Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN REGULASI DAN PENGAWASAN FINANCIAL

TECHNOLOGYDI INDONESIA
Rinitami Njatrijani
Dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang
Email: njatrijani@yahoo.com

ABSTRACT.

The growth of Fintech companies in Indonesia is very rapid, currently, there are 99 Fintech
Companies in Indonesia. The Financial Sevices Authority (OJK) continues to encourage the
development of information technology–based financial service provider company (Fintech).
This paper discusses the regulation and supervision of fintech users in information
technology-based lending and borrowing services. Legal protection for Fintech Indonesia
Companies and Fintech Users and law inforecement.
Regulating of technological innovation in finance must seek to balance compering objectives,
especiallyfor innovation, financial stability, and customer protection. This is a particular
challenge for regulators ten years after the global financial crisis prompted a massive focus
on financial stability and enhanced consumer protection.

ABSTRAKSI

Perkembangan perusahaan Fintechdi Indonesia sangat cepat, saat ini ada 99 perusahaan
fintech di Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan terus menerus mengikuti berbagai
perkembangan penggunaan layanan teknologi informasi baik yang ditawarkan oleh lembaga
keuangan yang diawasi oleh OJK maupun yang ditawarkan oleh perusahaan start up.
Diperlukan perlindungan hukum dan penegakan hukum bagi perusahaan fintech di
masyarakat.
Pengaturan penggunaan layanan teknologi informasi bidang jasa keuangan diperlukan
kajian mengenai bagaimana mencapai keseimbangan antara kemudahan dan fleksibilitas
layanan keuangan yang ditawarkan oleh fintech dengan aspek perlindungan hukumnya. Ini
dibutuhkan waktu antara 10 tahun setelah krisis global untuk lebih fokus pada kestabilan
ekonomi dan pencapaian perlindungan konsumen,

462
Perkembangan Regulasi Dan Pengawasan Financial Technologydi Indonesia

A. PENDAHULUAN membantu pencapaian tujuan perluasan


1.1 Latar Belakang akses dan penggunaan produk keuangan.
Negara Indonesia dengan kondisi geografis Bahkan pada penjelasan Pilar dan Fondasi
yang memiliki lebih dari 260 juta SNKI, digambarkan bahwa infrastruktur
penduduk yang tersebar di antara 17.000 dan teknologi informasi menjadi salah satu
pulau, dari barat ke timur dan dari utara ke fondasi yang mendukung kelima pilar
selatan menimbulkan tantangan dan SNKI yang meliputi: Pilar Edukasi
masalah yang berkaitan dengan aspek Keuangan, Pilar Hak Properti Masyarakat,
pemerataan pembangunan dan Pilar Fasilitas Intermediasi dan Saluran
perkembangan ekonomi, termasuk Distribusi Keuangan, Pilar Layanan
diantaranya adalah masalah keuangan Keuangan pada Sektor Pemerintah, dan
inklusif. Pemerintah memberikan perhatian Pilar Perlindungan Konsumen.
serius terkait keuangan inklusif, yang Berkaitan dengan penggunaan
dibuktikan dengan dikeluarkannya teknologi informasi dan inovasi di sektor
Peraturan Presiden RI Nomor 82 Tahun jasa keuangan di Indonesia, beragam
2016 tentang Strategi Nasional Keuangan layanan keuangan yang memanfaatkan
Inklusif (SNKI). Dalam peraturan tersebut teknologi informasi atau yang disebut
yang dimaksud dengan sistem keuangan sebagai Financial Technology (Fintech)
inklusif diwujudkan melalui akses telah menjadi hal yang umum di
masyarakat terhadap layanan keuangan masyarakat, baik yang ditawarkan oleh
sehingga dapat meningkatkan kemampuan lembaga keuangan yang diawasi oleh OJK
ekonomi dan membuka jalan untuk keluar (seperti layanan pada bank, asuransi,
dari kemiskinan serta mengurangi asuransi, atau lembaga keuangan terdaftar
kesenjangan ekonomi. Namun lainnya) maupun yang ditawarkan oleh
kenyataannya, jika dibandingkan dengan perusahaan start-up (perusahaan yang
beberapa negara tetangga di Asia, Indeks belum terdafar dan diawasi oleh OJK).
Keuangan Inklusif di Indonesia masih Melihat perkembangan dan potensi
relatif lebih rendah. Berdasarkan data OJK tersebut, maka Fintech diharapkan dapat
2017114, sudah mencapai sekitar 63% dari berperan sebagai pendukung untuk
total penduduk dewasa di Indonesia yang meningkatkan tingkat inklusi keuangan di
memiliki akses keuangan pada lembaga Indonesia.
keuangan formal. Dari data survei 2017 Laporan PriceWaterhouseCoopers
yang dikeluarkan oleh OJK pada Strategi (PWC) tahun 2016 berjudul Financial
Nasional Literasi Keuangan Indonesia Service Technology 2020 on Beyond :
(SNLKI), disebutkan bahwa indeks literasi Embracing Disruption, mengungkapkan
keuangan sebesar 29,62%.115 bahwa Fintech akan mengubah format
Implementasi dari SNKI ditujukan bisnis industri jasa keuangan di masa
untuk mencapai target keuangan inklusif mendatang. Berkembangnya industri
yaitu persentase jumlah penduduk dewasa Fintech di Indonesia didukung oleh makin
yang memiliki akses layanan keuangan meningkatnya jumlah pengguna internet
pada lembaga keuangan formal menjadi dan smartphone di Indonesia. Fintech tidak
sebesar 75% pada akhir tahun 2019.116 Di dapat dipisahkan dari penetrasi internet dan
dalam SNKI disebutkan bahwa aspek smartphone di dunia karena membuat
penggunaan teknologi informasi dan konektivitas menjadi lebih mudah, baik
inovasi merupakan salah satu yang dapat antara bisnis kepada perorangan (Business-
to-Peer/B-to-P), perorangan kepada
114
Kominfo.go.id, diakses 16-4-2019 perorangan (Peer-to-Peer/P-to-P), dan
115
Detik.com, diakses 16-4-2019 pemerintah (Government) kepada
116
https://ekonomi bisnis.com, diakses pada 2-4- perorangan (Government- to-Peer/G-to-P).
2019.

