Modul Suparman Ps B 08082017
Modul Suparman Ps B 08082017
KELOMPOK KOMPETENSI B
Pengarah
Sumarna Surapranata, Ph.D.
Penanggung Jawab
Dra. Garti Sri Utami, M. Ed.
Penyusun
M. Ilzam Marzuk, MA.Educ.; 081334986165; ilzammarzuk@gmail.com
Prof. M. Asfah Rahman, M.Ed., Ph.D.; 08124134215; asfah_rahman@yahoo.com
Penelaah
Prof. Dr. Arismunandar, M.Pd. 0811464813; arismunandar@unm.ac.id
Dr. Edi Rahmat Widodo. 081315493001; edirawdd@gmail.com
Dra. Dwikora Hayuati, M.Pd. 0817793766; dhayuati@yahoo.co.id
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1. Modul B Konsep Supervisi Manajerial ini berisi tentang pemahaman dan penguasaan
mengenai prinsip-prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial di sekolah. Kegiatan
pembelajaran dalam modul ini mencerminkan pelaksanaan supervisi manajerial dengan
mengintegrasikan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang terdiri
dari nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Kelima nilai utama
disajikan saling berkaitan membentuk jejaring karakter yang perlu dikembangkan
penerapan prinsip-prinsip, metode, dan teknik supervisi manajerial di sekolah.
2. Modul ini terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu: (1) Pendahuluan, (2) Kegiatan Pembelajaran
yang terdiri dari In Service Learning-1 (In-1), The Job Learning (On), In Service
Learning-2 (In-2) , dan (3) Evaluasi.
3. Modul ini dilaksanakan melalui tiga tahap pembelajaran yaitu In-1, On, dan In-2. Pada
tahap In-1, Saudara akan dipandu oleh fasilitator untuk mempelajari modul ini secara
umum dan menyiapkan dasar pengetahuan serta pengalaman Saudara sebagai bahan
menyusun rencana tindak lanjut untuk On. Pada tahap On, Saudara melaksanakan
rencana tindak lanjut yang dibuat pada saat In-1 melaksanakan kegiatan pengawasan di
sekolah binaan. Pada tahap In-2, Saudara bersama pengawas sekolah lain melaporkan
tagihan On dan mempresentasikan berbagai keberhasilan dan kendala, serta solusi
yang Saudara lakukan selama On.
e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 143 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya.
f. Undang-undang Republik Indonesia no.4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
g. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
h. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas.
i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 70 tahun 2009
tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan
Dan/Atau Bakat Istimewa.
5. Modul ini berkaitan dengan Modul C Program Pengawasan Supervisi Manajerial, ModuL
D Laporan Hasil Pengawasan, Modul E Pelaksanaan Supervisi Manajerial, dan Modul F
Pemantauan Pelaksanaan Pemenuhan SNP.
MODUL J
PENELITIAN DAN Pedoman Pengawasan
D PENGEMBANGAN
I MODUL I
Penelitian Bidang Pengawasan
M
E MODUL H
Penilaian Kinerja Kepala Sekolah,
N Guru dan Tenaga Kependidikan
EVALUASI Sekolah
S PENDIDIKAN
MODUL G
I Penilaian dan Pemantauan
Pembelajaran
MODUL F
Pemantauan Pelaksanaan
Pemenuhan SNP
K
MODUL E
O Pelaksanaan Supervisi Manajerial
M
MODUL D
P SUPERVISI Laporan Hasil Pengawasan
MANAJERIAL
E
MODUL C
T Program Pengawasan Supervisi
Manajerial
E
N MODUL B
Konsep Supervisi Manajerial
S
I MODUL A
SUPERVISI Supervisi Akademik
AKADEMIK
BAGIAN I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modul B Konsep Supervisi Manajerial ini adalah modul yang dipersiapkan untuk
membantu meningkatkan kompetensi pengawas sekolah dalam melaksanakan supervisi
manajerial yang telah terintegrasi dengan nilai-nilai utama karakter religius, nasionalis,
mandiri, gotong royong, dan integritas. Di samping itu, pelaksanaannya bersifat terbuka,
anti-diskriminasi, fleksibel dan berfokus kepada pemenuhan hak peserta didik. Melalui
modul ini, Saudara akan melakukan kegiatan-kegiatan, baik secara individu maupun
kelompok. Kegiatan-kegiatan yang Saudara lakukan antara lain mengkaji penerapan
prinsip-prinsip, metode, dan teknik supervisi manajerial.
Pengawas sekolah harus memiliki komitmen untuk membina dan mendampingi kepala
sekolah menggerakkan guru dan peserta didik agar mampu berpikir kritis, berkreasi,
berinovasi, memecahkan masalah dan menciptakan pembelajaran efektif. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, pengawas sekolah menjalankan berbagai fungsi supervisi
manajerial. Di antara fungsi-fungsi itu adalah sebagai: (1) kolaborator dan negosiator
dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (2) asesor
dalam menganalisis potensi sekolah dan mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan
sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan (4) evaluator terhadap
pemaknaan hasil pengawasan.
Fokus supervisi manajerial adalah bidang garapan manajemen sekolah meliputi: (a)
manajemen kurikulum dan pembelajaran, (b) kesiswaan, (c) sarana dan prasarana, (d)
ketenagaan, (e) keuangan, (f) hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (g) layanan
khusus. Di samping kepengawasan pada bidang itu, pengawas sekolah perlu melakukan
kegiatan pemantauan, pembinaan, bimbingan dan narasumber, serta penilaian terhadap
pelaksanaan 8 (delapan) standar nasional pendidikan, yaitu: (a) standar isi, (b) standar
kompetensi lulusan, (c) standar proses, (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan,
(e) standar sarana dan prasarana, (f) standar pengelolaan, (g) standar pembiayaan, dan
(h) standar penilaian. Supervisi terhadap kedelapan standar tersebut bertujuan agar
sekolah terakreditasi dengan baik dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan.
Ketercapaian standar nasional pendidikan merupakan bagian dari penjaminan mutu
pendidikan nasional yang lulusannya dapat bersaing baik secara nasional maupun
internasional.
Gerakan PPK merupakan lanjutan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa
Tahun 2010 yang bersifat berkelanjutan, dan menjadi bagian integral Nawacita butir 8
yaitu Revolusi Karakter Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental dalam pendidikan
mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan perubahan paradigma
meliputi perubahan pola pikir dan cara bertindak dalam mengelola sekolah. Dalam
hubungan ini Gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam dari
pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan. Kelima nilai utama karakter
saling berkaitan dan membentuk jejaring yang perlu dikembangkan sebagai prioritas
gerakan. Pembentukan jejaring ini juga mempertimbangkan prinsip-prinsip pendidikan
inklusif yang terdiri dari (1) kehadiran, (2) penerimaan, (3) partisipasi, dan (4) pencapaian
baik akademik maupun non-akademik untuk semua peserta didik termasuk peserta didik
berkebutuhan khusus sebagai langkah terbaik untuk memastikan pelaksanaan
perlindungan kesejahteraan anak. Pendidikan inklusif mengakomodasi semua kebutuhan
peserta didik dengan tidak mempersoalkan keadaan fisik, kecerdasan, sosial, emosional,
jender, dan kondisi-kondisi lain.
Implementasi nilai-nilai PPK dan PIPKA pada modul ini diharapkan dapat mencegah
tumbuhnya paham radikalisme, terorisme, vandalisme, penyalahgunaan obat terlarang,
dan perilaku hidup bebas sehingga dapat merajut kehidupan damai dan sejahtera dalam
bingkai NKRI. Urgensi pokok permasalahan ini dapat dijelaskan pada bagian berikut ini.
Sebagai bangsa yang besar NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) merupakan
suatu Negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dan diapit oleh dua samudra dan
dua benua, didiami oleh ratusan juta penduduk, memiliki iklim tropis, memiliki
keanekaragaman budaya dan adat istiadat agama dan keyakinan yang berlainan satu
sama lain bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Keseluruhannya tercemin dalam satu
ikatan kesatuan lambang negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Pada dasarnya
keberagaman masyarakat Indonesia menjadi modal dasar dalam pembangunan bangsa.
Oleh karena itu, sangat diperlukan rasa persatuan dan kesatuan yang tertanam disetiap
warga negara Indonesia. Pembentukan sikap nasionalis terhadap bangsa yang besar
perlu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai generasi penerus bangsa
Indonesia.
Namun demikian, dalam kenyataanya masih ada konflik yang terjadi dengan
mengatasnamakan suku, agama, ras atau antargolongan tertentu. Hal ini menunjukkan
bahwa sikap nasionalis bangsa yang ada seharusnya bisa menjadi modal bagi bangsa ini
untuk menjadi bangsa yang kuat. Untuk mendukungnya, diperlukan rasa persatuan yang
kokoh dan kuat. Persatuan bangsa merupakan syarat yang mutlak bagi kejayaan
Indonesia. Jika masyarakatnya tidak bersatu dan selalu memprioritaskan kepentingannya
sendiri, maka cita-cita Indonesia yang terdapat dalam sila ketiga Pancasila yaitu
Persatuan Bangsa akan hanya menjadi mimpi yang tak akan pernah terwujud. Sehingga
semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu, hanya
sebatas slogan. Komitmen seluruh unsur negara menentukan sikap yang persisten untuk
kesatuan bangsa perlu ditindaklanjuti di berbagai tingkat masyarakat. Keberagaman
dalam berbagai aspek (adat, budaya, agama, bahasa) merupakan kondisi yang dapat
membentuk masyarakat Indonesia yang memiliki toleransi dan rasa saling menghargai
untuk menjaga perbedaan tersebut. Untuk itu perlu nilai komitmen persatuan bangsa
Indonesia dalam keberagaman nasional.
Kata kata bijak mengatakan: "Bila anda ingin memperbaiki dunia, mulailah terlebih dulu
dengan diri sendiri." Walaupun terkesan kuno, tetapi tetap berlaku untuk kita simak dan
diterapkan dalam perjalanan hidup. Kita semuanya berharap Indonesia bisa berubah
menjadi lebih baik dalam segala hal. Menjadi lebih baik dalam pendidikan anak bangsa,
kesehatan masyarakat, perekonomian, sandang pangan, keamanan, kesejahteraan, dan
seterusnya. Salah satunya adalah agar tercipta keharmonisan, kedamaian dan
ketenangan dalam hidup keberagaman antar berbagai suku bangsa yang ada ditanah air
kita tercinta.
Perbuatan-perbuatan negatif yang dapat merusak keutuhan suatu bangsa perlu dihindari
sedini mungkin, seperti radikalisme, vandalisme dan penyalahgunaan obat terlarang
narkoba serta kehidupan bebas melalui penguatan nilai-nilai luhur Pancasila. Untuk
mencegah lahirnya paham radikalisme maka perlunya penguatan pada cara pandang
pendidikan agama dan budi pekerti yang berlaku di Indonesia yang lebih berorientasi
pada hukum yang kaku dan eksklusif tetapi lebih pada cinta yang moderat dan inklusif.
Oleh karena itu, pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan Pendidikan
Pancasila harus dilakukan secara berkesinambungan untuk menangkis masuk dan
berkembangnya paham radikalisme di Indonesia terutama pada generasi muda.
Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan
mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam
mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat
yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya
memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain; minuman
keras, mengkonsumsi obat terlarang, pergaulan bebas, dan lain-lain yang dapat
menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS. Generasi muda saat ini harus
diselamatkan dari era globalisasi ini karena banyak kebudayaan-kebudayaan yang asing
yang masuk dan tidak semua sama dengan kebudayaan luhur bangsa Indonesia, seperti
kebudayaan hubungan bebas. Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada
tingkat yang menguatirkan. Para generasi mudah dengan bebas dapat bergaul antar
jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling
berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya.
Pembentukan karakter generasi penerus bangsa perlu ditanamkan sejak mulai dini
melalui perbuatan-perbuatan kebajikan sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa yang ada
dalam nilai-nilai Pancasila. Melalui Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) diharapkan
generasi penerus bangsa yang besar ini dapat merajut kedamaian dalam bingkai negara
kesatuan Republik Indonesia dan terlepas dari sisi negatif dampak globalisme yang
dapat merusak peradaban bangsa dan negara melalui perbuatan-perbuatan radikalisme
bangsa, vandalisme, penyalahgunaan obat-obatan terlarang serta kehidupan bebas di
abad super modern ini.
Modul B Konsep Supervisi Manajerial ini akan memandu Saudara sebagai peserta
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Pengawas Sekolah untuk
mengembangkan kompetensi Saudara dalam melaksanakan tugas supervisi manajerial.
Modul ini akan menanamkan landasan yang kokoh dalam penerapan prinsip, metode dan
teknik supervisi manajerial di sekolah. Pada pembelajaran modul ini, Saudara akan
melakukan kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran mandiri dan/atau belajar
bersama dengan sesama pengawas sekolah dan dipandu oleh fasilitator.
B. Target Kompetensi
Menguasai metode, teknik, dan prinsip-prinsip supervisi manajerial dengan
mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK, yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong
dan integritas serta prinsip pendidikan inklusif dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul PKB Pengawas Sekolah ini, Saudara mampu:
1. menerapkan prinsip-prinsip supervisi manajerial dengan untuk peningkatan mutu
pendidikan di sekolah;
2. menerapkan metode supervisi manajerial untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah;
3. menerapkan teknik supervisi manajerial untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah;
DIMENSI KOMPETENSI
2. SUPERVISI MANAJERIAL
Modul B Konsep Supervisi Manajerial ini memuat bahasan tentang konsep supervisi
manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip
pendidikan inklusif, dirinci menjadi 3 (tiga) topik utama yaitu: (a) Prinsip-prinsip
Supervisi Manajerial, (b) Metode Supervisi Manajerial, dan (c) Teknik-teknik
Supervisi Manajerial.
