Identitas Penulis
Nurul izza lahir di Padang Sibusuk pada tanggal 21 Januari 2001. Jenjang
pendidikan sekolah dasar SDN 1 Padang Sibusuk, MTsN Paadang Sibusuk, SMA 1
Sawahlunto dengan jurusan IPA. Sekarang sedang melanjutkan pendidikan lanjut di
Politeknik Negeri Padang dengan jurusan teknik mesin prodi teknik manufaktur.
Tugas ini merupakan karya ilmiah dalam rangka mengikuti perkuliahan Bahasa
Indonesia.
Abstrak
Banjir di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang masih perlu
dibahas, karena sampai sekarang belum ada solusi yang dinilai efektif untuk
mengurangi masalah banjir.Data BNPB menjelaskan 1538 kasus banjir terjadi pada
tahun 2019. faktor yang mempengaruhi terjadinya banjir yakni, aspek curah hujan,
tutupan lahan, dan sistem drainas e(Fakhrudin,2020). Tutupan lahan menjadi masalah
utama karena pembangunan jalan dan bangunan menggunakan beton kovensional
sehingga menghambat daerah resapan air dan memperburuk sistem drainase.
Penemuan terbaru dibidang kontruksi adalah ditemukannya Poros Concrete.
Penggantian beton konvensional dengan poros concrete bertujuan untuk memberikan
solusi permasalahan banjir di kota kota besar karena poros concrete memiliki
kelebihan kuat terhadap tekanan , mudah dikerjakan, awet dan mampu menyerap air.
Teori dari Poros Concrete sebenarnya hampir sama dengan beton topmix permeable
yang dikembangkan oleh perusahaan Laferge Tarmac yaitu menggunakan sedikit
pasir, sehingga menghilangkan agregat halusnya. Bahan pembentuk Poros Concrete
adalah semen, sedikit pasir, batu pecah, batu apung, krikil batu apung dan air.
Beberapa metode penelitian mengenai beton ini telah dilakukan. Pertama adalah Mix
Design beton adalah metode pencampuran antar bahan yang dipakai dengan
komposisi tertentu untuk menghasilkan beton kuat tekan tinggi, workability tinggi
dan durability tinggi. Kedua uji poreousitas mudah meloloskan air, sehingga
meningkatan resapan air ke dalam tanah. Ketiga adalah uji tekan. Poros Concrete
sudah diterapkan di Inggris dan Skotlandia, terbukti mampu mengatasi masalah banjir
di negara tersebut (laferge). Untuk itu penggunaan beton porous perlu diterapkan
sebagai salah satu solusi banjir di Indonesia.
Abstract
Flooding in Indonesia is one of the problems that still needs to be discussed,
because until now there has been no solution that is considered effective to reduce the
problem of flooding. BNPB data explains that 1538 cases of flooding occurred in
2019. , and the drainage system (Fakhrudin, 2020). Land cover is a major problem
because the construction of roads and buildings uses conventional concrete, which
blocks water catchment areas and worsens the drainage system. The latest discovery
in the construction sector is the discovery of the Concrete Shaft. Replacement of
conventional concrete with a concrete shaft aims to provide solutions to flood
problems in big cities because the concrete shaft has the advantage of being strong
against pressure, easy to work with, durable and able to absorb water. The theory of
Poros Concrete is actually almost the same as the topmix permeable concrete
developed by the Laferge Tarmac company, which uses a little sand, thereby
removing the fine aggregate. The materials that form the Concrete Shaft are cement, a
little sand, crushed stone, pumice stone, pumice gravel and water. Several research
methods on this concrete have been carried out. The first is the concrete mix design,
which is a method of mixing materials used with a certain composition to produce
concrete with high compressive strength, high workability and high durability. Both
poreosity tests easily pass water, thereby increasing water infiltration into the soil.
The third is the compressive test. Concrete shaft has been implemented in England
and Scotland, proven to be able to overcome the problem of flooding in the country
(laferge). For this reason, the use of porous concrete needs to be applied as a solution
to flooding in Indonesia.
