Adoc - Pub Manfaat Mengonsumsi Campuran Larutan Madu Dan Bubu
Adoc - Pub Manfaat Mengonsumsi Campuran Larutan Madu Dan Bubu
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran Gigi Fakultas Kedoteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh:
Nyoman Natalia Putri.
NPM: 10.8.03.81.41.1.5.062
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Ketua,
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati
Denpasar
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
Skripsi ini disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi (SKG) pada Fakultas
penyusunan skripsi ini tidak mungkin berjalan lancar tanpa bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
iv
7. Orang tua, kakak, adik, keluarga dan Indra Pratama Putra sekeluarga yang
8. Risca, Dewi, Cynthia, Silvia, Agek, Deasy Faradila, Febrian Dwi Wardani,
Fitri, Ade, Awan, Nantha, dan teman-teman Cranter yang selalu membantu
ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
Penulis
v
MANFAAT MENGONSUMSI CAMPURAN LARUTAN MADU DAN
BUBUK KAYU MANIS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT
HALITOSIS
Abstrak
Halitosis adalah suatu keadaan bau nafas yang umumnya berupa bau nafas
yang tidak sedap dan apabila dibiarkan dapat mengganggu aktivitas
penderita.Madu merupakan cairan kental yang dihasilkan oleh lebah madu dari
berbagai sumber nektar dimana madu memiliki kandungan flavonoid yang bersifat
antibakteri terhadap bakteri gram negatif.Nektar adalah suatu senyawa kompleks
yang dihasilkan oleh kelenjar “necterifer” tanaman dalam bentuk larutan gula
yang bervariasi. Kayu manis dikenal luas sebagai salah satu herbal yang paling
populer serta sebagai rempah-rempah berbau khas yang megandung minyak atsiri
dimana minyak atsiri ini juga bersifat sebagai antibakteri. Campuran larutan madu
dan bubuk kayu manis adalah campuran madu, bubuk kayu manis serta air hangat
yang dilarutkan sehingga menjadi suatu larutan untuk dikonsumsi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat dari mengonsumsi campuran
larutan madu dan bubuk kayu manis terhadap penurunan tingkat halitosis. metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu dengan subjek
penelitian berjumlah 30 orang yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Pegukuran tingkat halitosis dilakukan sebelum dan sesudah mengonsumsi
campuran larutan madu dan bubuk kayu manis. Hasil penelitian menunjukkan
adanya perubahan tingkat halitosis yang signifikan antara sebelum dan sesudah
mengonsumsi campuran larutan madu dan bubuk kayu manis. Kesimpulannya
adalah mengonsumsi campuran larutan madu dan bubuk kayu manis bermanfaat
dalam penurunan tingkat halitosis.
Kata Kunci: Halitosis, Campuran Larutan Madu dan Bubuk Kayu Manis
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul
ABSTRAK .................................................................................................. vi
A. Halitosis .................................................................................... 5
B. Madu .......................................................................................... 17
vii
2. Penggolongan Madu ........................................................... 18
PENELITIAN .................................................................................. 27
viii
D. Uji Homogenitas ........................................................................ 37
A. Simpulan ................................................................................... 42
B. Saran ......................................................................................... 42
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 46
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 5.5 Uji Paired T-Test halitosis pada kelompok sebelum dan sesudah
mengonsumsi campuran larutan madu dan bubuk kayu manis ..... 38
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan rongga mulut kini telah menjadi kebutuhan yang sangat
penting bagi setiap orang. Kebutuhan akan kesehatan rongga mulut tersebut
hanya sebatas memiliki gigi yang sehat saja melainkan bebas dari seluruh
penyakit mulut termasuk kondisi di rongga mulut seperti halitosis yang dapat
adanya bau atau odor yang tidak disukai sewaktu terhembus udara, tanpa
melihat apakah substansi odor berasal dari oral ataupunberasal dari non-oral
sebagian besar penyebab yang diketahui berasal dari sisa makanan yang
tertinggal di dalam rongga mulut yang diproses oleh flora normal rongga
anaerob di dalam mulut berupa senyawa berbau tidak sedap dan mudah
1
2
pemakaian obat-obatan tertentu juga harus diantisipasi oleh para dokter gigi
utama halitosis sebagian besar atau kurang lebih 90% adalah karena faktor
fisiologis dan patologis yang melibatkan rongga mulut (Djaya 2000). Menurut
data hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004 yang dilakukan
adalah 90,05%, dimana karies gigi merupakan salah satu dari banyak faktor
permen karet, dan penggunaan obat kumur baik sintetis maupun herbal yang
madu secara teratur antara lain batuk, demam, penyakit jantung, gangguan
dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Sifat ini dapat mencegah
satu herbal yang paling populer dan juga sebagai rempah-rempah. Kayu manis
memiliki sifat yang khas yaitu pedas, agak manis dan juga menghangatkan.