463
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 4 NO. 1 FEBRUARY 2019

Untuk mengoptimalisasi peran dari B. PEMBAHASAN


Fintech bagi pertumbuhan ekonomi di 2.1 Pengertian dan Jenis-Jenis Fintech
masyarakat dan inklusi keuangan di a. Pengertian Financial Technology
Indonesia, maka diperlukan kajian (Fintech)
mengenai bagaimana mencapai Fintech merupakan singkatan dari
keseimbangan antara kemudahan dan kata Financial Technology, yang dapat
fleksibilitas layanan keuangan yang diartikan dalam bahasa Indonesia menjadi
ditawarkan oleh Fintech dengan aspek teknologi keuangan. Secara sederhana,
perlindungan konsumennya. Tanpa Fintech dapat diartikan sebagai
keseimbangan tersebut, Fintech justru pemanfaatan perkembangan teknologi
berpotensi menggangu kepercayaan informasi untuk meningkatkan layanan di
masyarakat terhadap sistem keuangan dan industri keuangan. Menurut National
stabilitas perekonomian. Harus dapat Digital Research Centre, Fintech adalah
dipastikan agar pengguna Fintech istilah yang digunakan untuk menyebut
memperoleh perlindungan konsumen yang suatu inovasi di bidang jasa finansial. 117
memadai, seperti penyediaan informasi Definisi lainnya fintechadalah variasi
yang lengkap tentang karakterisktik dari model bisnis dan perkembangan teknologi
produk dan layanan yang digunakannya, yang memiliki potensi untuk meningkatkan
manfaat, risiko, biaya, dan keamanan industri layanan keuangan.118
datanya.
Memperhatikan hal-hal di atas, b. Jenis-Jenis Fintech
maka OJK merasa perlu untuk mengkaji Seiring dengan berkembangnya
perkembangan regulasi dan pengawasan teknologi, jenis-jenis Fintech pun semakin
Fintech di Indonesia guna menyusun dan beragam, diantaranya seperti inovasi
mengimplementasikan pengaturan dan teknologi finansial terkait pembayaran dan
perlindungan konsumen terkait Fintech, transfer, lembaga jasa keuangan, dan
baik Fintech yang dilakukan oleh lembaga perusahaan start-up Fintech yang
jasa keuangan yang telah diawasi oleh menggunakan teknologi baru untuk
regulator (regulated) maupun Fintech yang memberikan layanan yang lebih cepat,
belum mendapatkan izin (start-up, murah, dan nyaman.
unregulated). Hal ini dinilai penting Perusahaan di sektor pembiayaan
mengingat pengembangan Fintech dan investasi pun berkompetisi dengan
merupakan bagian dari peta strategi OJK menggunakan inovasi teknologi dalam
dalam upaya meningkatkan inklusi menjual produk dan jasa keuangannya.
keuangan. Dalam melakukan perlindungan Jenis-jenis Fintech di sektor ini diantaranya
konsumen sebagaimana diamanatkan oleh seperti Peer-to-Peer (P2P) Lending,
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Crowdfunding, Supply Chain Finance, dan
tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK lain-lain.
memiliki peran dalam melakukan edukasi Fintech jenis lainnya yang
dan perlindungan kepada konsumen dan berkembang di dunia diantaranya, Robo
masyarakat. Peningkatan literasi dan advisor, Blockchain, Information and
edukasi kepada masyarakat juga akan Feeder Site, dan lain- lain. Seluruh Fintech
dikaitkan dengan perkembangan produk tersebut memberikan kemudahan bagi
Fintech. konsumen keuangan untuk membeli dan
menggunakan produk dan jasa keuangan
pada saat ini.

117
Wwwmaxmanroe.com
118
International Organization of Securities
Commissions. IOSCO Research Report On
Financial Technologies (Fintech). 2017.

464
Perkembangan Regulasi Dan Pengawasan Financial Technologydi Indonesia

2.2 Fintech di Indonesia pendaftaran dan pembukaan rekening,


a. Perkembangan Fintech di Sektor hingga pelaporan kegiatan investasi.
Jasa Keuangan Kemudian akan dilanjutkan dengan
Dalam era perkembangan teknologi pengunggahan dokumen yang diperlukan
dan digitalisasi, kebutuhan masyarakat dan pemenuhan prinsip Know Your
akan kegiatan di sektor jasa keuangan yang Customer (KYC). Hal yang sama juga
mudah, cepat dan fleksibel pun meningkat. terjadi pada sektor pembiayaan, dimana
Kebutuhan masyarakat ini mendorong para dengan adanya digitalisasi dan
pelaku jasa keuangan untuk terus pengembangan inovasi produk, perusahaan
melakukan inovasi dan transformasi dari pembiayaan mulai menyediakan layanan
transaksi secara tradisional ke dalam online guna mempercepat proses yang
bentuk digital. PUJK juga dituntut untuk biasanya dihindari konsumen dengan
meningkatkan standar dan inovasi untuk alasan lamanya waktu proses pengajuan
menarik serta memenuhi kebutuhan kredit secara tradisional (mengunjungi
masyarakat yang semakin modern. Saat ini, kantor lembaga pembiayaan terkait).
PUJK di Indonesia telah mulai 2) Industri Asuransi
mengembangkan produk inovatif dan Beberapa perusahaan asuransi
menguatkan sistem teknologi dalam bisnis. menyediakan layanan dari mulai
Berdasarkan jenis Fintech yang pendaftaran hingga pembelian produk
berkembang di Indonesia, beberapa asuransi dilakukan secara online dan tidak
lembaga jasa keuangan yang sudah perlu mendatangi perusahaan atau agen
melakukan perkembangan dan inovasi asuransi. Fitur lainnya yang disediakan
Fintech terbagi ke dalam beberapa sektor, adalah pengajuan klaim secara online.
yaitu Layanan Perbankan Digital (Digital Inovasi dan pengembangan digital dalam
Banking), Pembiayaan dan Investasi, serta industri asuransi juga menyediakan
Asuransi.119 informasi yang memudahkan para
1) Layanan Perbankan Digital pemegang polis asuransi untuk
Sektor perbankan Indonesia mendapatkan informasi terkait produk
mengembangkan beberapa hal yang dapat asuransi yang digunakannya.
mempermudah dan mempercepat transaksi
keuangan yaitu Digital banking atau biasa b. Jenis-Jenis Fintech yang
disebut dengan istilah Layanan Perbankan Berkembang di Indonesia
Digital diartikan sebagai layanan kegiatan Masing-masing jenis Fintech
perbankan dengan menggunakan sarana memiliki manfaat dan potensi risiko sesuai
elektronik/digital. Fitur inovasi digital dengan proses bisnisnya. Secara umum,
lainnya meliputi e-wallet dan uang risiko yang mungkin muncul dari
elektronik yang dapat mengganti budaya perusahaan Fintech di Indonesia adalah:
masyarakat yang lebih sering membawa 1. Risiko penipuan (Fraud),
uang tunai. Beberapa PUJK juga 2. Risiko keamanan data (Cybersecurity),
melakukan kerjsama dan kolaborasi 3. Risiko ketidakpastian pasar (Market
dengan perusahaan start-up Fintech yang Risk).
juga mengembangkan inovasi digital di Berikut ini dijelaskan beberapa
sektor yang sama. jenis Fintech yang telah berkembang di
1) Industri Pembiayaan dan Investasi Indonesia disertai manfaat dan potensi
Dalam sektor pasar modal, beberapa risiko dari setiap jenis tersebut.
lembaga jasa keuangan sudah melakukan 1) Digital Payment
digitalisasi produk- produknya. Digitalisasi Perusahaan Fintech digital payment
ini meliputi proses pencarian informasi, memberikan manfaat layanan berupa
pembayaran transaksi secara online
119
Departemen Perlindungan Konsumen, 2017, ibid, sehingga proses tersebut menjadi lebih
halaman 20-23.

