Anda di halaman 1dari 6

10 BUKTI DARI AL-QUR'AN DAN HADIST, MEMPERINGATI

KELAHIRAN NABI‫ ﷺ‬DAPAT DITERIMA


(Mawlana Syaikh Muhammad Hisyam Kabbani Qs)
I. Maulid dan Ziarah Ke Makam Nabi saw

Bukti Pertama, Perintah Meningkatkan Rasa Cinta dan Hormat kepada Nabi Muhammad
Saw. Allah swt meminta Nabi Muhammad Saw agar mengingatkan umatnya bahwa sangatlah
penting bagi siapa saja yang menyatakan mencintai Allah swt untuk mencintai Nabi-Nya
juga, “Katakanlah kepada mereka, ‘Jika kalian mencintai Allah swt, ikuti (dan cintai dan
hormatilah) aku, niscaya Allah swt akan mencintai kalian’”(QS 3:31).
Memperingati hari kelahiran Rasulullah Saw atau sering disebut Maulid Nabi Saw. adalah
didorong oleh perintah untuk mencintai, menaati, mengingat, dan mengikuti contoh Nabi
Muhammad Saw, serta merasa bangga dengannya sebagaimana Allah swt menunjukkan
kebanggaan-Nya dengannya. Dalam Kitab Suci-Nya, Allah swt begitu membanggakannya
dengan berfirman, “Sungguh engkau memiliki budi pekerti yang begitu agung” (68: 4).
Cinta kepada Nabi Muhammad (Saw) dapat menjadi pembeda keimanan di antara kaum
beriman. Dalam sebuah hadis sahih riwayat al-Bukhârî dan Muslim, Nabi saw. pernah
bersabda, “Tak seorang pun di antara kamu beriman, sampai ia mencintaiku lebih dari ia
mencintai anak-anaknya, orang tuanya, dan semua orang.”
Dalam hadis al-Bukhârî lainnya, beliau bersabda, “Tak seorang pun di antara kamu
beriman sampai ia mencintaiku lebih dari ia mencintai dirinya sendiri.”
‘Umar ibn al-Khaththâb ra berkata,“Wahai Nabi saw, Aku sungguh mencintaimu melebihi
diriku sendiri.”
Kesempurnaan iman tergantung pada cinta kepada Rasulullah Saw., karena Allah swt dan
para malaikat-Nya terus-menerus menyatakan penghormatannya, sebagaimana begitu jelas
disebutkan dalam ayat berikut, “Allah swt dan para malaikat-Nya berselawat kepada Nabi
saw” (33:56).
Perintah Tuhan, “Wahai orang-orang beriman, berselawatlah kepadanya,” segera
menyusulnya, menambah jelas bahwa kualitas seorang mukmin sangat tergantung pada dan
dijelmakan dengan pembacaan selawat kepada Nabi Muhammad Saw.
Bukti Ke-dua : Rasulullah (saw) Menekankan Hari Senin sebagai Hari Beliau Dilahirkan,
Abû Qatâdah al-Anshârî meriwayatkan bahwa Nabi saw. pernah ditanya mengenai puasa di
hari Senin. Beliau kemudian menjawab, “Hari itu adalah hari saya dilahirkan dan hari saya
menerima wahyu.”
(1). Syekh Mutawallî al-Sya‘râwî menulis, “Banyak peristiwa luar biasa terjadi pada hari
kelahirannya sebagaimana disebutkan dalam hadis dan sejarah. Malam waktu Nabi saw
dilahirkan tidaklah seperti malam-malam kelahiran manusia lainnya.”
(2). Sedangkan menurut Ibn al-Hajj, “Adalah suatu keharusan bagi kita pada setiap hari Senin
bulan Rabiul Awal untuk meningkatkan ibadah kita sebagai ungkapan rasa syukur kepada
Allah swt atas karunia-Nya yang begitu besar yang telah diberikan kepada kita–yaitu
diutusnya Nabi saw. untuk membimbing kita kepada Islam dan kedamaian… Nabi saw.,
ketika menjawab seseorang yang bertanya kepada beliau mengenai puasa di hari Senin,
menyatakan, “Aku dilahirkan pada hari itu.” Oleh karena itu, hari tersebut memberikan
kehormatan bagi bulan itu, karena itu adalah harinya Nabi Saw.Dan beliau saw pun
mengatakan, “Aku junjungan (sayyid) bagi semua anak-cucu Adam as, dan aku
mengatakannya tanpa kesombongan” … dan beliau pun mengatakan,“Adam as dan siapa saja
keturunannya akan berada di bawah benderaku pada Hari Peradilan kelak.” Hadis-hadis ini
diriwayatkan olehal-Syaykhâni(al-Bukhârî dan Muslim). Muslim dalam Shahîh-nya
menyatakan bahwa Nabi saw. bersabda, “Pada hari itu, yaitu Senin, saya dilahirkan, dan pada
hari itu pula risalah pertama disampaikan kepadaku.”