Komposisi dari kulit kayu manis terdapat minyak atsiri, tannin, dammar dan
lendir. Minyak atsiri adalah senyawa organik yang diperoleh dari hasil
pada jenis tumbuhan, daerah tempat tumbuh, iklim, dan bagianyang diambil
kayu manis dan air hangat mampu mengurangi halitosis serta mengurangi
B. Rumusan Masalah
adalah apakah mengonsumsi campuran larutan madu dan bubuk kayu manis
C. Tujuan
D. Manfaat Penelitian
tentang pentingnya khasiat larutan madu dan bubuk kayu manis dalam
penurunan halitosis.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Halitosis
1. Definisi Halitosis
tak sedap yang keluar dari rongga mulut (Sanz dkk. 2001). Halitosis juga
dikenal dengan beberapa nama lain, seperti mouth odor, bad breath, oral
malodor, fetor ex ore, atau fetor oris (Sondang dan Hamada 2008). Halitosis
Halitosis umumnya mengacu pada bau mulut yang berasal dari keadaan
adalah halitosis yang bersifat sementara dan terjadi bila substansi yang
berasal dari makanan seperti: bawang dan lobak atau dapat berasal dari
adalah halitosis yang terjadi dalam suatu mekanisme yang sama dengan
5
6
paru (Dayan dkk. 1982, Tonzetich 1997). Penyebab utama keadaan ini
karena adanya kelainan bersifat lokal atau sistemik seperti: diabetes mellitus,
Hamada 2008).
2. Etiologi Halitosis
penyebab oral dan non oral. Faktor penyebab oral meliputi kebersihan mulut
yang buruk atau adanya penyakit periodontal sedangkan faktor non oral
meliputi penyebab medis seperti: penyakit ginjal, diabetes, infeksi paru dan
pencernaan. Selain faktor penyebab oral dan non oral ada juga faktor resiko
seperti: tembakau, alkohol, mulut kering, diet, makanan dan minuman, obat,
dan gigi tiruan. Halitosis dapat timbul oleh karena beberapa faktor, antara
Penyebab bau mulut yang utama adalah buruknya kebersihan mulut dan
dalam aliran darah dan dibawa ke paru. Udara di paru dikeluarkan dan
d. Xerostomia
e. Penyakit sistemik
bau manis(acetone breath) yang hanya dapat dikenali oleh dokter gigi.
Bau mulut busuk dan amis(fishy breath) biasanya keluar dari penderita
Banyak orang yang mengeluarkan bau nafas yang tidak sedap pada pagi
hari setelah bangun tidur semalaman.Hal ini sesuatu yang normal terjadi
oleh karena mulut cenderung kering dan tidak beraktivitas selama tidur.
Bau nafas ini akan hilang setelah saliva dirangsang keluar pada waktu
sarapan.
akibat gas berbau yang keluar dari rongga mulut seperti: hydrogen
3. Mekanisme Halitosis
tertentu, bau nafas berasal dari makanan yang oleh darah ditransmisikan
berasal dari rongga mulut itu sendiri seperti: plak, bakteri yang berasal dari
9
poket yang dalam, dan bakteri yang berasal dari lidah memiliki potensi yang
mulut yang berupa senyawa berbau yang tidak sedap dan mudah menguap
sel darah yang telah mati, bakteri yang mati, dan sel epitel yang terkelupas
memerlukan protein. Protein akan dipecah oleh bakteri menjadi asam amino
(Djaya 2000).
Volatile berarti uap (vaporous) dan berbuih (effervescent) yaitu dua kata
pada proses pembentukan VSC dimana terdapat tiga asam amino utama
2000).