2. Pengorganisasian Pembelajaran
Kegiatan In-1, On dan In-2 pada modul ini akan Saudara lakukan secara
bertahap dan berkelanjutan. Pada tahap In-1, Saudara akan melakukan kegiatan
refleksi mengenai prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial dengan
mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif yang
sudah dilaksanakan di sekolah binaan. Setelah memperoleh hasil refleksi
dilanjutkan dengan berlatih memetakan prinsip, metode dan teknik supervisi
manajerial, menyusun alternatif penyelesaian kasus supervisi manajerial dengan
menentukan prinsip, metode dan teknik yang sesuai, menyusun skenario
penerapannya kemudian melakukan simulasi penerapan prinsip, metode dan
teknik supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan
prinsip-prinsip pendidikan inklusif. Pada akhir kegiatan ini, saudara diminta
untuk menyusun Rencana Tindak Lanjut untuk kegiatan On. Secara rinci
kegiatan pembelajaran dan alokasi waktu pada modul ini dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut.
Alokasi Waktu
No Kegiatan Pembelajaran
In-1 On In-2
Jumlah 28 JP 20 JP 8 JP
b. Strategi Pembelajaran
Kegiatan
No Strategi Pembelajaran
In1 On In2
1 Berpikir Reflektif √ x x
2 Diskusi √ √ √
3 Studi Kasus √ √ √
4 Presentasi √ x √
5 Bermain Peran √ √ √
6 Curah Pendapat √ √ √
7 Simulasi √ √ x
F. Penilaian
Aspek penilaian dalam program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dengan
moda Tatap Muka In-1, On, In-2 adalah sebagai berikut:
Penilaian sikap dilakukan sejak awal sampai akhir kegiatan baik In-1 maupun In-2
secara terus menerus yang dilakukan oleh narasumber untuk setiap materi. Namun,
penetapan nilai akhir aspek sikap dilakukan pada tahapan terakhir. Penilaian aspek
sikap sebagaimana unsur yang ditetapkan di atas merupakan kesimpulan
narasumber terhadap sikap peserta. Hasil penilaian sikap dituangkan dalam format
Lembar Penilaian Sikap diserahkan kepada kepada operator Sistem Informasi
Manajemen (SIM).
Penilaian aspek pengetahuan disebut dengan Tes Akhir dilakukan oleh peserta di
akhir kegiatan pelatihan program PKB moda Tatap Muka untuk kegiatan In-1, On, In-
2. Peserta tes akhir adalah peserta yang telah mengikuti pelatihan PKB secara tuntas
untuk seluruh kegiatan pembelajaran dan dinyatakan layak berdasarkan kriteria yang
ditetapkan. Pelaksanaan tes akhir dilakukan secara Dalam Jaringan (Daring) di
Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang telah ditentukan. Nilai tes akhir akan menjadi
nilai Uji Kompetensi Pengawas Sekolah (UKPS) tahun 2017 dan digunakan sebagai
salah satu komponen nilai akhir peserta.
Selanjutnya, Nilai Akhir (NA) peserta pelatihan PKB moda tatap muka In-1, On, In-2
diperoleh dengan formula sebagai berikut :
Peserta akan mendapatkan sertifikat dari Nilai Akhir (NA) dengan predikat minimal
“Cukup”. Berikut adalah kategori predikat pada kelulusan peserta mengadaptasi
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara No 15. Tahun 2015 tentang
Pedoman Diklat Prajabatan:
85 - 94 Baik B
70 - 84 Cukup C
51 – 69 Kurang D
≤ 50 Sangat Kurang E
BAGIAN II
KEGIATAN PEMBELAJARAN
TAHAP IN SERVICE LEARNING 1 (In-1)
(28 JP)
Pengantar
Pada tahap In-1, Saudara berkumpul bersama pengawas sekolah lain untuk membahas
tentang konsep supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan
prinsip-prinsip pendidikan inklusif, dirinci menjadi 3 (tiga) topik utama yaitu: (a) Prinsip-
Prinsip Supervisi Manajerial, (b) Metode Supervisi Manajerial, dan (c) Teknik-Teknik
Supervisi Manajerial. Kegiatan-kegiatan tersebut dicapai melalui strategi Berpikir Reflektif,
Diskusi, Studi Kasus, Presentasi, Bermain Peran, Curah Pendapat, dan Simulasi.
Saudara dapat melakukannya secara berkelompok, namun jika tidak memungkinkan karena
jumlah peserta terbatas, silakan kerjakan kegiatan secara individual.
Pada akhir In-1 Saudara akan membuat rencana tindak lanjut untuk On di sekolah binaan.
Indikator percapaian tujuan di atas dengan mengintegrasikan 5 (lima) nilai utama PPK,
yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri, dan integritas, serta prinsip pendidikan
inklusif yang terbuka, anti diskriminasi, fleksibel dan berfokus kepada pemenuhan hak
peserta didik.
C. Uraian Materi
Supervisi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam rangka
membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya guna
meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di
sekolah. Menurut Ametembun (2000) pengertian supervisi berdasarkan bentuk
perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata super + visi: Super = atas, lebih,
Visi = lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa
seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang
disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yang
disupervisi. Supervisi yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan adalah untuk
memberikan pelayanan kepada kepala sekolah dalam melakukan pengelolaan
kelembagaan secara efektif dan efisien serta mengembangkan mutu kelembagaan
pendidikan.
Supervisi ditujukan pada dua aspek, yakni manajerial dan akademik. Supervisi
manajerial menitikberatkan pada pemantauan, pembinaan, dan pembimbingan pada
aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai
pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. Sementara supervisi akademik
menitikberatkan pada pemantauan, pembinaan, dan pembimbingan pengawas
terhadap kegiatan akademik, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar
kelas.
Pengawas sekolah sebagai supervisor memiliki fungsi dan peran yang menentukan
dalam upaya peningkatan kinerja dan mutu pendidikan di sekolah. Gregorio (1966)
sebagaimana dikutip Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan
Nasional (2008) mengemukakan bahwa ada lima fungsi utama supervisi, yaitu:
sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Fungsi-fungsi
tersebut diuraikan secara singkat berikut ini.
Fungsi inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi
sekolah. Jadi, seorang supevisor berperan melakukan penelitian mengenai keadaan
sekolah secara keseluruhan baik pada kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan,
siswa, kurikulum, tujuan belajar maupun metode pembelajaran. Sasaran inspeksi
yang dilakukan pengawas sekolah adalah menemukan permasalahan dengan cara
melakukan observasi, interviu, angket, pertemuan-pertemuan dan daftar isian.
Fungsi penelitian adalah mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi
sekolah. Penelitian dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah, yakni merumuskan
masalah yang akan diteliti, mengumpulkan data, mengolah data, dan melakukan
Fungsi bimbingan diartikan sebagai usaha untuk mendorong guru baik secara
perorangan maupun kelompok. Tujuannya adalah agar mereka mau melakukan
berbagai perbaikan dalam menjalankan tugasnya. Kegiatan bimbingan dilakukan
dalam pelaksanaan supervisi manajerial antara lain dengan cara membangkitkan
kemauan, memberi semangat, melakukan pendampingan (mentoring) serta
membantu menerapkan sebuah prosedur kerja yang baru.
Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan dan
tingkat pencapaian pelaksanaan program. Penilaian terkait dengan supervisi
manajerial dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: tes, penetapan standar,
penilaian, dan perkembangan hasil penilaian sekolah. Prosedur penilaian lain juga
bisa dilakukan selama itu berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.
Pengawas yang otoriter hanya mengenal satu macam komunikasi, yaitu satu
arah. Komunikasi dua arah, saling diskusi dan menanggapi, dan model
demokratis dengan kemungkinan perbedaan dan pertentangan pendapat secara
verbal atau secara konseptual akan dimengerti, tapi sulit untuk dihayati.
Komunikasi yang bebas dan terbuka, berasal dari berbagai arah dan tertuju ke
segala penjuru akan asing baginya, karena gaya komunikasi tersebut tidak
masuk dalam kerangka berpikirnya. Oleh karena itu, komunikasi satu arah
menjadi andalan bagi orang ini dalam menjalankan tugasnya.
Ciri-ciri pengawas sekolah yang bersifat otoriter, antara lain: (1) menganggap
kepala sekolah/guru sebagai bawahan, (2) menjadi penguasa tunggal, (3)
mengabaikan peraturan yang berlaku, (4) mengabaikan dasar permusyawaratan,
dan selalu berdasarkan keputusan sendiri, (5) mempertahankan kedudukan
dengan berbagai cara, (6) menjalankan manajemen tertutup, (7) menutup
komunikasi dengan dunia luar, (8) penyelesaian masalah dilakukan dengan
kekerasan dan paksaan, (9) prinsip dogmatis dan banyak berlaku doktrin, (10)
mengabaikan perlindungan hak asasi manusia, (11) mengabaikan fungsi kontrol
terhadap administrasi, dan (12) melakukan intervensi ke seluruh bidang.
Dalam menciptakan hubungan yang harmonis dan kondusif perlu adanya prinsip-
prinsip dasar seperti adanya rasa saling menghargai, saling menghormati peran
dari masing-masing pihak, serta adanya keterbukaan baik dari pihak pengawas,
kepala sekolah, guru ataupun tenaga kependidikan lainnya. Untuk bisa
memadukan tiap-tiap unsur pendidikan perlu adanya niat baik serta berusaha
selalu mengedepankan komunikasi dan dialog yang baik untuk menyelesaikan
berbagai persoalan yang muncul dengan damai. Dengan demikian, bisa dicapai
suatu solusi terbaik yang tidak merugikan pihak manapun dengan tetap menjaga
kondisi dan suasana secara kondusif untuk melaksanakan hubungan personal
yang baik. Hal ini tentu sangat dibutuhkan untuk menjaga hubungan baik antara
Banyak pengawas sekolah yang seringkali lupa akan pentingnya hubungan yang
harmonis dan dinamis, sehingga seluruh komponen pendidikan bekerja secara
maksimal agar produktif dan sekaligus mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan bersama. Disadari bahwa dalam meningkatkan produktivitas sekolah
memerlukan kontribusi besar dari kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan
yang memiliki hak-hak yang harus terpenuhi. Agar semua kepentingan dan
tujuan dari masing-masing pihak dapat tercapai tanpa ada yang merasa
dirugikan sangat diperlukan adanya hubungan kemanusiaan yang harmonis.
1) Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah: (a) menciptakan suasana yang intim dan terbuka, (b)
mengkaji perencanaan program sekolah, (c) menentukan fokus observasi, (d)
menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (e) menentukan teknik
pelaksanaan observasi.
2) Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain: (a) harus luwes, (b) tidak mengganggu proses
pembelajaran, (c) tidak bersifat menilai, (d) mencatat dan merekam hal-hal
3) Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain: (a) memberi penguatan; (b) mengulas kembali tujuan
pembelajaran; (c) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama,
(d) mengkaji data hasil pengamatan, (e) tidak bersifat menyalahkan, (f) data
hasil pengamatan tidak disebarluaskan, (g) penyimpulan, (h) hindari saran
secara langsung, dan (i) merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan
sebagai tindak lanjut proses perbaikan.
Hakikat demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dan sistem
demokrasi adalah suatu sistem yang berpusat pada rakyat. Dan tentu, dalam
sistem ini, rakyatlah yang menjadi aktor utama. Mulai dari pemilihan presiden,
gubernur, bahkan camat sekalipun, dipilih oleh rakyat (Anggidetyas, 2013).
Dalam demokrasi pendidikan di sekolah juga demikian, warga sekolah
mempunyai kedudukan yang sangat menentukan.
(1) Penguasaan dalam metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
(2) Penyusunan program kepengawasan berdasarkan visi, misi, tujuan dan
program pendidikan di sekolah.
(3) Penyusunan metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di sekolah.
(4) Penyusunan laporan hasil-hasil pengawasan dan menindaklanjutinya untuk
perbaikan program pengawasan berikutnya di sekolah.
(5) Pembinaan kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi satuan
pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu pendidikan di
sekolah.
(6) Pembinaan kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan
konseling di sekolah.
(7) Upaya mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-hasil
yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam
melaksanakan tugas pokoknya di sekolah.
(8) Melakukan pemantauan penyelenggaraan standar nasional pendidikan dan
hasil-hasilnya dijadikan dasar untuk membantu kepala sekolah dalam
mempersiapkan akreditasi sekolah.
5) Mengutamakan prakarsa dari dan tanggung jawab oleh guru sendiri baik
pada tahap perencanaan, pengkajian balikan maupun pada pengambilan
keputusan dan tindak lanjut. Dengan mengalihkan sedini mungkin prakarsa
dan tanggung jawab itu ke tangan guru diharapkan menumnuhkan
kepercayaan diri guru sehingga guru akan tetap mengambil prakarsa dan
tanggung jawab untuk mengembangkan dirinya sehingga menjadi
pembiasaan dan budaya sekolah.
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan 1.1 Berpikir Reflektif Mengenai Pengertian dan Ruang Lingkup Supervisi
Manajerial (Curah Pendapat 90 menit)
Pada kegiatan awal ini, Saudara diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang
supervisi manajerial. Oleh karena itu, Saudara akan melakukan serangkaian kegiatan di
bawah ini.
Pertanyaan penuntun:
a. Apa pemahaman Saudara mengenai supervisi manajerial?
b. Buatlah definisi mengenai supervisi manajerial menurut pemikiran Saudara
sendiri.
1.
2.
Pada kegiatan ini Saudara diminta untuk merefleksi tentang prinsip-prinsip supervisi
manajerial berdasarkan pengalaman-pengalaman pribadi dalam melakukan supervisi
manajerial di sekolah binaan. Kegiatan ini dilaksanakan secara mandiri berdasarkan
pengalaman dan fakta yang terjadi pada sekolah binaan dalam pelaksanaan supervisi
manajerial.
2. Berdasarkan pengalaman Saudara tersebut di atas, beri tanda cek (√) pada tabel
prinsip-prinsip supervisi manajerial yang diterapkan dalam pelaksanaan supervisi
manajerial disertai deskripsi cara Saudara menerapkan prinsip-prinsip supervisi
manajerial.
1 Menciptakan hubungan
kemanusiaan yang harmonis
Prinsip Karakteristik
Kegiatan ini masih berkaitan dengan hasil LK 1.2, khususnya pada kegiatan nomor 3.
