Anda di halaman 1dari 25

Nama : Angela Sari Patimah

NPM : 19144600156

Kelas : A4-19

Ringkasan Materi Kelompok 1 Tunanetra

a. Tunanetra adalah orang yang tidak memiliki penglihatan samasekali (buta total)
hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatantetapi tidak mampu
menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisanbiasa berukuran 12 point
dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantudengan kaca mata yang disebut
low vision
b. Pengertian tunanetra menurut KamusBesar Bahasa Indonesia(Depdiknas, 2008),
adalah tidak dapat melihat atau buta. Sementara menurutAziz (2015), tunanetra
tidak saja identik dengan buta, karena tunanetra dapatdiklasifikasikan kedalam
beberapa kategori.
c. klasifikasi tunanetra
1. Buta total
Buta total yaitu kondisi penglihatan yang tidak dapat melihat dua jari di
mukanya atau hanya melihat sinar atau cahaya. Mereka tidak
biasmenggunakan huruf selain huruf braille. Ciri-ciri buta total
diantaranyasecara fisik mata terlihat juling, sering berkedip, menyipitkan
mata,kelopak mata merah, mata infeksi, gerakan mata tak beraturan dancepat,
mata selalu berair dan pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata.
2. Low fision
Low fision yaitu kondisi penglihatan yang apabila melihatsesuatu maka harus
di dekatkan atau mata harus dijauhkan dariobjekyang dilihatnya atau memiliki
pemandangan kabur ketika melihatobjek. Ciri-ciri low fision diantaranya
menulis dan membaca denganjarak yang sangat dekat, hanya dapat membaca
huruf yang berukuranbesar, mata tampak terlihat putih di tengah mata atau
kornea (bagianbening di depan mata) terlihat berkabut, terlihat tidak menatap
luruskedepan, memincingkan mata atau mengerutkan kening terutama
dicahaya terang atau saat melihat sesuatu, lebih sulit melihat pada malamhari,
pernah mengalami operasi mata dan atau memakai kacamata yangsangat tebal
tetapi masih tidak dapat melihat dengan jelas.

d. Karakteristik Tunanetra
1. Fisik anak tunanetra.
- Penglihatan samar-samar untuk jarak dekat atau jauh.
- Medan penglihatan yang terbatas
- Tidak mampu membedakan warna
- Adaptasi terhadap terang dan gelap terhambat
- Sangat sensitive terhadap cahaya.
2. Perkembangan kognitif anak tunanetra
- Ketunanetraan tidak secara otomatis mengakibatkan kecerdasanrendah.
- Mulainya ketunanetraan tidak mempengaruhi tingkat kecerdasan.
- Anak tunanetra ternyata banyak yang berhasil mencapai prestasiintelektual
yang baik, apabila lingkungan memberikankesempatan dan motivasi
kepad aanak tunanetra untukberkembang.
- Penyandang ketunanetraan tidak menunjukkan kelemahan
dalamintelegensi verbal. Kesimpulan padahasil penelitian Heyes di
atasmenegaskan bahwa pada dasarnyakondisi kecerdasan anaktunanetra
tidak berbeda dengan anak normal umumnya.
3. Perkembangan Akademik Anak Tunanetra
Kemampuana kademik anak tunanetra secara umum sama dengan anak
normal lainnya. Ketunanetraan mereka berpengaruh padaketerampilan
membaca dan menulis mereka. Untuk memenuhikebutuhan membaca dan
menulis mereka dibutuhkan media dan alatyang sesuai. Anak dengan
tunanetra total dapat membaca dan menulisdengan huruf braille, sedangkan
anak low fision menggunakan hurufcetak dengan ukuran yang besar.

4. Perkembangan Motorik Anak Tunanetra


Hilangnya kemampuan penglihatan tidak member pengaruh besarpada
keadaan motorik anak. Anak hanya membutuhkan belajar danwaktu yang
sedikit lebih lama untuk melakukan mobilitas. Seiringberjalannya waktu anak
dapat mengenali lingkungannya danberaktivitas dengan aman dan efisien.

5. Perkembangan Perilaku Anak TunanetraSecara tidak langsung kondisi


ketunaan anak tunanetramenimbulkan masalah pada perilaku kesehariannya.
Wujud perilakutersebut dapat berupa menggosok mata secara berlebihan,
menutup atau8melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau
mencondongkankepala ke depan, sukar membaca atau dalam mengerjakan
pekerjaanlain yang sangat memerlukan penggunaan mata, berkedip lebih
banyakdaripada biasanya atau lekas marah apabila mengerjakan
suatupekerjaan, membawa bukunya kedekat mata, tidak dapat melihatbenda-
benda yang agak jauh, menyipitkan mata atau mengkerutkandahi, tidak
tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau padatugas-tugas yang
memerlukan penglihatan, janggal dalam bermain yangmemerlukan kerjasama
tangan dan mata, dan menghindar dari tugas-tugas yang memerlukan
penglihatan atau memerlukan penglihatanjarak jauh.