4. Klasifikasi Halitosis
(Pintauli dan Hamada 2008). Pada halitosis tipe ini tidak ditemukan
adalah morning bad breath yaitu bau nafas pada waktu bangun
pagi.Keadaan ini disebabkan tidak aktifnya otot pipi dan lidah serta
dari makanan seperti, bawang dan lobak atau dapat juga berasal dari
Hamada 2008).
b. Pseudohalitosis
adanya bau mulut tetapi orang lain tidak merasa orang tersebut
c. Halitophobia
sosial.Pasien percaya bahwa suatu sumber bau tak sedap mungkin dari
5. Pengukuran Halitosis
sendok dicium dan dibandingkan dengan bau lainnya di dalam mulut. Selain
Hamada 2008).
Kode Kriteria
0 Tidak ada bau mulut
1 Ada sedikit bau mulut sulit terdeteksi
2 Ada sedikit bau mulut yang mengganggu
3 Bau mulut yang sedang
4 Bau mulut yang kuat
5 Bau mulut yang sangat menyengat (ekstrim)
karena alat ini memiliki sensor gas semikonduktor yang sangat sensitive
hasil pengukurannya dalam bentuk grafik. Penggunaan alat ini ada tiga
plunger lepaskan dan tekan lagi untuk kedua kalinya sebelum spuit
udara yang keluar dari mulut ke dalam alat tersebut dan memiliki
tampilan digital yang merekam konsentrasi VSC dalam satuan parts per
Kode Kriteria
0 Error (dicoba kembali)
1 Tidak ada bau mulut
2 Ada sedikit bau mulut
3 Bau mulut yang sedang
4 Bau mulut yang kuat
6. Penatalaksanaan Halitosis
15
sedap.Menurut studi yang telah dilakukan kurang lebih 90% dari nafas tak
sedap berasal dari dalam rongga mulut dan hanya 10% dari sumber selain
dan kondisi ini dapat dicurigai apabila telah dilakukan deteksi nafas tak
terjadi akibat sisa makanan yang membusuk oleh bakteri karena kebersihan
tidak teratur seperti misalnya gigi berjejal. Pada keadaan ini, bau tak sedap
dalam mulut sudah diatasi tetapi halitosis masih ada maka perlu diwaspadai
kemungkinan adanya penyakit yang tidak berkaitan dengan masalah gigi dan
mulut seperti: leukemia, diabetes, tumor ganas pada hidung, abses paru, dan
hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan penanganan halitosis, antara
lain: pendidikan pasien, bantuan medis untuk menangani pasien dengan latar
16
atau tiga kali sehari untuk selama paling sedikit 30 detik.Pada kasus yang
200 mg tiga kali sehari selama satu minggu sebagai usaha mengurangi
B. Madu
1. Definisi Madu
Madu adalah cairan kental yang dihasilkan oleh lebah madu dari
bunga berasal dari nektar berbagai jenis bunga.Nektar adalah suatu senyawa
fruktosa, dan glukosa serta terdapat juga dalam jumlah kecil sedikit zat-zat
molekul protein yang sangat komplek yang dihasilkan oleh sel hidup dan
(Purbajaya2007).
menggunakan madu sebagai ekspetoran dan menyatakan bahwa hal ini bisa
(Aden 2010).
terdapat dalam madu adalah thiamin (B1), riboflavin (B2), asam askorbat
(C), piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat, biotin, asam folat, dan vitamin
(Suranto 2004).
penghasilmadu, pertama dari warna dan kedua dari bau bunga.Madu dibuat
sebagian besar airnya menguap sehingga cairan semakin kental (nektar dapat
1997).
2. Penggolongan Madu
Ada berbagai jenis madu, tergantung jenis sari bunga yangdiambil oleh
Diperoleh dari sarang yang tidak rusak dengan cara memusingkan atau
3. Kandungan Madu
Zat-zat yang terkandung dalam madu sangatlah kompleks dan kini telah
diketahui tidak kurang dari 181 macam zat yang terkandung dalam
esensial.Tabel 2.4 berikut merupakan komposisi kimia dari madu per 100
Komposisi Jumlah
Kalori 328 kal
Kadar air 17,2 g
Protein 0,5 g
Karbohidrat 82,4 g
Abu 0,2 g
Tembaga 4,4 - 9,2 mg
20
4.Pemanfaatan Madu
bakteri, baik terhadap Gram positif ataupun Gram negatif (Mulu dkk. 2004).