Metode Penelitian
Penggunaan bahan
Bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah bahan yang mudah untuk
didapatkan yaitu:
Semen Padang Ultrapro
Pasir halus dengan agregat data :
grading zone 3 berat jenis SSD = 2,58, kelembapan pasir = 8,45%, berat
volume pasir lepas = 1,368kg/dm3 , berat volume pasir padat = 1,503 kg/dm3,
Pengembangan volume = 15,38 %; Agregat kasar batu pecah dengan data :
Berat jenis SSD = 2,50, Kelembaban = 0,49 %, dan agregat kasar batu apung
dengan data : berat jenis SSD = 2,22, kelembaban kerikil batu apung = 2,56
%.
Metode pelaksanaan
Mix design adalah metode pencampuran antar bahan yang dipakai dengan
komposisi tertentu agar terarah untuk menghasilkan beton kuat tekan tinggi,
workability tinggi (kemudahan untuk dikerjakan), dan durability (keawetan) tinggi.
Kaidah pengujian beton mutu tinggi dimulai dengan analisa ayakan bahan
pembentukkan beton tinggi dengan kepadatan tinggi, karena antar bahan pembentuk
akan saling mengisi.
Pencampuran fly ash kadar tertentu memberikan kekuatan naik kemudian
turun. Lengkung kadar fly ash ini akan ditiru pada mix design Poros Concrete yang
akan dilakukan, agar didapat kuat tekan dan poreousitas optimum. Namun pada
metode mix design ini tidak digunakan fly ash, karena material halus akan mengusi
pori dari agregat Poros Concrete. Mix design dilakukan dengan menggunakan variasi
kadar batu pecah dan batu apung. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kuat tekan
dan poreousitas beton optimasi. Tahap – tahap mix design yang dilakukan adalah
sebagai berikut : Tahap I (agregat kasar batu pecah 60% dan batu apung 40%) slump
0 – 10. Tahap II (agregat kasar batu pecah 40% dan Batu Apung 60%) slump 0 – 10.
Tahap III (agregat kasar 100% batu pecah) slump 10 – 30. Tahap IV (Agregat Kasar
100% Batu Apung) slump 10 – 30. Komposisi hasil mix design pada tahap III dan
tahap IV ditunjukkan pada, tabel : 4.3 : komposisi mix design tahap III, dan tabel :
4.4.: komposisi mix design tahap IV
Pengukuran Poreousitas
Alat yang digunakan untuk mengukur porositas adalah “ring infiltrometer”
yaitu alat untuk mengukur besar kapasitas infiltrasi dan memiliki 2 ring dengan
diameter berbeda. Genangan pada ring dengan diameter yang lebih kecil dan
menambahkan air agar tinggi genangan air di dalam ring tetap. Sedang air di dalam
ring dengan diameter lebih besar dipasang di bagian luar berfingsi untuk
mendapatkan infiltrasi di ring bagian agar terjadi A-427 ISBN 978-979-18342-1-6
secara vertikal. Jumlah air yang harus ditambahkan ke dalam ring bagian dalam
untuk mendapatkan tinggi genangan yang tetap setelah t adalah besarnya kapasitas
infiltrasi atau poreousitas bahan. Hasil uji terhadap poreousitas ditunjukkan pada
Tabel : 4.5.
Uji Tekan
Uji tekan dilakukan pada benda uji kubus berukuran 20cm x 20 cm x 20 cm
untuk mendapatkan harga kuat tekan masing – masing hasil mix design Tahap I
sampai dengan Tahap IV. Hasil uji kuat tekan ditunjukkan pada Tabel : 4.10. : Hasil
uji porositas dari benda uji mix design tahap IV. Agregat kasar yang lain adalah batu
apung dengan kondisi fisual bentuk bulat lonjong, permukaan licin, dan berpori
dengan pori masuk ke dalam agregat. Hasil pemeriksaan didapat data berat jenis 2,22
ton/m3 dan kelembaban kerikil batu apung 2,56 %. Kondisi ini masih bisa dipakai
sebagai agragat bahan pencampur beton baik syarat analisa ayakan maupun syarat
yang lain, baik dipakai terpisah maupun dipakai gabungan antara batu pecah dengan
batu apung.