6. Perkembangan Pribadi dan SosialKeterbatasan penglihatan anak tunanetra


berdampak padakemampuan social mereka. Mereka kesulitan dalam
mengamati danmenirukan perilaku social dengan benar. Mereka memerlukan
latihandalam pengembangan persahabatan dengan sekitar, menjaga
kontakmata atau orientasi wajah, penampilan postur tubuh yang
baik,mempergunakan gerakan tubuh dan ekspresi wajah,
mempergunakanintonasi suara dalam mengekspresikan perasaan, serta
menyampaikanpesan yang tepat saat berkomunikasi. Sementara karakteristik
sosialyang umum terlihat pada anak tunanetra yaitu hambatan
kepribadianseperti curiga, mudah tersinggung, dan ketergantungan yang besar
padaorang di sekelilingnya.
e. Tunanetra dapat disebabkan oleh bebrapa faktor, yaitu:
1. Prenatal
prenatal yaitu tahap sebelum bayi lahir masih didalamkandungan dan
diketahui sudah mengalami ketunaan. Faktor prenatalberdasarkan
periodisasinya dibedakan menjadi periode embrio, periodejanin muda, dan
periode janin aktini. Masa pre-natal ini sangat eratkaitannya dengan masalah
keturunan dan pertumbuhan ank dalamkandungan.
2. Neonatal
Periode neonatal yaitu periode dimana anak dilahirkan. Beberapa faktor nya
yaitu lahir sebelum waktunya atau prematur, lahir denganbantuan alat (tang
verlossing), posisi bayi tidak normal, kelahiranganda atau kesehatan bayi.
PosnatalKelainan pada periode posnatal merupakan kelainan yang
terjadisetelah anak lahir atau masa perkembangan anak. Pada periode
iniketunaan dapat terjadi akibat kecelakaan, panas badan yang terlalutinggi,
kekurangan vitamin, bakteri, dan kecelakaan yang bersifateksternal seperti
benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya,11kecelakaan kendaraan,
dan lain-lain.

f. Kebutuhan belajar anak tunanetra.


Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra pada dasarnya sama dengan strategi
pembelajaran bagi anak normal, hanya dalam pelaksanaannya memerlukan
modifikasi sehingga pesan atau materi pelajaran yang disampaikan dapat
diterima/ ditangkap oleh anak tunanetra melalui indera indera yang masih
berfungsi.

g. Layanan yang Sesuai untuk Anak Tunanetra


1. Jenis Layanan
a) Layanan umum
 Keterampilan
 Kesenian
 Olahraga
b) Layanan khusus atau layanan rehabilitasi
 Latihan membaca dan menulis braille
 Latihan penggunaan tongkat
 Latihan orientasi dan mobilitas
 Latihan visual/fungsional penglihatan
2. Tempat/ Sistem Layanan
a) Tempat khusus
 Sekolah khusus
 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
 Kelas jauh/ kelas kunjung
b) Sekolah biasa/ sistem integrasi
Melalui sistem integrasi/terpadu, anak tunanetra belajar bersama-sama
dengan anak normal (awas) dengan memperoleh hak kewajiban yang
sederajat. Sekolah dasar atau sekolah biasa lainnya yang menerima anak
tunanetra (anak luar biasa pada umumnya) sebagai siswanya, disebut
sekolah terpadu.

Ringkasan materi Kelompok 2 Tunarungu

a. Tunarungu adalah suatu kondisi atau keadaan dari seorang yang mengalami kekurangan
atau kehilangan indera pendengaran sehingga tidak mampu menangkap rangsangan
berupa bunyi, suara atau rangsangan lebih melalui pendengaran. Sebagai akibat dari
terhambatnya perkembangan pendengaranya, sehingga seorang tunarungu juga terhambat
kemampuan bicara. Istilah tunarungu berasal dari kata tuna dan rungu, dimana tuna
memiliki arti kurang sedangkan rungu artinya pendengaran.
b. Karakteristik anak tunaryngu
1. Segi fisik
Cara berjalan kaku dan agak membungkuk, yang disebakan karena terjadinya
permasalahan pada organ keseimbangan di telinga, pernafasan yang pendek dan tidak
teratur karena tidak bisa mendengar dengan baik sehingga mengakibatkan anak tidak
bisa mengatur pernapasan dengan baik, dan cara penglihatanyaagak beringas hal ini
di sebabkan karena penglihatan merupakan salah satu indra paling dominan yang
menunjukan keingintahuannya.
2. Segi bahasa
- Miskin akan kosa kata
- Sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan atau idiomatic
- Tata bahasa yang kurang teratur
3. Intelektual
Kemampuan intelektualnya normal namu karena keterbatasan dalam komunikasi dan
berbahasa perkembangan intelektualnya menjadi lamban. Hal ini pula yang menjadi
penyebab keterlambatan dalam perkembangan akademiknya.
4. Sosial-emosional
- Sering merasa curiga dan berprasangka
- Sering bersikap agresif.
- Sering bersikap
- Selalu khawatir dan ragu-ragu.
c. Kebutuhan Belajar
1. Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran (Speechreading)
2. Belajar Bahasa Melalui Pendengaran
3. Belajar Bahasa secara Manual
d. Layanan yang Sesuai
1. Layanan Umum, Sama dengan anak pada umumnya / anak yang mendengar yaitu
layanan akademikk, latihan dan bimbingan.
2. Layanan khusus, Bertujuan untuk mengurangi dampak ketunarunguan atau melatih
kemampuan yang masih ada, yang meliputi layanan bina bicara serta layanan bina
persepsi bunyi dan irama.
3. Layanan Bina Bicara, Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak tunarungu
dalam mengungkapkan bunyi-bunyi bahasa dalam rangkaian kata-kata, agar dapat
dimengerti atau diinterpretasikan oleh orang yang mengajak/diajak bicara. Latihan
bina bicara dikenal juga dengan latihan artikulasi.
4. Layanan Bina Persepsi Bunyi dan Irama, Bertujuan untuk melatih kepekaan terhadap
bunyi dan irama melalui sisa pendengaran atau merasakan vibrasi (getaran bunyi.
5. Metode Komunikasi
- Metode Oral.
- Metode membaca Ujaran
- Metode manual (isyarat)
- Komunikasi Total

Ringkasan materi kelompok 3 Tunagrahita

a. Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai
kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Anak tungrahita atau dikenal juga dengan
istilah keterbelakangan mental karena keterbatasan kecerdasanya mengakibatkan
dirinya sukar untuk mengikuti program penddikan disekolah biasa secara klasikal,
oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara
khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.
b. Karakteristik Tunagrahita
1. Perkembangan senantiasa tertinggal dibanding teman sebayanya.
2. Tidak mengubah cara hidupnya, ia cenderung rutin.
3. Perhatiannya tidak dapat bertahan lama, amat singkat.
4. Kemampuan berbahasa dan berkomunikasinya terbatas, umumnya anak gagap. 5.
Sering tidak mampu menolong diri sendiri.
5. Motif belajarnya rendah sekali.
6. Irama perkembangannya tidak rapi, suatu saat meningkat tinggi, tapi saat yang
lain menurun drastis.
7. Tidak peduli pada lingkungan.