(Mulu dkk. 2004).Zat aktif yang diketahui bersifat antibiotik pada madu
koagulasi protein. Ikatan protein dengan fenol mudah lepas, sehingga fenol
aktivitas air (Aw) yang rendah. Hal itu berarti madu mengandung
b. pH madu
peroksidase dan glukosa oksidase. Pada madu yang dilarutkan dalam air
C. Kayu Manis
Hasil kayu manis adalah kulit batang dan dahan, sedang hasil samping
adalah ranting dan daun. Komoditas ini selain digunakan sebagai rempah,
Gambar 2.1 Kulit dan bubuk kayu manis (Rusli dan Abdullah 1988)
meter dan dibudidayakan untuk diambil kulit kayunya. Tinggi pohon kayu
dalam bentuk kering, setelah dibersihkan kulit bagian luar, dijemur dan
digolongkan menurut panjang asal kulit.Kulit dapat berasal dari dahan atau
24
bulat memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah tua berwarna
yang dikenal dengan namacassia vera, kaneel cassia, Padang kaneel. Kayu
manis asal Indonesia ini juga dikenal sebagai Indonesian cinnamon, Padang
satu herbal yang paling populer dan juga sebagai rempah-rempah. Kayu
manis memiliki sifat yang khas yaitu pedas, agak manis dan juga
tannin, dammar dan lendir. Minyak atsiri adalah senyawa organik yang
minyak atsiri tergantung pada jenis tumbuhan, daerah tempat tumbuh, iklim,
Kandungan kimia dari kulit kayu manis diantaranya minyak atsiri yaitu
manis adalah sumber vitamin K dan zat besi yang baik. Kayu manis juga
Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak mudah menguap atau
yang umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar,
kulit, batang, daun, buah, biji maupun bunga dengan cara penyulingan
komponen senyawa, memiliki bau khas, umumnya bau ini mewakili bau
yang dilakukan oleh Wang dkk (2009) melaporkan bahwa komponen mayor
minyak atsiri melibatkan beberapa aksi dan hal ini dimungkinkan karena
A. Kerangka Berpikir
nafas yang tidak sedap atau bau mulut yang tidak menyenangkan yang
gigi dan mulut yang cukup banyak dialami oleh berbagai kalangan. Mulai dari
anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia. Apabila halitosis ini tidak
dalam mulut yang utama adalah kolonisasi bakteri, baik di lidah, poket, tonsil,
permukaan gigi, dan mukosa pipi.Bakteri yang sangat terkait dengan adanya
halitosis adalah bakteri gram negatif, yang dapat mengurai protein menjadi
anaerob dalam rongga mulut bereaksi dengan protein yang diperoleh dari sisa
makanan, sel darah mati, bakteri yang mati, ataupun sel epitel yang terlepas
dari mukosa mulut.Disamping itu dalam saliva pun terdapat substrat yang
mengandung protein.
lokal, yaitu kebersihan mulut yang buruk, periodontitis, karies gigi, mulut
27
28
mengindari pergaulan sosial dan tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
rongga mulut yang dapat secara efektif memecahkan masalah halitosis. Salah
satu cara untuk mencegah dan menghilangkan halitosis yaitu dengan cara
larutan madu dan bubuk kayu manis, karena pada campuran larutan madu dan
bubuk kayu manis terdapat kandungan zat kimia yang baik untuk
bahan tersebut mudah didapatkan, cara pemakaian yang mudah, efektif dan
B. Konsep Penelitian
pada bab sebelumnya, maka dibuat suatu konsep yang terkait dengan masalah
Faktor Intrinsik :
Faktor Ekstrinsik :
1. Oral Hygiene
1. Makanan
2. Xerostomia
2. Minuman
HALITOSIS 3. Penyakit
3. Merokok
sistemik
4. Obat-
4. VSC (
Obatan
Volatile
5. Gigi tiruan
Sulfur
Compound )
HALITOSIS
30
C. Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Identifikasi Penelitian
C. Definisi Operasional
1. Campuran larutan madu dan bubuk kayu manis adalah campuran kedua
bahan penelitian yaitu 1 sendok teh madu, 1 sendok teh bubuk kayu manis
dan air hangat yang dibuat menjadi suatu larutan untuk dikonsumsi.
