100-105
LAPORAN KASUS
Susi Sembiring
ABSTRACT
ABSTRAK
Korespondensi: Susi Ileus obstruksi merupakan kasus gawat darurat yang sering terjadi,
Sembiring, penyebab tersering adalah hernia, keganasan usus, adhesi usus,
email: intususepsi dan volvulus. Ileus obstruksi menyebabkan dehidrasi,
susi_sembiring@yahoo.com gangguan elektrolit, distensi abdomen, muntah menetap, aspirasi hingga
sepsis dan kematian. Penanganan perioperative yang baik memberikan
hasil yang baik, dimulai dari diagnosa penanganan dehidrasi,
Diterima: dekompresi lambung dan persiapan operasi untuk mengatasi sumbatan
Direvisi: usus tersebut, tindakan pembiusan pada kasus ileus obstruksi
Disetujui: menimbulkan permasalahan aspirasi, hal ini dapat diatasi dengan baik
menggunakan teknnik RSI ( Rapid Sequence Intubation ). Kami
melaporkan kasus seorang wanita usia 51 tahun dengan keluhan perut
membesar, tidak dapat buang air besar selama 1 minggu disertai
muntah, pasien didiagnosa dengan ileus obstruksi, yang memerlukan
pembiusan umum untuk operasi laparotomi segera. Pembiusan
menggunakan teknik RSI memberikan hasil yang baik pada pasien ini.
100
Nommensen Journal of Medicine. November 2017, 3(2), hal. 100-105
101
Nommensen Journal of Medicine. November 2017, 3(2), hal. 100-105
kardinal gejala ileus obstruktif : nyeri abdomen, Takipnoe bisa disebabkan oleh nyeri, anxietas
muntah, distensi, kegagalan buang air besar atau atau pireksia. Periksa saturasi oksigen dan
gas. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus awasi RR secara regular. Circulation – Pantau
yang meningkat sebagai usaha kompensasi. nadi, tekanan darah, T/V yang cukup atau tidak,
Perubahan patofisiologi utama pada dan capillary refill time. Periksa akral untuk
ileus obstruktif adalah lumen usus yang perfusi perifer. Tentukan derajat dehidrasi.
tersumbat secara progresif akan teregang oleh Pasang iv kanule Disability – Menilai status
cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) mental pasien6.
akibat peningkatan tekanan intralumen,yang Tujuan utama dari terapi preoperative
menurunkan penyerapan air dan natrium dari adalah untuk mengoptimalisasi kondisi pasien
lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna Resusitasi awal yang efektif meningkatkan
setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat delivery oksigen ke jaringan dan mengurangkan
mengakibatkan penimbunan intralumen dengan mortalitas pasien. Masalah-masalah yang sering
cepat. Muntah dan gangguan penyerapan usus dialami pada operasi laparotomi darurat: 1)
merupakan sumber utama kehilangan cairan Kardiovaskular : hipovolemia, dehidrasi, sepsis
dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini dan syok septic. 2) Respiratorik : hipoksia,
adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang takipnoe, atelektasis. 3) Kelainan darah :
mengakibatkan syok—hipotensi, pengurangan anemia, koagulopati. 4) Renal : oliguri atau
curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan anuria akibat gagal ginjal akut. 5) CNS :
asidosis metabolik, bakteremia dan sepsis3. penurunan kesadaran, anxietas, nyeri. 6)
Beberapa tanda radiologik yang khas Gastrointestinal : lambung penuh, distensi
untuk ileus obstruktif adalah: Pengumpulan gas abdominal, perforasi atau obstruksi usus. 7)
dalam lumen usus yang melebar, penebalan Metabolik : pireksia, asidosis, hipotermia,
valvulae coniventes yang memberi gambaran gangguan elektrolit, hipoglikemik7.
fish bone appearance, pengumpulan cairan Hal penting dalam manajemen jalan
dengan gambaran khas air-fluid level. Pada napas : 1) Hipoksia pada pasien ileus obstruksi
obstruksi yang cukup lama, beberapa air fluid pada umumnya disebabkan oleh status sirkulasi
level memberikan gambaran huruf U terbalik 5. yang buruk. Pulse oxymetri dan analisis gas
Pasien-pasien dengan ileus obstruksi darah arterial harus didapatkan secara dini.
umumnya datang dengan rasa nyeri yang hebat Oksigen supplemental harus diberikan, dan
dan memerlukan penanganan yang segera. Oleh intervensi jalan napas definitif chin lift dengan
itu, evaluasi terhadap keadaan umum pasien jaw thrust, pembersihan orofaring dan
dan pertolongan pertama untuk menyamankan pemasangan jalan napas oral atau nasal. 2)
pasien sebaik mungkin. Dari aspek anestesi Resiko aspirasi : Pasang NGT ukuran besar no
pasien ditentukan mengikut ASA. Tujuan utama 16 atau sesuai ukuran pasien.
