Anda di halaman 1dari 4

6

R O N A K R I T I K ( S E T T I N G F O R C R I T I C S M)

Rona atau situasi d imana kritik biasanya berlangsung. Secara garis besar dapat diidentifikasi dalam
beberapa kondisi, antara lain : Self (diri), Authority (yang berwenang), Expert (pakar), Peer (kelompok) dan
Layman (orang awam).
1. K R I T I K D I R I ( S E L F C R I T I C I S M )
• Kritik diri merupakan situasi dimana perancang atau pembuat keputusan mengkritisi dirinya
sendiri dalam proses perancangan. Kritik model ini memusatkan perhatian pada pengkayaan
pikiran diri. Dengan ini diharapkan kritikus dapat lebih banyak mempelajari dan mengembangkan
berbagai fenomena yang muncul dalam situasi dan hukum-hukum perancangan.
• Kritik diri merupakan kerja yang otoritasnya merupakan komposisi dari beberapa kegiatan :
a. Pengayaan/Penyaringan ( Labour of Shifting )
b. Penggabungan ( Labour of Combining )
c. Penyusunan ( Labour of Constructing )
d. Penghapusan ( Labour of Expunging )
e. Pembetulan ( Labour of Correcting )
f. Pengujian ( Labour of Testing )
• Seorang artis dalam pekerjaan keseniannya ia tidak cukup sekadar menjadi dirinya. Dia harus
berfungsi dan bertindak sebagai dua orang setiap saat dan dalam berbagai cara. Satu sisi ia berlaku
sebagai penghayal (imaginer) dan pembuat (producer) tetapi pada sisi lain ia juga kritikus (Shan,
1957)
• Setidaknya ada lima suara (bisikan) yang secara psikologis menyertai diri ketika dihadapkan dalam
usaha memecahkan proses perancangan, yaitu :
a. Suara Keharusan ( The Should Voices )
- Ada dua suara keharusan (should voice) yang mencoba meyakinkan diri untuk melakukan ini
atau itu.
- Suara yang berwenang (authority voices) mengatakan pada diri bahwa diri naïf dan tidak
kompeten dan menyatakan bahwa diri harus lebih baik lagi;

K r it i k A r s i t e k t u r - 35
- Suara umum (peer voice) mengatakan bahwa kita professional dan harus
mempertanggungjawabkannya. Secara psikologis should (keharusan akan) dalam suara
bisikan ini telah menjadi “obsesi neurotic”. Semua ini berkecamuk di sekeliling diri selama
berlangsungnya proses berkarya. Rujukan dari suara keharusan mengacu pada prinsip-
prinsip moral tertentu yang harus dipertimbangkan dalam diri.
b. Suara Ketakutan ( The fear voices )
Ada dua suara ketakutan :
- Ketakutan pada Kegagalan ( Fear of Failure )
Adakalanya ketika kritik telah kita lontarkan tiba-tiba diri merasa bahwa diri tidak mampu
bertindak semuanya. Apa yang dilakukan terasa salah dan akan gagal. Diri ditempatkan
sedemikian rupa dalam kebenaran yang lain yang lebih terpercaya. Ketakutan pada kegagalan
menyeruak ketika diri dapat mengantisipasi suara petuah dan suara umum dan juga tahu
bahwa mereka benar. Yah..karya diri tidak terlalu baik atau…diri harus menghentikannya.
- Ketakutan pada Kesuksesan ( Fear of Success )
Jika diri sukses dalam tugas, maka sukses akan membawa tanggungjawab baru, standard
yang lebih tinggi dan tuntutan performa yang lebih baik lagi ke depan.
c. Suara peringatan ( The Cautionary voice )
Suara peringatan mengklain lebih mengetahui diri dari pada diri saya sendiri. Suara-suara itu
ditemukan dalam serapan pengalaman dan kemampuan internal.