Pilih salah satu prinsip supervisi manajerial dari kegiatan nomor 3 tersebut. Kemudian,
buatlah perencanaan penerapannya pada kegiatan supervisi manajerial yang akan
Saudara simulasikan pada kegiatan berikutnya. Perhatikan karakteristik prinsip-prinsip
supervisi yang dipilih dengan mengintegrasikan sekurang-kurangnya satu di antara 5
(lima) nilai utama PPK dan prinsip pendidikan inklusif berdasarkan hasil identifikasi hasil
kepengawasan tahun sebelumnya, dan buatlah rancangan penerapan yang diharapkan
dapat mewujudkan karakteristik tersebut. Gunakan LK 1.3.
Prinsip
Permasalahan
Supervisi Langkah-Langkah Kegiatan
Manajerial
Manajerial
Persiapan:
Pelaksanaan:
Tindak Lanjut:
1. Siapkan skenario pelaksanaan prinsip manajerial yang telah Saudara susun pada LK
1.3.
2. Pilih pengawas peserta lainnya yang akan berperan sebagai kepala sekolah atau
guru sesuai dengan perencanaan, sedangkan Saudara akan berperan sebagai
pengawas sekolah.
3. Lakukan simulasi penerapan prinsip supervisi manajerial sesuai dengan skenario
yang telah Saudara susun. Pastikan setiap pihak dapat berperan sesuai dengan
komitmen yang disepakati.
4. Mintalah komentar dari pengawas lain atau fasilitator mengenai simulasi yang
Saudara lakukan. Gunakan LK 1.4 untuk menuliskan komentar hasil pelaksanaan
simulasi.
Aspek
Persiapan Pelaksanaan Simulasi Saran
Penilaian
Kelebihan
Kekurangan
Keterangan *) Pelaksanaan simulasi prinsip supervisi manajerial terpilih sesuai dengan nilai-nilai
utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif.
Selamat atas kerja keras Saudara dalam melaksanakan simulasi penerapan prinsip
supervisi manajerial.
Pilihlah jawaban yang benar dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C,
atau D.
F. Rangkuman
Supervisi adalah kegiatan profesional yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam
rangka membantu kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya guna
meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran.
Supervisi ditujukan pada dua aspek yakni: manajerial dan akademik. Supervisi
manajerial menitikberatkan pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi
sekolah yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran.
Prinsip-prinsip supervisi manajerial pada diri pengawas, terdiri dari: (1) menjauhkan diri
dari sifat otoriter, (2) mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis,
bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal, (3) dilakukan secara berkesinambungan,
(4) demokratis, menekankan kegiatan yang partisipatif dan kooperatif, (5) integral, (6)
komprehensif, mencakup keseluruhan aspek, (7) konstruktif, dan (8) objektif, bahwa
program supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan dan kebutuhan nyata yang
dihadapi sekolah.
G. Umpan Balik
Cocokkanlah jawaban Saudara pada latihan di atas dengan kunci jawaban pada halaman
30. Hitunglah jawaban Saudara yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap materi Kegiatan Pembelajaran
1.
Jika penguasaan Saudara berada pada tingkat “Baik” atau di atasnya, berarti Saudara
telah mencapai tujuan pembelajaran pada topik ini. Selamat!
Jika tingkat penguasaan Saudara masih di bawah “Baik”, Saudara mereviu bahan
bacaan penguatan untuk menyegarkan pemahaman Saudara sehingga bisa mencapai
tingkat penguasaan “Baik” atau di atasnya.
Belum
No Tujuan Pembelajaran Tercapai Keterangan
Tercapai
1 Membangun hubungan kemanusiaan
Tindak lanjut:
Kegiatan yang membuat saya tidak efektif belajar dan saran perbaikan
I. Kunci Jawaban
1. A
2. B
3. B
4. C
5. D
C. Uraian Materi
Supervisi manajerial yang dilakukan pengawas sekolah kepada kepala sekolah, guru
dan tenaga kependidikan lainnya di sekolah binaan melalui kegiatan pembinaan,
pemantauan, bimbingan, narasumber dan penilaian memerlukan metode tertentu sesuai
dengan permasalahan manajerial di sekolah binaan. Karena itu, sebelum melakukan
supervisi manajerial diperlukan pemilihan metode agar pelaksanaan supervisi manajerial
dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemilihan metode yang tepat tentunya
memerlukan pemahaman dan penguasaan yang baik mengenai karakteristik dan
langkah-langkah penerapan metode supervisi manajerial. Beberapa metode supervisi
manajerial antara lain: Monitoring dan Evaluasi, Refleksi dan Focused Group Discussion
(FGD), Delphi, dan Workshop.
a. Monitoring
b. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk (1) mengetahui tingkat keterlaksanaan program, (2)
mengetahui keberhasilan program, (3) mendapatkan bahan/masukan dalam
perencanaan tahun berikutnya, dan (4) memberikan penilaian (judgement)
Refleksi dan FGD merupakan satu rangkaian metode supervisi manajerial. Refleksi
merupakan kegiatan yang dilakukan sekolah dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholder) untuk mengidentifikasi keberhasilan/ kekuatan, kelemahan
dan hambatan yang dialami sekolah dalam pelaksanaan manajerial sekolah. Hasil
refleksi kemudian dijadikan bahan diskusi dengan menerapkan metode FGD.
3. Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak sekolah
merumuskan visi, misi dan tujuan sekolah. Sesuai dengan konsep manajemen
berbasis sekolah (MBS), dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah
(RPS) harus dimulai dengan merumuskan visi, misi dan tujuan yang jelas dan
realistis. Penyusunan visi, misi dan tujuan digali dari kondisi sekolah, peserta didik,
potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder. Metode Delphi dapat
diterapkan oleh pengawas kepada kepala sekolah ketika hendak mengambil
keputusan yang melibatkan banyak pihak.
4. Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh
pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini bersifat kelompok dan
dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, dan/atau perwakilan komite sekolah. Workshop dilaksanakan untuk
mengatasi permasalahan manajerial yang sama pada beberapa sekolah dalam satu
wilayah binaan pengawas sekolah. Hasil workshop diharapkan berupa produk yang
dapat digunakan sekolah dalam meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
a. Menentukan materi atau substansi yang akan dibahas dalam workshop. Materi
workshop terkait dengan masalah yang bersifat praktis, walaupun tidak terlepas
dari kajian teori yang diperlukan sebagai acuan;
b. Menentukan peserta yaitu mereka yang terkait dengan materi yang dibahas.
c. Menentukan penyaji yang membawakan kertas kerja/materi;
d. Mengalokasikan waktu yang cukup;
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan 2.1 Berpikir Reflektif Mengenai Metode Supervisi Manajerial (90 menit)
Pada kegiatan ini, Saudara melakukan refleksi mengenai metode supervisi manajerial
yang Saudara pahami dan atau terapkan dalam pelaksanaan supervisi manajerial di
sekolah binaan. Refleksi akan dilakukan secara mandiri. Untuk itu, Saudara dapat
menggali pengalaman ketika melaksanakan supervisi manajerial di sekolah binaan, data-
Hasil berpikir reflektif yang Saudara lakukan secara individu dituliskan pada LK 2.1.
Tuliskan beberapa metode supervisi manajerial yang pernah Saudara lakukan, alasan
penggunaan metode tersebut, serta langkah-langkah penerapannya pada aspek-aspek
supervisi manajerial.
Langkah-
Aspek Metode Alasan
langkah
No Supervisi Permasalahan yang Pemilihan
Penerapan
Manajerial Digunakan Metode
Metode
1 Perencanaan
Sekolah
2 Pengelolaan
Kurikulum
3 Pengelolan
PTK
4 Pengelolaan
Keuangan
5 Pengelolaan
Kesiswaan
6 Pengeloaan
Sarana
Prasarana
7 Hubungan
Masyarakat
8. Layanan
Khusus
Kasus 1
Kasus 2
Kasus 3
Kasus 4
Tentukan metode supervisi manajerial yang sesuai dengan setiap kasus di atas. Jika
memungkinkan, Saudara dapat mendiskusikan bersama pengawas lain yang juga
melakukan pembelajaran dengan modul yang sama. Saudara dapat menggunakan LK
2.2 untuk menuliskan hasil kerja Saudara atau hasil diskusi kelompok Saudara yang
memuat tentang metode supervisi manajerial yang dipilih dan alasan memilih metode.
1. Cermati hasil supervisi manajerial pada sekolah binaan yang Saudara lakukan pada
semester atau tahun pembelajaran yang lalu.
2. Tuliskan masing-masing satu permasalahan manajerial yang dialami oleh 5-7 sekolah
binaan Saudara pada LK 2.3.1.
3. Pilih 3 atau 4 permasalahan manajerial yang dihadapi sekolah binaan yang Saudara
tuliskan pada LK 2.3.1 di atas, kemudian tuliskan pada LK 2.3.2.
4. Tuliskan metode supervisi manajerial yang sesuai pada setiap permasalahan
manajerial yang Saudara pilih sesuai LK 2.3.2. berikut alasan pemilihan metodenya.
Persiapan:
Pelaksanaan:
Tindak lanjut:
Agar proses simulasi dapat berjalan lancar, lakukan persiapan kegiatan sebagai berikut:
1. Siapkan skenario penerapan metode supervisi manajerial yang Saudara susun sesuai
LK 2.4, pahami langkah-langkah penerapannya;
2. Pilih pengawas peserta lainnya untuk berperan sebagai kepala sekolah atau guru
sesuai kasus yang Saudara pilih sedangkan Saudara berperan sebagai pengawas
sekolah;
3. Lakukan simulasi penerapan metode supervisi manajerial yang sudah Saudara
rancang pada LK 2.5, pastikan pihak-pihak yang dipilih untuk peran-peran tertentu
dalam simulasi dapat berperan sesuai dengan kesepakatan.
4. Mintalah komentar dari pengawas lain atau fasilitator mengenai simulasi yang Saudara
laksanakan. Gunakan LK 2.5.
Kelebihan
Kekurangan
Keterangan:
*) Pelaksanaan simulasi sesuai langkah-langkah metode yang disimulasikan dan
penerapan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif.
Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C,
atau D.
1. Metode utama yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam supervisi manajerial
adalah monitoring dan evaluasi. Kegiatan berikut yang tergolong monitoring oleh
pengawas sekolah adalah ….
A. kegiatan dalam usaha menemukan kesalahan-kesalahan yang harus diperbaiki
dalam pelaksanaan program sekolah, untuk dipertimbangkan dalam pembinaan
B. kegiatan pengawasan yang lebih dipusatkan pada pengontrolan selama program
berjalan yang telah dilakukan oleh kepala sekolah dan guru, dan lebih bersifat
klinis
C. kegiatan dalam upaya memperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain
yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan
D. Kegiatan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan
sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana, program, atau standar yang
telah ditetapkan
3. Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat dilaksanakan
oleh pengawas ketika melakukan ….
A. pembinaan bagi kelompok kepala sekolah di setiap wilayah binaan masing-
masing pengawas
B. pembinaan bagi tenaga kependidikan yang bermasalah dalam bekerjanya
C. pembinaan individual terhadap kepala sekolah atau tenaga kependidikan
D. pembinaan bagi kepala sekolah atau tenaga kependidikan yang akan naik
pangkat
F. Rangkuman
Metode supervisi manajerial ada empat jenis, yaitu: monitoring dan evaluasi, refleksi dan
FGD, Delphi, dan Workshop. Monitoring dilaksanakan selama pelaksanaan program
dengan penekanan pengendalian dan lebih bersifat klinis. Hasil monitoring menjadi
umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian
tujuan program. Sebaliknya, evaluasi bertujuan mengungkapkan sejauh mana
keberhasilan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah untuk kurun waktu tertentu.
Metode Focused Group Discussion (FGD) dilakukan bersama stakeholder sekolah untuk
menemukan kondisi sekolah yang sesungguhnya (kekuatan, kelemahan, dan hambatan)
dan menyamakan pandangan serta menentukan langkah-langkah secara operasional
guna meningkatkan kualitas sekolah dan pencapaian program-program sekolah. Metode
Delphi dapat diterapkan oleh pengawas kepada kepala sekolah ketika hendak
mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Metode ini bersifat kelompok dan
dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan
komite sekolah. Workshop merupakan metode yang dapat diterapkan dalam sasaran
luas, tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan
bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah, Kelompok Kerja Pengawas Sekolah
atau organisasi sejenis lainnya. Penerapan metode-metode supervisi manajerial ini
mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif.
G. Umpan Balik
Cocokkanlah jawaban Saudara pada latihan di atas dengan kunci jawaban pada
halaman 47. Hitunglah jawaban Saudara yang benar. Kemudian gunakan rumus di
bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap materi Kegiatan
Pembelajaran 2.
Jika penguasaan Saudara berada pada tingkat “Baik” atau di atasnya, berarti Saudara
telah mencapai tujuan pembelajaran pada topik ini. Selamat! Jika tingkat penguasaan
Saudara masih di bawah “Baik”, Saudara mereviu bahan bacaan penguatan untuk
menyegarkan pemahaman Saudara sehingga bisa mencapai tingkat penguasaan “Baik”
atau di atasnya.
Belum
No Tujuan Pembelajaran Tercapai Keterangan
Tercapai
1. Melaksanakan monitoring dan
evaluasi untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah binaan
2. Melaksanakan refleksi dan Focused
Group Discussion untuk
meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah binaan
3. Melaksanakan metode Delphi untuk
meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah binaan
4. Menjadi Fasilitator/narasumber
kegiatan workshop untuk
meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah binaan
Tindak lanjut:
Kegiatan yang membuat saya tidak efektif belajar dan saran perbaikan.
I. Kunci Jawaban
1. D
2. A
3. A
4. C
5. B
A. Tujuan Pembelajaran
Indikator percapaian tujuan di atas dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan
prinsip-prinsip pendidikan inklusif untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
C. Uraian Materi
Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala sekolah dan staf sekolah lainnya
dalam mengelola administrasi pendidikan, yaitu: (1) administrasi kurikulum, (2)
administrasi keuangan, (3) administrasi sarana prasarana/ perlengkapan, (4) administrasi
personal atau ketenagaan, (5) administrasi kesiswaan, (6) administrasi hubungan
sekolah dan masyarakat, (7) administrasi budaya dan lingkungan sekolah, dan (8) aspek-
aspek administrasi lainnya (administrasi persuratan dan pengarsipan) dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan. Supervisi yang dilakukan pada aspek-aspek manajerial
memerlukan pengawas sekolah yang memiliki integritas, kemandirian dan nasionalis
yang diwujudkan melalui etos kerja yang tinggi, tidak bergantung pada orang lain,
disiplin, jujur, cinta kebenaran, dan bertanggung jawab.
