Anda di halaman 1dari 13

Widyasastra, 2(1,),2(3),

Mustari/Widyasastr 2019,2019,
1-131-13

RAJA ALI HAJI DAN NARASI EROTISNYA

King of Ali Haji and Its Erotical Naration

Mustari
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
mustariacok@gmail.com

Inti Sari
Raja Ali Haji dikenal sebagai soerang sejarawan, bahasawan, sastrawan, budayawan, sekaligus
ulama Melayu pada abad ke-19. Raja Ali Haji terkenal sebagai seorang yang pintar menggunakan
bahasa sebagai medium penyempaian ide-idenya. Tutur bahasanya sopan dan enak dibaca.
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Raja Ali Haji juga bisa bermain-main dengan bahasa
dan narasi erotis. Kepiawaiannya itulah yang menjadi sorotan dalam kajian ini. Maka tujuan
kajian ini ialah mehamai Raja Ali Haji dari sisi narasi-narasi erotisnya. Penelitian ini
menggunakan paradigma naratif yang dikembangkan oleh Walter Fisher. Pemikiran Fisher
berupaya menggambarkan dan menjelaskan komunikasi sebagai storytelling. Storytelling
bukan aktivitas sesaat, melainkan proses bagi manusia untuk merasakan dunia dalam
berkomunikasi satu sama lainnya. Temuan kajian ini ialah Raja Ali Haji merupakan seorang
storyteller yang piawai memainkan bahasa dengan gaya apa pun sehingga ketika ia masuk
dalam narasi-narasi erotis, ia tetapi tidak terjebak dalam bahasa cabul yang vulgar. Dengan
demikian, penelitian ini menemukan argumentasi (rasionalaitas naratif) yang tersirat dalam
kisahannya yang tersusun dengan rapih dalam bait-bait syair erotisnya.

Kata kunci: Raja Ali Haji, narasi erotis, paradigma naratif, Wolter Fisher

Abstract
Raja Ali Haji was known as historian, linguist, poet, cultural observer, and Malay clergy in 19th
century. Raja Ali Haji was known as smart person in using language as medium for delivering
his ideas. His language expression is polite and delicate to read. On the other side, less people
known that Raja Ali Haji was good at playing languages and erotic narration. His skill is the
focus on this review. The aim of the review is to understand Raja Ali Haji from the sides of his
erotic narration. This research uses narrative paradigm as developed by Walter Fisher. Fisher’s
paradigm is portraying and explaining communication as storytelling. The storytelling is not
temporal activity, but a process for human to fell the world in communicating one another.
The finding of the review is Raja Ali Haji is a storyteller who was master at any stylistic so that
he was able to be involved in his erotic narrations. On the other side, he was not trapped in
porn and vulgar language expressions. Hence, this research found argumentation (rationality
narrative) as implied in his story which was arranged beautifully in his erotic verses.

Keywords: Raja Ali Haji, Erotic narration, narrative paradigm, Wolter Fisher

1. Pendahuluan yang masyhur dengan Gurindam Dua Belas-


1
Kajian ini menyoroti tokoh Raja Ali Haji nya . Ia dikenal sebagai sejarawan, bahasa-
yang multi-talenta, seorang pahlawan nasional wan, sastrawan, budayawan, negarawan,

©2019, Widyasastra 1
Mustari/Widyasastra, 2(1), 2019, 1-13

sekaligus ulama Melayu pada abad ke-19. Melihat meme dan membaca dialog di
Karyanya banyak dalam bidang-bidang atas, penulis tersenyum dan merasa lucu
keahliannya itu. Akan tetapi, yang terbaca karena jawaban dokter wanita muda yang
selama ini bahwa Raja Ali Haji ialah seorang cantik itu, “Kasih nomor saya aja”. Jawaban
yang pintar menggunakan bahasa sebagai dokter tersebut mengandung erotisme karena
medium ide-idenya, tutur bahasanya sopan ia bersedia mengganti posisi pasien wanitanya
dan enak. Yang tidak banyak diketahui bahwa yang telah capek melayani suaminya setiap
Raja Ali Haji juga bisa bermain-main dengan hari berhubungan badan atau berhubungan
bahasa dan narasi erotis. Kepiawaiannya yang seks. Akan tetapi, apakah setiap orang yang
satu ini hampir luput dari perhatian.2 Oleh melihat dan membaca dialog tersebut ber-
karena itu, tujuan penelitian ini ialah untuk sikap sama dengan penulis: tersenyum dan
memahami narasi-narasi erotis Raja Ali Haji. merasa lucu? Jangan-jangan tidak, karena
1. Tentang Erotisme mungkin meme dan dialog tersebut dianggap
Sebuah meme beredar di medsos yang pornografis, cabul, atau jika pun mereka
menggambarkan tentang percakapan seorang tersenyum dan merasa lucu, tetapi pada
dokter perempuan muda dan pasiennya, akhirinya dengan nada mencela mereka akan
seorang ibu rumah tangga muda. mengatakan bawah meme dan dialog tersebut
Pasien: “Dok, suami saya setiap hari selalu adalah porno. Vonis seperti itu sering kita
minta saya untuk berhubungan badan, bagai- jumpai di masyarakat. Orang menganggap
mana caranya menghilangkan kebiasa itu, cerita erotis sebagai pornografis, lekoh, dan
Dok?” cabul (Rochkyatmo, 1994: 75; Mangku-
Dokter: “Kasih nomor saya aja”. sudarmo, 2005: 100). Untuk membedakan
antara erotis, pornografi, dan cabul, perlu
dijelaskan satu per satu istilah-istilah tersebut.
Kata erotis berasal dari bahasa Inggeris
erotic. Di dalam KBBI (1992) didapatkan
makna (1) keadaan bangkitnya nanfsu birahi;
(2) keinginan akan nafsu seks secara terus
menerus. Dalam KBBI Daring (2016), kata
erotik bermakna (1) berkenaan dengan sen-
sasi seks yang menimbulkan rangsangan;
bersifat merangsang nafsu birahi; (2) ber-
kenaan dengan nafsu birahi. Pengertian dari
KBBI tampaknya belum cukup untuk mene-

1
Kajian terbaru terhadap puisi ini dapat dilihat pada makalah Yundi Fitrah yang berjudul, “Berkenalan Kembali dengan
Raja Ali Haji; Pengarang “Gurindam 12” dalam Pandangan Nilai-Nilai Luhur Moral Kemanusiaan,”vdipresentasikanvdalam
Seminar Antarbangsa Arkeologi, Sejarah, Bahasa, dan Budaya di Alam Melayu (ASBAM) ke-7, Lombok, 28—29 Juli 2018.
2
Sebuah Seminar Kebangsaan Pemikiran Raja Ali Haji telah diadakan pada 10 Maret 2015 di Kolej Universiti Islam
Antarabangsa Selangor (KUIS), Selangor Darul Ehsan, Malaysia. Seminar ini diselenggarakan oleh Dewan Bahasa Pustaka
(DBP), Majlis Agama Islam Selangor (MAIS), Pencerdasan Umat Malaysia (WADAH), KUIS, dan Lembaga Zakat Selangor
(LZS). Ada 9 makalah yang dibahas dalam seminar tersebut yang kemudian dibukukan. Tidak satu pun dari pembentang
kertas kerja yang menyinggung syair erotis Raja Ali Haji yang berjudul Syair Lebai Guntur. Lihat Arba’iyah Mohd. Noor dan
Mohd. Hanafi Ibrahim (Ed.), dalam Raja Ali Haji: Pemikir Ulung Alam Melayu Abad ke-19 (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 2017).