2. K R I T I K Y A N G B E R W E N A N G ( T H E A U T H O R I T A T I V E S E T T I N G)
• Sumber kritik otoritas adalah kekuatan yang melekat dalam posisi social. Hubungan secara hirarkis
individu dengan pembuat keputusan dan penentu kebijakan.
• Dalam kasus yang sama adalah dasar-dasar kritik yang berlangsung dalam situasi pendidikan studio
perancangan. Sekalipun dalam banyak model pendidikan sebagaimana di Beaux Art Guru dipandang
sebagai partner dalam proses pembelajaran. Ada juga dalam model pendidikan kontemporer yang
masih memandang guru secara structural memiliki kepekaan untuk menyukai individu tertentu
sebagai sebuah figure yang semi otoriter.
• Terdapat beberapa kesulitan dalam kritik yang dilontarkan oleh pihak-pihak yang memiliki otoritas
(John Wade, 1976):
a. Peran juri yang berlaku sebagai pihak yang memiliki otoritas menghakimi tetapi juga memiliki
kekauasaan instruksional.
b. Adanya fleksibelitas dalam menetapkan nilai kritik yang dilancarkan- dimana kritikus merespon
pada fakta projek yang sedang dipresentasikan.

K r it i k A r s i t e k t u r - 36
c. Keputusan dipengaruhi oleh situasi yang beragam yang dihadapi masing-masing pendidikan,
keputusan yang dilakukan secara acak terinspirasi dari solusi yang datang berdasarkan pengaruh
jaman.
d. Tidak ada kualitas nilai yang secara eksplisit tertuang dalam setiap keputusan.

3. K R I T I K PAKAR (EXPERT CRITICISM)


• Kritik pakar dipandang tidak memiliki kekuatan yang spesifik melampaui apa yang dikritiknya.
Dampaknya sangat bergantung pada kesan-kesan yang lain yang berkait dengan pengetahuan secara
khusus dan kemampuan internalnya.
• Kritik biasanya berupa tulisan popular yang dimuat di media massa. Pakar dalam hal ini biasanya
adalah orang-orang jurnalis yang memiliki kepekaan untuk membuat paparan dan pengumpulan
fakta-fakta.
• Melalui berbagai perangkat pengalamannya mereka mendemonstrasikan kemampuan pemahamannya
tentang isu-isu yang berkaitan dengan desain lingkungan.
• Dua bentuk kritik pakar : Kolom umum dan Berita palsu. Kolom umum biasanya berupa tulisan yang
dikarakteristikkan sebagai berita pembentuk opini yang memiliki tendensi pengajuan karakteristik
tertentu yang diinginkan. Berita Palsu, menyajikan samaran dari sebuah berita dan upaya advertensi
(pengiklanan).
• Adakalanya kritikus pakar juga menuai kritik antara lain, sebagaimana ditulis oleh Ada Louise
Huxtable :
Yang terhormat Tuan Kritikus : Artikel anda tentang arsitektur sungguh mengindikasikan
bahwa anda kurang memiliki kepekaan rasa. Arsitektur terlalu penting untuk dibiarkan kepada
para kritikus arsitektur.

4. K R I T I K K E L O M P O K ( P E E R C R I T I C I S M )
Kebanyakan lingkungan masyarakat dan institusi tertentu dalam kritik kelompok (peer criticism)
tentang arsitektur adalah juri penghargaan desain. Dalam hal ini arsitek professional mengevaluasi dan
memberikan pengetahuan khusus tentang desain yang dibawa oleh para professional.
Institusi lain dalam kritik kelompok adalah buku atau artikel yang ditulis oleh para arsitek tentang
arsitek-arsitek lain.
Beberapa kriteria kualitas yang biasanya menjadi poin-poin evaluasi dalam kritik kelompok :
a. Bangunan harus memiliki konsep
b. Bangunan harus mencerminkan keteraturan struktur
c. Bangunan harus menghargai dan respek terhadap lingkungan

K r it i k A r s i t e k t u r - 37
d. Ruang harus peka terhadap emosi lingkungan
e. Sangat disarankan untuk menggunakan teknologi yang dipersyaratkan
f. Bangunan harus memiliki makna dan ruang yang selalu bisa diingat…..dll.

5. K R I T I K A W A M ( L A Y M A N C R I T I C I S M )
• Awam lebih diarahkan pada pengguna lingkungan fisik yang :
a. Tidak menyadari bahwa lingkungan fisik diciptakan
b. Tidak secara khusus dilatih sebagai desainer dan kritikus.
• Beberapa kategori dasar respon awam dalam memandang arsitektur :
a. Perhatian terhadap Lingkungan
b. Perilaku terhadap lingkungan antara desain dan kebutuhan kondisi lingkungan yang diinginkan
c. Modifikasi terhadap lingkungan :
- Yang tidak disadari
- Yang disadari (improvement/perbaikan).
- Yang disadari (destruksi/penghancuran)

K r it i k A r s i t e k t u r - 38

Anda mungkin juga menyukai