Anda di halaman 1dari 9

Langkah II Mempelajari kepedulian terhadap pencemaran

Limbah infeksius atau Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) medis yang diduga berasal dari
rumah sakit, klinik, puskesmas atau fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) kerap ditemukan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Limbah medis ini adalah limbah yang dihasilkan dari
kegiatan medis, seperti jarum-jarum suntik bekas di rumah sakit, zat-zat kimia obat dan lain
sebagainya. Dampak limbah cenderung berbahaya karena dapat merusak lingkungan dan
bahkan menimbulkan wabah penyakit. Limbah adalah sisa hasil buangan dari kegiatan RS
dan puskesmas yang sudah tidak memiliki nilai ekonomis sehingga perlu pengelolaan khusus
saat proses pembuangannya.

1. Kepedulian Masyarakat terhadap pencemaran limbah medis


Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau menyatakan terjadi
lonjakan jumlah limbah medis infeksius di daerah tersebut hingga 500 persen limbah
tersebut dalam status sudah dimusnahkan. Jumlah limbah infeksius melonjak seiring
penanganan pasien di pelayanan kesehatan yang juga terus meningkat.
Tingginya jumlah pasien berbanding lurus dengan jumlah limbah medis yang
dihasilkan. Limbah medis seperti bekas jarum suntik, bekas kantong infus, dan
disinfektan mengandung bahan infeksius atau berpotensi menularkan penyakit.
Limbah medis masuk dalam golongan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun)
yang penanganan dalam pembuangannya tidak boleh sembarangan.
Diharapkan dapat mengajak masyarakat untuk lebih peduli lagi terhadap bumi,
bersikap lebih bijak memperkenalkan alternatif untuk mengurangi melimpahnya
limbah medis.
Dan di harapkan kepada seluruh masyarakat juga harus lebih peduli pengelolaan
limbah medis terutama limbah masker bekas, karena masker bekas ini akan jadi
sangat bertumpuk tiap hari nya, Dari masyarakat diharapkan dikumpulkan oleh
Pemerintah daerah, lalu pemda mengelola sesuai aturan. Pentingnya pengelolaan
limbah medis mewajibkan petugas yang bertanggung jawab di setiap pemukiman
memastikan tidak adanya penggunaan ulang ilegal oleh oknum yang tidak
bertanggung. Selain berbahaya, penggunaan ulang ilegal juga berisiko menyebarkan
penyakit.
2. Tanggapan terhadap kejadian pencemaran limbah medis di Pekanbaru (Riau)
 Lembaga Swadaya Masyarakat (LHM)
Dalam rangka menjamin pengelolaan limbah medis di seluruh wilayah
Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada
pihak-pihak terkait, antara lain: Surat MENLHK Nomor 167 Tahun 2020
tentang Pengelolaan Limbah B3 Medis pada pelayanan kesehatan Darurat
Covid-19. Surat Edaran MENLHK Nomor 02 Tahun 2020 tentang
Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3) dan Sampah Rumah Tangga dari
penanganan Covid-19; dan Surat Dirjen Pengelolaan Sampah, limbah, dan B3
Nomor 156 Tahun 2020 Perihal Pengelolaan Limbah B3 Masa Darurat
Penanganan Covid-19. Pada intinya, surat edaran tersebut merupakan upaya
optimalisasi kapasitas pengelolaan limbah medis di Indonesia, baik yang
dilakukan oleh fasyankes atau jasa pengelola limbah B3 berizin. SE
MENLHK Nomor 02 Tahun 2020 memungkinkan fasyankes untuk mengolah
limbah B3 meskipun belum mengantongi izin dengan menggunakan
insinerator dengan suhu mininal 800°C atau menggunakan autoclave yang
dilengkapi shredder.
Menjadi penting peran masyarakat untuk melakukan pemantauan dan
melaporkan ke Dinas Lingkungan Hidup apabila terjadi pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan RS yang berpotensi membahayakan masyarakat.
Sehingga ada tindakan yang dapat dilakukan untuk pemerintah dalam
penanganannya
 Media
1. Komunikasi publik yang tegas dan akurat sejak awal pandemi akan
menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Di tengah ketidakpastian akibat