465
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 4 NO. 1 FEBRUARY 2019

praktis, cepat, dan murah. Perusahaan Tanpa Agunan (KTA), Kredit Perumahan
penyedia layanan ini pada umumnya Rakyat (KPR), pinjaman renovasi rumah,
berbentuk dompet virtual yang dilengkapi biaya pernikahan, pinjaman persalinan,
dengan berbagai fitur untuk mempermudah pinjaman perjalanan umroh. Fintech dalam
transaksi secara online antara konsumen bidang P2P Lending di Indonesia juga
dan pemilik usaha atau antar-pelaku usaha mengakomodasi masyarakat yang ingin
(B2B). Dalam praktiknya di Indonesia, menjadi investor atau menjadi pemberi
biasanya perusahaan Fintech digital dana dengan tujuan untuk mendapatkan
payment bekerjasama dengan berbagai return di kemudian hari. Fasilitas ini
pihak dalam memberikan tawaran promosi banyak digunakan oleh pengguna karena
termasuk perusahaan telekomunikasi memberikan kemudahan untuk
(Telco), convenience store, merchant atau berinvestasi.Hal ini membuat pemberi dana
toko, maupun bank- bank konvensional atau investor merasa lebih aman dan
untuk dapat memberikan pelayanan nyaman untuk berinvestasi.
transaksi online dengan lebih bervariasi. 3) Account Aggregator
2) Financing and Investment Jenis Fintech Account Aggregator ini
Perusahaan Fintech Financing and akan menawarkan layanan yang dapat
Investment meliputi perusahaan Fintech mengakomodasi seluruh transaksi
yang memberikan layanan Crowdfunding perbankan tersebut melalui satu platform
dan Peer-to-Peer Lending (P2P Lending). saja. Pengguna platform ini diberikan
Biasanya, perusahaan Fintech dalam kemudahan dalam melakukan verifikasi
kategori ini dapat menjadi perusahaan transaksi pelaporan keuangan karena
Fintech Crowdfunding, perusahaan P2P prosesnya cepat dan singkat.
Lending, ataupun kombinasi keduanya. Mekanismenya, konsumen yang memiliki
Fintech Crowdfunding pada umumnya banyak akun perbankan dapat
melakukan penghimpunan dana untuk mendaftarkan akunnya ke dalam platform
suatu proyek maupun untuk penggalangan ini, yang kemudian dapat digunakan untuk
dana sosial. Dalam mekanismenya, memantau seluruh transaksi perbankan
perusahaan akan menampilkan proposal melalui satu platform tersebut.
suatu project, usaha, event, atau kegiatan 4) Information and Feeder Site
sosial yang diusulkan oleh seseorang atau Perusahaan Fintech jenis ini
suatu pihak melalui website atau aplikasi memberikan layanan mengenai informasi
perusahaan Fintech Crowdfunding yang dibutuhkan oleh para calon konsumen
tersebut. Perusahaan Fintech akan yang ingin menggunakan suatu produk dan
mengundang pihak lain untuk menjadi layanan sektor jasa keuangan. Informasi
investor atau pemberi dana. Investor yang diberikan dapat berupa informasi
tersebut akan mentransfer dana kepada seperti kartu kredit, tingkat suku bunga,
rekening perusahaan untuk kemudian reksa dana, premi asuransi, dan
disalurkan kepada pihak yang mengajukan. sebagainya. Informasi mengenai hal-hal
Di sisi yang lain Fintech P2P tersebut didapatkan dari informasi yang
Lending memiliki model dan proses bisnis disediakan oleh PUJK di bidang
yang berbeda. Fintech P2P Lending perbankan, pasar modal, asuransi, lembaga
biasanya memfasilitasi pihak yang pembiayaan, dan sebagainya. Pada
membutuhkan dana pinjaman dengan para umumnya, perusahaan Fintech jenis ini
pihak yang ingin berinvestasi dengan cara tidak hanya memberikan informasi
memberikan pinjaman. Pinjaman yang mengenai perihal yang disebutkan di atas,
diberikan oleh perusahaanFintech P2P namun juga memberikan layanan untuk
Lending di Indonesia sangat bervariasi, melakukan komparasi yang disesuaikan
mulai dari pinjaman modal usaha, dengan kebutuhan calon konsumen. Sistem
pinjaman kendaraan bermotor, Kredit dari perusahaan Fintech ini dapat mem-

