Anda di halaman 1dari 8

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) program keluarga

berencana terorganisir di negara berkembang sejak tahun 1960-an terutama

difokuskan pada perempuan, dengan sedikit perhatian untuk melibatkan laki-

laki. Upaya untuk meningkatkan keseimbangan gender tumbuh sebagai hasil

dari konferensi Internasional Kependudukan Dan Pembangunan (ICPD), sejak

saat itu kebutuhan terus berlanjut untuk memperkuat keterlibatan laki-laki dan

melibatkan mereka sebagai akseptor keluarga berencana serta mitra

pendukungnya (WHO, 2018).

Pengguna kontrasepsi di dunia menurut World Health Organization

(WHO) sebagian besar adalah wanita, yaitu lebih dari 100 juta wanita, terdiri

dari yang menggunakan kontrasepsi hormonal 75% dan 25% menggunakan

kontrasepsi non hormonal. Sedangkan Akseptor KB pria sangatlah rendah,

penggunaan metode kontrasepsi pria yang paling banyak digunakan secara

global adalah kondom, yaitu sebanyak 12,3% dari semua penggunaan

kontrasepsi diseluruh dunia. Angka terendah penggunaan kondom adalah

negara Afrika yaitu 6,7% dan 6,0% di negara negara kurang berkembang

seperti sub Sahara Afrika, Oseania dan bagian negara Amerika latin,

sedangkan penggunaan kondom tertinggi ada di Eropa yaitu 24,6%

1
2

Sedangkan data MOP duniasebesar 2,4%. Akseptor MOP tertinggi

ada di India yaitu 97, 4%, dan disusul oleh Nepal sebesar 77% (WHO, 2018).

Peran program KB sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan

reproduksi wanita maupun reproduksi pria. Bagi kesehatan reproduksi wanita

program KB bisa mengatur umur ibu yang tepat dalam melahirkan sehingga

juga merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu. Program

KB juga berperan bagi kesehatan reproduksi suami antara lain untuk

mencegah terkena Penyakit Menular Seksual (PMS), membantu pria yang

mengalami gangguan disfungsi seksual (Rekha, 2020).

Ada banyak jenis metode kontrasepsi yang dapat digunakan oleh

wanita maupun pria, yang terdiri dari beberapa metode, yaitu metode

kontrasepsi sederhana atau alamiah (MAL, metode kalender, meode suhu

basal, metode lendir serviks, metode symtothermal, metode barier, spermisida,

kondom), metode kontrasespi hormonal (Pil,suntikan, implan, IUD), metode

kontrasepsi mantap (MOP, MOW). Jenis kontrasepsi tersebut memiliki

kelebihan dan kekurangan masing-masing, tetapi kebanyakan hal tersebut

menimbulkan banyak keluhan bagi para akseptor KB wanita, karena

kebanyakan metode yang dipakai adalah metode kontrasepsi hormonal. Dalam

hal ini partisipasi suami dalam ber KB sangat penting baik secara langsung

maupun tidak langsung (Ulfa, 2018).

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

penduduk yang besar.Setiap tahunnya jumlah penduduk Indonesia mengalami

peningkatan. Pertumbuhan penduduk Indonesia berkisar antara 2,15% per


3

tahun hingga 2,49% per tahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu

dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian

(mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi) (Qonitun, 2018) .

Dalam penelitian Rahardi, dkk tahun (2018) menjelaskan bahwa

pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan migrasi.

Permasalahan penduduk sejatinya dapat ditekan dengan adanya program KB,

pemahaman akan penggunaan kontrasepsi telah disosialisasikan oleh

pemerintah sampai ditingkat RT/RW, namun terdapat berbagai kendala dalam

pelaksanaan yang kadang dapat menimbulkan perbedaan persepsi antara

masyarakat maupun keluarga khususnya para keluarga atau suami itu sendiri.