Mix Design
Mix Design Tahap I - IV dengan slump 0 –10. Seperti yang terlihat pada tabel
4.1 : komposisi mix design tahap I, tabel 4.2 : komposisi mix design tahap II, tabel 4.3
: komposisi mix design tahap III, tabel 4.4 : komposisi mix design tahap IV
merupakan hasil pengujian mix design yang direncanakan untuk mendapatkan kuat
tekan tertinggi didapat kondisi hasil mix design dengan slump = 0 – 10 cm, hal ini
akan menyebabkan kondisi workability yang rendah sehingga menyulitkan
pengerjaannya. Hal ini juga menyebabkan kepadatan beton hasil campuran kurang
memadai, pengikatan antar butir agregat kurang sempurna sehingga kuat tekan
maksimum kemungkinan tidak akan tercapai.
Tabel 4.7 : Hasil uji porositas dari benda uji mix design tahap I
Waktu Penuruna Infiltrasi
No (t) n
Jam Meni Deti (mm) (mm/jam)
t k
1 0 0 45 100 800.000
2 0 1 10 100 2250.000
3 0 1 30 100 1000.000
4 0 1 40 100 782.609
Rerata 1208.152
Tabel 4.8 : : Hasil uji porositas dari benda uji mix design tahap II
Waktu (t) Penuruna Infiltrasi
N n
o Jam Meni Deti (mm) (mm/jam
t k )
1 0 0 20 100 1800.000
2 0 0 24 100 1500.000
3 0 0 24 100 1500.000
4 0 0 24 100 1500.000
Rerata 1575.0
Tabel 4.9 : : Hasil uji porositas dari benda uji mix design tahap III
Waktu Penuruna Infiltrasi
N (t) n
o Jam Meni Deti (mm) (mm/jam
t k )
1 0 13 22 1 3.6000
2 3 20 45 3 0.8675
3 0 52 52 1 0.9890
4 12 21 23 10 0.8055
Rerata 1.5655
Tabel 4.10 : Hasil uji porositas dari benda uji mix design tahap IV
Waktu Penuruna Infiltrasi
N (t) n
o Jam Meni Deti (mm) (mm/jam)
t k
1 0 25 35 3 5.84
2 3 12 25 6 1.84
3 0 45 12 1 1.28
4 12 20 55 11 0.88
Rerata 2.46
Seperti yang dinyatakan dalam tabel : 5.1 : hubungan tekan rerata untuk
beton slump 0 -10, merupakan hasil uji tekan dari mix design tahap I dan II. Pada
kadar batu pecah 60% kadar batu pung 40%, 181,9 kg/cm2 pada kadar batu pecah
40% kadar batu apung 60%, serta 140,5 kg/cm2. Kondisi ini menggambarkan
kurva tekan yang dinyatakan pada grafik 5.1. : hubungan antara kadar agregat
kasar terhadap kuat tekan.
Tabel : 5.1. : Kuat tekan rerata untuk beton slump 0 – 10
Kuat 2 tekan 181,9 140,5
(kg/cm )
Kadar BA (%) 40 60
Kadar BP (%) 60 40
Grafik : 5.1. : Hubungan antara kadar agregat kasar terhadap kuat tekan
1
0
0
K adar B
A (% )
9
50
0 K adar B
P (% )
48
00
0 25 50 75 10 12 15 17 20
0 0 P orousitas
0 00 50 00 50 00
(mm/jam)
3
07
0
Uji Poreousitas untuk beton slump 0 – 10
Hasil poreousitas rerata sesuai dengan kadar agregat Batu Pecah dan Batu
2
Apung seperti
0 yang diperlihatkan Tabel : 5.2. poreousitas rerata untuk slump 0-10
yang menyatakan
6 bahwa pada kadar pada kadar Batu Pecah 60% kadar Batu
0
Apung 40%, 1575,00 mm/jam pada kadar Batu Pecah 40% kadar Batu Apung
60%, serta
1 1857,14 mm/jam pada kadar Batu Pecah 0% kadar batu Apung 100%.