(3). Rasulullah Saw. menaruh perhatian khusus pada hari kelahirannya dan bersyukur kepada
Allah swt, karena memberinya kehidupan, dengan berpuasa pada hari itu, sebagaimana
disebutkan dalam hadis Abû Qatâdah. Nabi saw. menyatakan kebahagiaannya akan hari
tersebut dengan berpuasa, yang merupakan sebentuk ibadah. Sebagaimana Nabi saw. telah
memberi perhatian khusus pada hari tersebut dengan berpuasa, maka ibadah dalam bentuk
apa saja untuk memberi perhatian khusus atas hari tersebut dapat pula dibenarkan.
(4). Meskipun bentuk ibadahnya berbeda, tetapi esensinya tetap sama. Oleh karena itu,
berpuasa, memberi makan fakir miskin, berkumpul untuk melantunkan pujian kepada Nabi
saw., atau berkumpul untuk mengingat perilaku dan budi pekerti baiknya, semuanya dapat
dipandang sebagai cara menaruh perhatian khusus pada hari tersebut.
Bukti Ke-tiga : Allah swt Berfirman, “Bergembiralah dengan Nabi Muhammad Saw”
Menyatakan kebahagiaan dengan kedatangan Nabi saw. adalah perintah Allah swt dalam
Alquran, sebagaimana firman-Nya, “Dengan karunia Allah swt dan rahmat-Nya, maka
hendaklah mereka bergembira” (10:58).
Perintah ini ada karena rasa senang dapat membuat hati merasa bersyukur atas rahmat
Allah swt. Rahmat Allah swt mana yang lebih besar ketimbang diri Nabi saw. sendiri. Allah
swt menyatakan, “Tiadalah Aku utus engkau kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam”
(21:107).
Karena Rasulullah Saw. diutus sebagai rahmat untuk seluruh umat manusia, maka merupakan
suatu keharusan, tidak saja atas muslimin tetapi juga semua umat manusia untuk merayakan
kehadirannya.
Sayangnya, masih ada sebagian muslim yang tampil menolak perintah Allah swt untuk
bersuka ria atas kelahiran Nabi-Nya. Nabi saw.
Bukti Ke-Empat :Memperingati Peristiwa-Peristiwa Besar dalam Sejarah Rasulullah Saw.
selalu membuat hubungan di antara peristiwa-peristiwa agama dan sejarah, sehingga bila tiba
suatu hari ketika terjadi suatu peristiwa penting, beliau mengingatkan para sahabat untuk
merayakan hari itu dan menegaskan keistimewaannya, meskipun peristiwa tersebut terjadi
pada masa yang sangat lampau. Dasarnya dapat ditemukan dalam hadis berikut. Tatkala Nabi
saw. sampai di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada Hari Asyura.
Beliau bertanya mengenai hari tersebut, dan beliau diberi tahu bahwa pada hari itu Allah swt
menyelamatkan Nabi mereka, yakni Musa as, dan menenggelamkan musuhnya. Karena itulah
mereka berpuasa pada hari tersebut untuk bersyukur kepada Allah swt atas karunia ini.
(5). Pada saat itu juga Nabi saw. menanggapinya dengan hadis yang terkenal, “Kita lebih
berhak atas Musa as daripada kalian,” dan beliau pun melakukan puasa pada hari itu dan hari
sebelumnya.
Bukti Ke-lima : Allah swt Berfirman, “Ber sholawatlah kepada Nabi saw” Peringatan atas
kelahiran Nabi saw. mendorong kita untuk ber sholawat kepada Nabi saw. dan
menyampaikan pujian atasnya, yang menjadi suatu keharusan berdasarkan ayat,
“Sesungguhnya Allah swt dan para malaikat-Nya berselawat kepada Nabi saw. Wahai orang-
orang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi saw dan ucapkanlah salam kepadanya dengan
sepenuh hati” (33:56).