situasi pandemi, pemerintah dituntut menghadirkan informasi yang dapat
diandalkan dan bisa dirujuk oleh masyarakat. Hal ini menjadi penting
mengingat deras dan cepatnya persebaran informasi melalui berbagai saluran
media.
2. Mobilisasi sumber daya secara transparan dan akuntabel
Sistem mobilisasi sumber daya kesehatan dan sumber daya lainnya untuk
menangani dampak pandemi perlu terus dikembangkan dengan
mengedepankan prinsip-prinsip tata kelola yang baik.
3. Kelembagaan manajemen respons krisis yang solid dan kepemimpinan dengan
mindset krisis yang kuat.
4. Mendorong seluruh rumah sakit untuk memiliki fasilitas dasar untuk
pengelolaan limbah padat maupun cair yang aman seperti Autoclave.
 Keluhan
Limbah tersebut berdampak negatif pada lingkungan. Jika lingkungan rusak,
akan berdampak besar bagi kesehatan masyarakat Kota Pekanbaru. Karena itu,
meminta dinas terkait agar mengawasi secara ketat pengangkutan limbah
medis.
Apalagi beberapa waktu lalu, ada sejumlah temuan limbah medis yang berasal
dari rumah sakit di Pekanbaru, di buang hingga ke-wilayah Kabupaten
Pelalawan dan kawasan Muara Fajar Kecamatan Rumbai.
Tidak menutup kemungkinan limbah medis masih dibuang sembarangan.
Untuk itu kita mengingatkan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
(DLHK) Kota Pekanbaru bersama Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, agar
memonitor pengangkutan limbah supaya tidak dilakukan sembarangan,
apalagi limbah medis meningkat selama pandemi Covid-19. Kita ingin
pastikan transporter membawa limbah medis itu untuk dimusnahkan.
Bukannya di sembarang tempat. Mengingatkan juga kepada Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Pekanbaru bersama Dinas
Kesehatan Kota Pekanbaru, memberi tindakan tegas agar pengangkut tidak
buang limbah medis sembarangan.
 Upaya penanggulangan
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Pekanbaru bakal
memperketat pengawasan terhadap aktivitas transporter limbah medis. Mereka
bakal mengoptimalkan pengawasan transportasi di seluruh rumah sakit dan
layanan kesehatan.
 Sampah umum seperti tisu, kapas dan bahan yang tidak terkena limbah
infeksius digabung dengan sampah biasa untuk dibuang.
 Benda tajam harus digabung, terlepas apakah terkontaminasi atau tidak, dan
harus dimasukkan ke wadah anti bocor (biasanya terbuat dari logam atau
plastik berkepadatan tinggi dan tidak tembus)
 Kantung dan wadah untuk limbah infeksius harus ditandai dengan lambang
atau tulisan zat infeksius.
 Limbah yang sangat menular jika memungkinkan, segera disterilkan dengan
autoklaf. Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk
mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi
(1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit.
 Limbah sitotoksik, sebagian besar diproduksi di rumah sakit besar atau
fasilitas penelitian, harus dikumpulkan dalam wadah yang kuat dan anti bocor
dengan jelas diberi label “Limbah sitotoksik”.
 Sejumlah kecil limbah kimia atau farmasi dapat dikumpulkan bersama dengan
limbah infeksius.
 Sejumlah besar obat-obatan kedaluwarsa atau kedaluwarsa yang disimpan di
bangsal atau departemen rumah sakit harus dikembalikan ke apotek
pembuangan.
 Limbah kimia dalam jumlah besar harus dikemas dalam wadah tahan bahan
kimia dan dikirim ke fasilitas pengolahan khusus (jika tersedia).
 Limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi (misalnya kadmium atau
merkuri) harus dikumpulkan secara terpisah.
 Wadah aerosol dapat dikumpulkan dengan limbah layanan kesehatan umum.
 Limbah infeksius radioaktif tingkat rendah Apusan, jarum suntik untuk
penggunaan diagnostik atau terapeutik) dapat dikumpulkan dalam kantong
atau wadah kuning untuk limbah infeksius jika ini ditujukan untuk
pembakaran.

