Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ANGGITA CAHYANI

NIM : 1910611079
KELAS : HUKUM ACARA PIDANA – C

1. Ada dua jenis putusan Pengadilan dalam memutus suatu perkara pidana yaitu
putusan Formil dan Materiil. Sebutkan, jelaskan dan berikan contohnya.
Putusan pengadilan terbagi menjadi dua, yakni putusan yang bersifat formil dan
putusan yang bersifat materiil. Dalam hal putusan bersifat formiil, hakim memutuskan hal-hal
di luar pokok perkara atau putusan pengadilan selain dari putusan akhir. Putusan ini dapat
berisi sebagai berikut:
- Mengenai dakwaan Penuntut Umum yang tidak jelas, cermat, dan lengkap (Pasal 143
Ayat (3) KUHAP). Contohnya ialah kesalahan Penuntut Umum dalam Menyusun
dakwaan, seperti tidak dilengkapinya locus atau tempus delicti.
- Mengenai kewenangan pengadilan dalam memeriksa perkara (Pasal 148 Ayat (1)
KUHAP). Contohnya ialah perkara terkait militer salah diajukan ke perkara pidana
umum, seharusnya perkara tersebut diajukan pada ranah lembaga peradilan militer.
- Mengenai dakwaan tidak dapat diterima / niet ontvankelijk verklaard (Pasal 156 Ayat
(1) KUHAP). Contohnya ialah hal-hal yang berkaitan pada daluarsa perkara, perkara
nebis in idem, atau persyaratan aduan.
- Putusan untuk penundaan pemeriksaan karena terdapat perselisihan kewenangan /
prejudisiel. Contohnya ialah perkara yang diperiksa menunggu putusan dari hakim
lainnya, seperti dalam hal perzinahan.
Putusan Materiil adalah putusan yang memuat hasil dari pokok perkara yakni
merupakan putusan akhir. Dalam memberikan putusan akhir, terdapat 3 macam jenis putusan,
yakni:
- Putusan Bebas / Vrijspraak
Terdakwa dinyatakan bebas dari dakwaan, dimana alat bukti tidak membuktikan
kesalahan Terdakwa. Hal ini bisa dikarenakan kurangnya alat bukti, dimana setidak-
tidaknya 2 alat bukti dan keyakinan hakim. Menurut Pasal 67 KUHAP, Jaksa tidak
dapat mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi.
- Putusan Lepas dari Segala Tuntutan / Ontslag van alle Rechtsvervolging
Terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang dituduhkan, namun ia memiliki alasan
pembenar menurut KUHAP seperti Pasal 48 mengenai overmacht, Pasal 49 (1)
mengenai noodweer, Pasal 50 mengenai menjalankan perintah undang-undang, dan
Pasal 51 (1) mengenai menjalankan perintah jabatan atau alasan pemaaf dalam
KUHAP Pasal 44 mengenai ketidakmampuan bertanggungjawab, Pasal 49 (2)
mengenai pembelaan terpaksa yang melampaui batas, dan Pasal 51 (2) mengenai
menjalankan perintah jabatan tanpa wewenang. Jika perlu, Jaksa dapat melakukan
banding.
- Putusan Pemidanaan
Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan kesalahan tindak
pidana. Sehingga Terdakwa harus dijatuhi hukuman pidana, kemudian, dilakukan
tahapan eksekusi atas putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap /
in kracht.

2. Di dalam UU KPK No. 19 Tahun 2019, ada perbedaan yang sangat mendasar
dengan UU KPK sebelumnya. Sebutkan dan jelaskan apa perbedaan yang sangat
mendasar tersebut.
Perubahan UU KPK ini meliputi poin-poin sebagai berikut:
- Kedudukan KPK pada rumpun eksekutif
- Pembentukan Dewan Pengawas
- Pelaksanaan fungsi Penyadapan
- Mekanisme SP3 oleh KPK
- Koordinasi kelembagaan dengan penegak hukum lainnya
- Mekanisme penggeledahan dan penyitaan
- Sistem kepegawaian KPK
Perbedaan yang sangat mendasar terdapat pada sifat dari pada lembaga KPK itu
sendiri. Dalam undang-undang sebelumnya, dikatakan bahwa KPK merupakan lembaga
independent yang bebas dari pengaruh kekuasaan apapun. Setelah dilakukan perubahan, KPK
menjadi sebuah lembaga negara dalam rumpun eksekutif, dimana akan memberikan beberapa
ekef domino dalam KPK itu sendiri. Diantara lain ialah beralihstatusnya pegawai KPK yang
saat ini menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), sehingga para pegawai KPK harus tunduk
pada Undang-Undang No. 5 tentang Aparatur Sipil Negara. Kemudia, efek lainnya adalah
pembentukan Dewan Pengawas yang terdiri atas 5 orang, sehingga sebelum KPK melakukan
penyadapan terlebih dahulu harus mendapatkan izin tertulis dari Dewan Pengawas.
3. Di dalam KUHAP ada hak seseorang untuk memohon Rehabilitasi, jelaskan apa
dimaksud dengan Rehabilitasi dan untuk apa tujuannya?
Rehabilitasi dalam Pasal 1 angka 23 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) disebutkan, “Rehabilitasi adalah hak seseorang untuk mendapat pemulihan
haknya dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada
tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun
diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai
orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang undang ini”.
Lebih lanjut dalam Pasal 97 KUHAP disebutkan mengenai ketentuan rehabilitasi yang
terdiri atas, “1. Seorang berhak memperoleh rehabilitasi apabila oleh pengadilan diputus
bebas atau diputus lepas dari segala tuntutan hukum yang putusannya telah mempunyai
kekuatan hukum tetap; 2. Rehabilitasi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam
putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1); 3. Permintaan rehabilitasi oleh
tersangka atas penangkapan atau penahanan tanpa alasan yang berdasarkan undang-
undang atau kekeliruan mengenai orang atau hukum yang diterapkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan negeri
diputus oleh hakim praperadilan yang dimaksud dalam Pasal 77”.
Tujuan dari rehabilitasi ialah pemulihan hak-hak seseorang yang karena sebuah
kekeliruan ditangkap/ditahan/dituntut/diadili, agar orang tersebut dapat diterima kembali di
masyarakat dan menjalankan fungsinya dalam masyarakat seperti semula.

Anda mungkin juga menyukai