Karena datang bersama-sama dan mengenang jasa-jasa Nabi saw. dapat membawa kita
untuk berselawat dan memujinya, maka ini selaras dengan perintah Allah swt. Siapakah yang
punya hak untuk mengingkari keharusan yang telah diperintahkan Allah swt kepada kita
melalui Alquran? Manfaat yang dibawa oleh ketaatan pada perintah Allah swt dan cahaya
yang dibawanya ke dalam hati tidaklah dapat diukur. Lebih jauh lagi, keharusan tersebut
dinyatakan dalam bentuk jamak, yaitu Allah swt dan para malaikat-Nya ber sholawat dan
mengucap salam kepada Nabi saw.—secara bersama-sama. Karena itu, sama sekali tidaklah
benar mengatakan bahwa membaca selawat dan salam kepada Nabi saw. tak boleh dilakukan
secara berkelompok, tetapi harus sendiri-sendiri.
Bukti Ke-Enam : Pengaruh Menyaksikan Peringatan Kelahiran Nabi terhadap Kaum Kafir,
Mengungkapkan kegembiraan dan memperingati hari kelahiran Rasulullah Saw., dengan
karunia dan rahmat Allah swt, dapat mendatangkan keberuntungkan bagi orang kafir
sekalipun.
(6). Imam al-Bukhârî menyatakan dalam hadisnya bahwa setiap hari Senin, Abû Lahab
dibebaskan dari siksaannya di alam kubur, karena ia telah memerdekakan budak
perempuannya, yaitu Tsuwaybah, pengasuh Nabi saw.
Beberapa ulama, di antaranya Ibn Katsîr dan Ibn Nâshir al-Dîn al-Dimasyqî, mengatakan
bahwa ini karena Abû Lahab sangat bergembira tatkala Tsuwaybah membawa kabar
kepadanya tentang kelahiran keponakannya itu. Meskipun demikian, agaknya pemerdekaan
ini terjadi pada saat Nabi saw sudah dewasa, yaitu pada saat hijrah ke Madinah.
(7). Tentang hal ini, Hafiz Syams al-Dîn Muhammad ibn Nâshir al-Dîn al-Dimasyqî menulis
bait syair berikut, “Bila ini, seorang kafir yang dikutuk untuk kekal di neraka dengan ucapan
‘celakalah kedua tangannya’ (Q. 111),
(8). Dikatakan menikmati masa tenang pada setiap hari Senin, karena ia bergembira dengan
(kelahiran) Ahmad saw, lantas bagaimana menurutmu seorang hamba yang, sepanjang
hidupnya, bergembira dengan Ahmad saw, dan meninggal seraya mengucap, ‘Ahad (Esa)’”
Bukti Ke-tujuh : Keharusan Mengetahui Sirah Nabi (saw) dan Meniru Perilakunya Kita
dituntut untuk mengetahui Nabi Muhammad Saw., baik kehidupannya, mukjizatnya,
kelahirannya, perilakunya, keimanannya, tanda-tanda (kenabian)-nya, khalwatnya, ataupun
ibadahnya. Tidakkah mengetahui hal-hal seperti ini merupakan keharusan bagi setiap
muslim? Apa lagi yang lebih baik dari merayakan dan memperingati kelahirannya, atau
sering juga disebut perayaan Maulid yang mewakili babak penting hidupnya, untuk dapat
memahami kehidupannya?
Memperingati kelahirannya akan mengingatkan kita tentang segala hal lain yang
berhubungan dengan kehidupannya, sehingga memungkinkan kita untuk mengenal perjalanan
hidup (sirah) Nabi saw. dengan lebih baik. Kita akan lebih siap untuk menjadikan Nabi saw.
sebagai panutan, memperbaiki diri kita, dan meniru kepribadian beliau. Itulah mengapa
perayaan hari kelahirannya merupakan suatu karunia besar bagi seluruh umat muslim.
Bukti Ke-delapan : Nabi (saw) Setuju dengan Syair Pujian Terhadapnya Sudah diketahui
benar bahwa pada masa Nabi saw., para penyair berdatangan ke hadapannya dengan berbagai
jenis karyanya yang berisi pujian terhadapnya. Mereka menulis dalam syair-syair tersebut
tentang perang dan panggilan jihadnya, juga tentang para sahabatnya. Ini dapat ditemukan
dalam berbagai syair yang dikutip dalam sirah Nabi saw. yang disusun oleh Ibn Hisyâm, al-
Wâqidî, dan yang lain.