Langkah IV Identifikasi dan evaluasi jalur pencemaran


1. Limbah adalah sisa hasil buangan dari kegiatan RS dan puskesmas yang sudah
tidak memiliki nilai ekonomis sehingga perlu pengelolaan khusus saat proses
pembuangannya. Sumber pencemar limbah sampah medis ini bisa berasal dari
rumah sakit, Puskesmas, klinik, rumah sakit bersalin dan laboratorium dan
fasilitas layanan kesehatan (fasyankes). Karena limbah dapat mengakibatkan
pencemaran serta polusi yang dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan.
2. Mekanisme penyebaran atau limbah medis di buang.
Sesuai aturan, sampah medis selalu dibuang ke Jakarta karena sesuai kesepakatan
di sana ada tempat pemusnahannya. Tumpukan sampah yang bercampur antara
sampah biasa dan sampah medis kini sering dijumpai di pinggir jalan. Ada
masker, tisu, hingga face shield bekas. Tumpukan sampah yang tak terangkut jadi
penyebab. Bahkan, sampah medis sempat ada di tempat sampah umum di salah
satu puskesmas di Pekanbaru.
Disalah satu puskesmas di Pekanbaru terdapat sarung tangan bekas di tempat
sampah organik dan anorganiknya. Tempat sampah itu merupakan tempat sampah
biasa yang terdapat di depan puskesmas. Padahal, seharusnya limbah medis
seperti sarung tangan medis dibuang khusus. Limbah ini dibuang di kantong
kuning yang merupakan kantong pembuangan khusus limbah medis.
Padahal limbah yang tergolong bahan beracun dan berbahaya (B3) ini tak boleh
dibuang sembarangan, bahkan ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah pada
umumnya. Pengangkutannya, dilakukan oleh pihak yang disebut transporter dan
dibawa ke Jakarta untuk dimusnahkan. Secara umum, di Pekanbaru ada 12
transporter yang memiliki izin untuk mengangkut limbah medis dan membawanya
ke fasilitas pemusnahan di Jakarta. Pemerintah kota Pekanbaru sebenarnya
memiliki fasilitas pemusnahan limbah medis di tiga puskesmas. Namun, karena
tak mengantongi izin Kementerian LHK, maka fasilitas itu tak bisa difungsikan.
Contohnya di Puskesmas Tenayan Raya, di situ ada tapi tidak berfungsi. Ternyata
karena ketinggian cerobong asapnya kurang. Limbah medis yang ada di
Puskesmas Simpang Tiga selalu dibawa oleh pihak ketiga yang telah memiliki
sertifikasi dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru. Limbah medis di
kawasan puskesmas tidak dapat dikelola sendiri karena tidak memiliki kapasitas
ruangan ataupun lahan untuk memusnahkannya. Hal yang sama juga terdapat di
Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo. Semua limbah medis yang ada di kawasan
Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo menjadi tanggung jawab pihak ketiga.
Puskesmas sendiri hanya memiliki gudang pembuangan limbah medis, baik itu
baju hazmat, sarung tangan, masker, jarum suntik, botol bekas vaksin ataupun
limbah medis lainnya yang ditangani langsung oleh tim pusling.