2 ©2019, Widyasastra
Mustari/Widyasastra, 2( 1), 2019, 1-13

rangkan konsep erotis yang dikehendaki. Di perbedaan anatara erotis dan poronografi.
dalam bahasa Inggeris, The American Hritage Persamaannya ialah mengandung pengertian
Dictionary (1985) memuat makna eroticism: nafsu birahi yang berangkat dari libido. Per-
(1) an erotic quality or theme; (2) sexual bedaannya ialah nafsu birahi yang terdapat
excitement; (3) abnormally persistent sexual pada erotisme bersifat naluriah, sementara
excitement. Pengertian nomor 2 dan nomor 3 nafsu birahi yang terdapat pada pornografi
sesuai dengan konsep KBBI, tetapi yang me- memang sengaja dirangsang (Mangkusu-
narik adalah konsep nomor 1 karena mem- darmo, 2005: 101). Pornografi memiliki
bicarakan sifat dan tema erotik. Erotic sendiri makna dasar cabul (Hood, 1994: 3), keji, kotor,
berarti (1) of or concerning sexual love and kasar, melanggar kesopan dan kesusilaan
desire; (2) tending to arouse sexual desire; (3) (KBBI, 1993: 184).
dominated by sexual love or desire. Persoalan berikutnya ialah bagaimana
Menyoroti narasi erotis dalam karya menilai suatu teks, apakah erotis, pornografi,
sastra, Hood dalam bukunya Dari Logika atau bahkan bukan kedua-duanya? Payudara
Tuyul ke Erotisme (2001: 194) mengemu- ibu adalah benda erotis yang bisa berdampak
kakan bahwa pada dasarnya narasi erotis erotis dan bisa pula berdampak tidak erotis.
dalam bahasa tidak dapat didefiniskan secara Bayi yang memandang payudara ibunya akan
umum. Narasi erotis dalam teks ialah peng- menganggap benda itu sebagai sumber
gambaran secara kebahasaan tentang tindakan, minumannya, sementara payudara yang sama
keadaan, atau suasana yang dikaitkan dengan jika dipandang oleh bapak si bayi akan menim-
hasrat seksual. Jadi, menurut Hood, tindakan bulkan dampak erotis karena benda itu
seksual itu bukanlah tindakan. merupakan bagian tubuh wanita yang seksi
Erotis berarti berkaitan dengan nafsu dan menimbulkan birahi (Mangkusudarmo,
birahi atau keinginan bersetubuh. Situasi 2005: 101) . Contoh yang lain, soerang gadis
semacam ini dapat dijumpai dalam gambaran molek (sesuatu yang erotis) akan menimbul-
erotis pada buku-buku dan seni pahat (Mang- kan dampak berbeda bagi tiga makhluk: bhiksu
kusudarmo, 2005: 101) dan hasil kreativitas yang punya pandangan hidup sebagai
seni yang lain, seperti seni tari, seni suara, pariwrajaka; lelaki hidung belang; dan singa
sastra, drama, sandiwara, dan lain sebagainya. yang sedang kelaparan.
Hood (1994: 2) memberikan tambahan pema- Bhiksu memandang gadis molek itu
haman bahwa erotisme itu didasari atau di- sebagai mayat karena hakikat makhluk itu
ilhami oleh libido, yakni nafsu birahi yang tidak kekal, pasti akan mati. Lelaki hidung
naluriah. Ini berbeda dengan pornografi. Me- belang memandangnya sebagai sesatu yang
nurut (KBBI, 1993: 142) pornografi berarti erotis karena membangkitkan birahinya,
(1) penggambaran tingkah laku secara erotis sementara singa kelaparan memandangnya
dengan lukisan atau tulisan untuk membang- sebagai makanan yang lezat siap santap
kitkan nafsu birahi; (2) bacaan-bacaan atau (Mangkusudarmo, 2005: 101). Jadi, di antara
kreativitas seni apa pun yang sengaja dan tiga makhluk itu, hanya lelaki hidung belanglah
semata-mata dirancang untuk membangkitkan yang memiliki dampak erotis terhadap gadis
nafsu birahi. molek itu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat di- Ukuran erotis atau tidaknya sesuatu
pahami bahwa terdapat persamaan dan objek, peristiwa, atau narasi terletak pada

©2019, Widyasastra 3
Mustari/Widyasastra, 2(1), 2019, 1-13

persepsi penerimanya. Seorang wanita ber- fikasi, sarkasme, sinisme, dan repetisi. Me-
hijab yang tersenyum manis (sesuatu yang nurut Septia, dalam unsur kata, kalimat, dan
sebenarnya tidak erotis) kepada lelaki yang wacana erotis, dalam cerpen-cerpen itu ter-
berpapasan dengannya akan menimbulkan dapat amanat moral sehingga cerpen-cerpen
dampak erotis jika libidonya terangsang Djenar Maesa Ayu tidak melulu menggam-
karena senyuman itu (Ariyatno, 2013: 2). barkan unsur erotisnya.4
Sebaliknya, sepasang ayam yang sedang Sebelum Emil Septia, ada Sam Devi
kawin (peristiwa erotis) tidak akan menim- Adiyatno yang meneliti kakrya Djenar Maesa
bulkan dampak erotis kepada siapa pun yang Ayu dengan judul “Unsur Erotisme pada
memandangnya selagi tidak menimbulkan Kumpulan Cerpen ‘Jangan Main-main’ Karya
rangsangan seks di pikirannya. Djenar Maesa Ayu” (2013). Ardiyatno meng-
gunakan pendekatan semiotik de Saussure
2. Kajian Terdahulu dalam rangka mengenali tanda-tanda unsur
Tema erotisme dalam karya sastra menarik erotisme lalu menemukan nilai-nilainya.
untuk dibincangkan, terutama jika dikaitkan Hasilnya, Adiyatno menemukan nilai etika, nilai
dengan maksud pengarang mengusung tema moral, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai
seksis tersebut. Pradina Ziani Ardia Hanum pendidikan dalam kumpulan cerpen tersebut.
(2017) melihat karya sastra yang bermuatan Menyoroti erotisme dalam karya sastra,
erotisme sebagai refleksi masyarakat pendu- Etri Jayanti, mahasiswa Studi Pendidikan
kung karya itu. Menyoroti tiga cerpen yang Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas
berjudul “Aroma Kenanga” (Teguh Affandi), Negeri Padang mengangkat karya Djenar
“Jangan Main-Main dengan Kelaminmu” Maesa Ayu yang berjudul “Nayla” menjadi
(Djenar Maesa Ayu), dan “Jatuh Cinta adalah kajian skripsinya (2013). Sebelum menjadi
Cara Terbaik Untuk Bunuh Diri” (Bernard skripsi, Ringkasannya dijadikan artikel
Batubara), Hanum mewanti-wanti bahwa ero- bersama dengan dua orang pembimbingnya:
tisme dalam karya sastra bukan pornografis, Harris Effendi Thahar dan Ermawati Arief,
meski tidak dapat ditolak jika ada pembaca dimuat dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan
yang berpikiran porno ketika membaca karya Sastra Indonesia UNP, Volume 1 No. 1,
sastra yang mengusung erotisme. 3 September 2012, Seri A (2012). Artikel ini
Lebih fokus pada gaya penceritaan, Emil hanya ingin mengidentifikasi bentuk-bentuk
Septia (2016) menyoroti cerpen “Jangan Main- erotisme yang tergambar dalam narasi novel
Main dengan Kelaminmu,” karya Djenar Maesa itu. Jayanti dkk. menemukan bentuk-bentuk
Ayu. Hasil temuan Septia menunjukkan bahwa erotisme, seperti cumbuan, ciuman, seng-
cerpen-cerpen yang terdapat dalam antologi gama, dan permainan ranjang yang mengarah
tersebut mengandung unsur erotis cumbuan, kepada pornografi (Jayanti dkk, 2012: 5).
ciuman, dan adegan di tempat tidur yang di- Erotisme terdapat pula dalam sastra
narasikan dengan gaya metafora, personi- daerah, khsusnya Jawa, yang dikenal dengan