466
Perkembangan Regulasi Dan Pengawasan Financial Technologydi Indonesia

filter maupun menyajikan informasi yang tersebut memberikan pelayanan jasa


diinginkan oleh calon konsumen. keuangan. Namun perusahaan tersebut
Dalam perkembangannya, belum memiliki landasan hukum
perusahaan Fintech Information and kelembagaan dalam menjalankan kegiatan
Feeder Site ini tidak hanya memberikan usahanya.
layanan perbandingan informasi produk Berdasarkan POJK P2P Lending,
atau jasa sektor jasa keuangan saja. perusahaan Fintech atau yang disebut
Perusahaan-perusahaan ini juga penyelenggara dinyatakan sebagai
memberikan layanan pendaftaran hingga Lembaga Jasa Keuangan Lainnya dengan
pembelian produk dan/atau layanan sektor bentuk perusahaan berupa badan hukum
keuangan, seperti pembelian premi Perseroan Terbatas dan Koperasi (Pasal 2
asuransi. ayat (2)). Kegiatan usaha yang dapat
5) Personal Finance dilakukan oleh penyelenggara berupa
Perusahaan Fintech personal finance menyediakan, mengelola, dan
melalui platform-nya dapat membantu mengoperasikan Layanan Pinjam
konsumen dari mulai pembuatan laporan Meminjam Uang Berbasis Teknologi
keuangan yang baik hingga pemilihan Informasi dari pihak Pemberi Pinjaman
pengolahan dana yang bijaksana, sehingga kepada pihak Penerima Pinjaman yang
menghemat waktu dan akan mendapatkan sumber dananya berasal dari pihak Pemberi
laporan sistem pembukuan yang Pinjaman dan/atau penyelenggara dapat
komprehensif. Dalam perkembangannya bekerja sama dengan penyelenggara
di Indonesia, perusahaan- perusahaan layanan jasa keuangan berbasis teknologi
Fintech dalam bidang ini belum mencapai informasi sesuai dengan ketentuan
tingkatan sebagaimana Fintech Robo- peraturan perundang-undangan (Pasal 5).
Adviser seperti yang ada di negara-negara Batasan pemberian pinjaman kepada
maju. penerima pinjaman diatur sebesar Rp
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)
2.3 Regulasi Fintech di Indonesia (Pasal 6).
a. Otoritas Jasa Keuangan Persyaratan wajib usaha Fintech
1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan P2P Lending sebagaimana POJK No. 77/
(POJK) POJK.01/2016 yaitu:
Sebagai langkah awal, OJK telah a) Kejelasaan bentuk badan hukum,
mengeluarkan POJK No. 77/ kepemilikan, dan permodalan
POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam b) Mengajukan pendaftaran dan perizinan
Meminjam Uang Berbasis Teknologi kepada OJK
Informasi (POJK P2P Lending) yang c) Ketersediaan SDM yang memiliki
kemudian memiliki peraturan turunan keahlian atau latar belakang IT
berupa Surat Edaran OJK (SEOJK) nomor d) Dokumen berbentuk elektronik
18/ SEOJK.02/2017. POJK ini mengatur e) Terdapat akses informasi untuk
mengenai salah satu jenis Fintech yang penyelenggara pinjaman, pemberi
berkembang di Indonesia saat ini yaitu pinjaman, dan penerima pinjaman
Peer-to-Peer Lending (P2P Lending). Hal f) Pusat data dan disaster recovery plan
tersebut dikarenakan OJK melihat urgensi yang ditempatkan di Indonesia dan
hadirnya ketentuan yang mengatur Fintech memenuhi standar minimum,
pinjam- meminjam, memperhatikan masih pengelolaan risiko, dan pengamanan
kuatnya budaya pinjam meminjam (utang) teknologi informasi, serta ketahanan
di masyarakat Indonesia. Selain itu, terhadap gangguan dan kegagalan
perusahaan Fintech dengan skema Peer- sistem, serta alih kelola sistem teknologi
to-Peer Lending merupakan lingkup informasi.
kewenangan OJK dikarenakan perusahaan

467
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 4 NO. 1 FEBRUARY 2019

g) Menjaga kerahasiaan, keutuhan, dan b. Bank Indonesia


ketersediaan data pribadi, data transaksi 1) Peraturan Bank Indonesia
dan data keuangan sejak data diperoleh Bank Indonesia sebagai regulator
hingga data dimusnahkan. sistem pembayaran telah mengeluarkan
h) Sistem pengamanan yang mencakup peraturan terkait Fintech di Indonesia
prosedur, sistem pencegahan, dan melalui PBI No. 11/12/PBI/2009 tentang
penanggulangan terhadap serangan yang Uang Elektronik (Electronic Money). PBI
menimbulkan gangguan, kegagalan, dan tersebut telah diubah sebanyak dua kali
kerugian. yaitu dengan PBI No. 16/8/ PBI/2014 dan
i) Penyelenggara menerapkan prinsip PBI No 18/17/PBI/2016 tentang Uang
dasar dari perlindungan pengguna Elektronik (PBI E-Money).
(konsumen) di sektor jasa keuangan Berdasarkan PBI E-Money, Uang
j) Perjanjian dilaksanakan dengan Elektronik (Electronic Money)
menggunakan tanda tangan digital didefinisikan sebagai alat pembayaran
2) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan yang memenuhi unsur-unsur sebagai
(SEOJK) berikut:
Setelah berlakunya POJK nomor
77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam a) diterbitkan atas dasar nilai uang yang
meminjam Uang Berbasis Teknologi disetor terlebih dahulu kepada penerbit;
Informasi, OJK telah mengeluarkan b) nilai uang disimpan secara elektronik
ketentuan tentang pelaksanaan tata kelola dalam suatu media server atau chip;
dan manajemen risiko Teknologi Informasi c) digunakan sebagai alat pembayaran
pada layanan pinjam meminjam uang kepada pedagang yang bukan
berbasis teknologi dalam SEOJK Nomor : merupakan penerbit uang elektronik
18/ SEOJK.02/2017 yang mulai berlaku tersebut;
pada tanggal ditetapkan yaitu 18 April d) nilai uang elektronik yang dikelola oleh
2017. Ruang lingkup yang diatur meliputi: penerbit bukan merupakan simpanan
a) Penempatan pusat data dan pemulihan sebagaimana dimaksud dalam undang-
bencana serta rencana pemulihan undang yang mengatur mengenai
bencana perbankan.
b) Tata Kelola Sistem Elektronik dan PBI E-Money juga mengatur
teknologi Informasi yang meliputi mengenai Layanan Keuangan Digital.
Rencana Strategis Sistem Elektronik, Terkait penerbitan, Penerbit dilarang
Sumber Daya manusia, dan menerbitkan Uang Elektronik dengan Nilai
Pengelolaan Perubahan Teknologi Uang Elektronik yang lebih besar atau
Informasi. lebih kecil daripada nilai uang yang
c) Alih Kelola Teknologi disetorkan kepada Penerbit. Penerbit wajib
d) Pengelolaan Data dan Informasi melakukan pencatatan dan/atau
e) Pengelolaan Risiko Teknologi pengelolaan nilai uang elektronik harus
Informasi dipisahkan dari pencatatan dan/atau
f) Pengamanan Sistem Elektronik pengelolaan nilai yang setara dengan nilai
g) Penanganan Insiden dan Ketahanan uang lainnya (Pasal 13). Penerbit dilarang
Terhadap Gangguan menetapkan minimum, menahan atau
h) Penggunaan Tanda Tangan Elektronik memblokir secara sepihak nilai uang
i) Ketersediaan Layanan dan Kegagalan elektronik, mengenakan biaya pengakhiran
Transaksi penggunaan uang elektronik (Pasal 13A).
j) Keterbukaan Informasi Produk dan
Layanan