3. Area yang berpotensi terjadinya pencemaran


Selain dari rumah sakit, puskesmas, playkes, lingkungan, dan masyarakat serta
tempat pembuangan akhir (TPA) sanggat berpotensi untuk terjadinya pencemaran
akibat limbah medis tersebut.
Limbah medis ini juga termasuk masker sekali pakai yang digunakan oleh
masyarakat. Ada sejumlah temuan sampah medis yang berasal dari rumah sakit di
Pekanbaru. Kondisi ini membuat masyarakat khawatir, limbah medis yang ada
saat ini berasal dari puluhan rumah sakit, puskesmas, rumah bersalin hingga
laboratorium di Kota Pekanbaru, kondisi ini membuat limbah medis masih
berserakan. Akibatnya lingkungan tercemar dan berdampak buruk bagi
masyarakat.
4. Cara pencemaran masuk ketubuh manusia
Dari limbah medis ini, banyak penyakit menghantui manusia yang berada di
sekitarnya dari yang ringan hingga berat, baik yang kontak langsung dengan
limbah atau yang menghirup udara tercemar, untuk pencemaran tersebut bisa
melalui udara, kontak langsung, maupun mengunakan air yang sudah tercemar
dengan limbah medis tersebut, dan melalui suntikan/parenteral.
Ada 3 jalur utama bahan toksik masuk kedalam tubuh manusia yaitu:
a. Melalui saluran pencernaan atau makanan (gastro intestinal),
b. Melalui jalur pernapasan (inhalasi) dan
c. Melalui kulit (topikal).
Bahan toksik masuk kedalam saluran pencernaan umunya melalui makanan atau
minuman dan kemudian diserap didalam lambung. Bahan toksik yang masuk
melalui saluran pernapasan menuju paru-paru akan diserap oleh alveoli paru-paru.
Pada umumnya kulit lebih mipermeabel dan karenanya merupakan barier
(penghalang) yang baik bagi bahan toksik masuk ke dalam tubuh. Namun
beberapa bahan kimia dapat diserap oleh kulit dalam jumlah yang cukup banyak
sehingga menimbulkan efek sistemik. Suatu zat kimia dapat diserap lewat folikel
rambut atau lewat sel-sel kelenjar keringat. Setelah bahan toksik tersebut diserap
dan masuk ke dalam darah, kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh dengan
cepat. Namun demikian sebagian bahan toksik dapat dikeluarkan oleh mekanisme
tubuh secara alami melalui urine, empedu dan paru-paru. Dan sebagian lagi bisa
mengalam bertransformasi dan bioaktivasi. Yang lebih berbahaya adalah jika
terjadi proses bioaktivasi dimana bahan toksik diubah menjadi bahan yang lebih
toksik oleh metabolisme tubuh.
Beberapa jenis limbah rumah sakit dapat membawa risiko yang lebih besar
terhadap kesehatan adalah:
 Limbah infeksius (15 sampai 25 persen) dari jumlah limbah rumah sakit.
Lainnya adalah limbah benda tajam (1 persen), limbah bagian tubuh (1
persen), limbah obat-obatan dan kimiawi (3 persen), limbah radioaktif, dan
racun atau termometer rusak (< 1 persen).
 Limbah medis rumah sakit juga dapat menyebabkan kerusakan harta
benda. Hal ini dapat disebabkan oleh garam-garam terlarut (korosif, karat)
yang terkandung dalam air berlumpur yang dapat menurunkan kualitas
bangunan di sekitar rumah sakit.
 Selain itu limbah rumah sakit menyebabkan gangguan atau kerusakan
tanaman dan binatang. Hal ini terutama karena senyawa nitrat (asam, basa
dan garam kuat), bahan kimia, desinfektan, logam nutrient tertentu dan
fosfor.
 Dari sisi lain, kerugian di atas pada akhirnya menuju ke kerugian ekomoni,
baik terhadap pembiayaan operasional dan pemeliharaan. Seperti
kebutuhan biaya kompensasi pencemaran lingkungan dan orang yang
kesehatannya terganggu karena pencemaran lingkungan.
Sampah ini dinilai membahayakan kesehatan karena termasuk limbah bahan
berbahaya dan beracun. Paparan limbah medis dapat mengganggu kesehatan,
misalnya diare, akibat organisme salmonella, Vibrio cholera, cacing, infeksi kulit,
antraks, meningitis.
Paling fatal, jarum suntik bekas pakai mengandung berbagai penyakit berbahaya,
seperti hepatitis dan HIV/AIDS., AIDS, demam berdarah, sampai hepatitis A, B,
dan C.