3
Pradina Ziani Ardia Hanum, “Refleksi Erotisme dalam Masyarakat Ditinjau dari Karya Sastra,” dalam ht tp://
www.wonosobohitz.com/2017/07/25/refleksi-erotisme-dalam-masyarakat-ditinjau-dari-karya-sastra/, diakses tanggal 04
Oktober 2018.
4
Emil Septia, “Erotis dan Gaya Penceritaan dalam Kumpulan Cerpen Karya Djenar Maesa Ayu,” JURNAL GRAMATIKA: Jurnal
Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 2, No.2, Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat, 2016.

4 ©2019, Widyasastra
Mustari/Widyasastra, 2(1), 2019, 1-13

cerkak (cerita cekak = cerita pendek). Hal ini dalam sastra jawa kuno. Artikelnya berjudul
telah menjadi perhatian bagi Ima Norma Sari “Erotisme dalam Teks Jawa Kuno” (2005),
(2013) dari Jurusan Pendidikan Bahasa dimuat di Jurnal Humaniora, Jurnal Budaya,
Daerah, FBS, UNESA, Surabaya. Penelitiannya Sastra, dan Bahasa FIB UGM, Vol 17, No 1,
berjudul “Erotisme Sajrone Crita Cekak Jawa 2005.
Modern Taun 2012” dalam bahasa Jawa dan Penelitian Mangkusudarmo mengambil
dimuat di Jurnal Online Baradha, Vo. 1, No. objek teks-teks kakawin karya para kawi.
3, 2013. Beberapa cerkak yang dijadikan Kakakwin ialah karya keindahan dalam bentuk
objek kajiannya ialah yang ada di majalan sastra puisi Jawa kuno yang dilukiskan oleh
berbahasa Jawa: Jaya Baya dan Penjebar pujangganya yang disebut sang kawi
Semangat yang terbit selama tahun 2012. (Mangkusudarmo, 2005: 103). Sastra kakawin
Cerkak-cerkak yang dimaksud adalah Tante melukiskan tentang pertempuran, kecantikan
Rosa; Malik Grembyang; Ary Sing Siji Iki; Yen wanita, dan percintaan. Wujud lukisan ter-
Yang Kung Terus Oyeng; Randha Teles sebut seringkali dipertukarkan dan dipadu-
Kampung Mlabrak; Mbah Miya Kaningaya; kan. Pertempuran sering kali dilukiskan
Nganti Kapan; Ketiga Garing; Kangen Kang dengan gambaran dari alam atau percintaan.
Endah; Mung Kaya Sandiwara; Ing Tawang Wanita yang sangat cantik sering digambar-
Mangu Ana Ndaru; Isih Ana Rembulan; Critane kan kecantikannya melebihi keindahan alam
Boneka Asu; Endah..Endah; Kost. (Mangkusudarmo, 2005: 105).
Sari fokus pada bentuk-bentuk erotis dan Dalam ajaran Hindu, manusia hidup
fungsinya dalam cerkak-cerkak pilihannya dan mempunyai catur warga (empat tujuan hidup
ia menemukan (1) penggambaran wanita manusia): dharma, artha, kãma, dan moksa
(gambarane wanita); (2) penggambaran pria (Punyatmadja, 1987: 14). Di antara empat
(gambarane lanangan); (3) tolok ukur dan tujuan hidup itu, kãma (nafsu) yang mengarah
keseimbangan (silih aras lan rinuketan); (4) kepada penggambaran erotisme yang kemu-
sarana kritik sosial dan moral (sarana kritik dian dilukiskan dalam satuan naratif kakawin
sosial lan moral); (5) konsekuensi logis (kon- sebagai œrnggarãrasa (rasa asmara);
sekuensi logis); (6) gambaran lengkap tentang sambhogaœrnggãra (ulah cinta penuh
kehidupan manusia (gambaran panguripane kesenangan) (Mangkusudarmo, 2005: 103).
manungsa kanthi wutuh); (7) hal yang biasa Kesimpulan dari kajian Mangkusudarmo
saja (sawijine bab sing lumrah). ialah sebuah teks bacaan bersifat erotis atau
Sari mengaitkan antara erotisme dalam tidak, menimbulkan dampak erotis atau tidak,
cerkak-cerkak kajiannya dengan realitas sosial. tergantung pada penafsiran pembacanya.
Ia menemukan jawaban bahwa cerka-cerkak Seorang peneliti kakawin tidak boleh bersikap
tersebut sebenarnya adalah gambaran dari (1) subjektif dalam menilai, tetapi ia harus tetap
perselingkuhan; (2) seks bebas; (3) seks objektif dengan memperhitungkan budaya
sebagai kebutuhan seseorang dalam keluarga; sang kawi. Pengungkapan adegan erotis pada
dan (4) tindakan seks abnormal. kakawin harus dilihat dan dikaitkan dengan
Peneliti berikutnya yang menaruh minat religi sang kawi sehingga dengan mengetahui
pada masalah erotisme ialah Soeharto Mang- caturpurusãrtha, dapat dipahami bahwa
kusudarmo dari FIB UGM. Penelitiannya adegan erotis pada narasi œrnggarãrasa dan
berfokus pada teks-teks erotis yang terdapat sambhogaœrnggãra adalah bagian yang