Sejak tahun 2001 pemerintah Indonesia telah melaksanakan pembangunan

yang berorientasi pada kesetaraan dan keadilan gender, namun demikian

permasalahan yang kita hadapi adalah jumlah pria yang turut serta dalam

melaksanakan program KB dan Kespro. Pencapaian pelaksanaan program KB

dapat dikatakan berhasil dengan adanya peningkatan jumlah PUS dalam ber

KB. Namun terdapat ketimpangan dalam jumlah penggunaan alat kontrasepsi

pada PUS antara wanita dan pria. Menurut data status pemakaian kontrasepsi

tahun 2017 masih terdapat 36,4% masyarakat Indonesia yang tidak

menggunakan kontrasepsi, partisipasi pria dalam ber KB masih sangat rendah

di Indonesia masih dibawah 8% dari yang ditargetkan pemerintah yaitu 8,77%

(Nurlina, 2018).
4

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2019 cakupan peserta

KB aktif menurut metode kontrasepsi modern yaitu, Suntik sebanyak 63,7%,

Pil sebanyak 27,6%, IUD/AKDR sebanyak 7,4%, MOP sebanyak 0,5%,

MOW sebanyak 2,7%, Implan sebanyak 7,4%, kondom sebanyak 1,2%.

Sedangkan pada tahun 2018 cakupan peserta KB aktif menurut metode

kontrasepsi modern yaitu suntik sebanyak 63,71%, pil sebanyak 17,24%,

IUD/AKDR sebanyak 7,35%, MOP sebanyak 0,5%, MOW sebanyak 2,76%,

implan sebanyak 7,2 %, dan kondom sebanyak 1,2%. Dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak ada peningkatan pada akseptor pria dalam ber KB

dari tahun 2018 sampai 2019, hal ini dapat dilihat dari hasil capaian metode

kontrasepsi MOP maupun kondom masih diangka yang sama. Masih

rendahnya penggunaan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang)

dikarenakan pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang kelebihan

metode MKJP dan keterbatasan jumlah tenaga terlatih serta sarana yang ada

(Profil kesehatan Indonesia, 2019).

Rendahnya pengguna KB pria sangat dipengaruhi oleh kurangnya

pengetahuan pria dalam memilih metode kontrasepsi (Sadirah, 2019). Dalam

penelitian yang dilakukan Raidanti, dkk (2018) mengatakan bahwa faktor

faktor yang mempengaruhi akseptor KB pria dalam memilih metode

kontrasepsi adalah umur, rendahnya pengetahuan dan juga pria yang memiliki

jumlah anak yang banyak (Raidanti, 2018).

Menurut BKKBN Sumatera Selatan peserta KB aktif tahun 2018

sebesar 1.357.394 orang, yang terdiri dari akseptor KB IUD sebanyak 4,68%,
5

implan sebanyak 23,63%, suntik sebanyak 42,57%, pil sebanyak 21,34%,

kondom sebanyak 4,41%, MOP sebanyak 0,45%, MOW sebanyak 2,94%.

Pada tahun 2019 peserta KB aktif sebesar 1.402.046 orang, yang terdiri dari

akseptor KB IUD sebanyak 4,61%, implan sebanyak 23,61%, suntik sebanyak

42,80%, pil sebanyak 21,11%, kondom sebanyak 4,48%, MOP sebanyak

0,43%, dan MOW sebanyak 2,96%. Dari data tersebut akseptor pria yang

menggunakan kondom dan MOP mengalami peningkatan di tahun 2019

( BKKBN prov. Sumsel, 2019).

Sedangkan data peserta KB aktif di kabupaten Empat lawang pada

tahun 2020 sebesar 31.398 orang (akseptor KB wanita sebanyak 30.368 orang

akseptor Kb pria sebanyak 1.030 orang), yang terdiri dari kondom sebesar

3,06%, pil sebanyak 12,41%, suntik sebanyak 62,45%, IUD sebanyak 1,54%,

implan sebanyak 8,85%, MOW sebanyak 0,19%, MOP sebanyak 0,21%.

Berdasarkan data perbandingan 10 puskesmas di kabupaten Empat Lawang

pada tahun 2020, jumlah akseptor KB kondom tertinggi berada di puskesmas

Sikap dalam sebanyak 8,62%, urutan kedua puskesmas Pendopo sebanyak

5,99%, urutan ketiga puskesmas Tebing Tinggi sebanyak 4,3%, urutan

keempat puskesmas Lesung Batu sebanyak 3,44%, urutan kelima puskesmas

Padang Tepong sebanyak 1,83%, urutan keenam puskesmas Talang Padang

sebanyak 1,58%, urutan ketujuh puskesmas Muara pinang sebanyak 0,67%,

urutan kedelapan puskesmas Pendopo Barat sebanyak 0,15%, urutan

kesembilan puskesmas Muara Saling sebanyak 0,14%, urutan kesepuluh

puskesmas Nanjungan sebanyak 0%. Sedangkan data akseptor KB MOP


6

tertinggi berada di puskesmas Lesung Batu sebanyak 1,08%, urutan kedua

puskesmas Muara pinang sebanyak 0,19%, dan tidak ada akseptor KB MOP

di 8 puskesmas lainnya (BKKBN kabupaten Empat lawang, 2020).