c. Faktor penyebab ketunagrahitaan, sebagai berikut:


1. Faktor Keturunan
Terjadi karena adanya kelainan kromosorn (inversi, delesi, duplikasi) dan
kelainan gen ( kekuatan kelainan, lokus gen)
2. Gangguan Metabolisme dan Gizi
Gangguan metabolisme asam amino (phenylketonuria), gangguan metabolisme
saccharide (gargolism), kelainan hypothyroidism (cretinism).
3. Infeksi dan Keracunan
Karena penyakit rubella, syphilis bawaan, syndrome gravidity beracun.
4. Trauma dan zat radioaktif.
5. Masalah pada kelahiran.
6. Faktor lingkungan (sosial budaya).

d. Kebutuhan Belajar Tunagrahita


1. Kebutuhan Layanan
a) Kebutuhan layanan pengajaran yang sama dengan siswa lainnya. Mereka
hanya membutuhkan tambahan pengertian guru dan teman-temannya,
tambahan waktu untuk mempelajari sesuatu.
b) Kebutuhan layanan pembelajaran yang sangat khusus. Mereka membutuhkan
layanan, seperti: program stimulasi dan intervensi dini, meliputi: terapi
okupasi, terapi bicara, kemampuan bicara, kemampuan memelihara diri dan
belajar akademik.
2. Kebutuhan akan penciptaan lingkungan belajar
mereka membutuhkan lingkungan belajar seperti pengaturan tempat
duduk yang disesuaikan kebutuhan dalam pengembangan kemampuan bina diri,
anak tunagrahita membutuhkan konteks dan orientasi cerita yang dimulai dari
yang kongkrit kemudian menuju ke hal yang abstrak.
3. Kebutuhan dalam pengembangan kemampuan social dan emosi
4. Kebutuhan dalam pengembangan kemampuan keterampilan beberapa keunggulan

Ringkasan materi kelompok 4 Tunadaksa

a. Tunadaksa adalah kondisi dari seorang anak yang mengalami kerusakan pada tulang,
otot, atau sendi, sehingga menyebabkan hambatan dalam melakukan kegiatan-kegiatan
secara normal.
b. Karakteristik tunadaksa
1. Karakteristik fisik/kesehatan
Karakteristik fisik/kesehatan anak tunadaksa, antara lain sebagi berikut:
a) Mengalami cacat tubuh
b) Kecenderungan mengalami gangguan sakit gigi
c) Berkurangnya daya pendengaran dan penglihatan
d) Gangguan bicara
e) Gangguan keseimbangan
f) Gerakan tidak dapat dikendalikan
g) Susah berpindah tempat
h) Anggota gerak tubuh kaku, lemah, atau lumpuh
i) Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
j) Kesulitan pada saat berdiri, berjalan, atau duduk, dan menunjukkan sikap tubuh
tidak normal
k) Hiperaktif/tidak tenang
l) Sulit melakukan kegiatan yang membutuhkan integrasi gerak yang lebih halus,
seperti menulis, menggambar, dan menari.
2. Karakteristik akademik
Karakteristik akademik anak tunadaksa, antara lain sebagai berikut:
a) Anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem otot dan rangka umumnya
memiliki tingkat kecerdasan normal
b) Anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem serebal, memiliki tingkat
kecerdasan berentang, mulai dari tingkat idiocy sampai dengan gifted.
c) Anak cerebral palsy juga mengalami kelainan persepsi , kognisi, dan simbiolisasi.
3. Karakteristik sosial/emosional
Karakteristik sosial/emosional anak tunadaksa, antara lain sebagai berikut:
a) Konsep diri anak yang merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban
orang lain akan membuat anak tunadaksa menunjukkan karakteristik, antara lain
malas belajar, malas bermain, dan perilaku salah suai lainnya.
b) Penolakan oleh orangtua dan masyarakat terhadap anak penyandang tunadaksa
akan merusak perkembangan pribadi mereka.
4. Ketidakmampuan melakukan kegiatan jasmani dapat mengakibatkan anak tunadaksa
mengalami problem emosi, seperti rendah diri, mudah tersinggung, mudah marah,
pemalu, menyendiri, kurang dapat bergaul, dan frustasi.

c. Penyandang tuna daksa rata-rata mengalami gangguan psikologis yangcenderungmerasa


malu, rendah diri dan sensitif serta memisahkan diri dari lingkungannya.

d. Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi penyandang tunadaksa.
Faktor-faktor penyebab tersebut antara lain sebagi berikut:

1. Sebab-sebab sebelum lahir (fase prenatal)


a) Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu tengah mengandung sehingga
akhirnya menyerang otak bayi di dalam kandungannya, seperti sifilis, rubela, dan
typhus abdominolis.
b) Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu dan tali pusat
tertekan sehingga merusak pembentukan saraf-saraf di dalam otak bayi.
c) Bayi dalam kandungan terkena radiasi yang langsung memengaruhi sistem saraf
pusat, yang mengakibatkan struktur dan fungsinya terganggu.
d) Trauma (kecelakaan) yang dialami oleh ibu hamil, yang dapat mengakibatkan
terganggunya pembentukan sistem saraf pusat. Misalnya, jatuh dan perutnya
terbentur cukup keras, secara kebetulan mengganggu kepala bayi. Hal ini dapat
merusak sistem saraf pusat.
e) Faktor keturunan
f) Usia ibu pada saat hamil
g) Pendarahan pada waktu hamil
2. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal)
a) Proses kelahiran yang terlalu lama sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen.
Kekurangan oksigen dapat menyebabkan terganggunya sistem metabolisme pada
otak bayi. Akibatnya, jaringan saraf pusat mengalami kerusakan.
b) Pemakaian alat bantu pada proses kelahiran yang mengalmai kesulitan, yang
mengakibatkan rusaknya jaringan saraf orak pada bayi.
c) Pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan pada proses kelahiran melalui
operasi. Pemakaian anestasi yang melebihi dosisi ini dapat memengaruhi sistem
persarafan otak bayi sehingga otak mengalami kelainan struktur atau fungsinya.
d) Kesulitan melahirkan karena posisi bayi sungsang atau bentuk pinggul ibu yang
terlalu kecil
e) Pendarahan pada otak saat kelahiran
f) Kelahiran prematur

3. Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase postnatal)


a) Kecelakaan atau trauma kepala
b) Amputasi
c) Infeksi yang menyerang otak
d) Anoxia/hipoxia, yaitu kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh
Ringkasan materi kelompok 5 autisme

a. autisme adalah salah satu gangguan perkembangan pervasif ini diakibatkan oleh tiga hal
utama, pertama, pengasingan yang ekstrim(extremeisolative); kedua, kebutuhan patologis
akan kesamaan; ketiga, cara berbicara yangtidak komunikatif termasuk ekolalia dan
kalimat-kalimat yang tidak sesuai dengansituasi.
b. Karakteristik anak autis yang terjadi pada setiap anak berbeda-beda satu samalain.
Perbedaan tersebut terlihat sangat spesifik diantara mereka. Namun, secaragaris besar
karakteristik tersebut antara lain :
1. Kemampuan komunikas
Secara umum anak autis mengalami gangguan komunikasi verbal maupun non-verbal.
2. Gangguan perilaku
Anak autis mengalami gangguan pada sistem limbik yang merupakanpusat emosi
sehingga menyebabkan kesulitan mengendalikan emosi, mudahmengamuk, marah,
agresif, menangis tanpa sebab, takut pada hal-hal tertentu. Anak menyukai rutinitas
yang dilakukan tanpa berpikir dan dapat berpengaruh buruk jika dilarang dan
membangkitkan kemarahannya.
3. Gangguan Interaksi Sosial
Gangguan interaksi sosial ditunjukkan anak dengan menghindari bahkanmenolak
kontak mata, tidak mau menoleh jika dipanggil, tidak ada usahauntuk melakukan
interaksi dengan orang lain, lebih senang bermain sendiri, tidak dapat merasakan
empati, seringkali menolak untuk dipeluk, menjauhjika didekati untuk diajak bermain.
4. Gangguan Perilaku
Gangguan perilaku pada anak autis ditandai dengan perilaku
yangberlebihan(hyperaktif) atau kurangnya perilaku(hypoaktif), tidak suka
padaperubahan, dapat pula dengan duduk bengong dengan tatapan yang kosong.
5. Gangguan Emosi
Gangguan emosi pada anak autis ditunjukan dengan anak seringmarah-marah tanpa
alasan yang jelas, tertawa-tawa dan menangis tanpa alasan, temper tantrum(mengamuk
tak terkendali) jika dilarang/tidakdiberikan keinginannya, suka menyerang dan
merusak, terkadang anak autis dapat berperilaku menyakiti diri sendiri dan tidak
mempunyai empati dantidak mengetahui perasaan orang lain.
c. Hambatan Komunikasi Pada Anak Autis
Hambatan–hambatan Anak Autis Ada beberapa permasalahan yang dialami oleh anak autis
yaitu, anak autis memiliki hambatan kualitatif dalam interkasi sosial artinya bahwa anak
auitistik memiliki hambatan dalam kualitas interaksi dengan individu di sekitarnya, seperti
sering terlihat menarik diri, acuh tak acuh, lebih senang bermain sendiri, menunjukkan
perilaku yang tidak hangat, tidakadakontak mata dengan orang lain dan bagi mereka yang
keterlekatannya denganorang tua tinggi, anak akan cemas apabila ditinggalkan oleh orang
tuanya.
d. Penanganan anak autis oleh orang tua
di rumah didahului dengan orangtuamencari informasi tentang autis dan informasi tersebut
banyak didapat dari mendengarkan radio, membaca majalah, menonton TV, artikel, surat
kabar daninternet dan sharing dengan orang tua dari sesama anak yang mengalami
gangguan autis kemudian dilanjutkan dengan berkonsultasi kepada dokter, psikolog, lalu
dalam bidang akademik anak dibawah kesekolah khusus yaitusekolah Luar biasa untuk
anak autis.
e. Contoh Terapi Penunjang Bagi Anak Autis
Anak penderita autis dapat dilatih melalui terapi yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan anak, antara lainnya adalah :
1. Terapi Wicara : untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebihbaik.
2. Terapi Okupasi : untuk melatih motorik halus anak.
3. Terapi Bermain : untuk melatih mengajarkan anak melalui berbain sambil belajar.
4. Terapi Medikamentosa1/obat-obatan (drug therapy) : untuk menenangkananak melalui
pemberian obat-obatan yang diberikan oleh dokter yang berwenang.
5. Terapi melalui Makan (diet therapy) : untuk menguragi/mencegah tingkat gangguan
autisme.
6. Sensory Integration Therapy : untuk melatih kepekaan dan koordinasi dayaindra anak
autis (penglihatan, pendengaran, peraba)
7. Auditory Intregation Therapy : untuk melatih kepekaan anak lebih sempurna
8. Biomedical Treatment/therapy : untuk perbaikan dan kebugaran tubuh agar terlepas
dari faktor-faktor yang merusak(dari keracunan logamberat, efekcasomorphine dan
gliadorphine, allergen, dsb).
9. Hydro Therapy : untuk membantu anak autistic melepaskan energi yangberlebihan
pada diri anak melalui aktofitas di air.
10. Terapi Musik : untuk melatih auditory anak, menekan emosi, melatih kontakmata dan
konsentrasi.
f. Pendidikan untuk anak autis usia sekolah dapat dilakukan di berbagai penempatan.
Berbagai model diantaranya adalah :
1. Kelas Transisi Kelas ini diperuntukan bagi anak autistik yang telah diterapi
danmemerlukan layanan khusus termmasuk anak yang telah diterapi secaraterpadu
atau stuktur. Kelas transisi sedapat mungkin berada di sekolah reguler, sehingga pada
saat tertentu anak akan dapat berinteraksi dengan anak lain.
2. Program Persiapan Inklusi Program ini dilaksanakan oleh sekolah reguler yang sudah
siapmemberikan layanan bagi anak austik. Untuk dapat membuka programini sekolah
harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya adalah :
a) Guru terkait telah siap menerima anak autistik.
b) Tersedia ruang khusus (reourse room) untuk penanganan individual.
c) Teredia guru pembimbing khusus dan uru pendamping.
d) Dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari dua anak autistik.
3. Program Pendidikan Terpadu Program pendidikan terpadu dilaksanakan di sekolah
reguler. Dalamkasus/waktu tertentu anak-anak autistik dilayani di kelas khusus
untukremedial atau layanan lain yang diperlukan. Keberadaan anak autistik di kelas
khusus bisa sebagian waktu atau sepanjang hari tergantung dari kemampuananak
masing-masing.
4. Sekolah Khusus Autis Sekolah ini diperuntukan khusus bagi anak autis terutama yang
tidakmemungkinkan dapat mengikuti pendidikan di sekolah reguler. Anakdi sekolah
ini akan sulit berkonsentrasi dengan adanya distraksi di sekelilingmereka. Pendidikan
di sekolah ini difokuskan kepada programfungsional seperti bina diri, bakat, dan minat
sesuai potensi mereka.
5. Program Sekolah Dirumah Program ini diperuntukanbagi anak autis yang tidak
mampu mengikuti pendidikan di sekolah karena keterbatasannya. Anak-anak autistik
yangnonverbal, retardasi mental atau gangguan serius motorik dan auditorinyadapat
mengikuti program sekolah dirumah. Program ini dilaksanakandirumah dengan
mendatangkan guru pembimbing atau terapis atas kerjasamasekolah, orang tua dan
masyarakat.
6. Panti Rehabilitasi Autis Anak autis yang kemampuannya sangat rendah, gangguannya
sangat parah dapat mengikuti program di panti (griya) rehabilitasi autistik. Programdi
panti rehabilitasi lebih terfokus pada pengembangan :
a) Pengenalan diri.
b) Sensori motori dan presepsi.
c) Motorik kasar dan halus.
d) Bina diri, dan kemampuan sosial.
e) Keterampilan kerja terbatas sesuai minat, bakat dan potensinya.