Kunjungan kelas ialah kunjungan pada waktu tertentu yang dilakukan oleh
supervisor (pengawas sekolah) untuk melihat atau mengamati pelaksanaan
proses pembelajaran sehingga diperoleh data empiris objektif untuk menemukan
kebutuhan tenaga pendidik dalam melaksanakan tugasnya. Di samping itu, hasil
kunjungan dan observasi kelas ini menjadi bahan bagi pengawas atau kepala
sekolah untuk menyusun program pengawasan manajerial. Ketika melakukan
kunjungan kelas, pengawas sekolah hendaknya dapat menunjukkan pribadi yang
santun, saling menghargai, bersahabat sehingga dapat diterima oleh guru yang
dikunjungi. Hasil kunjungan dan observasi kelas menjadi bahan bagi pengawas
sekolah atau kepala sekolah untuk menyusun program pengawasan manajerial,
karena itu kunjungan dan observasi kelas dilaksanakan dengan mengedepankan
objektifitas, kejujuran dan kebenaran.
Salah satu tindakan atau tugas yang paling sukar dilakukan oleh para pengawas
sekolah, kepala, guru, atau tenaga kependidikan lainnya yaitu melaksanakan
penilaian terhadap dirinya sendiri dengan melihat kinerjanya dalam pengelolaan
sekolah. Dalam penilaian diri pengawas, kepala sekolah, guru, atau tenaga
kependidikan lainnya diminta untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan
dirinya dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Untuk mengukur kemampuan
manajerialnya, pengawas, kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya
bisa melihat ketercapaian standar-standar yang sudah ditetapkan sekolahnya.
Langkah-langkah yang dapat dikerjakan adalah: 1) menentukan aspek-aspek
kompetensi yang akan dinilai, 2) menentukan kriteria penilaian yang akan
digunakan, 3) merumuskan format atau pedoman penskoran, 4) meminta kepala
sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya melakukan penilaian diri, dan 5)
pengawas bersama kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan mengkaji hasil
penilaian diri untuk pembimbingan/ pendampingan.
e. Wawancara
f. Pendampingan
g. Refleksi
Hasil refleksi tersebut dapat membantu penyusunan rancangan tindak lanjut untuk
memperbaiki dan meningkatkan capaian dan mutu pembelajaran di sekolah.
i. Buletin Supervisi
j. Membaca Terpimpin
Kelebihan rapat antara lain: (a) masalah yang dihadapi dapat dipecahkan
bersama; (b) belajar, berbagi, dan menambah pengalaman dari peserta; (c)
memperoleh informasi mengenai perkembangan baru atau inovasi dalam bidang
kerja; (d) memperoleh umpan balik untuk perbaikan kinerja. Di sisi lain, rapat
juga memiliki kelemahan, antara lain: (a) jika berlangsung lama, peserta harus
meninggalkan pekerjaan cukup lama; (b) memerlukan persiapan yang baik untuk
tiap masalah yang akan dibahas; (c) jika cakupan masalah yang dibahas luas,
seringkali rapat tidak dapat menyelesaikan masalah.
b. Diskusi/Kerja kelompok
Diskusi dan kerja kelompok adalah suatu teknik bimbingan yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka, yang di dalamnya peserta diskusi
akan mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-
masing, berbagi pengalaman dan informasi dalam memecahkan masalah
bersama. Forum ini merupakan sarana pertukaran pendapat/pikiran antara
peserta diskusi. Kesulitan dan masalah yang dihadapi oleh seorang kepala
sekolah, guru, atau tenaga kependidikan dapat dibahas dalam kelompok dan
secara bersama-sama membantu menemukan cara penyelesaian masalah itu.
Yang penting diperhatikan oleh pengawas adalah memberikan kesempatan
kepada semua peserta diskusi untuk terlibat secara aktif selama berlangsungnya
diskusi. Sagala (2010:181) menekankan bahwa dalam diskusi kelompok
pengawas harus mampu
c. Lokakarya
d. Wawancara Kelompok
f. Diskusi Panel
Kelebihan diskusi panel antara lain: 1) memperoleh gagasan yang beragam dan
berbeda-beda, 2) mendorong untuk melakukan analisis lebih lanjut dan
menemukan paduan gagasan yang kemungkinannya dapat diterapkan untuk
menyelesaikan masalah, dan 3) memanfaatkan para ahli untuk berbagi pendapat
yang dapat membelajarkan peserta. Di sisi lain, diskusi panel memiliki
kelemahan, antara lain: 1) pembahasan dapat keluar fokus masalah jika
moderator kurang terampil, 2) panelis cenderung berbicara terlalu banyak atau
tampak seperti serial pidato pendek, dan 3) tidak memberi kesempatan kepada
peserta untuk berbicara.
D. Aktivitas Pembelajaran
Pada kegiatan ini, Saudara akan melakukan refleksi dan/atau curah pendapat dalam
kelompok kecil (2 atau 3 orang rekan pengawas). Saudara atau kelompok Saudara
melakukan kegiatan diskusi untuk mengidentifikasi jenis-jenis teknik supervisi manajerial
yang mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan inklusif,
kemudian ungkapkan pengalaman Saudara melakukan supervisi manajerial pada
sekolah binaan. Tuliskan hasil refleksi dan/atau curah pendapat kelompok Saudara pada
LK 3.1. Mulailah dengan merembukkan dan menuliskan pengertian teknik supervisi
manajerial. Kemudian, tuliskan teknik-teknik supervisi manajerial yang pernah Saudara
kerjakan. Tuliskan pula kelebihan dan kekurangan setiap teknik. Pastikan semua anggota
kelompok Saudara memperoleh kesempatan berpartisipasi, mampu bekerja sama
dengan baik, saling menghargai antar anggota kelompok sehingga hasil yang dicapai
sesuai dengan harapan. Saudara dapat membaca kembali uraian materi di atas untuk
2. Teknik apa saja yang pernah Saudara gunakan dalam supervisi manajerial?
a. ...................................................................................................................
b. ..............................................................................................................
3. Bentuk teknik supervisi manajerial apa saja yang pernah Saudara lakukan dari teknik
individu dan teknik kelompok?
Kekuatan: Kekuatan:
Kelemahan: Kelemahan:
Berbagi antar kelompok: Sajikan hasil LK 3.1 dari satu atau dua kelompok, dan
ditanggapi dan dibandingkan dengan hasil LK 3.1 kelompok lain untuk menyamakan
pemahaman tentang jenis teknik supervisi.
Pada kegiatan ini, Saudara akan bekerja secara perorangan. Jika ada sejawat Saudara
yang mempelajari modul ini, Saudara dapat bekerja dalam kelompok kecil, 2-3 orang per
kelompok. Saudara akan mengkaji kasus/masalah manajerial di salah satu sekolah (lihat
Kasus 1a, 1b, dan 1c). Contoh-contoh kasus tersebut akan Saudara gunakan untuk
berlatih menentukan teknik supervisi manajerial yang sesuai untuk membina dan
membimbing sekolah menyelesaikan masalah itu. Bacalah kasus tersebut dengan
cermat, kemudian gunakan LK 3.2 untuk menyelesaikan tugas ini.
Pilihlah salah satu teknik yang menurut Saudara tepat digunakan untuk melaksanakan
supervisi manajerial sesuai dengan kasus/skenario (Kasus 1a, 1b, dan 1c). Tuliskan
langkah-langkah yang Saudara akan lakukan sesuai teknik yang dipilih.
Aspek Supervisi
Uraian Masalah/Kasus Teknik
Manajerial
Pada kegiatan sebelumnya (Kegiatan 3.3), Saudara sudah menuliskan 2 (dua) masalah
atau kasus yang terdapat pada sekolah binaan. Pilihlah satu kasus yang akan
disupervisi dengan teknik individual atau teknik kelompok untuk disimulasikan.
Teknik
Masalah/Kasus Langkah-Langkah Kegiatan
Supervisi
Persiapan:
Pelaksanaan:
Tindak lanjut:
Aspek Pelaksanaan
Persiapan Saran
Penilaian Simulasi
Kelebihan
Kekurangan
Keterangan:
*) Pelaksanaan simulasi sesuai dengan langkah-langkah teknik supervisi manajerial
yang diintegrasikan dengan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan
inklusif.
Latihan ini bertujuan untuk menjadi umpan balik mengenai tingkat penguasaan Saudara
tentang topik ini. Selamat bekerja!
Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C,
atau D.
4. Dalam dua tahun ajaran terakhir, SMP XX, salah satu sekolah binaan Saudara,
menerima peserta didik baru/siswa jauh di bawah jumlah tahun-tahun sebelumnya,
sehingga tidak memenuhi kuota. Menjelang penerimaan siswa baru, Saudara
diundang oleh Kepala SMP XX untuk membahas masalahnya. Oleh karena itu,
Saudara akan melakukan supervisi manajerial dengan menerapkan gabungan
antara teknik individual dan teknik kelompok dengan bentuk-bentuk
penyelenggaraan berikut.
A. Reviu dokumen, FGD, wawancara, rapat staf sekolah/kepanitiaan
B. Bimbingan teknis, dialog, kerja kelompok, refleksi
C. Rapat staf sekolah/kepanitiaan, refleksi, pendampingan, observasi
D. FGD, observasi, bimbingan teknis, rapat staf sekolah/kepanitiaan
F. Rangkuman
Teknik supervisi manajerial adalah cara atau kiat yang Saudara jalankan ketika
melakukan pembinaan, penilaian, bimbingan kepada kepala sekolah, guru atau tenaga
kependidikan lainnya di sekolah binaan Saudara yang berhubungan dengan pengelolaan
sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja khususnya kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan, dan kinerja sekolah pada umumnya. Dalam pelaksanaan supervisi
manajerial, pengawas dapat menerapkan teknik supervisi individual dan teknik supervisi
kelompok dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-prinsip pendidikan
inklusif.
G. Umpan Balik
Cocokkanlah jawaban Saudara pada latihan di atas dengan kunci jawaban pada halaman
66. Hitunglah jawaban Saudara yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap materi Kegiatan Pembelajaran
1.
Jika penguasaan Saudara berada pada tingkat “Baik” atau di atasnya, berarti Saudara
telah mencapai tujuan pembelajaran pada topik ini. Selamat!
Jika tingkat penguasaan Saudara masih di bawah “Baik”, Saudara mereviu bahan
bacaan penguatan untuk menyegarkan pemahaman Saudara sehingga bisa mencapai
tingkat penguasaan “Baik” atau di atasnya.
Belum
No Tujuan Pembelajaran Tercapai Keterangan
Tercapai
1. Melakukan supervisi manajerial
Tindak lanjut :
Kegiatan yang membuat saya tidak efektif belajar dan saran perbaikan.
I. Kunci Jawaban
1. B
2. D
3. A
4. A
5. C
Setelah semua kegiatan In-1 dilaksanakan, Saudara akan melanjutkan kegiatan On the job
learning. Untuk itu Saudara harus menyusun rencana tindak lanjut untuk memastikan
kegiatan-kegiatan yang akan dikerjakan selama On the Job Learning. Buatlah rencana
tindak lanjut (RTL) dengan menggunakan format berikut ini.
LK RTL In-1
Pengantar
Pada tahap On, Saudara akan melaksanakan kegiatan sesuai rencana tindak lanjut yang
telah dibuat pada tahap In-1. Kegiatan tersebut meliputi penerapan prinsip, metode, dan
teknik supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK dan prinsip-
prinsip pendidikan inklusif untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah binaan. Pada
kegiatan tertentu, Saudara dapat melibatkan seluruh komponen sekolah, misalnya kepala
sekolah, guru, komite sekolah, dan peserta didik, maupun sesama pengawas sekolah
lainnya.
Penerapan prinsip, metode dan teknik supervisi manajerial di sekolah binaan Saudara
dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK, yang terdiri atas religius, nasionalis,
mandiri, gotong royong, dan integritas, serta prinsip-prinsip pendidikan inklusif yang terdiri
dari kehadiran, penerimaan, partisipasi, dan pencapaian baik akademik maupun non-
akademik untuk semua peserta didik termasuk peserta didik berkebutuhan khusus sebagai
langkah terbaik untuk memastikan pelaksanaan perlindungan kesejahteraan anak.
Pendidikan inklusif mengakomodasi semua kebutuhan peserta didik dengan tidak
mempersoalkan keadaan fisik, kecerdasan, sosial, emosional, jender, dan kondisi-kondisi
lain. Selama melakukan On, Saudara dapat membuka kembali uraian materi pada modul ini
atau sumber lain yang relevan sebagai rujukan.
Pada akhir tahap On, Saudara menyusun laporan dan mempersiapkan bahan tayang untuk
dipresentasikan pada tahap In-2.
Setelah menyelesaikan kegiatan ini, Saudara dapat menerapkan salah satu prinsip,
metode, dan teknik supervisi manajerial dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama
karakter—religius, nasionalis, mandiri, integritas, terbuka, dan prinsip-prinsip pendidikan
inklusif untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah binaan.
C. Aktivitas Pembelajaran
Berdasarkan laporan hasil supervisi manajerial tahun sebelumnya dan hasil kunjungan
Saudara ke sekolah binaan, Saudara dapat mengidentifikasi dan mendeskripsikan
permasalahan sekolah binaan yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi manajerial.
Aspek-aspek manajerial sekolah yang sebaiknya menjadi perhatian Saudara adalah (a)
manajemen kurikulum dan pembelajaran, (b) kesiswaan, (c) sarana dan prasarana, (d)
ketenagaan, (e) keuangan, (f) hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (g) layanan
khusus. Tuliskan pada LK 1-On berikut ini.