468
Perkembangan Regulasi Dan Pengawasan Financial Technologydi Indonesia

c. Kementrian Komunikasi dan pengiriman, penyebarluasan, dan


Informatika Republik Indonesia pemusnahan data pribadi. Perolehan dan
1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun Pengumpulan Data Pribadi, Pengolahan
2008 Tentang Informasi Dan Transaksi dan Penganalisisan Data Pribadi,
Elektronik Penyimpanan Data Pribadi, Penampilan,
Salah satu perlindungan konsumen Pengumuman, Pengiriman,
yang diatur dalam UU ITE adalah Penyebarluasan, dan/atau Pembukaan
mengenai perlindungan data pribadi. UU Akses Data Pribadi, Pemusnahan Data
ITE mewajibkan penggunaan setiap Pribadi, diatur pada Bab II Peraturan
informasi melalui media elektronik yang Menteri ini terkait Perlindungan. Selain itu
menyangkut data pribadi seseorang, harus Peraturan Menteri ini juga mengatur terkait
dilakukan atas persetujuan orang yang Hak Pemilik Data Pribadi; Kewajiban
bersangkutan. UU ITE juga mewajibkan Pengguna; Kewajiban Penyelenggara
setiap pelaku usaha yang Sistem Elektronik; Penyelesaian Sengketa;
menyelenggarakan sistem elektronik harus Peran Pemerintah dan Masyarakat;
menyelenggarakan sistem secara andal dan Pengawasan; dan Sanksi Administratif.
aman serta bertanggung jawab terhadap 4) Peraturan Menteri Komunikasi Dan
beroperasinya sistem elektronik Informatika Republik Indonesia Nomor
sebagaimana mestinya. 5 Tahun 2016 Tentang Uji Coba
2) Peraturan Menteri Komunikasi Dan Teknologi Komunikasi, Informatika
Informatika Republik Indonesia Nomor Dan Penyiaran
4 Tahun 2016 Tentang Sistem Dalam Peraturan Menteri ini, uji
Manajemen Pengamanan Informasi coba diselenggarakan dengan tujuan untuk
Dalam Peraturan Menteri ini diatur melakukan penelitian aspek teknis dan
tentang sistem manajeman pengamanan aspek non teknis terkait penyelenggaraan
informasi dengan menetapkan batasan telekomunikasi, informatika, dan
istilah yang digunakan dalam penyiaran. Aspek teknis antara lain dapat
pengaturannya. Materi pokoknya memuat meliputi kinerja sistem, alat, dan perangkat
kategorisasi : Sistem Elektronik, Standar dan aspek non teknis antara lain meliputi
Sistem Manajemen Pengamanan Informasi, model bisnis penyelenggaraan. Uji coba
Penyelenggaraan Sistem Elektronik, diselenggarakan oleh Kementerian
Sertifikat Sistem Manajemen Pengamanan Komunikasi dan Informatika dan dapat
Informasi, Lembaga Sertifikasi, Penerbitan dibantu oleh pemangku kepentingan.
Sertifikat, Pelaporan Hasil Sertifikasi, dan Penyelenggaraan uji coba ditetapkan
Pencabutan Sertifikat, Penilaian Mandiri, dengan Keputusan Menteri. Uji coba
Pembinaan, Pengawasan, dan Ketentuan bersifat tidak komersial dan berbatas
Sanksi. waktu.
3) Peraturan Menteri Komunikasi Dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 2.4 Perlindungan Konsumen Fintech di
20 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Indonesia
Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik a. Analisa Aspek Perlindungan Pada
Dalam Peraturan Menteri ini diatur Fintech di Indonesia
tentang perlindungan data pribadi dalam 1) Kelengkapan Informasi Dan
sistem elektronik dengan menetapkan Transparasi Produk/ Layanan
batasan istilah yang digunakan dalam Fintech wajib menyediakan
pengaturannya. Perlindungan Data Pribadi informasi secara lengkap, up-to-date, dan
dalam Sistem Elektronik mencakup transparan terkait produk atau layanan
perlindungan terhadap perolehan, yang ditawarkan kepada konsumen dan
pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, masyarakat. Penyelenggara harus
penyimpanan, penampilan, pengumuman, memastikan bahwa informasi yang