Peserta KB aktif di Puskesmas Pendopo Tahun 2019 sebesar 2.678

orang (akseptor KB wanita sebesar2.484 orang, akseptor KB pria sebanyak

194 orang) yang terdiri dari kondom sebesar 7,25%, pil sebanyak 22,06%,

suntik sebanyak 58,96%, IUD sebanyak 0,48%, Implan sebanyak 1,79%, dan

tidak ada akseptor KB MOW dan MOP. Sedangkan pada tahun 2020 jumlah

peserta KB aktif yaitu sebesar 3.135 orang (akseptor KB wanita sebanyak

2939 orang, akseptor KB pria sebanyak 196 orang) yang terdiri dari kondom

sebanyak 6,25%, pil sebanyak 21,9%, suntik sebanyak 64,56%, IUD sebanyak

1,97%, implan sebanyak 2,29 %, MOW sebanyak 0,06%, dan tidak ada

akseptor KB MOP (Laporan bulanan puskesmas Pendopo, 2020)

Hasil studi pendahuluan dari tanggal 2 sampai dengan tanggal 10

bulan Desember 2020 di Puskesmas Pendopo, hasil wawancara terhadap 10

orang pria yaitu:

1. Angga/ 35 tahun/ Pendopo / jumlah anak 3 orang/ menggunakan KB kondom

2. Dede/ 30 tahun/ Tanjung Raman/ jumlah anak 2 orang/ menggunakan KB

kondom

3. Toni/ 42 tahun/ Pendopo/ jumlah anak 3 orang/ tidak menggunakan

kontrasepsi

4. Lukman/ 35 tahun/ Nanjungan/ jumlah anak 3 orang/ menggunakan KB

kondom
7

5. Dedi/ 26 tahun/ Lubuk Sepang/ jumlah anak 2 orang/ menggunakan KB

kondom

6. Andi/ 47 tahun/ Pendopo/ jumlah anak 2 orang/ tidak menggunakan KB

7. Raja/ 50 tahun/ Tanjung Raman/ jumlah anak 4 orang/ tidak menggunakan

KB

8. Yogi/ 33 tahun/ jumlah anak 1 orang/ tidak menggunakan KB

9. Budi/ 48 tahun/ Lingge/ jumlah anak 3 orang/ tidak menggunakan KB

10. Yoki/ 39 tahun/ Pagar tengah/ jumlah anak 2 orang/ tidak menggunakan KB

Dari data tersebut didapatkan pria yang menggunakan Kondom sebanyak

4 orang, dan yang tidak menggunakan KB sebanyak 6 orang, di wilayah kerja

puskesmas Pendopo rata-rata akseptor KB adalah wanita usia subur, sebagian

besar mereka menggunakan KB hormonal dan sangat sedikit pria yang menjadi

akseptor KB.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya

kesertaan Pria dalam ber-KB, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi

Pria dalam Memilih KontrasepsidiWilayah Kerja Puskesmas Pendopo

Kabupaten Empat Lawang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan
8

partisipasi Pria dalam Memilih Kontrasepsidiwilayah kerja puskesmas

Pendopo Kabupaten Empat Lawang?.

C. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan

partisipasi pria dalam memilih metode kontrasepsi diwilayah kerja

Puskesmas Pendopo Kabupaten Empat Lawang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran frekuensi umur diwilayah kerja

Puskesmas Pendopo Kabupaten Empat Lawang

b. Untuk mengetahui gambaran frekuensi pengetahuan diwilayah kerja

Puskesmas Pendopo Kabupaten Empat Lawang

c. Untuk mengetahui gambaran frekuensi paritas diwilayah kerja

Puskesmas Pendopo Kabupaten Empat Lawang

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi puskesmas Pendopo

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi bidan


ataupun petugas di puskesmas pendopo dalam memberikan konseling KB
khususnya akseptor KB pria dalam memilih metode KB pria.

Anda mungkin juga menyukai