Ringkasan materi kelompok 6 ADHD

a. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara umum ADHD ialah kondisi anak-anak yang
memperlihatkan sintom-sintom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif, dan
implusif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup
mereka.
b. Karakterisitk ADHD menurut DSM V (2014), orang dengan ADHD menunjukan
perilaku yaitu kurangnya perhatian dan hiperaktif-implusif yang mengganggu fungsi atau
perkembangannya.
c. Terdapat beberapa hal yang diduga menjadi penyebab terjadinya ADHD, secara umum
karena ketidakseimbangan kimiawi atau kekurangan zat kimia tertentu di otak yang
berfungsi untuk mengatur “perhatian dan aktivitas”. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya kecenderungan faktor keturunan (herediter) tetapi banyak pula penelitian yang
menyebutkan bahwa faktor-faktor sosial dan lingkunganlah yang lebih berperan
d. Kebutuhan belajar ADHD
1. Kebutuhan pengendalian diri.
Kebutuhan pengendalian diri lebih berkaitan dengan mengurangi atau menghilangkan
hyeraktivitas, meningkatkan rentang perhatian, dan pengendalian impulsivitas. Oleh
karena itu yang dibutuhkan anak ADHD adalah Rutinitas, struktur, dan konsistensi
2. Kebutuhan belajar
Untuk memenuhi kebutuhan belajar anak ADHD tidaklah mudah, dibutuhkan
pengetahuan dan keterampilan yang lebih. Dan yang paling mendasar adalah
ketangguhan , kesungguhan , dan kesabaran dalam membantu anak belajar yang
memang lain dari yang lain. Oleh karena itu penting terutama bagi orang tua dan guru
bekerjasama dan mencari cara-cara terbaik untuk dapat memilih berbagai strategi
pembelajaran yang sesuai bagi anak.
e. Layanan untuk ADHD
1. Pelayanan khusus dalam meningkatkan kebutuhan pengendalian diri yang meliputi
rentang perhatian, hiperaktif, dan pengendalian implusif. Hal ini dapat ditangani
dengan menerapkan program pelayanan dengan menggunakan pendekatan perilaku
yaitu merupakan satu set luas luas intervensi tertentu yang memiliki tujuan bersama
untuk memodifikasi lingkungan fisik dan sosial seperti mengembangkanmetode
pengajaran, masalah pengendalian perilaku, dan keterampilan fungsional untuk
mengubah suatu perilaku. (Rusch, 1988).
2. Pelayanan khusus dalam meningkatkan kebutuhan akademik melalui program
pembelajaran individual. Program ini di dasarkan pada kebutuhan setiap siswa dan
berpusat juga pada siswa serta bekerja dengan siswa. Pembelajaran individual disebut
juga dengan Individualisasi pengajaran yakni suatu proses pembelajaran yang
mengembangkan dan memlihara individualitas siswa. Program ini merupakan cara
yang senantiasa mengakomodasi kebutuhan dari masalah anak yang mengalami
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Terdapat tiga komponen dalam program pembelajaran individual menurut Samual
Gridley Howe (Delphie, 2006)yaitu :
a) Tahap kemampuan atau prestasi.
b) Tujuan umum yang akan dicapai (annual goal)
c) Tujuan pembelajaran khusus (short team objectives)
Materi kelompok 7 kesulitan belajar

