya:

“ Jadi begini mbak, anak-anak yang mempunyai problem dalam hal seperti ini,
pemahaman agama islam yang ada pada anak belum banyak yang diketahui dan masih
banyak lagi yang perlu diajarkan untuk pengetahuan dan pendalaman agama,
kesulitan dalam memahami dam mempelajari ajaran-ajaran agama islam sebagai
mualaf untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari itu tidak mudah untuk
dilakukan anak-anak untuk menerapkan ajaran-ajaran agama dan masih perlu sekali
pengawasan dan pembimbingan agar terarah. Kesulitan pada anak dalam menerima
mata pelajaran yang harus dimulai dari awal karena ada dari mereka yang tidak lulus
SD”

Sedangkan menurut Ustadz Susmanto mengatakan:

“Tingkah laku dan sikap anak yang keras dan seenaknya sendiri itu yang saya
awal mulanya tidak menyangka, pernah mbak, saya melerai anak yang sedang
bertengkar dengan sesama teman yang lain itu dengan menggunakan benda-beda
tajam, mengambil batu untuk memukul teman yang lainnya, untung saja belum terjadi
pemukukan mbak, mungkin itu adalah salah satu dampak dari apa yang mereka lihat
dan alami setiap hari drlunya ketika terjadi konflik di Timika Papua. Ada juga mbak,
dari salah satu anak yang mentalnya terganggu, Rahman takut untk bermain atau
sekedar dekat untuk Tanya-tanya karena dari latar belakang anak dari adanya konflik
itu tidak mudah untuk berbaur pada orang-orang yang baru mereka kenal”

Anak-anak terlihat bahagia dan senang saat bermain-main membuat kipas


angin yang mereka buat sendiridari dynamo bekas dan dirangkai dengan batu batrai
bekas, anak-anak juga sudah mulai beradaptasi dan mau mengikuti rutinnitas kegiatan
yang dilakukan di PLK Bima Sakti La Tansa. Itulah problem yang dihadapi pada anak
ketika mendapat bimbingan, maka dari itu perlu adanya penanganan dan pendekatan
khusus dalam menangani anak-anak korban konflik untuk dapat terciptanya anak-
anak yang baik sesuai syariat agama dan dalam hal pendidikan juga mereka tidak
tertinggal dari mencapai cita-cita yang diinginkan.
B. Langkah-Langkah Pendekatan dan Alasan

Dalam uraian diatas dapat diselesaikan dengan menggunakan langkah-langkah


pendekatan Psikoanalisa dan menggunakan teori pendekatan bk dengan Sholat.

a. - Langkah Menggunakan Pendekatan Psikoanalisa

Psikoanalisa disamping sebagai teori kepribadian, dapat pula berfungsi


sebagai langkah analisa kepribadian. Untuk dapat menerangkan suatu gejala
Psikoneurose atau konflik Timika Papua misalnya, agar dapat diusahakan
penyembuhan terhadap penderita yang bersangkutan maka perlu dianalisa terlebih
dahulu penderita yang bersangkutan. Dalam ini umumnya dipergunakan 2 cara
pendekatan yaitu yang pertama melihat dinamika dari dorongan-dorongan primitf.
Selanjutnya juga dipergunakan sekaligus sebagai langkah psikoterapi mengakui
bahwa kalau factor penyebab yang tersembunyi didalam ketidaksadaran sudah
bisa diketahui dan dibawah ke sadaran maka penderita dengan sendirinya akan
sembuh. Adapun langkah-langkah dasar konseling psikoanalisa adalah sebagai
berikut:

1. Asosiasi Bebas
Konselor memerintahkan klien untuk menjernihkan pikirannya dari
pikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang
muncul dalam kesadarannya. Yang pokok adalah klien mengemukakan
segala sesuatu melalui perasaan atau pikiran dengan melaporkan
secepatnya tanpa sensor. Metode ini adalah metode pengungkapan
pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang
berkaitan dengan situasi traumatic di masa lalu, klien memperoleh
pengetahuan dan evaluasi diri sendiri.
2. Interpretasi
Prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis
mimpi, analisis resistensi dana analisis transparansi. Fungsinya adalah
untuk membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat
proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi.
3. Analisis mimpi
Prosedur paling penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari
dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-
masalah yang belum terselesaikan, menurut saya “aspek yang
membuat klien mimpi itu karna adanya system imunitas pencernaan
otak yang membuat orang itu bermimpi dan biar saja orang itu
berimajinasi tinggi sehingga terkontaminasi oleh masalah-masalah
pribadinya sehingga terbawa mimpi.
4. Analisis dan interprestasi dan transferensi
Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada
saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan
dengan orang lain, menyebabkan dia mngubah masa kini dan mereaksi
kepada orang lain. Dengan yujuan klien memperoleh pemahaman atas
pengalaman-pengalaman tak sadar dan pengaruh masa lampau
terhadap sekarang, memungkinkan klien menembus konflik lampau
yang dipertahankan sekarang dan menghambat perkembangan
emosinya.
5. Analisis dan interprestasi resistensi
Interpresentasi konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan
klien untuk menyadari alas an timbulnua resistensi.

Tujuan konseling yaitu untuk membentuk kembali struktur karakter


individu dengan membuat yang tidak sadar pada diri klien. Proses dipusatkan pada
usahaya menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa lampau ditata, di
diskusikan, dianalisa dan ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstruksikan
kepribadian. Dalam konseling psikoanalisa hubungan konselor dengan klien yaitu
membantu klien untuk dapat bersikap yang relative rasional, realistic, dan tidak
neurosis, hal ini merupakan prakondisi untuk terwujudnya psikoanalisis. Konselor
mengalihkan segenap pengalaman masa lalu klien terhadap konfik Timika Papua
kepada konselor, kemudian, konselor membantu klien untuk mencapai
pemahaman tentang bagaimana dirinya telah salah menerima,
menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat ini dalam kaitannya
dengan masa lalunya.