2. Halitosis adalah nafas tak sedap yang berasal dari udara yang dikeluarkan
D. Subjek Penelitian
31
32
1. Kriteria Inklusi :
c. Sampel yang dipilih adalah sampel yang skala halitosis pada breath
2. Kriteria Ekslusi :
mencakupi yaitu lebih besar atau sama dengan 30 (n≥30). Jadi jumlah sampel
Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: alat tulis, kertas
catatan, breath checker, sendok teh, gelas ukur, gelas minum,tissue, masker,
dan handscone. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu madu, bubuk
F. Instrumen Penelitian
Kode Kriteria
0 Error (dicoba kembali)
1 Tidak ada bau mulut
2 Ada sedikit bau mulut
3 Bau mulut yang sedang
4 Bau mulut yang kuat
H. Jalannya Penelitian
penelitian ini.
5. Ukur dan catat tingkat halitosis tahap 1 sebelum diberikan perlakuan pada
setiap sampel.
6. Campurkan 1 sdt madu dengan 1 sdt bubuk kayu manis dengan air hangat
sebanyak 60ml.
9. Ukur dan catat kembali tingkat halitosis tahap II langsung setelah selesai
I. Analisis Data
Bagi data yang berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan uji
HASIL PENELITIAN
E. Karakteristik Sampel
Februari 2014. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa
Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jumlah sampel terbanyak adalah
umur dapat juga dilihat bahwa jumlah sampel terbanyak adalah sampel dengan
umur 21 tahun yaitu sebanyak 21 orang dengan persentase 70%, pada sampel
dengan umur 22 tahun sebanyak 6 orang dengan persentase 20% dan sampel
35
36
yang paling sedikit yaitu sampel dengan umur 20 tahun yaitu sebanyak 3
Sebelum Sesudah
N 30 30
Dari Tabel 5.2 diatas terlihat bahwa nilai rata-rata (Mean) dari kedua
sebelum dan sesudah mengonsumsi campuran larutan madu dan bubuk kayu
C. Uji Normalitas
ini adalah Kolmogorov-smirnov test. Adapun hasil uji normalitas dari sampel
data sebelum dan sesudah mengonsumsi campuran larutan madu dan bubuk
Tabel 5.3 Uji Normalitas halitosis sebelum dan sesudah mengonsumsi campuran
larutan madu dan bubuk kayu manis dari Kolmogorov-smirnov test.
Sebelum Sesudah
test lebih besar dari 0,05. Maka data yang digunakan berdistribusi normal.
D. Uji Homogenitas
dari varian yang sama atau tidak. Uji homogenitas yang dipakai dalam
penelitian ini adalah Levene’s test.Adapun hasil uji homogenitas dari sampel
data sebelum dan sesudah mengonsumsi campuran larutan madu dan bubuk
.264 1 58 .609
Tabel 5.4 dapat dilihat nilai sig. lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan
campuran larutan madu dan bubuk kayu manis. Dari hasil uji Paired T-Test
dengan bantuan program SPSS versi 17.00 didapat hasil seperti tabel berikut :
Tabel 5.5 Uji Paired T-Test halitosis dengan data sampel mengonsumsi campuran
larutan madu dan bubuk kayu manis.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Sig.
Std. Error
Mean Deviation Mean Lower Upper t df (2-tailed)
Pair 1 Pre – Post 1.16667 .37905 .06920 1.02513 1.30821 16.858 29 .000
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Paired T-Test pada Tabel 5.5
diatas diperoleh nilai thitung sebesar 16,853 dengan p.value 0,000 lebih kecil
penurunan halitosis.
BAB VI
PEMBAHASAN
30 orang sampel tersebut sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (Khairani
2009).
Levene’s test. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data berdistribusi
normal atau tidak, sedangkan uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah
data tersebut homogen atau berasal dari varian yang sama atau tidak.
Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) dari kedua
madu dan bubuk kayu manis dengan nilai rata-rata 2,96 mengalami penurunan
menjadi 1,80 sesudah mengkonsumsi campuran larutan madu dan bubuk kayu
campuran larutan madu dan bubuk kayu manis, diperoleh nilai t hitung sebesar
16,858 dengan p.value 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
campuran larutan madu dan bubuk kayu manis berpengaruh terhadap penurunan
halitosis.