a. Kesulitan belajar artinya ketidak mampuan. Kesulitan belajar anak adalah suatu
kondisi yang mana anak didik tidak belajar semana mestinya karena ada ganguan
tertentu.secara istilah kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik
tidak dapat belajar secara maksimal di sebabkan adanya hambatan kendala atau
ganguan dalam belajarnya.
b. Karakteristik
1. Kemampuan Persepsi yang Rendah (poor perceptual abilities) Kemampuan
persepsi yang rendah, berkaitan dengan persepsi pendengaran, persepsi visual,
dan persepsi taktil.
2. Kesulitan Menyadari Tubuh Sendiri (body wareness difficulties)
Kesadaran terhadap tubuh didefinisikan sebagai konsep dan pemahaman bahwa
adanya saling keterhubungan yang erat antara tubuh seseorang dengan
lingkungannya selama proses perubahan perilaku. faktor-faktor yang terlibat
dalam perkembangan kesadaran terhadap tubuh adalah kinasthesia, asimilasi,
dan perlengkapan visual.
3. Kelainan Kegiatan Gerak (disorder of motor activity)
Kelainan gerak seringkali dapat diamati pada anak-anak dengan hendaya
kesulitan belajar. Hal itu dimungkinkan karena masalah gerak dan kesulitan
belajar mempunyai etiologi yang sama (Myers & Hammill dalam Geddes,
1981.
4. Kesulitan dalam ketrampilan psikomotor sangat erat hubungannya dengan
ketidakberfungsian persepsi khusus
c. Kebutuhan belajar
ada tiga hal yang perlu dilakukan dalam mengidentifikasi kebutuhan
pembelajaran:
1. Menetukan kesenjagan penampilan siswa yang di sebabkan kekuragan
kesempatan mendapatkan pendidikan \ pelatihan .
2. Mengidentifikasikan bentuk kegiatan pembelajaran yang paling tepat.
3. Menetukan populasi sasaran yang dapat mengikuti kegiatan pembelajaran
d. Layanan yang sesuai
1. Kesulitan belajar umum
a. Untuk kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang kurangnya motivasi
dan minat belajar
- Hindarkan saran dan pernyataan negatif dan yang dapat melemahkan
kegairahan belajar
- Ciptakan situasi-situasi kompetitif sesama siswa secara sehat
- Kembangkan sasaran-sasaran antara atau tujuan-tujuan khusus
intermedier yang mudah dijangkau secara bertahap
b. Kasus kesulitan belajar yang berlatarbelakang dengan sifat negatif
terhadap guru pelajaran, dan situasi belajar
- Ciptakan iklim sosial yang sehat di dalam kelas atau kelompok siswa
- Kembangkan kehangatan hubungan antara siswa dengan guru dan siswa
dengan siswa
- Berikan kesempatan memperoleh pengalaman yang menyenangkan atau
memuaskan, atau memperoleh pengalaman rasa sukses dalam belajar
meskipun dengan prestasi yang minimal.
c. Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kebiasaan belajar yang
salah
Tunjukkan akibat atau pengaruh kebiasaan yang salah terhadap prestasi
belajar dan kehidupan seseorang
- Berikan kesempatan masa transisi untuk berlatih dengan pola-pola
kebiasaan baru dan meninggalkan kebiasaan lama yang salah.
d. Kesulitan belajar dengan latar belakang Kapten serasian antara kondisi
objektif keragaman pribadinya dengan kondisi objektif instrumental input
dan lingkungannya
- Bimbingan informatif dalam pilihan program/ bidang studi
bahan/sumber strategi/metode/teknik belajar secara rasional Diskusi
dan atau kerja kelompok
- Proyek kegiatan bersama di kelas, karyawisata dan sebagainya
2. Kesulitan Membaca
Kesulitan membaca bagi anak-anak berkebutuhan khusus terjadi dalam bentuk
dan karakteristik yang bervariasi titik secara umum kesulitan membaca dapat diklasifikasi
menjadi dua, yaitu
a. kesulitan membaca primer yang terjadi akibat adanya kelainan biologis pada otak, dan
b. kesulitan membaca sekunder yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti, persepsi
kepribadian yang salah pembelajaran di sekolah ataupun sosial budaya.
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat diberikan untuk anak-anak
berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan belajar diantaranya adalah dengan
meningkatkan kemampuan mengenal dan memahami setiap bunyi bahasa, kata-kata
dan kalimat, kelancaran ucapan, dan pemahaman bacaan. Aktivitas pembelajaran
dilakukan secara khusus terutama dengan program pembelajaran individual (IEP)
ataupun dengan program-program remidi di sekolah.
3. Kesulitan menulis
Khusus mengenai kesulitan menulis tangan (hand writing) strategi pembelajaran
dapat dilakukan dengan beberapa aktivitas yaitu latihan membuat lingkaran garis
geometris atau angka-angka titik menulis atau melukis dengan jari di tanah atau pasir
atau media lain yang sesuai. Menempatkan posisi duduk yang nyaman sebagai persiapan
menulis. Menggambar atau menebalkan bentuk huruf yang dibuat dalam figure titik-titik.
Menulis dengan menggunakan kertas bergaris.
4. Kesulitan matematik
Diharapkan untuk dilakukan pembinaan kemampuan matematika umumnya anak-
anak belum memiliki kecakapan dasar yang diperlukan dalam belajar matematika titik
jadi anak-anak diarahkan pada sejumlah konsep sebelum mereka memiliki kecakapan
prerequisite. Belajar Matematika adalah suatu proses bertahap, dan anak-anak harus
memiliki kecakapan tahap awal sebelum melangkah pada tahap berikutnya. Awal itu
mencakup hubungan spesial, kecakapan visual motorik, visual persepsi, Konsep waktu.
Ringkasan materi kelompok 8 Tunaganda
a. Tunaganda adalah anak yang menyandang kombinasi atau gabungan dari dua
atau lebih kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan sosial
sehingga mengalami masalah masalah jasmani, mental, atau emosional yang
sangat berat.
b. Menurut Mangunsong dkk. (1998), anak tunaganda mempunyai kelainan lebih
dari satu macam dengan ciri-ciri fisik seperti gangguan refleks, gangguan
perasaan kulit, gangguan fungsi sensoris, gangguan fungsi motorik, gangguan
fungsi metabolisme dan sistem endokrin, gangguan fungsi gastrointestinal,
gangguan fungsi sirkulasi udara, gangguan fungsi pernapasan, dan gangguan
pembentukan ekskresi urine.
c. Etiologi tunaganda
1. Faktor penyebab anak berkubutuhan khusus yang terjadi sebelum kelahiran
(pre-natal), yaitu masa anak masih berada dalam kandungan telah diketahui
mengalami kelainan dan ketunaan. Kelainan yang terjadi pada masa prenatal,
berdasarkan periodisasinya dapat terjadi pada periode embro, periode janin
muda, dan periode aktini (sebuah protein yang penting dalam mempertahankan
bentuk sel dan bertindak bersama-sama dengan mioin untuk menghasilkan
gerakan sel) (Arkhanda, 2006). Antara lain: Gangguan Genetika (kelainan
kromosom, transformasi); Infeksi Kehamilan; Usia Ibu Hamil (high risk
group); keracunan Saat Hamil; Pengguguran; dan lahir premature.
2. Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus yang terjadi selama proses
kelahiran. Yang dimaksud disini adalah anak mengalami kelainan pada saat
proses melahirkan. Ada beberapa sebab kelainan saat anak dilahirkan, antara
lain anak lahir sebelum waktunya, lahir dengan bantuan alat, posisi bayi tidak
normal, analgesic (penghilang nyeri) dan anesthesia (keadaan narcosis),
kelainan ganda atau karena kesehatan bayi yang kurang baik. Proses kelahiran
lama (anoxia), premature, kekurangan oksigen, kelahiran dengan alat bantu
(vacuum), kehamilan terlalu lama (>40 minggu).
3. Faktor penyebab anak berkebutuhan khusus yang terjadi setelah proses
kelahiran yaitu masa dimana kelainan itu terjadi setelah bayi dilahirkan, atau
saat anak dalam masa perkembangan. Ada beberapa sebab kelainan setelah
anak dilahirkan antara lain infeksi bakteri (TBC/virus), kekurangan zat
makanan (gizi, nutrisi), kecelakaan dan keracunan, sehingga dapat
berpengaruh terhadap otak (meningitis atau encaphalities).
d. Kebutuhan belajar tunaganda
Untuk sekolah dalam membantu kebutuhan anak tunaganda dapat menggunakan
program pembelajaran individual (PPI)/ individual educational plan (IEP).
PPI/IEP adalah teknik yang mengatur prilaku, pelatihan keterampilan diri,
kebutuhan medis dan pelatihan orang tua untuk penangan anak berkebutuhan
khusus. Program pembelajaran ini didasarkan pada gaya, kekuatan dan kebutuhan
khusus siswa dalam belajar.
e. Layanan khusus
Pada pasal 15 UUSPN no 20 tahun 2003 tentang pendidikan khusus disebutkan
bahwa pendidikan khusus untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik
yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau
berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar atau menengah.
Pembelajaran untuk ABK membutuhkan suatu pola tersendiri sesuai dengan
kebutuhannya masing-masing, yang berbeda satu dengan lainnya. Dalam
penyusunan program pembelajaran untuk setiap bidang studi, hendaknya guru
kelas sudah memiliki data pribadi setiap siswa. Data pribadi yakni berkaitan
dengan karakteristik spesifik, kemampuan dan kelemahannya, kompetensi yang
dimiliki, dan tingkat perkembangannya.
Materi kelompok 9 CIBI