Sekolah Aspek
Deskripsi Masalah Manajerial
No Binaan Manajemen
Persiapan:
Pelaksanaan:
Tindak lanjut:
Persiapan:
Pelaksanaan:
Tindak lanjut:
Persiapan:
Pelaksanaan:
Tindak lanjut:
Penerapan Prinsip
No. Kelebihan Kekurangan
Supervisi Manajerial
Penerapan Metode
No. Kelebihan Kekurangan
Supervisi Manajerial
Penerapan Teknik
No. Kelebihan Kekurangan
Supervisi Manajerial
Setelah menyelesaikan seluruh tagihan pada setiap topik dalam kegiatan On, Saudara
harus menyusun tagihan-tagihan dari setiap topik tersebut menjadi sebuah laporan
lengkap seperti contoh sistematika laporan berikut (LK 4-On).
Halaman Judul (Cover), berisi: judul, identitas penyusun, tanggal, bulan, dan tahun
Lembar Pengesahan yang ditandatangani oleh penegampu program pengawas
pembelajar
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II LAPORAN KEGIATAN ON-THE-JOB LEARNING
A. Analisis Permasalahan Manajerial di Sekolah Binaan(LK 1-On)
B. Perencanaan Pelaksanaan (Prinsip, Metode, dan Teknik) Supervisi Manajerial di
Sekolah Binaan (LK 2-On)
C. Pelaksanaan (Prinsip, Metode, dan Teknik)j Supervisi Manajerial untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (LK 3-On)
D. Evaluasi dan Tindak Lanjut Supervisi Manajerial
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
LAMPIRAN
Saudara telah membuat laporan hasil On mengenai penerapan prinsip, metode, dan teknik
supervisi manajerial. Selanjutnya, Saudara menyiapkan bahan presentasi dari laporan yang
telah disusun. Bahan presentasi ini akan Saudara sajikan pada kegiatan In-2 dengan
memperhatikan rambu-rambu berikut.
Pada kegiatan 1.1, Saudara akan mengikuti kegiatan penilaian yang akan dilakukan oleh
narasumber. Berikut ini beberapa hal yang perlu Saudara lakukan.
1. Silakan Saudara serahkan portofolio hasil On (laporan On) kepada narasumber untuk dinilai.
2. Selanjutnya narasumber mengatur tahapan presentasi. Saudara memaparkan atau
mempresentasikan hasil kegiatan On sesuai tagihan dan pengalaman belajar terbaik dalam
menyelesaikan hambatan untuk mencapai keberhasilan kegiatan On. Pada saat Saudara
presentasi, semua peserta diminta menyimak sambil narasumber menilai kesesuaian isi
portofolio dengan presentasi yang Saudara sampaikan.
3. Setelah Saudara memaparkan atau mempresentasikan hasil kegiatan On, Saudara
sebaiknya memberi kesempatan kepada peserta lain untuk mengajukan pertanyaan dan
memberi masukan terkait lesson learned (good atau worst practice) yang Saudara
peroleh.
Pada kegiatan ini, Saudara diberi kesempatan untuk mengkonfirmasi pemahaman Saudara
tentang isi modul yang masih perlu dipertajam dan diperkuat. Kegiatan ini dapat diawali
dengan brainstorming dengan topik bahasan terkait pemahaman isi modul. Selanjutnya
Saudara perlu menyimak penjelasan dari narasumber yang sekaligus menjadi kegiatan
penguatan, hal ini berarti Saudara telah mengikuti secara utuh rangkaian kegiatan In-2.
Setelah menyelesaikan kegiatan In-1, On, In-2 dan tahapan penilaian, Saudara diminta
untuk menyusun rencana tindak lanjut yang akan Saudara terapkan terkait hasil belajar
atau pasca In-2. Silakan ikuti kegiatan 1.3 berikut.
Pada kegiatan 3, Saudara diminta untuk menyusun rencana tindak lanjut pasca In-2 yang
akan Saudara gunakan sebagai acuan implementasi di tempat Saudara bertugas setelah
Saudara selesai belajar modul. Silakan menggunakan LK RTL Pasca In-2 berikut ini.
BAGIAN III
EVALUASI (1 JP)
Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (x) pada huruf A, B,
C, atau D
5. Berdasarkan laporan hasil supervisi manajerial yang dibuat pengawas pada komponen
perencanaan sekolah, semua sekolah binaan sudah memiliki dokumen perencanaan
sekolah seperti: RKJM, RKT dan RKAS, tetapi dalam proses penyusunan RKJM belum
mengakomodir hasil Evaluasi Diri Sekolah (EDS) yang dilakukan. Terkait dengan kasus
tersebut, prinsip supervisi manajerial yang diterapkan adalah ....
A. supervisi Integral dengan program pendidikan
B. supervisi dilakukan dengan prinsip berkelanjutan
C. supervisi dilakukan dengan prinsip konstruktif
D. supervisi secara objektif
No Deskripsi
1 Mengetahui tingkat keterlaksanaan dan keberhasilan program, serta
mendapatkan masukan dan memberikan penilaian.
2 Menyatukan persepsi stakeholder mengenai realitas kondisi sekolah,
menentukan langkah-langkah strategis/operasional sekolah.
3 Membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuan dalam
pengembangan sekolah.
4 Pengembangan kurikulum, sistem administrasi, peran serta masyarakat, dan
sistem penilaian.
Sesuai tabel di atas, tujuan pelaksanaan supervisi manajerial melalui metode Focused
Group Discussion (FGD) adalah....
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
9. Bentuk-bentuk teknik supervisi manajerial berikut yang termasuk teknik individual adalah
....
A. Kunjungan dan Observasi kelas, Pertemuan Individu, Membaca Terpimpin
B. Professional Reading, Kunjungan antar Kepala sekolah, SupervisiBulletin
C. Kepanitiaan, Organisasi Profesional, Pertemuan Kepala sekolah
D. Lokakarya, Kerja Kelompok, Perpustakaan Jabatan
11. Dalam menyusun laporan hasil pengawasan di sekolah binaan, seorang pengawas
memaparkan informasi kemajuan sekolah binaan berdasarkan capaian indikator
keberhasilan yang ditetapkan, terdapat beberapa sekolah yang belum mencapai
indikator keberhasilan. Supervisi yang dilakukan pengawas tersebut menerapkan prinsip
supervisi...
A. supervisi Integral dengan program pendidikan
B. supervisi dengan prinsip konstruktif
C. supervisi dengan prinsip berkelanjutan
D. supervisi dilaksanakan secara objektif
12. Pengawas A sedang melakukan pembinaan kepada salah satu guru di satu sekolah
binaan tentang pengembangan instrumen penilaian non-tes. Teknik supervisi yang
diterapkan oleh pengawas A adalah ....
A. kolaboratif
B. individu
C. direktif
D. kelompok
13. Supervisi manajerial yang dilakukan pengawas sekolah harus dilakukan secara
komprehensif, yang ditunjukkan melalui tindakan pengawasan berikut....
A. melaksanakan pengawasan kepada seluruh sekolah binaan
B. melaksanakan pengawasan kepada seluruh kepala sekolah binaan
C. melaksanakan pengawasan terhadap semua komponen personal sekolah
D. Melaksanakan pengawasan terhadap semua komponen manajerial sekolah
14. Seorang pengawas melakukan pembimbingan kepada Tim Pengembang Sekolah salah
satu sekolah binaannya dalam menindaklanjuti rekomendasi hasil EDS untuk menyusun
program kerja jangka menengah (RKJM). Peran pengawas dalam kegiatan supervisi
manajerial tersebut adalah....
A. Negosiator
B. Asesor
C. Evaluator
D. Fasilitator
16. Dasar pertimbangan yang digunakan pengawas sekolah dalam menerapkan teknik
individu antara lain....
A. permasalahan manajerial yang dialami oleh satu guru, kepala sekolah atau tenaga
kependidikan lain
B. permasalahan manajerial yang dialami oleh beberapa orang guru, kepala sekolah
atau tenaga kependidikan lain yang berbeda sekolah
C. permasalahan manajerial yang dialami oleh beberapa guru, atau tenaga
kependidikan lain pada satu sekolah
D. permasalahan manajerial yang sama dialami oleh guru, kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lain pada satu sekolah
Berdasarkan tabel di atas, seorang pengawas dapat berperan sebagai fasilitator dan
asesor apabila melakukan pengawasan pada kegiatan....
A. 1 dan 2
B. 1 dan 3
C. 2 dan 4
D. 3 dan 4
18. Dalam pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas sekolah berperan sebagai fasilitator
ketika supervisi yang dilakukan menggunakan metode....
A. Focused Group Discussion dan Dialog.
B. Monitoring dan Evaluasi.
C. Refleksi dan Diskusi Panel
D. Workshop dan Delphi
19. Beberapa kepala sekolah binaan dari pengawas K mengalami permasalahan yang sama
dalam menyusun program budaya sekolah untuk pengembangan nilai-nilai karakter
bangsa. Bertolak dari permasalahan tersebut, teknik supervisi manajerial yang tepat
digunakan pengawas K adalah....
A. Teknik Individu Bulletin Supervisi
B. Teknik Individu Kunjungan antar Kepala sekolah
C. Teknik Kelompok Lokakarya
D. Teknik Kelompok Diskusi Panel
No Deskripsi
1 Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami
persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan
sekolah
2 Menentukan tujuan, aspek-aspek sasaran dan instrumen supervisi yang
akan digunakan
3 Semua peserta sudah mengetahui maksud diskusi serta permasalahan
yang akan dibahas dan mewakili berbagai unsur
4 Menentukan materi atau substansi masalah yang bersifat praktis,
menentukan peserta dan penyaji
B. 2
C. 3
D. 4
21. Salah satu sekolah binaan Saudara hendak menyusun dokumen kurikulum sekolah dan
memerlukan pengkajian mengenai kekuatan, kelemahan, tantangan dan hambatan yang
dimiliki sekolah. Sebagai seorang pengawas, Saudara dapat memberikan bantuan
melalui supervisi manajerial dengan metode....
A. Monitoring dan Evaluasi
B. Refleksi dan Focused Group Discussion
C. Workshop dan Lokakarya
D. Delphi dan Diskusi Panel
22. Pertimbangan yang harus dilakukan pengawas sekolah ketika akan menerapkan
pelaksanaan supervisi manajerial dengan teknik kelompok adalah ....
A. permasalahan manajerial yang dialami oleh guru, kepala sekolah atau tenaga
kependidikan lain pada satu sekolah
B. permasalahan manajerial yang dialami oleh beberapa orang guru, kepala sekolah
atau tenaga kependidikan lain yang berbeda sekolah
C. permasalahan manajerial yang sama dialami oleh beberapa guru, kepala sekolah
dan atau tenaga kependidikan yang berbeda sekolah
D. permasalahan manajerial yang sama dialami oleh guru, kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lain pada satu sekolah atau beberapa sekolah
23. Supervisi manajerial yang dilaksanakan dengan metode monitoring lebih dititikberatkan
untuk tujuan....
A. mengetahui keterlaksanaan program dan menemukan hambatan-hambatan yang
harus diatasi dalam pelaksanaan program
B. menghimpun informasi mengenai proses dan progres penyelenggaraan sekolah
dibandingkan dengan target sehingga diketahui keberhasilan dalam kurun waktu
tertentu
C. bersama-sama pihak sekolah melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan
menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung
D. cara yang efisien untuk melibatkan banyak stakeholder tanpa memandang factor -
faktor status yang sering menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah
24. Berdasarkan permasalahan manajerial yang dialami sekolah binaan, pengawas sekolah
merencanakan akan melakukan supervisi manajerial dengan menerapkan metode
Delphi. Langkah pertama yang harus dilakukan pengawas tersebut adalah....
A. menentukan substansi materi dan permasalahan yang bersifat praktis
B. menentukan tujuan, aspek-aspek sasaran dan instrumen supervise
C. menginformasikan permasalahan yang akan dibahas dan tujuan pembahasan
D. mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan
25. Pengawas S memiliki 10 sekolah binaan, 60% kepala sekolah binaannya mengeluhkan
kesulitan dalam melaksanakan penilaian kinerja guru terutama pada penggunaan
instrumen penilaian yang digunakan, proses penilaian dan laporan hasil penilaian kinerja
guru. Sesuai permasalahan tersebut, metode supervisi manajerial yang sesuai
digunakan pengawas sekolah S adalah ....
A. Workshop
B. Monitoring
C. Delphi
D. Focused Group Discussion
26. Bentuk teknik supervisi manajerial berikut yang termasuk dalam teknik kelompok adalah
....
A. Kepanitiaan Sekolah, Kunjungan dan Observasi Kelas, Dialog
B. Laboratorium Kurikulum, Diskusi Panel, Perpustakaan Jabatan
C. Organisasi Profesional, Kunjungan antar Kepala sekolah, Kerja Kelompok
D. Bulletin Supervisi, Konferensi, Membaca Terpimpin
28. Permasalahan manajerial berikut yang sesuai dilakukan supervisi manajerial dengan
teknik diskusi panel adalah ....
A. hambatan yang dialami oleh satu sekolah untuk dicari solusi bersama
B. implementasi program baru yang merupakan kebijakan pemerintah
C. pengalaman praktik yang baik oleh satu sekolah didiseminasikan ke sekolah lain
D. publikasi program kerja sekolah untuk memperoleh masukan dari sekolah lain
29. Seorang pengawas sekolah hendak menerapkan metode FGD dalam melaksanakan
supervisi manajerial di salah satu sekolah binaannya, langkah pertama yang harus
dilakukan pengawas tersebut adalah ....
A. mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan
B. menentukan tujuan, aspek-aspek sasaran dan instrumen supervisi
C. menginformasikan permasalahan yang akan dibahas dan tujuan pembahasan
D. menentukan substansi materi dan permasalahan yang bersifat praktis
30. Berdasarkan hasil analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan pada salah satu
sekolah binaan menunjukkan bahwa, (1) sebagian siswa dengan hasil belajar rendah,
(2) sebagian besar guru kurang mampu membuat PTK, (3) kepala sekolah kurang
melakukan supervisi dan manajemen, (4) sebagian besar guru kurang tertarik menyusun
perencanaan pembelajaran. Sebagai pengawas, permasalahan manajerial yang menjadi
prioritas untuk atasi adalah....