anestesi pada kasus ileus obstruksi adalah Penentuan derajat dehidrasi dan
untuk mengurangi rasa nyeri dan memberikan resusitasi cairan terdiri dari replacement dan
sedasi yang optimal untuk bedah laparatomi maintenance ( 2cc/kgbb/jam ), dehidrasi
yang bakal dijalankan. Selain itu, ahli anestesi ringan (3-5%), sedang (6-8%) : rehidrasi
juga berperan memperbaiki dehidrasi dan lain- lambat untuk 8 jam pertama ½ deficit cairan +
lain kelainan hemodinamik yang dijumpai pada maintenance, dilanjutkan 16 jam kedua ½
pasien5. deficit cairan + maintenance, dehidrasi berat
Pemeriksaan awal pada pasien ileus (-10%) : rehidrasi cepat = 20-40cc/kgBB/1/2-
obstruksi meliputi ABCD yaitu: Airway : Pastikan 1jam , deficit cairan = 10% x BB (g) , kemudian
jalan nafas bebas dengan menilai, 1 buka mulut dilalukan evaluasi hemodinamik dengan
3 jari, jarak hiomental 3 jari dari dasar memantau tekanan darah, nadi dan urine output
mandibular , jarak tirohioid 2 jari diantara sekiranya buruk diulangi lagi rehidrasi cepat
kartilago tiroid dan hyoid. 2 menilai ukuran dan sekiranya baik yaitu Tensi ≥100 mmHg ,
lidah dan rongga oral ( mallampati) yang dibagi Nadi<100x/i , urine ≥1/2cc/kgBB/jam,
4 kelas yaitu, kelas 1 : terlihat palatum durum, dilanjutkan rehidrasi lambat untuk 8 jam
palatum mole, seluruh tonsil dan uvula. Kelas 2 : pertama ½ deficit cairan + maintenance,
terlihat palatum mo;e, palatum durum, bagian dilanjutkan rehidrasi lambat untuk 16 jam
atas tonsil dan uvula, kelas 3 : palatum durum, kedua ½ deficit cairan + maintenance7. Pada
palatum mole dan dasar uvula terlihat, kelas 4: kasus didapakan dehidrasi sedang 6% dengan
adanya tingkat kesulitan jalan nafas, sehingga berat badan 40 kg, didapatkan dehidrasi
intubasi sulit.Lalu pasang selang oksigen 2-4 seebesar 2400 cc, kebutuhan cairan harian 1900
l/i). Breathing – RR yang meningkat adalah cc/24 jam. rehidrasi 8 jam pertama 2150 cc RL,
tanda awal dari acidosis maupun hipoksia. dan 2150 cc untuk rehidrasi 16 jam ke 2.
102
Nommensen Journal of Medicine. November 2017, 3(2), hal. 100-105
Teknik yang biasanya digunakan pada mulai di intubasi. Penekanan pada cricoid
pasien dengan risiko yang mengalami aspirasi (Sellick’s Manuver) dipertahankan sampai cuff
lambung dan risiko terjadinya intubasi sulit tube endotracheal sudah dikembangkan dan
yaitu dengan Rapid Sequence Induction (RSI). posisi tube sudah pasti dengan dilakukan
Reflek jalan nafas yang ditumpulkan dengan pengecekan auskultasi suara pernafasan yang
pemberian obat anestesia, pada pasien lambung dimulai dari paru kanan , kiri dan daerah
penuh sangat berisiko mangalami aspirasi lambung8.
lambung (asam atau makanan yang belum Pada kasus ini pasien dipasang NGT no
tercerna) akan menghasilkan morbiditas dan 16 untuk dekompresi cairan lambung,
mortalitas,6,7. pemasangan EKG dan Pulse oksimeter untuk
Teknik melakukan RSI berbeda dari menilai oksigen jaringan, setelah “Preparation”
induksi yang rutin dilakukan, yaitu : 1) Pasien berupa laringoskop, ETT no 7, infus lancar, obat
diposisikan dengan Sniffing Position pada premedikasi Midazolam 2.5 mg, Ketamin 40 mg
pasien tanpa penyulit, dilakukan preoksigenasi dan Rocuronium 50 mg disiapkan dalam spuit,
sebelum induksi. Dengan 4 kali tarikan nafas dilanjutan “Pre-Oxygeneation“ dengan O2
maksimal dari oksigen sudah cukup untuk sungkup selama 3 menit, dilanjutkan injeksi
denitrogenasi paru normal. Pasien dengan bolus Ketamin 40 mg iv dan disambung
penyakit paru memerlukan 3-5 menit langsung Rocuronium 50 mg iv, setalah pasien
preoksigenasi, 2) Prekurarisasi dengan obat sleep apneu dilakukan intubasi dengan ETT no 7
pelumpuh otot non depolarisasi mungkin dengan bantuan sllick’smanuver. untuk
mencegah peningkatan tekanan intraabdomen maintenan selama operasi menggunakan N2O
yang berhubungan dengan fasikulasi yang 50% dengan Volatile Anestesi Sefoflurane 0.5-
disebabkan oleh suksinilkolin. Jika rocuronium 0.8%.