a. Silverman dalam Supriyanto (2012: 25-26), cerdas istimewa merupakan perkembangan


yang tidak sebagaimana mestinya dalam kemampuan pengetahuan level tinggi dan dalam
intensitas paling tinggi dalam menciptakan pengalamannya sendiri serta kesadaran atas
perbedaan dari perkembangan secara normal.
b. Karakteristik
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik dengan intelektual, juga dengan sekolah yang mungkin
mengalami kesenjagan, dikhawatirkan secara tidak sengaja akan menjadi penghambat
aktivitas individu (siswa),terutama berkaitan dengan pembelajaran.
2. Perkembangan Kognitif
Struktur otak individu yang berbakat mempunyai kepercayaan diri yang tinggi,
cenderung lebih dominan, lebih mampu mengendalikan lingkungan, dan lebih
komperatif. Namun ia kadang memiliki kelemahan yaitu sering kurang menghargai
pendapat teman sebayanya.
3. Perkembagan Emosi
Perkembangan emosi individu cerdas dan berbakat lebih matang dan stabil, karena ia
mempunyai kemampuan kognitif yang tinggi. Kemampuan kognitif tersebut membuat
individu cerdas berbakat mampu mengelola informasi sehingga menumbuhkan
kesadaran akan diri dan duniannya.
4. Perkembangan Sosial
Individu berbakat cenderung memilih kawan yang lebih besar, yaitu yang usia
kronologisnya lebih tua darinya tetapi memiliki kesamaan usia intelektual. Dalam
persepsi dirinya, dia mempunyai kebebasan pribadi lebih besar dari yang dimiliki
teman-temannya., bentuk-bentuk interaksi kerjasama dan demokratik sanggat
dihargainya, ini kurang senang berkompromi terutama terhadap hal-hal yang
dianggapnya tidak sesuai dengan kebenaran atau nuraninya.(dalam nenerapkan anak
cerdas dan berbakat)adalah aturan dala penyelenggaraan kelas unggulan yang
menetapkan persyaratan murid harus memiliki nilai rata-rata 8(delapan).