A. membimbing kepala sekolah agar lebih mampu melakukan supervisi dan manajemen
untuk kemajuan bersama di sekolah
B. membimbing guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa
C. membimbing kepala sekolah untuk melakukan penelitian tindakan sekolah untuk
melakukan perbaikan supervisi dan manajemen sekolah
D. menentukan dan menetapkan kinerja guru dan kepala sekolah yang efektif untuk
dijalankan pada tahun yang akan datang
BAGIAN IV
PENUTUP
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi akademis dan
supervisi manajerial. Supervisi akademis menitikberatkan pada pengamatan supervisor
terhadap kegiatan akademis, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.
Supervisi manajerial menitikberatkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan
administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya
pembelajaran.
Aktivitas pengawas dalam supervisi manajerial tercakup dalam empat kata kunci, yaitu: (1)
membimbing (membantu dan mendampingi) dalam penyusunan dan perumusan berbagai
pedoman, panduan, kebijakan atau program sekolah, (2) memonitor pelaksanaan program
sekolah sesuai dengan standar yang ditetapkan, (3) membina pelaksanaan program dan
kegiatan untuk mencapai target atau hasil yang optimal, dan (4) mengevaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan sekolah, ketercapaian program sekolah, dan kinerja kepala sekolah,
guru, dan tenaga kependidikan.
Metode yang umumnya digunakan dalam supervisi manajerial adalah (1) monitoring dan
evaluasi, (2) refleksi dan Focus Group Discussion (FGD), (3) metode Delphi, dan (4) workshop.
Dalam pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas dapat menerapkan teknik supervisi
individual dan teknik supervisi kelompok.
DAFTAR ISTILAH
LK : Lembar Kerja
PSP : :
Pengawas Sekolah Pembelajar
LAMPIRAN
1. C 11. D 21. B
2. D 12. B 22. D
3. D 13. D 23. A
4. A 14. D 24. D
5. C 15. A 25. A
6. B 16. A 26. C
7. A 17. A 27. B
8. D 18. D 28. C
9. A 19. C 29. C
10. C 20. A 30. A
DAFTAR PUSTAKA
Ametembun, N.A. (2000) Supervisi Pendidikan: Penuntun Bagi Para Penilik Pengawas
Kepala Sekolah dan Guru-Guru. Bandung: Penerbit Suri.
Anggidetyas. (2013, Febr. 26). Otoriter vs. Demokratis. Diakses 27 Juli 2016, dari
https://anggidetyas.wordpress.com.
APSI Kabupaten Nganjuk. (2011, June 21). Peningkatan Mutu Sekolah melalui Supervisi
Manajerial. Diakses 27 Mei 2016, dari http://apsikabnganjuk.blogspot.com/2011_
06_01_archive.html.
Kemen PAN dan RB. (2010). Permen PAN dan RB Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan
Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.
Pendidikan Kewarganegaraan. (2016, Febr. 4). Supervisi Manajerial. Diakses 26 Juli 2016,
dari http://ainamulyana.blogspot.com/2016/02/supervisi-manajerial.html.
SUPLEMEN
Suplemen 1: Supervisi Pengawas Dalam Pelaksanaan PPK
Wilayah Indonesia terdiri dari ribuan pulau dengan kondisi geografis yang bervariasi dan
diwarnai oleh keanekaragaman budaya, adat istiadat, agama, maupun keyakinan.
Keanekaragaman tersebut dapat menjadi keunggulan jika semboyan Bhinneka Tunggal
Ika mewujud dengan baik pada setiap sendi kehidupan berbangsa. Sebaliknya,
keberagaman akan menjadi bumerang jika perbedaan budaya, adat istiadat, agama,
maupun keyakinan tidak dikelola. Gesekan yang mengarah pada konflik horisontal
sangat mungkin terjadi jika bukannya persamaan namun perbedaan yang dikedepankan
oleh masing-masing pengampu budaya, pemangku adat, pemeluk agama, dan penggiat
keyakinan. Sila ke tiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia, menjadi jauh dari
kenyataan.
Pancasila sebagai ideologi sudah seharusnya menjadi rujukan dan pegangan utama
dalam pengelolaan pendidikan, baik secara sistem di tingkat nasional maupun
operasional di tingkat sekolah. Secara formal nilai-nilai Pancasila harus diterima,
didukung, dihargai, dan diupayakan perwujudannya secara sungguh-sungguh di setiap
sendi sekolah karena merupakan cita-cita hukum dan cita-cita moral seluruh bangsa
Indonesia.
bermoral, nasionalis, tangguh, mandiri, dan memiliki keunggulan bersaing secara global,
beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.”
Implikasi dari Gerakan PPK dalam konteks persekolahan, sebagaimana tertera pada
Konsep dan Pedoman PPK (Kemdikbud, 2017), adalah:
a. pertama adalah penguatan karakter peserta didik dalam mempersiapkan daya saing
siswa dengan kompetensi abad 21 (4Cs), yaitu berpikir kritis (critical thinking),
kreativititas (creative thinking), komunikasi (communication), dan kolaborasi
(collaborative)
b. pembelajaran bermakna yang dilakukan di dalam maupun luar sekolah yang
diwujudkan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat intra-kurikuler, ko-kurikuler, ekstra-
kurikuler, dan pengkondisian, pembiasaan sekolah secara terus menerus (habituasi),
serta kegiatan-kegiatan sekolah yang terintegrasi dengan kegiatan komunitas antara
lain seni budaya, bahasa dan sastra, olahraga, sains, keagamaan
c. revitalisasi peran Pengawas, Kepala Sekolah sebagai manajer dan Guru sebagai
inspirator PPK
d. revitalisasi peran Komite Sekolah sebagai badan gotong royong sekolah dan
partisipasi masyarakat
e. penguatan peran keluarga melalui kebijakan pembelajaran 5 (lima) hari sekolah.
dalam kontek totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dapat dikelompokkan dalam:
(1) olah hati (spiritual & emotional development); (2) olah pikir (intellectual development);
(3) olah raga dan kinestetik (physical & kinesthetic development); dan (4) olah rasa dan
karsa (affective and creativity development). Proses itu secara holistik dan koheren
memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi, serta masing-masingnya secara
konseptual merupakan gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung dalam 5 nilai-nilai
utama PPK. Atas dasar itu, penguatan pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan
mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, yaitu menanamkan kebiasaan
(habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif)
tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan
biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, penguatan pendidikan karakter
yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing),
akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku
yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan
yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan (Lickona, 2004).
Nilai utama Gerakan PPK yang saat ini dikembangkan dari kristalisasi pemikiran Ki
Hadjar Dewantara tersebut adalah: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan
integritas (Kemdikbud, 2017). Secara detail, nilai-nilai utama PPK dapat diuraikan
menjadi sub-sub nilai yang perwujudannya dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Nilai karakter religius ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan
ciptaan: cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama, teguh pendirian,
percaya diri, kerja sama lintas agama, antibuli dan kekerasan, persahabatan,
ketulusan, tidak memaksakan kehendak, melindungi yang kecil dan tersisih.
b. Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya: apresiasi
budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul
dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin,
menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.
c. Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada
orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan
harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai kemandirian antara lain etos kerja (kerja
keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan
menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Kompetensi supervisi merupakan satu dari 6 (enam) kompetensi pengawas sekolah. Hal
ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Supervisi yang dilaksanakan pengawas sekolah
merupakan upaya pengawasan dan pendampingan dalam ranah pengelolaan sekolah
yang bermutu, akuntabel, dan transparan. Ruang lingkup program pengawas sekolah
meliputi aspek supervisi akademik dan supervisi manajerial.
Supervisi manajerial adalah kegiatan profesional yang dilakukan oleh pengawas sekolah
dalam rangka membantu kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya guna
meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Pengawasan
sekolah berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pemantauan, pembinaan, penilaian
kepala sekolah dalam peningkatan efisiensi dan efetivitas sekolah dalam proses
perencanaan, koordinasi dan pengembangan mutu sekolah. Peran pengawas dalam
supervisi manajerial melakukan fasilitasi kepala sekolah dalam melakukan evaluasi diri
sekolah (EDS) dan merefleksikan hasil-hasilnya untuk melakukan penjaminan mutu
pendidikan. Tugas pokok pengawas dalam melakukan pengawasan manajerial, yaitu
melakukan pemantauan pelaksanaan PPK di sekolah-sekolah binaannya, pembinaan
PPK, bimbingan dan pelatihan PPK, dan penilaian pelaksanaan PPK. Pemantauan
pelaksanaan PPK merupakan kegiatan memantau untuk mengetahui keterlaksanaan dan
hambatan pada pemenuhan: SKL, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian
sebagai bahan untuk pembinaan dan pembimbingan pelatihan profesional yang
dilakukan guru. Pembinaan PPK merupakan kegiatan pengawasan untuk
peningkatan/penguatan kompetensi guru dalam pelaksanaan tugas pokok berdasarkan
tingkat pemenuhan SNP hasil pemantauan. Kegiatan bimbingan dan pelatihan mencakup
kegiatan kolektif guru di MGMP/KKG untuk meningkatkan profesionalisme guru, dalam
mengoptimalkan pelaksanakaan tugas pokok guru. Selanjutnya, penilaian pelaksanaan
PPK dilakukan oleh pengawas dalam kaitannya penilaian kinerja guru dalam
pelaksanaaan tugas pokok guru.
sekolah lainnya dalam menilai tugas pokok dan tanggung jawabnya untuk meningkatkan
mutu pendidikan dan pembelajaran. Rincian kompetensi, mencakup: (a) menentukan
aspek-aspek penilaian kinerja Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan; (b)
memilih perangkat penilaian yang tepat digunakan untuk menilai kinerja Kepala Sekolah,
Guru, dan Tenaga Kependidikan; (c) menilai kinerja Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga
Kependidikan dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya. (2) mengolah
dan menganalisis data hasil penilaian kinerja Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga
Kependidikan, mencakup: (a) menyeleksi (memvalidasi) data hasil penilaian kinerja
Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan; (b) menganalisis data hasil penilaian
kinerja Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan; dan (c) menyusun program
tindak lanjut perrbaikan kinerja Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan.
E. Kesimpulan
PPK? Bagaimana cara memantaunya? Apa yang diperoleh dari hasil pemantauan dan
bagaimana menindaklanjuti hasil pemantauan? Pemantauan dapat dilakukan melalui
beberapa cara, seperti: melalui kegiatan pengamatan atau melakukan observasi
lingkungan sekolah/madrasah tentang aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik baik
dalam kegiatan-kegiatan intra kurikuler, ko kurikuler maupun ekstrakurikuler terkait
pelaksanaan PPK di sekolah/madrasah. Wawancara dapat juga dilakukan dengan
melibatkan guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya, perwakilan
siswa/OSIS, komite sekolah tentang pengembangan dan budaya karakter yang
diimplementasikan di sekolah/madrasah dalam waktu yang cukup. Hasil pemantauan
dapat disajikan dalam bentuk (1) program sekolah melalui Rencana Kerja dan
Pelaksanaan Program PPK; (2) foto-foto kegiatan, dan dokumentasi lainnya.
dipelajari pada satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri, yang diperoleh dari
pengalaman pembelajaran dan kegiatan, meliputi: (1) penugasan individu, (2) penugasan
kelompok, (3) pelaporan tugas/kegiatan, (4) mempresentasikan hasil penugasan (5)
keterlibatan dalam kepanitiaan, dan (6) keterlibatan dalam berbagai lomba/pameran serta
kegiatan lainnya.
F. Daftar Pustaka
A. Pendahuluan
Semua anak berhak untuk memperoleh kesempatan yang sama dan seluas-luasnya
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial. Dalam
hal ini negara memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa hak tersebut dilindungi
sehingga kesejahteraan pada anak dapat tercapai.
Untuk mencapai kesejahteraan anak sesuai dengan yang diinginkan maka pendidikan di
keluarga dan lingkungan memegang peranan yang penting. Pola didik di sekolah dan
pola asuh di keluarga berperan sangat penting dalam mengembangkan potensi
akademik dan non-akademik seorang anak. Keyakinan bahwa pendidikan yang baik
merupakan pendidikan yang berfokus pada kurikulum (curriculum centered) harus segera
ditinggalkan dan mulai menerapkan pendidikan inklusif yang berfokus pada semua
anak/peserta didik (children/students centered) tanpa memandang suku, bahasa, agama,
jender, keadaan fisik, keadaan kesehatan, status sosial, dan ekonomi.
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar kepada kepala dan
pengawas sekolah mengenai konsep pendidikan inklusif dan perlindungan kesejahteraan
anak; sejarah pendidikan inklusif dan perlindungan kesejahteraan anak; dan
penyelenggaraan pendidikan inklusif sebagai cara terbaik untuk memastikan
dilaksanakannya perlindungan kesejahteraan anak.
1
Developing inclusive education systems: how can we move policies forward, Mel Ainscow and Susie Miles,
University of Manchester, UK, p.1 (2009)
Pendidikan inklusif bukanlah sistem pendidikan integrasi yang ‘berganti baju’ dan juga
berbeda dengan sistem pendidikan segregasi. Perbedaan mendasar terdapat pada
lokasi pembelajaran, sikap guru, sikap tenaga kependidikan, dan keadaan lingkungan
sekolah serta kurikulum yang dipergunakan. Ilustrasi yang dapat menggambarkan
perbedaan antara pendidikan segregasi, integrasi, dan inklusif adalah sebagai
berikut:
PDBK PD lainnya
PD lainnya PDBK
dan PD
lainnya
PDBK
yang direncanakan dan dikerjakan oleh guru dan tenaga kependidikan selalu
berdasarkan pada kebutuhan peserta didik. Pada sistem pendidikan inklusif, guru
memastikan bahwa anak/peserta didik berkebutuhan khusus dapat hadir, diterima
oleh guru dan anak/peserta didik lainnya, berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran di kelas bersama dengan peserta didik lainnya, dan memperoleh
pencapaian yang maksimal sesuai dengan kemampuan anak/peserta didik.