©2019, Widyasastra 5
Mustari/Widyasastra, 2(1), 2019, 1-13

memang seharusnya ada (Mangkusudarmo, naskah klasik itu dengan cara memfotocopi
2005: 113). dari pemilik naskah, Raja Malik, yang tinggal
di Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang,
3. Metode Penelitian Provinsi Kepulauan Riau. Kedua, membaca
Kajin ini mengambil data dari sebuah naskah tersebut secara berulang-ulang untuk
kumpulan naskah utuh berjudul Inilah Syair mendapatkan pemahaman yang konprehen-
Siti Shiyanah Shahibah al-’Ulum wa al-Amanah, sif. Ketiga, mentransliterasikan naskah yang
Riau, Pulau Penyengat Indrasakati, Kampung beraksara Arab Melayu tersebut ke aksara
Tengah, 1333 H. karya Al-Marhum Al-Maghfur Latin (Indonesia). Keempat, mengidentifikasi
Lahu Raja Haji Ali Ibnu Al-Marhum Raja Haji narasi yang erotis dan memasukkannya ke
Ahmad Ibnu Al-Marhum Al-Ghâzî Raja Haji dalam satu daftar (tabel). Kelima, menganalisis
Yang Dipertuan Muda Riau asy-Syâhid fî narasi erotis dengan mengaitkannya dengan
Sabîlillâh Qaddasallâhu Asrârahum wa Ja’ala sang penulis syair, Raja Ali Haji; dan keenam,
Al-Jinân Matswâhum, yang tidak lain ialah Raja menyimpulkan.
Ali Haji. Salah satu eksemplar naskah ini Penelitian ini menggunakan pendekaktan
tersimpan di Perpustakaan Balai Maklumat di naratif yang dikembangkan oleh Walter
Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepulauan Fisher (1987: dalam Adriyanto 2010). Fisher
Riau. menyebut pendekatan ini sebagai “paradigma
Di bagian kedua kumpulan naskah ini naratif ”. Penggunaan istilah ‘paradigma’
memuat syair yang berjudul Fa Haza Inilah merujuk pada usaha memformalisasikan dan
Syair yang Dinamai akan Dia Suluh Pegawai. mengarahkan pemahaman kita mengenai
Jika syair Siti Shiyanah berkisah tentang pengalaman dari semua komunikasi manusia
percakapan seorang isteri pandita (cerdik (Fisher (1985). Teori naratif berkeyakinan
pandai) dengan beberapa orang perempuan bahwa manusia ialah seorang pencerita dan
tentang fiqh Islam, maka Syair Suluh Pegawai bahwa dengan pertimbangan akal ini, emosi
berisi tentang tuntunan pernikah Islam. Dalam dan estetika menjadi dasar keyakinan serta
teks Syair Suluh Pegawai5 inilah Raja Ali Haji prilaku manusia. Akar pemikiran Fisher
menyisipkan narasi-narasi erotisnya pada berupaya menggambarkan dan menjelaskan
sebuah kisah dalam bentuk syair Lebai Guntur. komunikasi sebagai storytelling. Storytelling
Syair ini berkisah tentang Lebai Guntur yang bukan aktivitas sesaat, melainkan proses yang
meminta seseorang untuk menyetubuhi janda terus menerus tempat manusia merasakan
talak tiga-nya. Hal itu dilakukan sang lebai agar dunia dan berkomunikasi satu sama lainnya.
bisa rujuk kembali kepada mantan isterinya Pertimbangan utama teori naratif ialah manu-
itu. Praktik ini dikenal dengan istilah “Kawin sia lebih mudah terbujuk oleh sebuah cerita
Cina Buta”. yang bagus daripada argumentasi yang baik.
Konsep ini mengasumsikan bahwa manusia
Terdapat enam langkah metodologis yang
ialah pencerita dan manusia mengalami
penulis tempuh dalam mengidentifikasi
kehidupan dalam suatu bentuk narasi (homo
narasi-narasi erotis. Pertama, memiliki salinan
narrans).

5
Syair ini pernah dibahas dalam sebuah diskusi ilmiyah yang diadakan oleh Balai Bahasa Yogyakarta dengan judul “Tuntunan
Pernikahan dalam Naskah Syair Suluh Pegawai Karya Raja Ali Haji: Kajian Intertekstualitas antara Budaya Melayu dan
Ajaran Islam”, pada acara Diskusi Ilmiah Kesastraan dan Kebahasaan di BalaiBahasa DIY tanggal 24--25 Agustus 2016.

6 ©2019, Widyasastra
Mustari/Widyasastra, 2(1), 2019, 1-13

Bagi Fisher, narasi ialah tindakan simbolik remeh-temeh. Di puncak perbalahannya, sang
atau tindakan yang memiliki rangkaian serta isteri menjerit-melengking “Ceraikan sahaja
memiliki makna bagi siapa saja yang hidup. aku!”.
Pendapat ini merupakan cara pandang yang Mendengar lengkingan itu, sang suami
sangat luas dalam memaknai narasi. Karena yang juga dalam puncak emosi, menjawab,
itu, sulit untuk tidak mengatakan bahwa tidak kalah berangnya:
komunikasi ialah narasi. Logika narasi, yakni “Betul engkau nak surat, betina sial?”
logika dari pemikiran yang luas, menyatakan “Ceraikan aku!” balas isterinya dengan suara
bahwa kredibilitas seseorang dapat dinilai dari semakin melengking.
runtutnya cerita yang disampaikannya, yakni “Baik, aku ceraikan engkau, talak tiga,”
adanya koherensi, dan terdengar benar, yakni serapah suaminya.
mempunyai ketepatan. Paradigma naratif
meniscayakan sebuah penilaian demokratis Putuslah pernikahan suami-isteri itu
terhadap pembicara karena tidak seorang pun dengan thalaq ba’in kubra yang tidak boleh
yang harus dilatih khusus agar mampu rujuk, kecuali dengan syarat. Lalu, timbullah
manarik kesimpulan berdasarkan konsep penyesalan di antara keduanya karena mereka
koherensi dan kebenaran.6 baru sadar masih saling mencintai. Apatah lagi
mereka juga sudah punya anak-anak yang
bergantung kepada mereka: ingin rujuk
4. Hasil Penelitian
seketika, sudah terhalang, sementara untuk
Syair ini terdiri atas 10 sub-bab,
menunggu persyaratan syariat terlalu lama dan
mengandung 56 bait syair. Ada 133 baris syair
hampir mustahil. Maka “kawin cina buta”
ditambah 8 narasi sub-judul yang dapat
menjadi jalan keluarnya.
digolongkan erotis. Sub-judul erotis dimaksud
Versi yang lain menyebtkan bahwa istilah
ialah Mencari Muhallil, Pekerjaan Kahawin,
“kawin cina buta” muncul pertama kali di Aceh
Bersuci Diri, Menyampaikan Hajat, Iri Hati,
pada masa Kerajaan Aceh Darusalam abad ke-
Mengambil Sikap, Memuaskan Nafsu, Sirih
17 Masehi atau ke-11 Hijriyah. Istilah itu me-
Pulang ke Gagang Tampuk Pulang ke Labu.
nyebar ke seluruh alam Melayu (Nusantara).
Tema utama SLG ialah praktik “kawin cina
Istilah tersebut dapat ditemukan dalam kitab
buta” yang pernah jamak dilakukan di
Jam’u Jawami’ al-Mushannafat tulisan Ulama
kalangan orang Melayu dulu. Dalam istilah
Aceh, Syeikh Ismail bin Abdul Muthallib (Jafar,
syariat Islam, kawin seperti itu dikenal dengan
2018: 2-3). Dikisahkan bahwa ada seorang
istilah muhallil yang berarti ‘mencari peng-
lelaki yang menceraikan isterinya yang cantik
halalan’ agar seseorang yang sudah men-
jelita dengan talak tiga. Setelah itu, ia ingin
ceraikan isterinya dengan talak tiga bisa rujuk
kembali rujuk, tetapi terhalang oleh Q.S.
kembali.
Albaqarah: 230:
Ada beberapa versi tentang asal-muasal Kemudian jika si suami menthalaq-nya (sesu-
timbulnya istilah “kawin cina buta”. Dikisahkan, dah thalaq yang kedua), maka perempuan itu
awal mula istilah “kawin cina buta” bermula tidak halal lagi baginya hingga dia nikah
dari perbalahan sepasang suami-isteri hal dengan suami yang lain. Kemudian jika suami