c. Metode/Program Bimbingan bagi Siswa Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa


1. Program CIBI
Program bimbingan bagi siswa cerdas dan berbakat dapat digolongkan ke dalam
bentuk sebagai berikut:
a) Pengayaan (Enrichment)
Enrichmentatau pengayaan merupakan bimbingan bagi siswa dengan jalan
menyediakan kesempatan serta fasilitas belajar tambahan yang bersifat vertikal
(pendalaman) dan horizontal (perluasan) setelah siswa menyelesaikan semua
tugas yang diprogramkan terhadap siswa pada umumnya termasuk siswa yang
bersangkutan.Bentuk tugas ini dalap dilakukan dengan pemberian tugas mencari
materi di perpustakaan, belajar mandiri (independent study), proyek penelitian,
studi kasus, dan sebagainya.
b) Percepatan (Accelaration)
Pembinaan siswa berbakat dilakukan dengan memperbolehkan siswa naik kelas
secara melompat atau meneyelesaikan program regular dalam jangka waktu yang
lebih cepat.Bentuk percepatan seperti masuk kelas lebih awal, naik kelas sebelum
waktuny, mempercepat pejaran, dan sebagainya.
c) Pengelompokan Khusus (Segregation)
Program Segregation ini dapat dilakukan secara penuh atau sebagian. Kegiatan
ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan siswa-siswa yang
mempunyai kemampuan luar biasa (cerdas dan berbakat) dan diberi kesempatan
untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan
potensinya.Pelaksanaannya dapat diselenggarakan seminggu sekali atau tiap hari
dalam satu semester penuh. Bentuk Segregation antara lain; huumogeneus
grouping, clister grouping, subgrouping dan cross grouping.
2. Metode CIBI
Metode-metode pembelajaran tidak didiskusikan lebih jauh oleh guru, tetapi sebagian
besar guru berpendapat bahwa penilaian bukan hanya dari nilai tes saja tetapi dari hal
lain, misalnya tugas daan keaktifan dikelas. Jika ada siswa mendapat nilai buruk
dalam tes hafalan, guru akan memanggil siswa tersebut dan menanyakan sebabnya

d. Teknik Bimbingan bagi Siswa Cerdas Istimewa dan Berbakat Istimewa


1. Pengembangan Ranah Kognitif/Intelektual
Guru pada pengembangan ini diharapkan menyediakan rentangan pengalaman
belajar yang luas serta dapat diakselerasikan dan mengakselerasi perkembangan
kognitif siswa berbakat. Pengolahan bahan dan tugas ajar dilakukan secara khusus
yang mendasarkan pada kurikulum yang ada sehingga dapat memberikan layanan
optimal bagi siswa cerdas dan berbakat.
2. Pengembangan Ranah Afektif
Pembimbing diharapkan memahami pikiran dan diharapkan anak berbakat dengan
sikap terbuka, serta membantu anak memahami pikiran dan harapan yang ada pada
dirinya dan kemungkinan pemenuhannya di dalam kehidupan
berkelompok.Pemahaman sikap, pemikiran dan harapan terhadap orang lain (dalam
hal ini khususnya individu cerdas dan berbakat) tidak mungkin dilakukan oleh
sesorang yang berfikit negative terhadap dia, namun oleh orang yang mempunyai
pemikiran “bersih”, dengan bertanya langsung kepada yang bersangkutan “dari
tangan pertama” dan bukan berdasarkan berita “bukan dari tangan orang lain”. Data
atau informasi dari orang lain tanpa adanya cross check terhadap yang bersangkutan
bisa jadi akan menjadi fitnah yang akan merugikan semua pihak. Mengapa
demikian, karena penanganan yang keliru terhadap mereka bisa berakibat aset
bangsa yang sangat berharga akan tidak termanfaaatkan secara optimal.
3. Pengembangan Ranah Fisik
Pembimbing diharapkan memberi layanan yang dapat memungkinkan siswa
memperoleh pengalaman memadukan pola perkembangan berfikir dengan
perkembangan fisik.Layanan Bimbingan yang dapat diberikan adalam membantu
siswa memilih kegiatan fisik yang sesuai dengan perkembangannya dan memberikan
peran-peran yang sesuai di dalam kelompoknya.
4. Pengembangan Ranah Intitif
Fungsi intuitif merupakan fungsi yang terlibat di dalam pemunculan wawasan dan
tindakan yang kreatif.Mengingat fungsinya tersebut, maka layanan bagi siswa
berbakat perlu memperdulikan pengembangan pengalaman yang mendorong
individu untuk berimajinasi dan berkreasi.Pengembangan lingkungan belajar yang
merangsang stimulus baru sebagai daya imajinasi dan kreativitas individu, dapat
dirancang sebagai bentuk layanannya.Hal ini dapat dilakukan melalui penyajian
stimulus yang mendorong siswa mencari informasi baru sebagai alternative
pemecahannya.

5. Pengembangan Ranah Masyarakat


Pemberian layanan dapat dilakukan dengan membantu siswa memperoleh pengalaman
mengembangkan diri menjadi anggota kelompok, serta mampu berpartisipasi dalam
proses kelompok, memperluas perasaan keanggotaan kelompok menjadi anggota
keanggotaan masyarakat, memperluas identifikasi terhadap masyarakatluas.
Pelaksanaanya dapat dilakukan dengan meramcang kegiatan-kegiatan kelompok khusus.

Anda mungkin juga menyukai