5. Orang yang berisiko terpapar


Orang-orang yang memiliki risiko tinggi tercemar limbah medis tentu saja petugas
kesehatan, pasien, petugas pengumpulan dan pembuangan limbah, serta
lingkungan sekitar. Tenaga kesehatan di rumah sakit rentan terhadap risiko yang
berhubungan dengan pengelolaan limbah medis pada tenaga kesehatan.
Pengelolaan limbah medis rumah sakit sanggatlah penting karena limbah medis
memiliki berbagai risiko terhadap kesehatan bagi siapa saja, termasuk karyawan
rumah sakit, pasien dan masyarakat. Semua orang yang terpajan limbah berbahaya
dan yang berada dalam lingkungan penghasil limbah berbahaya dari fasilitas
kesehatan, kemungkinan besar berisiko untuk mendapatkan dampak dari limbah
medis berbahaya tersebut. Jika tidak dikelola dengan benar, limbah medis bisa
membahayakan, terutama bagi para petugas medis dan petugas kebersihan rumah
sakit.
Berikut ini beberapa risiko yang mungkin timbul.
a. Luka atau sayatan akibat tertusuk jarum suntik bekas atau pisau bedah
bekas
b. Paparan racun yang membahayakan kesehatan
c. Luka bakar kimiawi
d. Peningkatan, polusi udara apabila limbah medis dimusnahkan dengan cara
dibakar
e. Risiko terkena paparan radiasi berlebih tanpa pengaman
f. Peningkatan risiko penyakit berbahaya seperti HIV dan hepatitis.
 Menentukan 5 elemen tersebut saling berhubungan dengan jalur paparan
Dari ke 5 elemen diatas saling berhubungan karna memang saling berkaitan satu
dengan yang lainya. Karna beberapa pihak terkait tidak memperhatikan saat proses
pembuangan dan pengangkutan limbah medis tersebut. Di pekanbaru sendiri masih
bisa d jumpai limbah sampah medis yang tidak dibuang pada wadah yang disediakan
dengan tepat. Ada juga pihak rumah sakit, puskesmas, pelayanan kesehatan yang
membuang sampah limbah medis bergabung dengan sampah yang lainya.
 Jalur paparan real.
Jalur paparan ini berasal dari limbah medis baik dari rumah sakit maupun dari
pelayanan kesehatan lainya yang memang menghasilkan limbah medis tersebut, lalu
dari limbah medis yang tidak diolah dengan baik ataupun dibuang sembarangan bisa
menyebar dan merusak lingkungan dan tercemar di air yang biasa di gunakan oleh
manusia untuk keperluan sehari-hari serta bisa mengakibatkan terjadinya penyakit.
Limbah medis ini real atau nyata adanya dan digunakan dari pihak rumah sakit atau
pelayanan kesehatan lainya, dan dikumpulkan di TPS lalu akan diangkut oleh petugas
ke TPA. Yang terpapar secara langsung atau yang sanggat berisiko terpapar adalah
para petugas kesehatan yang secara langsung memang sudah bertanggung jawab atas
limbah medis tersebut.

 Jalur paparan potensial


Limbah medis ini bisa juga berasal dari sisa-sisa produk baik itu biologis maupun non
biologis yang dihasilkan oleh rumah sakit, klinik, puskesmas, maupun fasilitas
kesehatan lainnya termasuk laboratorium kesehatan, limbah medis bisa berupa darah,
cairan tubuh, tubuh, maupun alat-alat yang sudah terkontaminasi seperti jarum suntik,
kain kasa, selang infus, dan lain-lain.
Paparan potensial ini bisa saja terjadi jika lingkungan sekitar sudah tercemar dan para
petugas kesehatan tidak melakukan dengan hati-hati serta para penanggung jawab
untuk mengolah limbah medis tersebut mengolah nya dengan baik dan benar sehingga
besar kemungkinan untuk terjadinya kontaminasi baik secara fisik maupun non- fisik.

 Apakah jalur pemajanan bisa diabaikan atau d bahas lebih lanjut


Untuk jalur pemajanan atau paparan tidak bisa di abaikan dan tetap akan di bahas
lebih lanjut untuk mengantisipasi hal yang akan terjadi untuk yang akan datang nya.
Baik dari pemerintah kota maupun pelayanan kesehatan serta DLHK harus tetap
menindak lanjuti tentang limbah medis ini agar tidak disalahgunakan dan dibuang
secara sembarangan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Dan para
pemerintah kota maupun instansi yang bertanggung jawab atas limbah medis tersebut
terus menindak lanjuti untuk setiap tahunnya agar tidak terjadi peningkatan dalam
pembuangan limbah medis.
Pemerintah harus meminimalkan bahaya dan memaksimalkan kesehatan seperti
kesehatan warga, rumah sakit, dan lingkungan. Dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
a) Tawarkan peluang kepada pihak ketiga untuk mengelola dan membangun
fasilitas pengolahan LB3 dan pengangkut LB3 di luar Jawa,
b) Perbanyak alokasi Dana Alokasi Khusus untuk pembelian autoclave,
c) Dorong pengelolaan sampah kota yang berkelanjutan dengan pemilahan di
sumber,
d) Pengomposan sampah organik di setiap kawasan,
e) Tingkatkan pengangkutan sampah ke TPST 3R/4R untuk jadi tempat
penampungan sementara saat pandemi.

SELESAI....

Anda mungkin juga menyukai