6
Krisna Adriyanto, Teori Komunikasi: Paradigma Naratif (Walter Fisher), dalam http://mysteriouxboyz90.blogspot.com/
2010/08/teori-komunikasi-paradigma-naratif.html, diakses 03 November 2018.

©2019, Widyasastra 7
Mustari/Widyasastra, 2(1), 2019, 1-13

yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada untuk menggantikan peran Cina mu’allaf
dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan tersebut. Karena “lamban”, tentu ia tidak bisa
istri) untuk nikah kembali jika keduanya berfikir waras kecuali mengkuti skenario
berpendapat akan dapat menjalankan hukum-
“sutradara” dan biasanya lelaki “lamban” ini
hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah,
diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) memang “dipelihara” dengan tugas khusus
mengetahui. menjadi “cina buta”. Lalu, untuk memudahkan
urusan itu disediakan sebuah kamar khusus
Akibat dari ketentuan itu, lelaki tersebut di samping surau atau langgar.
ingin megupahi lelaki lain untuk menikahi Dimulai dengan mencari “cina buta”,
isterinya dan menyetubuhinya, kemudian kemudian akad-nikah, lalu pasangan “cina
menceraikannya agar ia bisa rujuk. Namun, buta” itu diminta masuk ke dalam kamar
timbul keraguan, jangan-jangan nanti lelaki khusus untuk melakukan tugas utamanya.
upahan tersebut tidak mau menceraikan Jawaban yang paling dinanti oleh tukang
isterinya karena cantik parasnya. Kebetulan, nikah ialah “sudahkah mereka bersetubuh?”
dia menemukan seorang Cina buta, lalu Jawaban ini penting dan menjadi penentu
dibujuknya dan diupahnya untuk menikahi “boleh tidaknya” suami pertama rujuk kepada
isterinya kemudian menceraikannya. Siasat- jandanya. Jika jawabannya sudah, sang “cina
nya berhasil dan sejak itulah istilah “kawin cina buta” diminta mentalak “isteri”-nya. Jika perlu
buta” digunakan dalam kasus seperti itu (Jafar, dengan talak tiga juga. Setelah itu, sang janda
2018: 3). tinggal menunggu ‘iddah untuk rujuk kepada
Tahap-tahapan praktik “kawin cina buta” suami pertamanya.
ini dimulai dengan mencarikan seorang Cina Praktik mencari muhallil ini sesunggunya
muallaf yang belum memahami ajaran Islam dilarang dan dikutuk oleh Nabi Muahammad
secara penuh. Disebut “cina buta” karena sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis
dianggap buta terhadap ajaran Islam. Istilah Nabi: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
“cina buta” juga bisa dirujuk kepada nama melaknat muhallil dan al-muhallal lahu” (HR.
jenis permainan anak-anak Melayu tempo Abu Daud No. 2076 dan Ibnu Majah No. 1934.
doeloe, “Lu Lu Cina Buta”.7 Sang Cina muallaf Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadis ini
diupahi untuk menikahi (tepatnya menye- sahih).
tubuhi) janda itu, lalu diminta untuk men- Untuk rujuk kembali pada kasus talak tiga
ceraikannya kembali agar bekas suaminya telah diatur dalam, sebagaimana telah dikutip
boleh rujuk kepada bekas isterinya itu, setelah di atas.
masa ‘iddah-nya berlalu. Namun, kadang- Dalam Q.S. Albaqarah [2], Ayat 230
kadang terjadi kasus, Cina muallaf itu tidak dinyatakan bahwa untuk rujuk kembali setelah
buta dan tidak mau diakal-akali. Ia tidak mau talak tiga, janda itu harus menikah dengan
menceraikan isterinya, bahkan si isteri itu juga lelaki lain. Lalu, jika terjadi perceraian lagi,
tidak mau diceraikan. barulah mantan suami pertamanya halal
Untuk mengantisipasi Cina muallaf yang menikahi kembali. Sehubungan dengan itu,
“tidak buta”, maka pejantan “lamban” dicari hadis di atas menjelaskan tidak bolehnya ada

7
Lihat lebih lanjut, “Permainan Tradisional Melayu-Lu Lu Cina Buta”, dalam http://riauberbagi.blogspot.com, diakses tanggal
24 Juni 2018.