39
40
Halitosis berasal dari bahasa Latin nafas (halitus) dan keadaan (osis) adalah
istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan bau nafas tak sedap yang
keluar dari rongga mulut (Sanz dkk. 2001). Halitosis juga dikenal dengan
beberapa nama lain, seperti mouth odor, bad breath, oral malodor, fetor ex ore,
atau fetor oris (Sondang dan Hamada 2008). Halitosis disebabkan terutama oleh
mengandung sulfur yang dilepaskan lewat udara pernafasan (Elias dan Ferriani
2006).
kimia yang telah banyak dipilih masyarakat. Salah satunya yaitu dengan
memanfaatkan campuran larutan madu dan bubuk kayu manis sebagai larutan
dan bekteriostatik terhadap bakteri, baik terhadap Gram positif ataupun Gram
negatif (Mulu dkk. 2004). Madu juga terbukti mempunyai aktivitas terhadap
burmannii) dikenal secara luas sebagai salah satu herbal yang paling populer dan
juga sebagai rempah-rempah. Kayu manis memiliki sifat yang khas yaitu pedas,
agak manis dan juga menghangatkan. Komposisi dari kulit kayu manis terdapat
minyak atsiri, tannin, dammar dan lendir. Minyak atsiri adalah senyawa organik
41
yang diperoleh dari hasil metabolit sekunder tanaman yang komposisi kimia
minyak atsiri tergantung pada jenis tumbuhan, daerah tempat tumbuh, iklim, dan
yang berasal dari Guangzhou China yang dilakukan oleh Wang dkk (2009)
melaporkan bahwa komponen mayor minyak atsiri yang terkandung adalah trans-
Berdasarkan data hasil penelitian dapat dilihat bahwa campuran larutan madu
dan bubuk kayu manis mampu menurunkan tingkat halitosis dikarenakan pada
madu terdapat senyawa organik yang bersifat antibakteri yaitu flavonoid dan pada
bubuk kayu manis terdapat minyak atsiri yang juga mampu menghambat
anaerob gram negatif penyebab halitosis adalah campuran larutan madu dan
bubuk kayu manis ini mempunyai rasa manis dari madu serta wangi yang khas
dari bubuk kayu manis yang mampu membuat nafas terasa segar.
BAB VII
A. Kesimpulan
pada madu dan minyak atisiri pada bubuk kayu manis yang bersifat antibakteri
B. Saran
sebagai berikut :
2. Zat antibakteri yang terdapat pada campuran larutan madu dan bubuk
kayu manis baik bagi kesehatan rongga mulut maka disarankan agar
42
43
DAFTAR PUSTAKA
Adji Suranto 2004, Khasiat dan Manfaat Madu Herbal, editor: T. Yulia, Penerbit:
Agromedia Pustaka, Vol.1, Jakarta.
Dayan, D., Begleiter, A., dan Buchner, A., 1982, Halitosis dan Fetor
Oris.Quintessence Int. 8; 903-5.
Dharmautama, Koyama Angela, dan Kusumawati, 2008, Tingkat Keparahan
Halitosis pada Manula Pemakai Gigi Tiruan, Dentofasial, vol.7, no.2,
hlm. 107-114.
Djaya, A., 2000, Halitosis: Nafas Tak Sedap, Dental Lintas Mediatama, Jakarta.
Gunawan D. dan M.S. 2004, Ilmu Obat Alam jilid I, Penerbit: Penebar Swadaya,
Jakarta.
Gupta, Charu, Amar P. Garg, Ramesh C. Uniyal and Archana Kumari. 2008.
„Antimicrobial Activity of Some Herbal Oils Against Common Food-borne
Pathogens’, African Journal of Microbiology Research Vol.(02) pp. 258-
61, ISSN 1996-0808.
Hariana A. 2008, Dalam Tumbuhan obat dan khasiatnya, Penebar Swadaya, Seri
II, Jakarta.
Herawati, D., 2003, Mengenali Halitosis Patologis Berdasarkan Lokasi Asal untuk
Keberhasilan Perawatan Mal-odor Oral.Majalah Ceramah Ilmiah FKG
UGM Yogyakarta:
Heyne K. 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Yayasan Sarana Wanajaya,
Jakarta.
Kurniawati N. 2010, Dalam Sehat dan cantik alami berkat khasiat bumbu dapur,
Qanita, Bandung.
Perry LM. Medicinal plant of East and South East Java. London: Mit Press; 1980.
Pintauli, S., Hamada, T., 2008, Menuju Gigi dan Mulut: Pencegahan dan
Pemeliharaan, USU Press, Medan.