Nabi saw. sangat senang dengan syair yang bagus, sebagaimana diriwayatkan al-Bukhârî
dan yang lain bahwa beliau bersabda, “Dalam syair itu ada hikmah (kata-kata bijak).”
(9). Paman Nabi saw., al-‘Abbâs, menggubah sebuah syair yang menyanjung kelahiran Nabi
saw, yang memuat bait-bait berikut: "Tatkala engkau dilahirkan, bumi bersinar terang, Dan
cakrawala benderang penuh cahayamu, Sehingga kami dapat tembus memandang, Segala
syukur kupanjatkan atas sinar terang, Cahaya dan jalan yang menunjuki itu."
(10). Ibn Katsîr menyebutkan fakta bahwa, menurut para sahabat, Nabi saw. memuji
namanya sendiri dan membacakan syair tentang dirinya di tengah-tengah Perang Hunain
untuk membangkitkan semangat para sahabatnya dan membuat takut musuh-musuhnya.
Pada hari itu beliau mengatakan: “Akulah Nabi saw! Ini bukan kebohongan. Aku anak
‘Abd al-Muthâlib.” Nabi Muhammad saw. merasa senang dengan orang-orang yang
menyampaikan pujian kepadanya, karena itu merupakan perintah Allah swt dan beliau pun
suka memberi mereka sesuatu yang Allah swt anugerahkan kepadanya. Allah swt sudah pasti
sangat menyenangi orang-orang yang berkumpul dan berusaha mengenali dan mencintai
Rasulullah saw. Menyanyi dan
Membacakan Syair Ada keterangan kuat bahwa Rasulullah saw. menyuruh ‘Â’isyah
membiarkan dua gadis menyanyi pada hari raya. Beliau berkata kepada Abû Bakr,
“Biarkanlah mereka menyanyi, karena setiap bangsa memiliki hari rayanya, dan hari ini
adalah hari raya kita.”
Ibn al-Qayyim berkomentar bahwa Nabi saw. juga mengizinkan menyanyi pada perayaan
perkawinan, dan membolehkan syair dibacakan kepadanya.
(11). Beliau mendengarkan Anas dan para sahabatnya yang memuji-mujinya dan
membacakan syair-syair sambil menggali tanah sebelum terjadinya Perang Khandak (Parit)
yang terkenal itu; beliau mendengarkan mereka yang mengatakan: “Kitalah orang-orang yang
memberikan baiat (sumpah setia) kepada Muhammad saw untuk berjihad sepanjang hayat.”
Ibn al-Qayyim juga menyebutkan bahwa ‘Abd Allâh ibn Rawâhah membacakan sebuah syair
panjang yang memuji-muji Nabi saw. tatkala beliau memasuki Mekah, yang setelah itu Nabi
saw. berdoa untuknya. Nabi saw. berdoa agar Allah swt memberi kekuatan kepada al-Hasan
ibn Tsâbit dengan ruh suci sehingga ia dapat mendukung Nabi saw. dengan syair-syairnya.
Demikian pula, Nabi saw. pernah menghadiahi Ka‘b ibn Zuhayr sebuah jubah karena
syair pujiannya. Nabi saw. pernah meminta al-Syarîd ibn Suwayd al-Tsaqafî untuk
membacakan sebuah syair pujian sepanjang seratus bait yang digubah oleh Umayyah ibn Abî
al-Salt.
(12). Ibn al-Qayyim melanjutkan, “‘Â’isyah selalu membacakan syair-syair yang memujinya
dan beliau pun merasa senang dengannya itu.” Umayyah ibn Abî al-Salt adalah seorang
penyair jahiliah yang meninggal sebelum Islam datang. Ia seorang saleh yang tidak lagi
minum khamar ataupun menyembah berhala.