8 ©2019, Widyasastra
Mustari/Widyasastra, 2(1), 2019, 1-13

rekayasa. Dalam hadis yang lain, Nabi me- 5. Pembahasan: Memaknai Raja Ali
wajibkan kepada suami kedua (Nabi tidak Haji dari Narasi-Narasi Erotisnya
menyebutnya sebagai muhallil) untuk me- Nama asli Raja Ali Haji ialah Raja Ali bin
lakukan persetubuhan sebagai sahnya untuk Raja Ahmad. Hidup antara tahun 1808 s.d.
rujuk kembali setelah terjadi perceraian dari 1873. Ia lebih dikenal sebagai Raja Ali Haji
suami kedua. untuk membedakan dengan nama sepupunya
Telah mengabarkan kepada kami dari Abu Bakr yang menjadi Yang Dipertuan Muda Riau, Raja
bin Abu Syaibah dari Amar dari Naqid Amr dari Ali yang belum haji. Ia pernah menjabat se-
Sufyan dari az-Zuhri dari Urwah dari Aisyah
bagai penasehat bagi beberapa Yang Diper-
berkata: “Isteri Rifa’ah pernah datang kepada
Rasulullah lalu berkata: Aku dulu pernah menjadi tuan Muda Riau. Dilahirkan di Pulau Penyengat,
isteri Rifa’ah, kemudian aku ditalaknya, dan Kepulauan Riau dari keturunan campuran
talaknya kepadaku itu sudah tiga kali. Kemudian Bugis-Melayu. Ia ialah cucu dari Pahlawan
aku nikah dengan Abdurrahman Ibnu Zubair, Nasional Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan
tetapi sayang dia ibarat ujung kain, yaitu lemah Muda Riau IV, mangkat di Teluk Ketapang,
syahwat. Lalu, Nabipun tersenyum seraya Malaka dalam Perang Sosoh melawan Belanda
bersabda: Apakah kamu ingin kembali kepada
1784.
Rifa’ah? Oh, tidak boleh, sebelum kamu benar-
benar merasakan madu kecilnya Abdurrahman Raja Ali Haji melahirkan 12 karya dalam
bin Zubair (bersetubuh) dan dia juga merasa- berbagai genre: sejarah, bahasa (tata bahasa
kan madu kecilmu.”(H.R. Muslim). dan kamus), budaya, politik, hukum, dan
agama. Karyanya yang paling monumental di
Hadis Nabi itu dapat difahami bahwa ada bidang budaya adalah Gurindam Dua Belas
beberapa syarat yang harus dipernuhi se- terbit untuk pertama kali pada tahun 1874,
belum keputusan rujuk dilakukan bagi setahun setelah kewafatannya. Raja Ali Haji
pasangan yang sudah cerai talak tiga, antara telah diangkat menjadi Pahlawan Nasional
lain (1) janda talak tiga dimaksud harus pada tahun 2004 oleh Pemerintah RI. Hampir
menikah lagi; (2) setelah menikah, mereka semua karyanya pernah dibahas oleh ber-
harus sudah pernah melakukan persetubuhan bagai tokoh akademisi yang menaruh minat
sebagai suami-isteri sah; (3) mereka bercerai terhadapnya, kecuali satu karyanya yang
secara syar’i. Ketiga persyaratan itu tidak boleh bernada lain, yang bermain-main di wilayah
ada rekayasa. erotis. Tidak banyak yang pernah membaca
Namun, sebuah kenyataan pada masa narasi-narasi erotisnya ini dan orang tidak
dahulu perceraian talak tiga marak terjadi. menduga bahwa Raja Ali Haji piawai dalam
Memang tidak ada data tertulis yang dapat memainkan tema erotis dengan bahasa yang
dirujuk karena administrasi pencatatan per- tidak vulgar. Kemahirannya dalam bidang yang
nikahan belum sesempurna sekarang. Namun, satu ini semakin melengkapi talentanya sebagai
cukup memadai dengan karya-karya sastra seorang penulis yang produktif.
yang lahir pada zaman itu yang menggam- Menemukan SLG ini memang tidak mudah
barkan praktik kawin-cerai. Salah satunya karena ia merupakan syair sisipan dalam
adalah Syair Lebai Guntur yang diciptakan oleh sebuah syair yang bertema lebih luas. SLG
seorang ulama terkemuka, Raja Ali Haji. disisipkan oleh Raja Ali Haji dalam karyanya
yang berjudul Syair Suluh Pegawai yang
bertema tuntunan pernikahan. Sementara

©2019, Widyasastra 9
Mustari/Widyasastra, 2(1), 2019, 1-13

syair ini juga merupakan salah satu karya yang Zubair (bersetubuh) dan dia juga merasakan
terdapat dalam kumpulan naskah yang madu kecilmu”.
berjudul Syair Siti Shiyanah bertema fikih
perempuan yang disyairkan oleh beberapa Raja Ali Haji tetap menggunakan diksi
isteri cerdik pandai pada zamannya. erotis, “mensetubuh adinda” agar jelas
persoalan yang sedang dibicarakannya.
Raja Ali Haji sangat prihatin dan menaruh
kepedulian khusus terhadap perilaku aib di Pada saat yang lain, Raja Ali Haji me-
masyarakat Melayu pada zaman itu yang nyindir dengan bahasa indah penuh kiasan,
gampang melakukan perceraian talak tiga. seperti berikut ini: Pukul sembilan Hajipun
Dalam istilah lokal disebut dengan “gila talak”, menuwai// memasukkan cincin ke jari suwai/
lalu “kawin cina buta”. Namun, keprihatinannya / rumah Si Laba bergoncang berbuwai// lantai
itu tidak membuat Raja Ali Haji—yang dan dinding berderik berderai//. Siapa pun
menjabat sebagai mufti kerajaan saat itu— yang menghayati stilistika bahasa Melayu akan
mengeluarkan fatwa haramnya praktik “kawin merasakan indahnya ungkapan erotis ini,
cina buta”. Ia sindir dan ia tegur masyarakatnya memasukkan cincin di jari suwai. “Cincin” ialah
dengan sebuah nasehat dalam bentuk cerita kiasan dari kemaluan wanita, sementara “jari”
dengan mengambil tokoh lokal, Lebai Guntur. ialah kiasan dari kemaluan peria. Pada bait
Siapakah Lebai Guntur? Ia ialah tokoh fiksi yang yang lain dinyatakan Sangat bersiap Haji yang
bisa dirujuk kepada siapa saja yang telah muda// senjata yang tajam sedialah ada//
tergolong “gila talak”, lalu mencari “cina buta”. berdegab-degab rasanya dada// kerana hendak
masuk melanda. Ungkapan “senjata yang
Raja Ali Haji sebagai seorang yang piawai
tajam” dan “masuk melanda” ialah bahasa
dan santun dalam menggunakan bahasa
kiasan terhadap alat kelamin laki-laki, “masuk
sehingga narasi-narasi erotisnhya terasa tidak
melanda” ialah kiasa penetrasi dalam per-
vulgar karena bukan hasrat birahi pembaca
setubuhan.
yang ingin disasar. Terkadang ia menohok,
seperti berikut ini: Berjalan sambil sebak di Terkadang pula Raja Ali Haji mengguna-
dada// menuju ke rumah Haji yang muda// kan gaya jenaka sebagaimana terdapat dalam
wang enam ringgit di tangannya ada// akan syair berikut: Sekedar pekerjaan demikian itu/
pengupah mensetubuh adinda//. / tiadalah hamba mengelak di situ// jika zakar
lemah sukutu// dengan telunjuk adinda bantu/
Kegiatan persetubuhan atau berhubung-
/. Langsung terbayang di benak pembaca
an seks dengan suami muhallil memang men-
bahwa ia akan melakukan “hand seks” dengan
jadi syarat utama jika pasangan talak-tiga ingin
jari “telunjuk”-nya jika zakar (alat kelaminnya)
rujuk. Bahkan, syarat ini diwajibkan oleh Nabi
kurang mampu menjalankan fungsi penetrasi.
pada pernikahan yang tanpa rekayasa,
sebagaimana dalam persistiwa isteri Rifa’ah Di tempat yang lain, Raja Ali Haji memper-
yang ingin rujuk, tetapi dicegah oleh Nabi mainkan adrenalin pembaca dengan meng-
sebelum ia melakukan persetubuhan dengan gambarkan persiapan yang begitu matang dari
Abdurrahman bin Zubair yang ternyata lemah Encik Jurita dalam menyambut permainan
syahwat. “cina buta” dari Haji Dermawan.
“Apakah kamu ingin kembali kepada Rifa’ah? Encik Jurita yang baik rupa// tubuhnya putih
Oh, tidak boleh, sebelum kamu benar-benar lagipun shofa// dengan Haji akan berjumpa/
merasakan madu kecilnya Abdurrahman bin / hatinya seperti digoncang gempa//.
Mandilah ia bersuci diri// berbedak berlulur

