Studi Kasus Timika Papua Kapk
Studi Kasus Timika Papua Kapk
A. Kronologi Masalah
PLK juga menampung anak-anak yang putus sekolah atau tidak mendapatkan
pendidikan seperti teman-teman yang lain dari daerah Kabupaten Demak, seperti dari
tujuan PLK itu sendiri membantu anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan
yang layak. Berdasarkan hasil wawancara ketika menanyakan bagaimana keadaan
anak korban konflik Timika pada waktu baru berada di PLK seperti yang disampaikan
Ustadz Susmanto:
“ Mbak, waktu dulu anak-anak dari Papua itu dibawa ke PLK dari kondisi
yang tidak bersih dan yang mengejutkan saya tingkah laku dan sikap dari anak-anak
itu sangat keras dan kasar. Apalagi kalau mereka berebut barang atau berantem
dengan teman-teman yang lainnya dengan menggunakan senjata tajam, batu atau yang
lainnya, maka dari itu mbak, yang sangat perlu diperhatikan disini tingkah laku sikap
dari anak yang karakter asli mereka yang keras dengan kondisi lingkungan dulu yang
membuat karakter individu mereka terbetuk perlu dirubah pelan-pelan agar menjadi
anak-anak yang baik”
Bapak Ali mengatakan:
“Iya mbak, memang seperti itu, tapi Alhamdulillah dengan pengawasan dan
pengarahan dari para pembimbing sedikit berubah tingkah laku dari anak-anak
menjadi sedikit lebih baik mbak, tidak sekasar waktu pertama mereka masuk”.
Problem yang dihadapi anak korban konflik Timika Papua di PLK Bima Sakti
Latansa adalah sebagaimana yang disampaikan pembimbing yaitu: Ustadz Fahrudin
Zuhri, Ustadz Susmanto dan Ustadz Ulinnuha.
“ Jadi begini mbak, anak-anak yang mempunyai problem dalam hal seperti ini,
pemahaman agama islam yang ada pada anak belum banyak yang diketahui dan masih
banyak lagi yang perlu diajarkan untuk pengetahuan dan pendalaman agama,
kesulitan dalam memahami dam mempelajari ajaran-ajaran agama islam sebagai
mualaf untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari itu tidak mudah untuk
dilakukan anak-anak untuk menerapkan ajaran-ajaran agama dan masih perlu sekali
pengawasan dan pembimbingan agar terarah. Kesulitan pada anak dalam menerima
mata pelajaran yang harus dimulai dari awal karena ada dari mereka yang tidak lulus
SD”
“Tingkah laku dan sikap anak yang keras dan seenaknya sendiri itu yang saya
awal mulanya tidak menyangka, pernah mbak, saya melerai anak yang sedang
bertengkar dengan sesama teman yang lain itu dengan menggunakan benda-beda
tajam, mengambil batu untuk memukul teman yang lainnya, untung saja belum terjadi
pemukukan mbak, mungkin itu adalah salah satu dampak dari apa yang mereka lihat
dan alami setiap hari drlunya ketika terjadi konflik di Timika Papua. Ada juga mbak,
dari salah satu anak yang mentalnya terganggu, Rahman takut untk bermain atau
sekedar dekat untuk Tanya-tanya karena dari latar belakang anak dari adanya konflik
itu tidak mudah untuk berbaur pada orang-orang yang baru mereka kenal”
1. Asosiasi Bebas
Konselor memerintahkan klien untuk menjernihkan pikirannya dari
pikiran sehari-hari dan sebanyak mungkin untuk mengatakan apa yang
muncul dalam kesadarannya. Yang pokok adalah klien mengemukakan
segala sesuatu melalui perasaan atau pikiran dengan melaporkan
secepatnya tanpa sensor. Metode ini adalah metode pengungkapan
pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang
berkaitan dengan situasi traumatic di masa lalu, klien memperoleh
pengetahuan dan evaluasi diri sendiri.
2. Interpretasi
Prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis
mimpi, analisis resistensi dana analisis transparansi. Fungsinya adalah
untuk membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat
proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi.
3. Analisis mimpi
Prosedur paling penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari
dan membantu klien untuk memperoleh tilikan kepada masalah-
masalah yang belum terselesaikan, menurut saya “aspek yang
membuat klien mimpi itu karna adanya system imunitas pencernaan
otak yang membuat orang itu bermimpi dan biar saja orang itu
berimajinasi tinggi sehingga terkontaminasi oleh masalah-masalah
pribadinya sehingga terbawa mimpi.
4. Analisis dan interprestasi dan transferensi
Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada
saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan
dengan orang lain, menyebabkan dia mngubah masa kini dan mereaksi
kepada orang lain. Dengan yujuan klien memperoleh pemahaman atas
pengalaman-pengalaman tak sadar dan pengaruh masa lampau
terhadap sekarang, memungkinkan klien menembus konflik lampau
yang dipertahankan sekarang dan menghambat perkembangan
emosinya.
5. Analisis dan interprestasi resistensi
Interpresentasi konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan
klien untuk menyadari alas an timbulnua resistensi.