469
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 4 NO. 1 FEBRUARY 2019

diberikan bersifat transparan sehingga hal 2) Penanganan Pengaduan Dan


tersebut dapat memberikan kesempatan Penyelesaian Sengketa Konsumen
bagi konsumen untuk memahami dan Penyedia layanan Fintech
memilih produk dengan baik serta setidaknya harus :
menghindarkan diri dari risiko yang a) Menyediakan jalur atau kanal kontak
mereka ingin hindari, seperti misleading penerimaan pengaduan yang mudah
advertisement dan penipuan. Aspek diakses oleh konsumen, seperti telepon,
kelengkapan informasi dan transparansi e-mail, instant messaging, dan surat;
pada Fintech di Indonesia harus meliputi : b) Memiliki unit atau fungsi serta prosedur
biaya-biaya dan kewajiban yang akan standar penanganan pengaduan
dikenakan kepada konsumen, transparansi konsumen. Prosedur tersebut harus
syarat dan ketentuan penggunaan memperhatikan pengaturan
produk/layanan, pemberitahuan kepada perlindungan konsumen yang ada pada
konsumen apabila terdapat perubahan POJK terkait dan diinformasikan kepada
biaya, syarat dan ketentuan, kejelasan konsumen;
informasi dari periklanan produk yang c) Menyediakan dan menginformasikan
dipasarkan seperti pengunaan bahasa yang kepada konsumen jika terdapat
sederhana dan mudah dipahami dalam mekanisme alternatif penyelesaian
media periklanan yang digunakan, seperti sengketa (alternative dispute resolution)
website perusahaan, brosur, iklan media yang dapat digunakan apabila
masa, online, dan sebagainya. penyelesaian pengaduan dan sengketa
Penyedia layanan Fintech harus secara internal tidak menghasilkan
menginformasikan syarat dan ketentuan kesepakatan.
produk/layanan dalam perjanjian sejelas- 3) Pencegahan Penipuan Dan Keandalan
jelasnya dengan bahasa yang mudah Sistem Layanan
dimengerti, mengingat tingkat literasi Pencegahan penipuan atau fraud
keuangan masyarakat Indonesia secara melalui Fintech merupakan hal penting
umum relatif masih rendah. Perjanjian juga yang harus diperhatikan regulator seiring
dilarang menyatakan adanya pengalihan dengan makin berkembangnya keragaman
tanggung jawab atau kewajiban dari pelaku tawaran produk/layanan Fintech. Upaya
Fintech kepada konsumen (klausula penipuan di Fintech dapat berbentuk
eksonerasi). Penyedia layanan Fintech juga seperti penyalahgunaan situs layanan
harus menghindarkan penggunaan iklan (phising), peretasan terhadap sistem
yang berpotensi menciptakan pemahaman keamanan, dan pemasaran produk/layanan
yang keliru bagi konsumen dan yang menipu. Dengan banyaknya layanan
masyarakat. Fintech yang menggunakan media seperti
Bagi masyarakat dan konsumen situs jejaring dan aplikasi dalam
wajib disediakan kanal informasi yang melakukan promosi dan pemasaran
mudah diakses untuk meminta informasi produk/layanannya, maka potensi
sejelas-jelasnya dari penyedia layanan kerentanan terjadinya penipuan juga akan
Fintech sehingga pemahaman konsumen meningkat.
terhadap produk lengkap dan tercipta Para pelaku Fintech wajib
awareness (kesadaran) konsumen terhadap memastikan sistemnya andal. Pelaku wajib
biaya dan risiko yang akan timbul dari memiliki sistem keamanan dan aplikasi
penggunaan produk (menghindari yang aman dan tersertifikasi agar terhindar
informasi asimetris). dari upaya peretasan oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab. Pelaku layanan wajib
melakukan pemeriksaan dan
penyempurnaan sistem secara
berkesinambungan karena baik teknologi

470
Perkembangan Regulasi Dan Pengawasan Financial Technologydi Indonesia

maupun bentuk ancamannya juga terus mendukung berkembangnya jenis-jenis


berkembang. Peran dari regulator adalah Fintech tersebut.
memastikan bahwa sistem keamanan dan Sesuai kewenangan OJK yang ada
aplikasi layanan Fintech selalu dilakukan pada sektor jasa keuangan, maka Fintech
upaya perbaikan yang diperlukan dan dari PUJK yang berkaitan dengan sektor
tersertifikasi keandalannya. jasa keuangan dapat diatur berdasarkan UU
4) Perlindungan Terhadap Data Pribadi OJK dan UU di masing- masing sektor jasa
(Cybersecurity) keuangan. Fintech yang terkait dengan
Aspek perlindungan terhadap data sektor perbankan dapat diatur dengan
pribadi menjadi salah satu hal penting yang hukum yang ada di sektor perbankan.
harus diperhatikan penyedia layanan dan Begitu juga dengan Fintech yang terkait
regulator. Sehingga untuk itu, terkait sektor pasar modal dan lembaga keuangan
dengan upaya perlindungan terhadap data non-bank (contohnya seperti asuransi,
pribadi dapat dilakukan dengan fokus pembiayaan, pergadaian). Sedangkan untuk
terhadap hal-hal sebagai berikut : Fintech yang terkait dengan layanan
a) Pelaku layanan Fintech wajib pembayaran dapat diatur dengan
melakukan enkripsi data terhadap data menggunakan peraturan di Bank Indonesia.
yang berkaitan dengan konsumen; OJK sebaiknya menyusun standar
b) Pelaku layanan Fintech wajib menjaga atau pedoman terkait aspek perlindungan
keamanan data konsumen; konsumen pada produk/layanan Fintech
c) Pelaku layanan Fintech wajib yang menjadi cakupan kewenangannya,
melakukan manajemen akses data; melengkapi pedoman lain yang berkaitan
d) Konsumen mempunyai hak untuk dengan operasional layanan. Pedoman ini
meminta penjelasan dari pelaku terkait nantinya dapat digunakan oleh ketiga
penggunaan informasi dan data yang sektor pengawasan OJK (Perbankan,
telah diberikannya. IKNB/ Industri Keuangan Non Bank, dan
Pasar Modal) dalam melakukan
b. Upaya peningkatan perlindungan pengawasan.
konsumen Fintech di Indonesia
1) Pengawasan Dan Pengaturan Yang 2) Pengingkatan Koordinasi Dengan
Berfokus Pada Fintech Yang Telah Pemangku Kepentingan Terkait
Berkembang Dan Digunakan Di OJK sebaiknya berkoordinasi dan
Indonesia bekerjasama dengan para pemangku
Untuk menyegerakan upaya kepentingan Fintech lainnya, dengan
perlindungan konsumen terkait produk tujuan agar :
Fintech di Indonesia, maka OJK sebagai a) Saling melengkapi pengaturan Fintech,
regulator perlu untuk menentukan fokus namun menghindarkan dari duplikasi
pada Fintech yang telah dan akan pengaturan yang tumpang tindih
berkembang di Indonesia. Fokus tersebut (duplicative regulations);
meliputi :Fintech lending; Fintech b) Dapat memitigasi potensi risiko dan
payment; Fintech supporting (Fintech tantangan dalam mewujudkan
scoring, Fintech information site, Fintech keseimbangan antara perkembangan
financial management, Fintech big data sistem keuangan nasional,
analytic). Adapun untuk Robo-Advisor, perkembangan Fintech, dan aspek
Blockchain, dan Bitcoin, meskipun perlindungan konsumen.
merupakan hal yang penting, namun hal Koordinasi tersebut dilakukan
tersebut belum menjadi hal yang urgent dengan Kementerian Koordinator Bidang
untuk dilakukan saat ini dikarenakan Perekonomian, Bank Indonesia,
tingkat literasi masyarakat Indonesia belum Kementerian Perdagangan, Kementerian
Keuangan, Kementerian Komunikasi dan