10 ©2019, Widyasastra
Mustari/Widyasastra, 2(1), 2019, 1-13

lengan dan jari// muka yang cantik makin Haji Demawan dan Encik Jurita yang begitu
berseri// seperti Jurita sukar dicari//. Bahu- dahsyat di ronde kedua.
bahuan pula digosokkan// tubuh dan kaki Kemudian keduanya menidurkan diri//
semua disapukan// harumnya tidak dapat
waktupun hampir dini hari// Haji pun bangun
diperikan// sirih sekapur pula dimakan//.
menjima’ isteri// bergoncanglah rumah tidak
terperi//. Rumah itu runtuhlah sudah//
Mengikuti storytelling di atas, “pembaca” perbuatan Haji yang “haram zadah”// Haji
seolah diajak menyaksikan sebuah film erotis pun diam tundak tengadah// pura-pura tiada
nan lembut. Di mulai dengan hati Encik Jurita ianya endah//.
yang laksana digoncang gempa, lalu mandilah
ia bersuci diri, kemudian berbedak, berlulur Rupanya Gubuk Si Laba tidak kuat me-
lengan dan jari agar memperoleh aroma yang nanggung beban “gempa erotis” yang ditim-
wangi, bahu-bahuan pula digosokkan di bulkan oleh dua pasang “pemabuk birahi”.
seluruh tubuhnya. Dan terakhir, untuk meng- Terbukalah aib Lebai Guntur sebagai sutra-
harumkan bau mulut sirih sekapur pula dimakan. dara erotisme yang terlaknat itu.
Betapa erotisnya narasi-narasi di atas. Jadilah gempar sekalian orang// sebab
perbuatan Haji yang garang// ada tertawa
Dengan narasi filmis seperti itu, sukar bagi
ada memberang// pekerjaan yang sulit
pembaca untuk tidak membayangkan sesuatu
jadilah terang//. Lebai Guntur datang berlari/
yang erotis. Namun, karena pembaca tetaplah / berseluwar bulat ia berdiri// orang pun
sebagai pembaca yang berjarak dengan cerita. tertawa kanan dan kiri// malunya Lebai tidak
Cukuplah tokoh Si Laba dan Si Kembang, terperi//. Fadhilat ini sudahlah nyata// sebab
isterinya, yang mewakili hasrat terpendam pekerjaan bercina buta// mengikutkan hawa
pembaca di dalam cerita itu. nafsu yang meta// jadilah beroleh nama yang
lata//.
Adapun Si Laba empunya isteri// yaitu Si
Kembang putih berseri// parasnya elok sukar
dicari// perbuatanya Haji semua didengari//. Inilah sebenarnya tujuan utama Raja Ali
Kemudian naik pula ia ke rumah// syahwatnya Haji merangkai syair-erotis storytelling-nya. Ia
berang tiadalah lemah// isteri sendiri lalu ingin mempermalukan Lebai Guntur atau
dijamah// geramnya seperti hendak dimamah/ siapa pun yang berperilaku aib “kawin cina
/. Si Laba nan sangat bangkit inginnya// men-
buta”.
dengar Si Haji melakukan hajatnya// jadilah Si
Apabila sudah lepas ’iddahnya// Lebai pun
Laba datang nafsunya// tiadalah dapat lagi
balik kepada isterinya// dibaharui nikah oleh
ditahannya//. Si Laba pun birahi bukan
walinya// harang terconteng atas mukanya/
kepalang// akal pikirnya lenyap dan hilang//
/. Perbuatan Lebai tidak kelulu// memberi
dijamahnya Si Kembang paras gemilang// akan
thalaq gopoh terlalu// tiada hendak berpikir
melipurkan dendam dan walang//.
dahulu// ahkirnya Lebai beroleh malu//.

Dengan menceritakan dua pasang per-


Raja Ali Haji mengakhiri cerita erotisnya
setebuhan di sebuah gubuk reot di pinggir
dengan ungkapan sebagai berikut: Habislah
kota, erotisme yang digambarkan oleh Raja Ali
qissah Lebai nan tuan// dengan Jurita muda
Haji dengan sempurna kepada pembacanya.
rupawan// serta dengan Haji Dermawan//
Raja Ali Haji menyudahi ceritanya dengan
menjadi muhallil demikian kelakuan//. Diksi
kejadian tragis yang ditimbulkan oleh
“demikian kelakuan” dalam stilistika Melayu
pergumulan dahsyat dan gegap gempita antara
berkonotasi negatif. Namun, tidak satu pun