Penyesuaian-penyesuaian untuk mengakomodir kebutuhan peserta didik
berkebutuhan khusus terjadi pada ranah (1) sikap, misalnya sikap yang lebih positif
terhadap perilaku tertentu peserta didik, atau tidak meremehkan potensi mereka
penyandang disabilitas dan mereka yang termasuk dalam kategori cerdas berbakat;
(2) informasi, misalnya penggunaan format atau media yang sesuai dengan
kemampuan anak/peserta didik agar dapat mengakomodir kebutuhan khusus yang
ada misalnya braille bagi anak/peserta didik dengan hambatan penglihatan;
penggunaan bahasa isyarat bagi anak/peserta didik dengan hambatan pendengaran;
dan menggunakan bahasa yang lebih sederhana dalam berkomunikasi dengan
anak/peserta didik dengan hambatan intelektual; (3) struktur bangunan fisik, misalnya
bangunan dengan landaian (ramp) atau lift untuk akses bagi mereka penyandang
hambatan gerak.
Istilah anak/peserta didik berkebutuhan khusus memiliki cara pandang yang lebih luas
dan positif terhadap peserta didik atau anak/peserta didik yang memiliki kebutuhan
yang sangat beragam.
Ditinjau dari penyebabnya, maka kebutuhan khusus dapat dibagi dua bagian, yakni
(1) kebutuhan khusus yang berasal dari diri sendiri dan (2) kebutuhan khusus akibat
dari lingkungan. Salah satu penyebab munculnya kebutuhan khusus dari diri sendiri
adalah disabilitas. Sedangkan kebutuhan khusus yang berasal dari lingkungan
misalnya anak mengalami kesulitan belajar karena tidak dapat konsentrasi dengan
baik dan penyebabnya misalnya suasana tempat belajar yang tidak nyaman.
Di samping itu, kebutuhan khusus juga dapat dibedakan menjadi (1) kebutuhan
khusus umum, (2) kebutuhan khusus individu, dan (3) kebutuhan khusus kekecualian.
Kebutuhan khusus umum adalah kebutuhan khusus yang secara umum dapat terjadi
pada siapapun, misalnya karena sakit tidak bisa belajar dengan baik. Sedangkan
kebutuhan khusus individu (pribadi) adalah kebutuhan yang sangat khas yang dimiliki
oleh seorang individu, misalnya seseorang tidak dapat belajar tanpa sambil
mendengarkan musik. Adapun kebutuhan khusus kekecualiaan adalah kebutuhan
khusus yang ada akibat disabilitas, misalnya kebutuhan berkomunikasi dengan
bahasa isyarat bagi anak dengan hambatan pendengaran.
Pendidikan inklusif di suatu negara dibangun oleh 3 (tiga) pilar yang saling
mempengaruhi satu dengan yang lain, yaitu: (1) budaya; (2) kebijakan; (3) praktik.
(2) (3)
(1)
Di Indonesia tanpa kita sadari budaya pendidikan inklusif juga telah ada sejak lama.
Semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ nyata menunjukkan bahwa Indonesia adalah
bangsa yang menjunjung nilai-nilai inklusif, berbeda-beda tetapi tetap satu juga.
Budaya inklusif yang ada di Indonesia juga telah didukung oleh perangkat-perangkat
kebijakan terkait dengan penyelenggaraan pendidikan inklusif baik ditingkat nasional
maupun lokal (provinsi dan kabupaten/kota). Namun yang masih menyisakan
Kesejahteraan anak merupakan suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang
dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang wajar, baik secara rohani,
jasmani, maupun sosial2. Kesejahteraan anak dapat pula diartikan sebagai beberapa
kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh masyarakat untuk menyampaikan
perhatian khusus bagi anak-anak dan kesanggupan masyarakat untuk bertanggung
jawab atas beberapa anak sampai mereka mampu untuk mandiri. 3
Pada kenyataannya, penyelenggaraan hasil konferensi tersebut masih jauh dari yang
diharapkan, khususnya yang terkait dengan kesempatan memperoleh pendidikan
bagi para penyandang disabilitas. Oleh karena itu, pada tanggal 7-10 Juni 1994 di
Salamanca, Spanyol, para praktisi pendidikan khusus menyelenggarakan konferensi
pendidikan kebutuhan khusus (Special Needs Education) yang diikuti oleh 92 negara
dan 25 organisasi international yang menghasilkan Pernyataan Salamanca
(Salamanca Statement) yangmenyatakan agar anak berkebutuhan khusus (children
with special needs) mendapat layanan pendidikan yang lebih baik dan berkualitas.
2
Undang-Undang no. 4 tahun 1979 bab 1 pasal 1
3
Johnson&Schwartz (1991, h.167)
Dalam konferensi ini istilah inclusive education (pendidikan inklusif) secara formal
mulai diperkenalkan.
Pada tanggal 25 Agustus 1990, melalui Keppres 36/1990, Indonesia telah meratifikasi
Konvensi Hak Anak (KHA) dan dikuatkan dengan terbitnya Undang Undang Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang mengatur tentang hak dan
Sekolah inklusif adalah sekolah yang mampu mengakomodir kebutuhan semua anak
termasuk kebutuhan khusus anak/peserta didik berkebutuhan khusus sehingga mereka
dapat hadir di kelas, diterima oleh guru, tenaga kependidikan, dan sesama peserta didik,
serta berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran serta menunjukkan pencapaian baik di
bidang akademik maupun non-akademik. Dalam hal mengakomodir kebutuhan semua
anak/peserta didik, sekolah harus selalu memperhatikan prinsip-prinsip dasar Konvensi
Hak-Hak Anak, yaitu: (1) nondiskriminasi; (2) kepentingan yang terbaik bagi anak; (3) hak
untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan (4) penghargaan terhadap
pendapat anak/peserta didik. Dengan demikian mereka dapat berkembang secara wajar,
baik secara jasmani, rohani, dan sosial.
Praktik-praktik di sekolah inklusif sangat sesuai dengan prinsip dasar Konvensi Hak-Hak
Anak yang meliputi: (a) non diskriminasi; (b) kepentingan yang terbaik bagi anak; (c) hak
untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan (d) penghargaan terhadap
pendapat anak. Tindakan bully dan kekerasan terhadap anak/peserta didik di sekolah
inklusif diharapkan tidak akan terjadi karena pihak sekolah (guru dan tenaga
kependidikan) memberikan pengertian kepada semua warga sekolah termasuk orang tua
dan anak/peserta didik baik yang berkebutuhan khusus maupun anak/peserta didik
lainnya tentang keberagamanan yang ada dan hak asasi manusia yang perlu dihormati.
Dengan demikian sekolah yang menyelenggarakan sistem pendidikan inklusif sudah
pasti menerapkan hal-hal positif yang mendukung kesejahteraan anak.
Ilustrasi di bawah ini menggambarkan hubungan pendidikan inklusif dengan perlindungan
kesejahteraan anak.
Gambar 2. Hubungan Pendidikan Inklusif (PI) dengan Perlindungan Kesejahteraan Anak (PKA).
Di sekolah inklusif semua peserta didik harus hadir dan terlibat dalam proses
pembelajaran. Semua upaya untuk menghilangkan hambatan diarahkan untuk
membantu peserta didik berkebutuhan khusus agar mereka dapat berpartisipasi, belajar,
dan berprestasi sesuai dengan kemampuan mereka. Pencapaian tersebut dapat di
bidang akademik maupun non-akademik.
Lingkungan yang aman dan nyaman serta tidak diskriminasi akan menciptakan
lingkungan pendidikan yang mendukung terbentuknya pribadi anak yang sehat secara
emosi dan sosial.
Asesmen pendidikan adalah suatu proses yang sistematis dalam memperoleh informasi
atau data melalui pertanyaan terkait perilaku belajar anak/ peserta didik dengan tujuan
penempatan dan pengembangan pembelajaran (Wallace dan McLoughlin, 1981: 5).
Tujuan melakukan asesmen adalah untuk melihat kebutuhan khusus anak/peserta didik
dalam rangka penyusunan program pembelajaran sehingga dapat melakukan intervensi
pembelajaran secara tepat. Hal ini tentunya dilakukan hanya demi kepentingan
anak/peserta didik. Asesemen dapat dilakukan secara informal maupun formal. Aspek
yang diamati lebih jauh dalam proses asesmen adalah persoalan belajar, sosial-emosi,
komunikasi, dan motorik. Hasil akhir dari proses identifikasi dan asesmen adalah
diperolehnya profil peserta didik berkebutuhan khusus. Profil peserta didik inilah yang
akan dijadikan dasar bagi kepala sekolah, guru, dan orang tua dalam pengambilan
keputusan guna penempatan dan pengembangan program pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik belajar peserta didik.
Pengambilan keputusan dilakukan oleh tim yang terdiri dari minimal guru kelas/mata
pelajaran, kepala sekolah, dan orang tua. Sekiranya tersedia maka akan lebih baik
apabila tim juga beranggotakan guru pembimbing khusus atau guru pendidikan khusus
dan professional (tenaga medis, psikolog, terapi dll). Pada saat proses pengambilan
keputusan pun anak/peserta didik juga dilibatkan.
Referal Evaluasi
Asesmen Review
(formal atau Tahunan
informal)
Gambar 3. Struktur identifikasi dan asesmen digambarkan sebagai berikut ( Mc Loughlin &
Lewis,1981):
Setelah sekolah merancang program bagi peserta didik khususnya bagi peserta didik
berkebutuhan khusus berdasarkan kebutuhan anak/peserta didik yang merupakan hasil
asesmen, maka sekolah diharapkan dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian di
berbagai hal guna menjamin pemenuhan hak dan partisipasi anak/peserta didik
berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran.
Adaptasi dan penyediaan alat bantu dapat dilakukan setelah proses identifikasi dan
asesmen selesai dilaksanakan sehingga bantuan yang disediakan sesuai dengan
kebutuhan anak/peserta didik.
E. Penutup
Pendidikan inklusif dan Perlindungan Kesejahteraan Anak bukanlah suatu hal yang
terpisah. Sebaliknya pendidikan inklusif merupakan salah satu cara terbaik untuk
menjamin perlindungan kesejahteraan anak. Praktik-praktik pendidikan inklusif sangat
memperhatikan pemenuhan hak anak/peserta didik sehingga mereka dapat tumbuh dan
berkembang secara wajar pada ranah kognitif, emosi, dan sosial yang akhirnya potensi
akademik dan non-akademik anak/peserta didik tersebut dapat tergali secara maksimal.
Dapat dikatakan juga bahwa pendidikan inklusif adalah juga merupakan salah satu
strategi untuk mempromosikan masyarakat inklusif, dimana semua anak dan orang
dewasa dapat berpartisipasi dan berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat tanpa
melihat adanya perbedaan jender, usia, kemampuan, etnis, disabilitas, ataupun status
kesehatannya akibat HIV. (Stubbs S. Publication online What is Inclusive Education?
Concept Sheet).
F. Daftar Pustaka
1. Ainscow, Mel. & Miles, Susie. (2009). Developing inclusive education systems: how
can we move policies forward. United Kingdom: University of Manchester.
2. Choate, S. Joyce. (2013). Pengajaran inklusif yang sukses: cara handal untuk
mendeteksi dan memperbaiki kebutuhan khusus. Jakarta: Helen Keller International.
3. Damanik, Tolhas. (2016). Akomodasi yang wajar. Jakarta: Helen Keller International.
Suplemen 3: Panduan Penilaian Hasil Belajar Untuk Pengawas Sekolah dan Kepala
Sekolah
Pada bulan Januari 2017, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
telah menerbitkan Permendikbud No.3 Tahun 2017 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Pemerintah dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan. Peran pengawas dalam
peraturan tersebut memang tidak secara harfiah disebutkan, akan tetapi mengingat
tugas dan fungsinya, pengawas sekolah perlu untuk menguasai konsep, penilaian,
penyusunan kisi-kisi, dan penulisan butir soal. Hal ini terutama didasarkan pada point-
point Permendikbud No.3 Tahun 2017 berikut ini:
1. Pasal 2 ayat 2: “Penilaian hasil belajar oleh Satuan Pendidikan dilakukan melalui US
(ujian sekolah) dan USBN (ujian sekolah berstandar nasional)”
2. Pasal 11 ayat 2: “Kisi-kisi US disusun dan ditetapkan oleh masing-masing Satuan
Pendidikan berdasarkan kriteria pencapaian standar kompetensi lulusan, standar isi,
dan kurikulum yang berlaku.”
3. Pasal 12 ayat 1: “Satuan Pendidikan Formal menyusun naskah soal US berdasarkan
kisi-kisi US sebagaimana dimaksud Pasal 11 ayat (2).”
A. Konsep Penilaian
1. Pengertian
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar. Panduan Penilaian ini dibuat untuk pengembangan
keprofesian pengawas sekolah dan kepala sekolah. Dalam melaksanakan
penilaian, pelaksana harus mengacu pada Standar Penilaian Pendidikan (Mardapi
dan Ghofur,2004) yaitu kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip,
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian yang digunakan
sebagaidasardalampenilaianhasil pengembangan keprofesian.
Berkaitan dengan penilaian terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan.
a. Penilaian dilakukan secara terencana dan berkelanjutan.
b. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, berupa program
remedi bagi peserta ujian dengan pencapaian kompetensi di bawah standar
2. Prinsip Penilaian
Dalam melaksanakan penilaian, agar hasilnya dapat diterima oleh semua pihak,
penilaian harus merujuk kepada prinsip-prinsip penilaian. Berikut merupakan
prinsip-prinsip penilaian.
a. Sahih
Agar penilaian sahih (valid) harus dilakukan berdasar pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur.
b. Objektif
Penilaian tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Karena itu perlu
dirumuskan pedoman penilaian (rubrik) sehingga dapat menyamakan persepsi
penilai dan meminimalisirsubjektivitas.
c. Terpadu
Penilaian merupakan proses untuk mengetahui apakah suatu kompetensi
telah tercapai? Kompetensi tersebut dicapai melalui serangkaian aktivitas
dalam pengembangan profesi.
d. Terbuka
Prosedur penilaian dan kriteria penilaian harus terbuka, jelas, dan dapat
diketahui oleh siapapun yang berkepentingan.
e. Sistematis
Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah yang baku,
f. Beracuan Kriteria
Penilaian ini menggunakan acuan kriteria. Artinya untuk menyatakan seorang
yang dinilai telah kompeten atau belum dibandingkan terhadap kriteria minimal
yang ditetapkan.
g. Akuntabel
Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun
hasilnya.