- Alasan dalam menggunakan teori pendekatan psikoanalisa karena konselor


mempunyai peran dan fungsi sendiri yaitu :

 Peran konselor pada Psikoanalisa: (1) Membantu klien dalam


mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi
yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan-kecemasan
melalui cara realistis.(2) konselor membangun hubungan kerjsama
dengan klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan
mendengarkan dan menafsirkan. (3) konselor memberikan
perhatian kepada resistensi klien. (4) fungsinya adalah
mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam
ketiksadaran.
 Fungsi Konselor: (1) berusaha membantu klien dalam mencapai
kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan
personal. (2) menangani kecemasan secara realistis. (3)
memperoleh kendali atas tingkah laku yang implicit dan irasional.
(4) mendorong pemindahan perasaan.
b. - Langkah menggunakan teori pendekatan konseling sholat

Langkah selanjutnya yaitu dengan menggunakan teori pendekatan


konseling sholat, dimana anak mulai dikenalkan dengan aqidah-aqidah yang ada
diagama islam, mulai dari cara bersuci, rukun iman, rukun islam. Setelah
dikenalkan dimulai dengan diajarkan cara berwudhu yang baik dan benar sesuai
syariat. Kemudian diajarkan sholat berjamaah dan diajari cara membaca kitab
suci al-qur’an yang benar sesuai dengan hukum tajwid. Mereka juga dilatih untuk
berpuasa hari senin dan kamis.

Sholat sangat berperan penting dalam menekankan segala bentuk depresi


yang timbul dari tekanan dan permasalahan hidup keseharian. Juga dalam
menekankan kekhawatiran dan guncangan kejiwaan yang sering dialami banyak
manusia. Umumnya, setelah menyelesaikan sholat seorang hamba akan berfikir
mengingat tuhannya serta bertasbih diiringi munajatnya kepada Allah yang
dilanjutkan dengan membaca sebagian ayat al-qur’an

Kegiatan pembimbingan dapat berjalan sesuai apa yang telah diajarkan


dengan tetap mendapatkan pantauan dan pengawasan dari para pembimbing
kerenana tempat tinggal mereka yanga ada dipesantren dengan peraturan yang
ada dan tidak dapat keluar area pondok tanpa seizing pengurus. Pengawasan yang
dilakukan 24 jam menjadikan mereka diawasi secara baik, jika ada kesalahan atau
perilaku anak yang tidak sesuai akan langsung ditegur dan segera diarahkan
dengan baik.

Bapak Ulinnuha berkata:

“prinsip dalam mengajarkan pada anak-anak bahwasanya saya berdakwah


melalui pendidikan, jadi saya mengarahkan anak-anak yang baru mengenal
agama islam terutama anak-anak dari suku Papua itu untuk belajar agama islam
dengan itu mereka mempunyai pegangan hidup untuk hidup lebih baik dan
dengan tidak meninggalkan pendidikan formal atau sekolah seperti anak-anak
yang lain”.

- Alasan menggunakan teori pendekatan konseling sholat:

karena didalam sholat, hamba seolah brada dihadapan tuhannya dan


dengan penuh kekhusyukannya memohon banyak hal banyak padanya. Perasaan
ini akhirnya bisa menimbulkan adanya kejernihan spiritualis, ketenangan hati,
dan keamanan diri di kala ia mengarahkan semua emosi dan anggota tubuhnya
mengarahkan kepadanya dengan meninggalkan sepenuhnya memikirkan dunia
dan permasalahannya. Pada saat sholatlah ia bisa sepenuhnya memikirkan
tubuhnya tanpa ada intruksi dari siapapun hingga pada saat itulah ia merasakan
ketenangan dan akalnya seolah menemukan waktu rehatnya.
C. Analisis
1. Analisis Pendekatan Psikoanalisa
Bimbingan yang diterapkan dalam membantu anak korban konflik yang
ditangani oleh pihak PLK Bima Sakti La Tansa dengan system pendidikan
pesantren adalah pertama mengidentifikasi masalah yang dihadapi dengan
menggunakan pendekatan psikoanalisa untuk mempermudah mengetahui karakter
dari masing-masing anak, stelah mengetahui karakter dari anak.

Karakter konselor dalam psikoanalisa adalah membiarkan dirinya anonym


serta hanya berbagi sedikit saja perasaan dan pengalaman pribadinya kepada
klien. Peran utama dalam konseling adalah membantu klien dalam memcapai
menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis, serta dalam rangka
memperoleh kembali kendali atas tingkah lakunya yang implusif dan irasional.

Konselor membangun hubungan kerja sama dengan klien dan kemudia


melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Konselor juga
memberikan perhatian kepada resistensi konseli untuk mempercepat proses
penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran. Fungsi utama konselor
adalah mengajarkan arti proses kepada klien agar mendapatkan pemahaman
terhadap masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara
berubah, sehingga klien mampu mendapatkan kendali yang lebih rasional atas
hidupnya sendiri.

2. Analisis Pendekatan Konseling Sholat

Penerapan bimbingan di PLK Bima Sakti guna membantu proses


penyembuhan dan pemulihan serta menuntun kearah yang lebih baik dan lebih
dekat kepada Allah SWT. Bimbingan kepada anak korban konflik ditangani oleh
pembimbing dara para ustadz yang memang sudah biasa menangani anak-anak
korban konflik yang ada di PLK. Pembimbing memberikan bimbingan dengan
menggunakan pendekatan konseling sholat.

Anda mungkin juga menyukai