0
Kondisi tersebut menggambarkan suatu lengkung (kurva) hubungan antara kadar
batu pecah dan batu apung dengan poreousitas yang di hasilkan dari mix design
tahap I 0sampai dengan tahap IV. Kurva hubungan tersebut dinyatakan dalam
Grafik : 5.2. : hubungan anatara kadar agregat kasar terhadap poreousitas
Tabel : 5.2. : Poreousitas rerata untuk slump 0 – 10
Poreousitas 1208.1 1575.0
(mm/jam) 5 0
Kadar BA (%) 40 60
Kadar BP (%) 60 40
K adar B
A (%)
5
09
0 K adar B
P (%)
4
08 0 25 50 75 10 12 15 17 20
0 0 P orousitas
0 00 50 00 50 00
0 (mm/jam)
Uji Tekan untuk beton slump 10 – 30
3Beton hasil mix design tahap III dan IV diperkirakan akan menghasilkan
07
poreositas
0 rendah dan kuat tekan tinggi karena memiliki mortar yang lecak
dengan workability yang baik tinggi. Hasil kuat tekan rerata dari mix design tahap
III dan 2tahap IV ini ditunjukkan pada tabel : 5.3. : kuat tekan rerata untuk beton
06
slump 10-30.
0
Tabel : 5.3. : Kuat tekan rerata untuk beton slump 10 – 30
Kuat
1
tekan 379.23 154.38
(kg/cm2)
0 3 2
Kadar BA (%) 0 100
Kadar BP (%) 100 0
0
K uat tekan
18 (kg/cm 2 )
00
P oreousitas
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 0 0 0 K A D A0R B A T 0 (m
0 m /jam
0 )0 0
16 U A P UNG (%)
00
00 V s KADAR BP
00
16 ( mm/jam)
00
Poly . ( Kuat tekan (
14 1 0 kg/c m2 ))
00 000 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80
85 90 95 10
Poly . ( Poreous itas (
mm/jam))
12
00 KADAR BATU PECAH(%) 0
80
10 0
00
80
0 60
0
60
0
40 40
0
0
20
0
20
0
0
Kesimpulan
Kuat tekan dan poreousitas optimum dihasilkan dengan mix design dengan
slump 0-10 dengan faktor air semen 115 sampai dengan 150 liter dengan kadar
batu apung 8% dan batu pecah 92% menghasilkan kuat tekan 330 kg/cm2 dan
poreousitas 330 mm/jam. Poreusitas dan kuat tekan beton yang dihasilkan dari
nalisa ini masih memadai untuk bahan konstruksi sekunder dan bahan poreous
untuk meneruskan tinggi hujan maksimum di Indonesia. Hasil pengujian tersebut
tentu dapat membuktikan bahwa beton ini dapat digunakan dalam konstruksi dan
mampu menyerap air agar tidak terjadi genangan.
Saran
1. Untuk meningkatkan kualitas poros concrete diperlukan mix design lagi
selain kadar batu apung dan batu pecah seperti jumlah semen, pasir, serta
faktor air semennya.
2. Perlu adanya pengujian terhadap hasil mix design yang terakhir, yaitu uji
tekan dan uji poreousitas sebagai uji kecocokan hasil analisa dengan
kondisi sebenarnya karena penggunaan beton porous akan digunakan
dalam konstruksi jalan dan jembatan .
Ucapan Terimakasih
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah swt, karena kehendak dan ridhaNya peneliti
dapat menyelesaikan artikel ini. Penulis sadari artikel ilmiah ini tidak akan selesai tanpa
doa, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Adapun dalam kesempatan ini peneliti
ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Orang tua
2. Dosen Lilimiwirdi, S.S., M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa
Indonesia
Daftar Pustaka
Agusandra, A. (2013). Beton Polimer. http://senyum-itu.blogspot.co.id/ 2013/11/
beton-polimer.html. Diakses pada tanggal 11 Februari 2017.
ASTM Designation. C 39–94. 2005. Standard Test Method for Compressive Strength
of Cylindrical Concrete Specimens.