©2019, Widyasastra 11
Mustari/Widyasastra, 2(1), 2019, 1-13

dari narasinya yang bernada nasehat. Per- Vol. 32, No. 3, September 2017, hlm. 283-
buatan yang tercela itu, lambat atau cepat pasti -291.
akan ketahuan, entah dengan cara apa. Ung- Fisher, W.R. 1984. “Narration as a Human
kapan Melayu menyatakan Sepandai-pandai Communication Paradigm: The Case of
menyimpan bangkai, pasti tercium juga. public Moral Argument.”Communication
Monographs, 52, 347--367.
6. Penutup Fisher, W.R. 1987. Human Communication as
Memaknai Raja Ali Haji lewat storytelling- a Narration: Toward a Philosophy of
erotisnya, gampang-gampang susah karena Reason, Value, and Action. Columbia, SC:
sudah tertanam di benak para pengagumnya University of South Carolina Press.
bahwa citra Raja Ali Haji ialah seorang ulama Fitrah,Yundi. 2018. “Berkenalan Kembali
di samping gelar-gelar lain yang menggam- Dengan Raja Ali Haji; Pengarang
barkan talentanya. Mungkin banyak orang “Gurindam 12” dalam Pandangan Nilai-
tidak menyangka bahwa seorang Raja Ali Haji Nilai Luhur Moral Kemanusiaan,” dipre-
bisa juga bermain-main di wilayah birahi. sentasikan dalam Seminar Antarbangsa
Namun, Raja Ali Haji tidak luntur citranya Arkeologi, Sejarah, Bahasa, dan Budaya
karena Syair Lebai Guntur ini. Ia bahkan ber- di Alam Melayu (ASBAM) ke-7, Lombok,
hasil menunjukkan kelas dan menyempur- 28--29 Juli 2018.
nakan talentanya. Ia memang menyisipkan Hanum, Pradina Ziani Ardia. 2018. “Refleksi
syair ini di tengah-tengah dua syair yang ber- Erotisme Dalam Masyarakat Ditinjau Dari
tema besar sehingga luput dari perhatian. Karya Sastra,” dalam http://
Namun, syair ini laksana mutiara di dalam www.wonosobohitz.com/2017/07/25/
kerang di tengah samudra yang baru ditemu- refleksi-erotisme-dalam-masyarakat-
kan setelah lewat satu abad. ditinjau-dari-karya-sastra/, diakses
tanggal 04 Oktober 2018.
7. Daftar Pustaka Hood, Benny H. 1994. “Erotisme dalam
Adiyatno, Sam Devi. 2013. “Unsur Erotisme Bahasa: Sebuah Kajian Linguistik dan
pada Kumpulan Cerpen “Jangan Main- Semiotik”, dalam Erotisme dalam Sastra
Main” Karya Djenar Maesa Ayu”, Jurnal dan Bahasa. Lembar Sastra Universitas
Bahasa dan Sastra Untad (ISSN: 2302- Indonesia, No. 23.
2043), Fakultas Keguruan dan Ilmu Hood, Benny H. 2001. Dari Logika Tuyul ke
Pendidikan, Universitas Tadulako, Vol. 2, Erotisme. Magelang: Indonesia Tera.
No. 2, 2013. http://artikankata.com/kbbi-edisi-iii/cina-
Ali, Rozali bin Sifu. 2017. “Gila Talak dan Cina buta, diakses tanggal 26 Desember 2017.
Buta”, dalam https://jalanakhirat. https://kbbi.web.id/muhalil, diakses tanggal
wordpress.com, diakses tanggal 26 26 Desember 2017.
Desember 2017. Jafar, Muhammad. 2018. “Nikah Cina Buta
Aryandari, Citra dan Gilang Muhamad Sidiq. dalam Masyarakat Aceh Perspektif Fiqh
2017. “Goyang Karawang: Exploration of Syafi’iyyah”. Artikel untuk Proceeding.
Woman’s Body Between Rites and Fiesta”, Jayanti, Etri, Harris Effendi Thahar, dan
Mudra Jurnal Seni Budaya (e-ISSN : 2541- Ermawati Arief. 2012. “Erotisme dalam
0407), Institut Seni Indonesia Denpasar, Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu”,

12 ©2019, Widyasastra
Mustari/Widyasastra, 2(1), 2019, 1-13

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Rochkyatmo, Amir. 1994. “Unsur-Unsur


Indonesia UNP (ISSN 2302-3503), FBS Erotisme di dalam Teks Babad”, dalam
UNP Padang, Volume 1 No. 1, September Erotisme dalam Sastra dan Bahasa. Lembar
2012 Seri A. Sastra Universitas Indonesia. No. 23,
Mangkusudarmo, Soeharto. 2005. “Erotisme November 1994.
dalam Teks Sastra Jawa Kuno”, Jurnal Sari, Ima Noorma, “Erotisme Sajrone Crita
Humaniora (e-ISSN: 2302-9269), Jurnal Cekak Jawa Modern Taun 2012 Tintingan
Budaya, Sastra, dan Bahasa FIB UGM, Vol Sosiologi Sastra”, Jurnal Online Baradha
17, No 1, 2005. (ISSN: 2252-5777), Pendidikan Bahasa
Muhammad, K.H. Husein. 2017. “Mengenal Daerah, FBS, UNESA (Universitas Negeri
Kawin Cina Buta”, dalam https:// Surabaya), Vo. 1, No. 3, 2013.
mubaadalahnews.com, diakses tanggal 26 Septia, Emil. 2016. “Erotis dan Gaya Pen-
Desember 2017. ceritaan dalam Kumpulan Cerpen Karya
Mustari. 2016. “Tuntunan Pernikahan dalam Djenar Maesa Ayu”, dalam Jurnal
Naskah Syair Suluh Pegawai Karya Raja Gramatika: Jurnal Penelitian Pendidikan
Ali Haji: Kajian Intertekstualitas”, dalam Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Sumatera Barat, Vol. 2, No. 2, 2016, 101-
Kebahasaan dan Kesastraan. Yogyakarta: 117.
Balai Bahasa DIY. Sitanggang, S.R.H., dan Joko Adi Sasmito. tt.
Noor, Mohd. Arba’iyah dan Mohd. Hanafi Unsur Erotisme dalam Novel Indonesia,
Ibrahim (Ed.). 2017. Raja Ali Haji: Pemikir 1960-1970-an. Jakarta: Departemen
Ulung Alam Melayu Abad ke-19. Kuala Pendidikan Nasional.
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Sosiawan, Edwi Arif. 2009. “Pornography
Norhayati binti Mohd Ayub. 2017. Manifestation in Internet Media ( Content
PembahasanNikahMuhallil @ Kahwin Cina Analysis on Popular Local Porn Websites
Buta dalam Empat Mazhab dalam http:// in Indonesia )”, dalam Indonesian Journal of
yatieyayub.blogspot.com/2017/04/ Communication Studies. Universitas Pem-
pembahasan-nikah-muhallil-kahwin- bangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta,
cina.html, diakses tanggal 26 Desember Indonesia, Vol. 2, No. 1, Juni 2009.
2017. Sultan, Muhammad. 2017. “Studi Paradigma
Punyatmadja, I.B, 1978. Puncha Šradha. Naratif Walter Fisher pada Akktivitas
Jakarta: Yayasan Wisma Karma.. “Nongkrong” di Kalangan Remaja.” Jurnal
Raja Haji Ali Ibnu Al-Marhum Raja Haji Ahmad al-Khitabah, Vol.III, No.1 Juni 2017, 88-
Ibnu Al-Marhum Al-Ghâzî Raja Haji Yang 102.
Dipertuan Muda Riau asy-Syâhid fî Utomo, Imam Budi. 2001. Erotisme Dalam
Sabîlillâh Qaddasallâhu Asrârahum wa Sastra Jawa Klasik. Jakarta: Pusat Bahasa.
Ja’ala Al-Jinân Matswâhum. 1333 H. Fa Zaidan, Abdul Rozak, Erlis Nur Mujiningsih,
Haza Inilah Syair Yang Dinamai Akan Dia dan Puji Santosa. 1988. Unsur Erotisme
Suluh Pegawai, dalam kumpulan naskah dalam Cerpen Indonesia 1950-an. Jakarta:
Inilah Syair Siti Shiyanah Shahibah al-’Ulum Pusat Pembinaan Bahasa.
wa al-Amanah, Riau, Pulau Penyengat
Indrasakati, Kampung Tengah.

©2019, Widyasastra 13

Anda mungkin juga menyukai