471
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 4 NO. 1 FEBRUARY 2019

Informatika, Kementerian Hukum dan c) Meningkatkan awarenes dan literasi


HAM, asosiasi di sektor jasa keuangan, kepada masyarakat tentang ODR.
asosiasi dan praktisi Fintech, serta 4) Peningkatan Legitimasi Fintech
akademisi. Dengan koordinasi yang baik, Terkait upaya ini, terdapat tiga hal
diharapkan pengaturan Fintech dapat yang dapat dilaksanakan oleh OJK untuk
diwujudkan dalam skala nasional dan meningkatkan legitimasi Fintech di
terkoordinasi dengan baik. Selain itu, saat Indonesia. Pertama, OJK ataupun regulator
ini terdapat perusahaan Regtech terkait dapat memberlakukan trustmark
(Regulatory Technology) yang dapat (dapat berupa logo, gambar, atau lencana)
mendukung pelaku Fintech untuk pada semua situs dan/atau aplikasi pelaku
memastikan agar comply terhadap Fintech yang telah terdaftar dan diawasi.
peraturan terkait. OJK perlu mendukung Trustmark ini juga akan menunjukkan
penggunaan Regtech di dalam aktivitas bahwa Fintech tersebut telah diaudit
bisnis penyedia layanan Fintech. sistemnya baik oleh regulator atau pihak
3) Penyiapan Mekanisme Penyelesaian lain yang ditunjuk. Kedua, menerapkan
Sengketa Dan Fintech Stratup sertifikat digital signature yang akan
Penyelesaian sengketa terkait mengotentikasi identitas konsumen secara
Fintech yang dilakukan oleh PUJK elektronik dengan memakai tanda tangan.
(Fintech 2.0) dapat dilakukan melalui Ketiga, menerapkan verifikasi
internal PUJK (mekanisme Internal biometrik yang dapat mengidentifikasi satu
Dispute Resolution), Lembaga Alternatif atau lebih ciri-ciri biologis unik konsumen.
Penyelesaian Sengketa (LAPS), dan Identifikasi unik ini dapat berupa sidik jari,
fasilitasi terbatas dari OJK. Namun untuk geometri telapak tangan, pola retina, dan
Fintech yang Non PUJK (Fintech startup), gelombang suara. Ketiga cara di atas
sampai dengan saat ini belum ditentukan diyakini dapat dilakukan oleh OJK atau
mekanisme penyelesaian sengketa regulator lainnya untuk meningkatkan
konsumen jika pengaduan tidak dapat kepercayaan masyarakat dan konsumen
diselesaikan oleh pelaku Fintech sendiri. tentang produk/layanan Fintech karena
Sehingga untuk itu, OJK perlu segera dapat memitigasi potensi risiko seperti :
mendiskusikan hal ini dengan pelaku risiko penipuan, risiko pemalsuan atau
Fintech P2P Lending yang saat ini telah pencurian identitas, dan risiko peretas.
terdaftar dan diawasi oleh OJK. OJK perlu Trustmark sudah diberlakukan untuk
menyusun standar mekanisme pelaksanaan menjadi legitimasi keamanan bisnis e-
internal dispute resolution (IDR) dan commerce dan beberapa penyedia
alternative dispute resolution (ADR). trustmark sudah ada saat ini.
Tujuannya agar konsumen pengguna
layanan P2P Lending mendapatkan C. SIMPULAN DAN SARAN
kejelasan atas penanganan pengaduan dan 3.1 Simpulan
sengketanya. Selain itu, salah satu hal yang a. Untuk memastikan optimalisasi Fintech
dapat dipertimbangkan untuk pelaksanaan bagi pertumbuhan ekonomi dan inklusi
penanganan pengaduan dan penyelesaian keuangan di Indonesia, OJK dan
sengketa pada Fintech adalah Online regulator terkait perlu menjaga
Dispute Resolution (ODR). keseimbangan antara kemudahan dan
Apabila ODR akan fleksibilitas layanan yang ditawarkan
dipertimbangkan untuk dilaksanakan, maka oleh Fintech dengan aspek pengawasan
terdapat beberapa hal yang harus dilakukan dan perlindungan konsumennya. Tanpa
terlebih dahulu : memperhatikan kedua hal tersebut,
a) Mempersiapkan dasar hukum dari Fintech justru berpotensi menggangu
implementasi ODR. kestabilan sistem keuangan di suatu
b) Penguatan kelembagaan LAPS negara. Harus dipastikan agar