(13). Bagian dari syair pujian yang mengiringi penguburan Nabi saw. yang dibacakan oleh al-
Hasan ibn Tsâbit, menyatakan:
"Aku katakan, dan tak seorang pun dapat menemukan cela dari ucapanku Kecuali orang yang
telah kehilangan segala akal sehatnya: Aku tidak akan pernah berhenti menyanjung dan
memujinya Karena dengan berbuat begitu, mungkin aku akan kekal di dalam surga Bersama
Sang Pilihan, yang dorongannya untuk itu aku harapkan. Dan untuk mencapai hari itu, segala
ikhtiarku kupertaruhkan."
II. Membaca Al-Quran dan Melagukannya
(14). Ibn al-Qayyim mengatakan dalam Madârij al-Sâlikîn, Allah swt telah membolehkan
Nabi-Nya saw. membaca Alquran dengan cara dilagukan. Abû Mûsâ al-Asy‘arî ra suatu kali
membaca Alquran dengan suara merdu, sementara Nabi saw mendengarkannya. Setelah ia
selesai, Nabi saw. mengucapkan selamat kepadanya atas bacaannya dengan suara merdu dan
berkata: “Engkau memiliki suara yang indah.” Beliau pun menyatakan tentang Abû Mûsâ al-
Asy‘arî bahwa Allah swt telah memberinya satu dari mizmar(seruling) Dâwud.
Kemudian Abû Mûsâ ra berkata: “Ya Rasulullah saw, kalau saja aku tahu bahwa engkau
mendengarkanku, aku pasti akan membacakannya dengan suara yang jauh lebih merdu dan
lebih indah yang belum pernah engkau dengar sebelumnya.”
Ibn al-Qayyim juga meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Hiasilah Alquran dengan
suara-suaramu,” dan “Barang siapa tidak melagukan Alquran bukanlah dari golongan kita.”
Ibn al-Qayyim kemudian mengomentari: Mendapatkan kesenangan dengan suara indah
adalah diperbolehkan, sebagaimana mendapat kesenangan dengan pemandangan yang indah,
seperti gunung atau alam, atau dari wewangian, atau makanan lezat, selama sesuai dengan
syariah.
Apabila mendengarkan suara yang indah diharamkan, maka mencari kesenangan dengan
semua hal-hal lainnya pun diharamkan juga. Nabi (saw) Membolehkan Bermain Gendang
Bila dengan Niat Baik
(15). Ibn‘Abbâd, seorang ahli hadis, memberikan fatwa berikut dalam Rasâ’il-nya. Ia
memulai dengan sebuah hadis, Seorang gadis datang kepada Nabi saw. ketika beliau baru
pulang dari salah satu peperangan.
Gadis itu berkata: “Ya Rasulullah saw, saya telah bersumpah kepada Allah swt bahwa
bila Allah swt mengirim engkau kembali dalam keadaan selamat, saya akan memainkan
gendang ini di dekatmu.” Nabi saw. kemudian berkata: “Tunaikanlah sumpahmu itu.”
Ibn‘Abbâd kemudian melanjutkan: Tidak syak lagi bahwa menabuh gendang merupakan
sejenis hiburan, meskipun demikian Nabi saw. menyuruh gadis tersebut untuk menunaikan
sumpahnya. Beliau melakukannya karena niatnya adalah untuk menyambut beliau karena
telah pulang dengan selamat, dan niatnya itu suatu niat baik, bukan niat melakukan dosa atau
membuang waktu. Karena itu, bila ada orang yang merayakan saat-saat kelahiran Nabi saw.
dengan cara yang baik dan dengan niat yang baik seperti dengan membaca sirah Nabi dan
menyampaikan puji-pujian kepadanya, maka itu diperbolehkan.
Bukti Ke-sembilan : Nabi (saw) Menaruh Perhatian Khusus pada Kelahiran Para Nabi
Nabi saw. dalam hadisnya memberikan perhatian khusus pada hari dan tempat kelahiran
nabi-nabi terdahulu.
Sehubungan dengan keistimewaan Jumat sebagai hari besar, Nabi (saw) mengatakan,
“Pada hari tersebut (yaitu Jumat), Allah swt menciptakan Adam as.” Dengan demikian, hari
Jumat diberi penekanan karena Allah swt menciptakan Adam as pada hari tersebut.
Hari tersebut diberi perhatian khusus karena hari tersebut menyaksikan penciptaan seorang
nabi dan bapak semua umat manusia. Bagaimana halnya dengan hari ketika seorang nabi
teragung dan manusia terbaik diciptakan?