3. Penilaian Kelas
Penilaian kelas merupakan suatu bentuk kegiatan guru yang terkait dengan
pengambilan keputusan terhadap pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta
didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Oleh sebab itu penilaian kelas
lebih merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk
menilai hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan belajarnya. Berikut diuraikan
model-model Penilaian Kelas dan Pemanfaatan Hasil Ujian (Puspendik, 2004).
a. Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan kumpulan soal-soal yang diberikan kepada peserta didik
dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, peserta didik tidak selalu harus
merespon dalam bentuk jawaban, tetapi juga dapat dilakukan dalam bentuk lain
seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan sejenisnya.
Bentuk soal tes tertulis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu soal dengan
memilih jawaban yang sudah disediakan (bentuk soal pilihan ganda, benar-salah,
dan menjodohkan) dan soal dengan memberikan jawaban secara tertulis (bentuk
soal isian, jawaban singkat dan uraian).
b. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini tepat dilakukan
untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik
menunjukkan kinerjanya. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes
tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik
yang sebenarnya.
c. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu
produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari
hasil akhir, namun juga proses pembuatannya. Pengembangan produk meliputi 3
tahap yaitu tahap persiapan, tahap pembuatan, dan tahap penilaian.
d. Penilaian Projek
Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
kegiatan investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
e. Penilaian Sikap
Penilaian sikap merupakan salah satu penilaian berbasis kelas terhadap suatu
konsep psikologi yang kompleks. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya dengan menggunakan lembar observasi, pertanyaan
langsung, dan penggunaan skala sikap.
f. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian terhadap sekumpulan karya peserta didik
yang disusun secara sistematis dan terorganisasi, yang diambil selama proses
pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Penilaian ini digunakan guru maupun
peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap peserta didik.
B. Penyusunan Kisi-Kisi
1. Pengertian
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi
kompetens/materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk
menentukan ruang lingkup tes yang setepat-tepatnya, sehingga dapat menjadi
petunjuk dalam menulis soal. Fungsinya adalah sebagai pedoman penulisan soal dan
perakitan tes. Adapun wujudnya dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh
berikut ini (Safari, 2017).
Adapun wujudnya dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini
(Safari, 2017).
___________________________
Level
Kemampuan
No. Kompeten Kompetensi Kognitif Indikator No.
yang Diuji/ Tema
Urut si Inti Dasar Soal Soal
Materi
Keterangan:
- Isi pada kolom 2 dan3 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam
silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri atau
menguranginya, karena kurikulum ini adalah kurikulum minimal.
- Isi pada kolom 4 didasarkan UKRK (urgensi, kontinyuitas, relevansi, keterpakaian
dalam kehidupan sehari-hari) pada KD
- Isi pada kolom 5, level kognitif: pemahaman dan pengetahuan, aplikasi, atau
penalaran.
- Isi pada kolom 6, Tema= personal, lokal/nasional, atau global.
- Isi pada kolom 7 pernyataannya dirumuskan terdiri dari: audience, behaviour,
condition, dan degree (A,B,C,D).
- Isi pada kolom 8 adalah nomor urut butir soal.
Ada dua model penulisan indikator (Safari, 2005). Model pertama adalah
menempatkan kondisinya di awal kalimat. Sedangkan model yang kedua adalah
menempatkan objek dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat. Setiap
indikator soal, rumusannya terdiri dari A=Audience, B=Behavior, C=Condition,
D=Degree. Adapun jenisnya adalah seperti berikut. Agar butir soal yang dihasilkan
berdasarkan rumusan indikator soal dapat menuntut tingkat kemampuan tinggi atau
higher order thinking skills (HOTS), dibutuhkan kemampuan berpikir seperti: kritis,
logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif (King dkk, 2010:1).
Keterangan:
B = kelompok bawah (kelompok yang belum memahami materi)
T = kelompok tengah, (kelompok yang belum tuntas memahami materi)
A = kelompok atas (kelompok yang sudah tuntas memahami materi)
Wujud soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal
(stem), (3) pilihan jawaban yang terdiri dari: kunci jawaban dan pengecoh (Nitko,
2001).
a. permintaan
pengecoh
Pilihan jawaban (distractor)
b. propaganda (…) tanda ellipsis
(Option) (pernyataan yang
c. pengumuman kunci jawaban
sengaja
d. penawaran * dihilangkan)
b. Konstruksi
1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja.
3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda
5) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “Semua pilihan jawaban di
atas salah”, atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”.
7) Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan
besar kecilnya nilai angka tersebut atau secara kronologisnya.
8) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus
jelas dan berfungsi.
9) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
c. Bahasa
1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa
Indonesia.
2) Setiap soal menggunakan bahasa yang komunikatif.
3) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat.
4) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan
satu kesatuan pengertian.
Contoh.
1. 48 : 4 – 2 x 3 = ....
A. 6*
B. 8
C. 30
D. 72
Penjelasan:
Kunci : 48 : 4 – 2 x 3 = 12 – 6 = 6
Pengecoh (C) : 48 : 4 – 2 x 3 = 12 – 2 x 3 = 10 x 3 = 30
Pengecoh (D) : 48 : 4 – 2 x 3 = 48 : 2 x 3 = 24 x 3 = 72
Pengecoh (B) : 48 : 4 – 2 x 3 = 48 : 2 x 3 = 48 : 6 = 8
1. Pengertian
Soal bentuk uraian adalah soal yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian
secara tertulis.Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan
dalam merumuskannya (Safari, 2017). Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa
materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut siswa
untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya
sendiri.
Kelebihan dan kelemahan bentuk soal uraian di antaranya adalah seperti berikut ini
(Safari, 2017).
KELEBIHAN KELEMAHAN
1. Penyusunan soal tidak 1. Memerlukan waktu yang cukup
memerlukan banyak untuk mengoreksinya.
waktu yang lama. 2. Memerlukan waktu yang lebih
2. Mengembangkan kemampuan lama untuk menyelesaikansatu
bahasa/ verbal peserta ujian. soal uraian.
3. Menggali kemampuan berpikir 3. Materi yang ditanyakan terbatas
kritis. atau tidak banyak mencakup KD.
4. Biaya pembuatannya lebih murah. 4. Untuk nilai pada awal koreksi nilai
5. Mampu mengukur jalan pikiran sangatketat, tetapisetelah
siswa secara urut, sistematis,logis. mengoreksi dalam jumlah banyak
6. Mampu memberikan penskoran nilai agak longgar sehingga kurang
yang tepat pada setiap langkah objektif.
siswa. 5. Tidak mampu mencakup materi
7. Mampu memberikan gambaran esensial seluruhnya.
c. Bahasa
1) Rumusan kalimat soal/pertanyaan komunikatif
2) Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku
3) Tidak mengandung kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda
atau salah pengertian
4) Tidak mengandung kata yang menyinggung perasaan
5) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
3. Pedoman Penskoran
Pedoman penskoran adalah pedoman yang memuat jawaban dan skor sebagai
arahan dalam melakukan penskoran. Pedoman ini berisi kemungkinan-kemungkinan
jawaban benar atau kata-kata kunci berikut skor yang ditetapkan untuk setiap kunci
jawaban. Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi
2, yaitu uraian objektif dan uraian non-objektif. Bentuk uraian objektif adalah suatu
soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan
pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif.
Artinya perilaku yang diukur dapat diskor scara dikotomus (benar - salah atau 1 - 0).
Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban
dengan pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing siswa, sehingga
penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif. Artinya perilaku yang diukur
dapat diskor scara politomus (skala 0-3 atau 0-5).
Kaidah penulisan pedoman penskoran uraian objektif.
a. Tuliskan semua kemungkinan jawaban benar atau kata kunci jawaban dengan
jelas untuk setiap butir soal.
b. Setiap kata kunci diberi skor 1 (satu).
c. Apabila suatu pertanyaan mempunyai beberapa sub pertanyaan, rincilah kata
kunci dari jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci subjawaban. Kata-
kata kunci ini dibuatkan skornya.
d. Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal. Jumlah
skor ini disebut skor maksimum dari satu soal.
Kaidah penulisan pedoman penskoran uraian Non objektif.
a. Tuliskan garis-garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan
pegangan dalam memberi skor. Kriteria jawaban disusun sedemikian rupa
sehingga pendapat atau pandangan pribadi siswa yang berbeda dapat diskor
menurut mutu uraian jawabannya.
b. Tetapkan rentang skor untuk tiap garis besar jawaban. Besarnya rentang skor
minimum 0 (nol), sedangkan skor maksimum ditentukan berdasarkan keadaan
jawaban yang dituntut oleh soal itu sendiri.
c. Jumlahkan skor tertinggi dari tiap-tiap rentang skor yang telah ditetapkan. Jumlah
skor dari beberapa criteria jawaban ini kita sebut skor maksimum dari satu soal.
1. Pengertian
Kompetensi keterampilan meliputi: keterampilan mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. Penulisan butir soal untuk aspek
keterampilan termasuk dalam tes perbuatan. Tes perbuatan atau tes praktik
merupakan suatu tes yang penilaiannya didasarkan pada perbuatan/praktik siswa.
Sebelum menulis butir soal untuk tes perbuatan, guru dapat mengecek dengan
pertanyaan berikut. Tepatkah kompetensi yang akan diujikan (misalnya: bercerita,
berpidato, berdiskusi, presentasi, mendemonstrasikan, melakukan pengamatan,
melakukan percobaan) diukur dengan tes tertulis! Jika jawabannya tepat, kompetensi
yang bersangkutan tidak tepat diujikan dengan tes perbuatan/praktik. Kemudian
dilanjutkan dengan pertanyaan, bentuk soal apa yang tepat dipergunakan, bentuk
objektif atau uraian? Lalu guru menuliskan butir soal sesuai dengan bentuk soalnya.
Bila jawaban pertanyaan di atas adalah tidak/kurang tepat diujikan dengan tes
tertulis, maka kompetensi yang bersangkutan memang tepat diujikan dengan tes
perbuatan/praktik.
Dalam kurikulum 2013, kompetensi keterampilan dinilai melalui: (1) penilaian kinerja
(performance), (2) penugasan (project), atau (3) hasil karya (product), dan portofolio
(portfolio). Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta siswa untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.Penilaian penugasan merupakan penilaian
tugas (meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian
data) yang harus diselesaikan siswa (individu/kelompok) dalam waktu tertentu.
Adapun aspek yang dinilai diantaranya meliputi kemampuan (1) pengelolaan, (2)
relevansi, dan (3) keaslian. Penilaian hasil karya merupakan penilaian keterampilan
siswa dalam membuat suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, lukisan,
gambar, patung, dll. Aspek yang dinilai di antaranya meliputi: (1) tahap persiapan:
pemilihan dan cara penggunaan alat, (2) tahap proses/produksi: prosedur kerja, dan
(3) tahap akhir/hasil: kualitas serta estetika hasil karya. Di samping itu, guru dapat
memberikan penilaian pada pembuatan produk rancang bangun/perekayasaan
teknologi tepat guna misalnya melalui: (1) adopsi, (2) modifikasi, atau (3) difusi.
Adapun contoh penulisan butir soalnya dapat dilihat pada keterangan berikut.
Portofolio merupakan alat penilaian yang berupa kumpulan dokumen dan hasil
karya beserta catatan perkembangan belajar siswa yang disusun secara sistematis
yang tujuannya untuk mendukung belajar tuntas. Hasil karya yang dimasukkan ke
dalam bundel portofolio dipilih yang benar-benar dapat menjadi bukti pencapaian
suatu kompetensi. Setiap hasil karya dicatat dalam jurnal atau sebuah format dan
ada catatan guru yang menunjukkan tingkat perkembangan sesuai dengan aspek
yang diamati.
b. Konstruksi
1) Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban
perbuatan/praktik.
2) Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
3) Disusun pedoman penskorannya.
4) Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan
terbaca.
c. Bahasa/Budaya
1) Rumusan kalimat soal komunikatif.
2) Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
3) Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda
atau salah pengertian.
4) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
5) Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung
perasaan siswa.
F. Daftar Pustaka
1. Fahmi. (2017). Analisis Butir Soal Ujian Nasional. Jakarta: Puspendik.
2. Mardapi,Dj. Dan Ghofur,A, (2004). Pedoman Umum Pengembangan Penilaian.
Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat PendidikanMenengahUmum.
3. Materi Pelatihan Kurikulum 2013 SMA/MA dan SMK/MAK (2013). Kementerian
Pendidikan danKebudayaan.
4. Nitko, Anthony J. (2001). Educational Assessment of Students. New Jersey: Prentice
Hall Inc.
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59
Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53
Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan
Pendidikan pada Pendidikan dasar dan Pendidikan Menengah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103
Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-
2019.
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2015 tentang Rencana Strategi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2015-2019.
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 dan terakhir diubah dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015.
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
14. Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
15. Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah.
16. Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2016 tentang Kompetensi Intidan Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013
pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
17. Petunjuk Teknis Pengembangan Perangkat Penilaian (2010). Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA.
18. Pusat Penilaian Pendidikan, Balibang Depdiknas. (2004). Pedoman Penilaian Kelas.
Jakarta.
19. Petunjuk Teknis Rancangan Penilaian Hasil Belajar (2010). Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA.
20. Safari. (2000). Kaidah Bahasa Indonesia dalam Penulisan Soal. Jakarta: PT.
Kartanegara.
21. Safari. (2005). Teknik Analisis Butir Soal: Instrumen Tes dan Non-Tes dengan
Manual, Kalkulator, Komputer. Jakarta: Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia,
Departeman Pendidikan Nasional.
22. Safari. (2005). Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia, Departeman Pendidikan
Nasional.
23. Safari. (2017). Penyusunan Kisi-kisi dan Butir Soal Berdasarkan Kurikulum 2013.
Jakarta: Puspendik.
24. Stufflebeam, DL and Zhang, G. (2017). The CIPP Evaluation models: How to
Evaluate for Improvement and Accountability. New York: The Guilford Press.
25. Surapranata, S. dan Hatta, M. (2006). Penilaian Portofolio Implementasi
Kurikulum 2014. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
26. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
27. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 3 tahun 2017 tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan
Pendidikan.