dipilih untuk relaksasi, dosis kecil (1 mg/kgbb) Ketika ahli anestesi yakin dengan jalan
diberikan 2-3 menit sebelum induksi mungkin nafas yang sudah dikuasai, kemudian akan
mempercepat onset dari aksi, 3) Blade yang dilanjutkan dengan pemberian agent : fentanyl,
besar ukuran no 3 dan 4 dengan tube depolarising, volatile agent (sevoflurane) untuk
endotracheal no 6,5 ,7,0 dan 7,5 disiapkan maintanance anesthesia. Non depolarisasi
sebelumnya. Sebaiknya dimulai dengan sekarang dapat ditambahkan untuk menjaga
memakai stilet 4) Asisten melakukan selama relaksasi otot. Jika pembedahan sudah
penekanan ringan diatas kartilago krikoid sesaat selesai, semua agen anestesia diturunkan dan
setelah induksi (Sellick’s Manuver). Karena kemudian dimatikan, oksigen 100 % diberikan,
kartilago krikoid terbentuk cincin yang tidak neuromuskular blok dekembalikan, dan pasien
putus dan tidak kempes, tekanan diatas di bangunkan dari anestesia. Permulaan risiko
menekan jaringan dibawahnya. Oesophagus lalu terjadinya regurgitasi isi lambung sangat besar,
kolaps, dan secara pasif regurgitasi cairan jalan nafas dibersihkan secara hati-hati dengan
lambung tidak dapat mencapai hipofaring, 5) menggunakan suction, dan ET tetap ditinggalkan
Tidak ada pemberian tes dosis dari tiopental. sebelum pasien sadar penuh.
Dosis induksi diberikan secara bolus. Penggunaan relaksan otot tergantung
Seharusnya dosis ini dimodifikasi bila ada pada kondisi klinis pasien. Suksinilkolin
indikasi bahwa sistem kardiovaskular pasien merupakan pilihan yang jelas karena onset
tidak stabil. Agen RSI lain dapat menggantikan aksinya yang cepat namun harus dihindari pada
thiopental.(seperti propofol, ketamin), pasien dengan luka bakar atau cedera medulla
Pemilihan agen hipnotik untuk intubasi spinalis lebih dari 24 jam dari cedera karena
didasarkan pada status hemodinamik pasien. potensi terjadinya respon hiperkalemia massif.
Propofol atau thiopental dapat diterima pada Rocuronium (1-1,5 mg/kg) memberikan kondisi
pasien euvolemik dimana depresi myokardial intubasi pada 60-90 detik dan dapat diberikan
dan vasodilatasi bisanya dapat ditoleransi jika suksinilkolin dikontraindikasikan. 9,10
dengan baik. Etomidate dan ketamin lebih Setelah pasien memasuki ruang operasi,
disukai pada pasien dengan hipovolemia sedang monitor harus dipasang untuk mengevaluasi
dan berat. 6) Suksinilkolin (1,5 mg/kgbb) atau pasien selama operasi. Anestesi umum biasanya
recuronium (0,9 -1,2 mg/kgbb) dapat diberikan merupakan teknik yang dipilih. Tujuan dari
segera setelah tiopenthal, walaupun pasien anestesi umum adalah pemeliharaan yang
belum hilang kesadarannya, 7) Pasien tidak adekuat dari ventilasi dan oksigenasi, stabilitas
dilakukan ventilasi secara artifisisal, untuk kardiovaskuler, kontrol hipertensi intracranial,
menghindari pengisian udara perut dimana hal normalisasi asam-basa/ elektrolit dan
ini dapat meningkatkan risiko emesis. Setelah pencegahan untuk terjadinya hipotermia dan
refleks spontan pasien berhenti atau respon koagulopati.
otot terhadap rangsang hilang, pasien segera
103
Nommensen Journal of Medicine. November 2017, 3(2), hal. 100-105
104
Nommensen Journal of Medicine. November 2017, 3(2), hal. 100-105
105