Nabi saw. bersabda: “Sungguh Allah swt telah menciptakanku sebagai Penutup para Nabi
(khatam al-nabiyyîn) sementara Adam as di antara air dan tanah.”
(16). Mengapa Imam al-Bukhârî Memberi Perhatian Khusus pada Kematian di Hari Senin
Imam al-Qasthallânî, dalam komentarnya atas al-Bukhârî, mengatakan: Dalam bagian “al-
Jana’aiz (Jenazah)”, al- Bukhârî menamai satu bab utuh “Mati pada Hari Senin”. Di
dalamnya ada sebuah hadis dari ‘Â’isyah as yang meriwayatkan pertanyaan dari ayahnya
(Abû Bakr al-Shiddîq ra),
“Pada hari apakah Nabi saw. wafat?” Ia menjawab: “Hari Senin.” Beliau bertanya: “Hari apa
sekarang?” Ia menjawab: “Ayah, sekarang hari Senin.”
Abû Bakr ra pun kemudian mengangkat tangannya dan berkata: “Ya Allah swt aku
memohon kepadamu biarkanlah aku meninggal pada hari Senin agar bersamaan dengan hari
wafatnya Nabi saw.”
Imam al-Qasthallânî melanjutkan: Mengapa Abû Bakr ra memohon agar kematiannya
terjadi pada hari Senin? Karena dengan begitu, kematiannya akan bersamaan hari dengan hari
wafatnya Nabi saw., maksudnya untuk mendapatkan barakah dari hari tersebut …
Apakah ada orang yang akan mencela permohonan Abû Bakr ra untuk meninggal pada
hari tersebut untuk mendapatkan barakah? Pada masa sekarang, mengapa ada orang-orang
yang mencela kegiatan merayakan dan memberi perhatian khusus pada hari kelahiran Nabi
saw. dengan maksud memperoleh keberkahan?
(17). Nabi (saw) Memberi Perhatian pada Tempat Kelahiran Para Nabi
Sebuah hadis yang dianggap sahih oleh Hafiz al-Haytsamî menyatakan bahwa, pada malam
Isra Mikraj, Nabi saw. disuruh oleh Jibril as untuk shalat dua rakaat di Bayt Lahm
(Bethlehem). Jibril as bertanya kepadanya, “Tahukah engkau di manakah engkau melakukan
salat?
” Ketika Nabi saw. bertanya kepadanya “Di mana?” Ia memberi tahu beliau, “Engkau shalat
di tempat Isa dilahirkan.”
Bukti Ke-sepuluh : Ijmak Ulama tentang Peringatan Maulid Nabi (saw)
Memperingati hari kelahiran Nabi (saw) merupakan suatu tindakan yang telah dan
masih disepakati oleh para ulama di dunia Islam. Untuk alasan inilah, hari tersebut dijadikan
sebagai hari libur di semua negara muslim.
(18). Allah swt tentu meridhainya karena selaras dengan perkataan Ibn Mas‘ûd, “Apa saja
yang dipandang baik oleh mayoritas muslimin, itu baik di sisi Allah swt; dan apa saja yang
dipandang buruk oleh mayoritas muslimin, itu buruk di sisi Allah swt.”
III. Maulid dan Ziarah ke Makam Nabi saw
Mawlana Syekh Hisyam Kabbani qs.
َ ‫اَللَّهُ َّم‬
ِ َ‫ص ِِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعل‬
‫ َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬.‫ىآل‬
Maha Suci Engkau ya Allah! Belum sempat kami Memuji-Mu , Sebagaimana Layaknya
Engkau dipuji , Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Terpuji !
Maha Suci Engkau ya Allah , Betapa Kami Lalai Mengingat-Mu ya Allah, Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengingat!
Maha Suci Engkau ya Allah , Kami Kerap Lalai Mensyukuri Nikmat-Mu , Dan Tiada
Tempat Kami Bersyukur Kecuali Kepada-Mu Ya Allah!
Maha Suci Engkau Ya Allah! Sesungguhnya , Tiada Daya Bagi Kami Untuk Menjangkau
Dalam Memuja-Mu sebagaimana layaknya Engkau di puji!
Maha suci Engkau Ya Allah,dan aku memuji-MU dan aku bersaksi bahwa tiada Allah
melainkan Engkau, aku memohon ampun dan bertaubat kepada-MU...Aamiin ya
Rabbal'alamiin

Anda mungkin juga menyukai