Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS

TCR PADA Ny.M DI RUANGAN PERAWATAN

RSU PENDAU TAMBU

NAMA: INDRI SAFITRI

NIM: PO7120318067

CI RUANGAN PEMBIMBING AKADEMIK

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI DIV KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020/2021


Trauma Capitis Ringan (TCR)

A. Pengertian

Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang

tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung

pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)

B. Klasifikasi

Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow (SKG):

1. Minor

 SKG 13 – 15

 Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.

 Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.

2. Sedang

 SKG 9 – 12

 Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam.

 Dapat mengalami fraktur tengkorak.

3. Berat

 SKG 3 – 8

 Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.

 Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.


C. Etiologi

1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.

2. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.

3. Cedera akibat kekerasan.

D. Patofisiologis

Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya

konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika

benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan

benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi)

adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil

atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan

kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara

kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala,

yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak.

Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada

permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Sebagai akibat,

cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak

ada pada area cedera. Konsekuensinya meliputi hiperemi (peningkatan volume darah) pada

area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua menimbulkan

peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Beberapa

kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan

hipotensi.
Genneralli dan kawan-kawan memperkenalkan cedera kepala “fokal” dan “menyebar”

sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya untuk menggambarkan hasil yang lebih

khusus. Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan fokal yang meliputi kontusio serebral dan

hematom intraserebral, serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh perluasan massa

lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang

menyebar secara luas dan terjadi dalam empat bentuk yaitu: cedera akson menyebar,

kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multipel pada

seluruh otak. Jenis cedera ini menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak

tetapi karena cedera menyebar pada hemisfer serebral, batang otak, atau dua-duanya.
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis

1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih

2. Kebungungan

3. Iritabel

4. Pucat

5. Mual dan muntah

6. Pusing kepala

7. Terdapat hematoma

8. Kecemasan

9. Sukar untuk dibangunkan

10. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea)

dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.

G. Komplikasi

1. Perdarahan ulang

2. Kebocoran cairan otak

3. Infeksi pada luka atau sepsis

4. Timbulnya edema serebri

5. Timbulnya edema pulmonum neurogenik, akibat peninggian TIK

6. Nyeri kepala setelah penderita sadar

7. Konvulsi
H. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium: darah lengkap (hemoglobin, leukosit, CT, BT)

2. Rotgen Foto

3. CT Scan

4. MRI

I. Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah sebagai

berikut:

1. Observasi 24 jam

2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.

3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.

4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.

5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.

6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.

7. Pemberian obat-obat analgetik.

8. Pembedahan bila ada indikasi.


J. Rencana Pemulangan

1. Jelaskan tentang kondisi klien yang memerlukan perawatan dan pengobatan.

2. Ajarkan keluarga klien untuk mengenal komplikasi, termasuk menurunnya kesadaran,

perubahan gaya berjalan, demam, kejang, sering muntah, dan perubahan bicara.

3. Jelaskan tentang maksud dan tujuan pengobatan, efek samping, dan reaksi dari

pemberian obat.

4. Ajarkan orang tua untuk menghindari injuri bila kejang: penggunaan sudip lidah,

mempertahankan jalan nafas selama kejang.

5. Jelaskan dan ajarkan bagaimana memberikan stimulasi untuk aktivitas sehari-hari di

rumah, kebutuhan kebersihan personal, makan-minum. Aktivitas bermain, dan latihan

ROM bila klien mengalami gangguan mobilitas fisik.

6. Ajarkan bagaimana untuk mencegah injuri, seperti gangguan alat pengaman.

7. Tekankan pentingnya kontrol ulang sesuai dengan jadual.

8. Ajarkan pada keluarga klien bagaimana mengurangi peningkatan tekanan intrakranial.

K. Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah:

1. Nyeri berhubungan dengan trauma kepala.


DAFTAR PUSTAKA

1. Suriadi & Rita Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I. Jakarta: CV Sagung

Seto; 2001.

2. Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Volume II. Jakarta: EGC;

1996.

3. Cecily LB & Linda AS. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2000.

4. Suzanne CS & Brenda GB. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: EGC;

1999.

5. Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth,

EGC, Jakarta

6. Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classification

(NIC), Mosby Year-Book, St. Louis

Anda mungkin juga menyukai