472
Perkembangan Regulasi Dan Pengawasan Financial Technologydi Indonesia

konsumen pengguna Fintech benar diterapkan secara seksama oleh


memahami produk dan layanan yang seluruh pelaku Fintech. Dalam rangka
digunakannya seperti prosedur, untuk makin meningkatkan upaya
manfaat, biaya/kewajiban, risiko, dan perlindungan konsumen Fintech di
aspek keamanannya. Regulator Indonesia, maka OJK dan regulator
keuangan di Indonesia juga telah terkait dapat melakukan beberapa hal
mengatur dan mengawasi Fintech. OJK sebagai berikut : pengawasan dan
telah mengeluarkan satu pengaturan pengaturan yang lebih berfokus pada
terkait Fintech, yaitu Peraturan OJK Fintech yang telah berkembang dan
No. 13/POJK.02/2018 tentang Inovasi digunakan di Indonesia, mempererat
Keuangan Digital (IKD) disektor koordinasi dengan pemangku
keuangan. Sebelumnya OJK telah lebih kepentingan terkait, penyiapan
dulu menerbitkan POJK mekanisme penyelesaian sengketa pada
No.77/POJK.01/2016 tentang Layanan Fintech startup, serta peningkatan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis legitimasi Fintech di Indonesia.
Teknologi Informasi (peer-to-peer
lending). Adapun ketentuan yang 3.2 Saran
berkaitan dengan aspek perlindungan a. OJK perlu menyusun
konsumen, pelaku Fintech PUJK wajib ketentuan/regulasi dan standar
melaksanakan ketentuan pada POJK mekanisme penanganan pengaduan dan
No. 1/POJK.07/2013 tentang penyelesaian sengketa pada para pelaku
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Fintech, terutama pada Fintech startup.
Keuangan. OJK perlu segera menyusun Termasuk di dalamnya adalah
pengaturan bagi Fintech startup selain keberadaan lembaga alterntif
peer-to-peer lending terutama pada penyelesaian sengketa jika upaya
produk/layanan yang berkaitan dengan internal (IDR) tidak menghasilkan
kewenangannya di sektor jasa kesepakatan. Penyusunan ini dapat
keuangan, seperti account aggregrator dilakukan dengan berkoordinasi dengan
dan information and feeder site. Hal ini para praktisi dan asosiasi Fintech di
untuk memastikan terpenuhinya aspek Indonesia. Terkait aspek perlindungan
perlindungan konsumen pada layanan konsumen, OJK sebaiknya tidak
dimaksud. membedakan antara penerapan prinsip-
b. Memperhatikan kajian pemetaan prinsip perlindungan konsumen di
potensi risiko dari proses bisnis Fintech Fintech PUJK maupun yang ada pada
yang telah ada di Indonesia, maka Fintech Startup karena perlindungan
setidaknya terdapat 4 (empat) aspek konsumen merupakan hal mutlak yang
perlindungan konsumen pada Fintech wajib diterapkan. OJK perlu mengkaji
yang harus menjadi perhatian baik bagi penerapan Online Dispute Resolution
pemerintah maupun regulator di sektor (ODR) bagi Fintech karena ODR
jasa keuangan, yaitu : kelengkapan diharapkan dapat mendukung
informasi dan transparansi pelaksanaan penyelesaian sengketa
produk/layanan, penanganan secara praktis dan efisien. Mengingat
pengaduan dan penyelesaian sengketa sifat dari data dan informasi dari
konsumen, pencegahan penipuan dan Fintech yang serba digital maka
keandalan sistem layanan, dan kondisi tersebut diperkirakan akan
perlindungan terhadap data pribadi mempermudah diterapkannya ODR.
(cybersecurity). Meskipun ke-empat OJK perlu mendukung penyiapan
hal tersebut telah disebutkan dalam landasan hukum tentang penerapan
pengaturan Fintech yang ada, namun ODR.
perlu dipastikan agar aspek ini benar-

473
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 4 NO. 1 FEBRUARY 2019

b. OJK perlu mensegerakan implementasi dikembangkan untuk menyediakan


trustmark bagi seluruh situs dan penyelesaian terkait regulasi financial
aplikasi yang dimiliki oleh PUJK yang dalam membangun sistem tata kelola
diawasinya, termasuk Fintech dan disiplin dalam bidang finansial
Startupsesuai dengan POJK No.13/ secara komprehensif dan efisien untuk
POJK.02/2018 tentang Inovasi institusi finansial (Regtech) dan inovasi
Keuangan Digital di Sektor Jasa berbasis teknologi terbaru yang mampu
Keuangan. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan efisiensi regulator untuk
mempermudah masyarakat dan mengatasi tantangan yang dihadapi
konsumen dalam memilih dan lembaga pengawas (Suptech) di
menggunakan produk dan layanan Indonesia karena di masa mendatang
keuangan secara lebih aman serta keberadaannya dapat mendukung
menghindarkan masyarakat dari perkembangan dan mengantisipasi
penawaran produk yang tidak tantangan Fintech. Kajian dapat
bertanggung jawab dan berpotensi dilakukan bersama dengan stakeholder
merugikan.OJK perlu mengkaji tentang terkait, termasuk dengan regulator
solusi berbasis teknologi yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

OJK, 2017, Kajian Perlindungan International Organization of


Konsumen Jasa Keuangan: Perlindungan Securities Commissions. IOSCO Research
Konsumen Pada Fintech, Jakarta, Report On Financial Technologies
Departemen Perlindungan Konsumen. (Fintech). 2017.

Undang – Undang dan Peraturan Lainnya :


Undang-Undang Nomor 11 Tahun Tahun 2016 Tentang Perlindungan Data
2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Pribadi Dalam Sistem Elektronik
Elektronik Peraturan Presiden RI Nomor 82
Undang-Undang Nomor 21 Tahun Tahun 2016 tentang Strategi Nasional
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Keuangan Inklusif (SNKI).
Peraturan Menteri Komunikasi Dan PBI No. 11/12/PBI/2009 tentang
Informatika Republik Indonesia Nomor 4 Uang Elektronik (Electronic Money)
Tahun 2016 Tentang Sistem Manajemen POJK No. 77/ POJK.01/2016 tentang
Pengamanan Informasi Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Peraturan Menteri Komunikasi Dan Teknologi Informasi
Informatika Republik Indonesia Nomor 5 POJK No.13/POJK.02/2018 tentang
Tahun 2016 Tentang Uji Coba Teknologi Inovasi Keuangan Digital Di Sektor Jasa
Komunikasi, Informatika Dan Penyiaran Keuangan
Peraturan Menteri Komunikasi Dan Departemen Perlindungan
Informatika Republik Indonesia Nomor 20 Konsumen, 2017, ibid, halaman 20-23.

Website :
https://ekonomi bisnis.com, diakses pada 2-4-2019.
Www.maxmanroe.com

474

Anda mungkin juga menyukai