Purbajaya J.R. 2007, Mengenal dan memanfaatkan khasiat madu alami, Penerbit:
Pionir Jaya, Bandung.
Ramadhan, A.G., 2010, Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Bukune, Jakarta.
Rismunandar, Farry BP.2001, Kayu manis budi daya dan pengolahan, Penerbit:
Penebar Swadaya, Jakarta.
Rostinawati T. 2009, Aktivitas Antibakteri Madu Amber dan Madu Putih terhadap
Staphylococcus Aureus resisten Mestisilin dan Pseudomonas Aeruginosa
Multiresisten, Universitas Padjajaran, Jatinagor.
Scully, C., 2008, Oral and Maxillofacial Medicine, Ed. Ke-2, Churchill
Livingstone, Philadelphia.
45
Senjaya, A.A., 2011, „The Effect of Oral Rinse from Beluntas Extract to Minimize
the Creation of Plaque‟, Interdental JKG, vol. 8, no. 1, hlm.5-9.
Sihombing D.T.H. 1997, Ilmu Ternak Lebah Madu, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Widagdo, Y., Suntya, K., 2007, „Volatile Sulfur Compounds sebagai Penyebab
Halitosis‟, Interdental FKG, vol. 5, no. 3, hm. 125-129.
Wendakoon CN, Sakaguchi M. 1995, „Inhibition of amino acid decarboxylase
activity of Enterobacter aerogenes by active components in spices‟, J Food
Protect, 58(3):280-3.
Wang R., Yang B. 2009. „Extraction of essential oils from five cinnamon leaves
and identification of their volatile compound compostitions‟, Innovative
Food Science and Emerging Technologies, 10, 289-92.
Willix D.J., P.C. Molan and C.G. Harfoot, 1992, „A Comparison of sensitivity of
wound-infecting species of bacteria to the antibacterial activity of manuka
honey and other honey‟, J. Appl. Bacterial, 73:388-339.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
47
48
PERJANJIAN KESEPAKATAN
Nama :
Umur :
Alamat :
Larutan Madu Dan Bubuk Kayu Manis Terhadap Penanganan Halitosis” dimana
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran
gigi. Dan selama penelitian berlangsung saya akan bertindak kooperatif serta
(___________________________)
49
Mengonsumsi Campuran
Larutan Madu dan Bubuk
No Skor OHIS Kayu Manis
Sebelum Sesudah Selisih
1 0,83 3 2 1
2 0,5 2 1 1
3 1 4 3 1
4 0,5 2 1 1
5 0,83 3 2 1
6 1 4 2 2
7 0,83 3 2 1
8 0,5 3 2 1
9 0,83 2 1 1
10 1 3 2 1
11 1 4 3 1
12 0,66 2 1 1
13 1 3 2 1
14 0,83 2 1 1
15 1 4 2 2
16 0,83 3 2 1
17 1 2 1 1
18 0,66 4 3 1
19 0,83 2 1 1
20 1 4 2 2
21 0,83 3 2 1
22 0,5 2 1 1
23 1 3 2 1
24 0,83 4 3 1
25 0,5 3 1 2
26 1 2 1 1
27 0,83 4 3 1
28 O,83 2 1 1
29 1 4 2 2
30 0,66 3 2 1
50
Statistics
Pre Post
N Valid 30 30
Missing 0 0
Mean 2.9667 1.8000
Median 3.0000 2.0000
Mode 3.00 2.00
Std. Deviation .80872 .71438
Variance .654 .510
Range 2.00 2.00
Minimum 2.00 1.00
Maximum 4.00 3.00
Sum 89.00 54.00
Pre Post
N 30 30
a,,b
Normal Parameters Mean 2.9667 1.8000
Std. Deviation .80872 .71438
Most Extreme Differences Absolute .217 .244
Positive .217 .235
Negative -.199 -.244
Kolmogorov-Smirnov Z 1.190 1.334
Asymp. Sig. (2-tailed) .117 .057
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
51
ANOVA
Campuran_Larutan_Madu_dan_Bubuk_Kayu_Manis
T-Test
N Correlation Sig.
Pair 1 Pre & Post 30 .883 .000
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig.
Mean Deviation Mean Lower Upper t df (2-tailed)
Pair 1 Pre 1.16667 .37905 .06920 1.02513 1.30821 16.858 29 .000
-
Post
52