Disusun Oleh:
Dosen Pengampuh :
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT.karena dengan rahmat dan
hidayahnya saya dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan Anak dengan Attention Deficyt
Hyperactivity Disorser, yang di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Anak
II.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan kepada Bu
Citra sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah. Untuk itu kami menyampaikan
banyak banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah. Saya sadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
telah membaca makalah ini yang berjudul Attention Deficyt Hyperactivity Disorser, demi
perbaikan dimasa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
3.1 Pengkajian..............................................................................................
3.3 Intervensi...............................................................................................
BAB VI PENUTUP.........................................................................................
KESIMPULAN.................................................................................................
SARAN.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah sampai
tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif. Sekitar 30-40%
dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan professional karena masalah
perilaku, datang dengan keluhan yang berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin,
2006). Di beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan
dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta.
Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena
bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia
sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat
(Pikiran rakyat, 2009).
Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi anak ADHD di
Indonesia meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak menderita ADHD.
Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik ataupun pengaruh lingkungan
yang lain, seperti pengaruh alkohol pada kehamilan, kekurangan omega 3, alergi terhadap
suatu makanan, dll (Verajanti, 2008).
A. Tujuan umum
PEMBAHASAN
Bagian dari otak, tertentu mempunyai fungsi dalam pengendalian emosi, mengatur
konsentrasi dan pemusatan pergantian serta mengendalikan perilaku hiperaktif dan impulse
antara lain
a) Lobus Frontal
Bagian lobus frontal membantu kita untuk memfokuskan konsentrasi, membuat keputusan
yang baik, mempersiapkan rencana, belajar dan mengingat apa yang telah dipelajari, dan
menyesuaikan diri dengan situasi.
Mekanisme ini berfungsi untuk mencegah kita berperilaku hiperaktif dan bertindak semaunya
serta mengendalikan emosi.
c) Sistem limbik
Merupakan dasar dari emosi. Sistem limbik yang normal akan menghasilkan emosi yang
normal, tingkat energi yang normal, waktu tidur yang normal dan kemampuan untuk
mengatasi stress yang normal. Gangguan pada sistem limbik akan berpengaruh terhadap
keadaan-keadaan tersebut.
Sistem ini berfungsi untuk menerima dan menyaring data yang masuk dari semua
pancaindera dan bagian otak lainnya. Gangguan yang ada pada bagian-bagian otak tersebut
akhirnya turut mengganggu fungsi, kualitas, dan kemampuan bagian otak itu sendiri.
2.3 Etiologi/Penyebab
Menurut Adam (2008) penyebab pasti belum diketahui. Namun papar Hardiono ada
bukti bahwa faktor biologis dan genetis berperan dalam ADHD. Faktor biologis berpengaruh
pada dua neurotransmitter di otak, yaitu dopamine dan norepinefrin. Dopamin merupakan zat
yang bertanggung jawab pada tingkah laku dan hubungan social, serta mengontrol aktifitas
fisik.
Norepinefrin berkaitan dengan konsentrasi, memusatkan perhatian, dan perasaan.
Faktor lainnya yang berpengaruh adalah lingkungan. Karakter dalam keluarga juga dapat
berperan menimbulkan gejala ADHD. Bahkan dari penelitian di beberapa rumah tahanan,
sebagian besar penghuninya ternyata pernah ADHD pada masa kecilnya. Demikian juga
terjadi pada pengguna narkoba. Belum diketahui apa penyebab pasti anak-anak menjadi
hiperaktif. Namun menurut dunia kedokteran, itu terkait dengan faktor biologis dan genetik,
serta lingkungan
2.4 Patofisiologi
Sebagian besar profesional sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga masalah
pokok: kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau penghambatan impuls,
kegiatan berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley, menambahkan masalah-masalah lain
seperti kesulitan metauhi peraturan dan instruksi, adanya vairiabilitas berlebih dalam
berespons situasi, khususnya pekerjaan sekolah. Singkatnya ADHD merupakan suatu
gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku,
khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan keputusan masa depan. Anak yang mengidap
ADHD relative tidak mampu menahan diri untuk merespons situasi pada saat tertentu.
Mereka benar-benar tidak bisa menunggu. Penyebabnya diperkirakian karena mereka
memiliki sumber biologis yang kuat yang ditemukan pada anak-anak dengan predisposisi
keturunan (Martin, 1998).
Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti
halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme), beberapa faktor yang berperan
dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan,
perkembangan otak saat perinatal, Tingkat kecerdasan (IQ), terjadi disfungsi metabolisme,
hormonal, lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi, dan orang-orang dilingkungan
sekitar termasuk keluarga. Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara
neurotransmitter dopamine dan epinephrine. Teori faktor genetik, beberapa penelitian
dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama
setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD
memiliki resiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD (Klik dokter, 2008).
Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang
dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan control
aktifitas diri. Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD : kurangnya
deteksi dini, gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracuanan obat dan alkohol,
rokok dan stress psikogenik), gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur,
hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan) (Klikdokter, 2008).
Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD atau attention Deficit Hyperactivity
Disorder mempunyai ciri-ciri anrtara lain:
Rasio anak laki-laki berbanding perempuan adalah antara 4:1 dalam jenis dan tipe
hiperaktif impulsif dan untuk kurang perhatian rasio anak laki-laki dan perempuan adalah
1:1. Gejala-gejala ini kurang jelas daripada tipe hiperaktif impulsif yang lebih demonstratif.
Gejala seperti ini diabaikan dan didiagnosis dengan keliru pada banyak anak. Menurut
penelitian Breton yang dilakukan pada 1999, ADHD lebih banyak dialami oleh anak laki-laki
dari pada perempuan, dengan estimasi 204% untuk anak perempuan dan 6-9% untuk anak
laki-laki usia 6-12 tahun. Anak laki-laki ADHD lebih banyak terjadi karena mereka lebih
menunjukkan perilaku menantang dan agresif dibandingkan dengan anak perempuan
(Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).
Bisa jadi anak perempuan dengan ADHD tidak teridentifikasi atau tidak tertangkap
gejalanya karena guru-guru gagal dalam mengenali dan mencatat perilaku kurang perhatian
anak perempuan ADHD, kecuali dengan cara membandingkan dengan simptom-simptom
yang digunakan untuk mendiagnosis ADHD dapat pula memberi sumbangan terhadap
perbedaan jenis kelamin pada umumnya (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Anak ADHD
perempuan cenderung lebih memperlihatkan karakteristik simptom-simptom kurang
perhatian/tidak teratur dengan respons kognitif yang lambat, misalnya pelupa, lesu darah,
mengantuk, cenderung daycream, cemas, depresi dan cenderung berperilaku hiperverbal
dibandingkan hiperaktif (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).
Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat ditemukan
pada anak dengan ADHD antara lain :
1. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-geliat.
2. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
3. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
4. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau keadaan di
dalam suatu kelompok
5. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkanterhadap pertanyaan-
pertanyaan yang belum selesai disampaikan
6. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
7. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas-
aktivitas bermain
8. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan lainnya
9. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
10. Sering berbicara secara berlebihan.
11. Sering menyela atau mengganggu orang lain
12. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan kepadanya
13. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau kegiatan-
kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan kemungkinan-
kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).
Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak
dengan ADHD antara lain :
1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang
memperberat masalah
2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak organik
1. Perawatan
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan orang tua terhadap
anak yang menderita ADHD antara lain :
2. Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang merusak di rumah,
mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta meningkatkan pro-sosial dan
perilaku regulasi diri
5. Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan individu yang
berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan suami istri
6. Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan orang tua anak
ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman mengenai permasalahan umum dan
memberi dukungan moral
7. Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat membahas
permasalahan dan curahan hati pribadinya
Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan
Attention Deficyt Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain :
Menurut Verayanti (2008) pengaturan nutrisi ini bermanfaat sebagai salah satu cara yang
digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala pada anak ADHD. Selain tidak berbahaya,
pengaturan nutrisi ini aman digunakan dalam jangka panjang. Bagaimana nutrisi yang
dianggap tepat untuk anak ADHD :
a) Rendah karbohidrat dan tinggi protein. Untuk makan pagi 60% - 70% protein dan 30% -
40% karbohidrat, makan siang dan makan malam 50% protein dan 50% karbohidrat.
Karbohidrat yang dikonsumsi juga yang merupakan karbohidrat kompleks sehingga tidak
mudah diubah menjadi gula, seperti whole wheat, kacang-kacangan, dll.
b) Menghindari bahan-bahan yang membuat alergi pada anak ADHD karena anak ADHD
sangat sensitif sehingga mudah terjadi alergi yang bermanifestasi dalam bentuk batuk,
influenza karena alergi, dll. Bahan-bahan yang harus dihindari seperti MSG, pewarna,
pengawet, juga susu, tepung, kedelai, jagung, telur, kacang, dll.
c) Rendah gula. Hindari makanan-makanan yang banyak mengandung gula seperti donat,
permen, soft drinks, es krim, dan cokelat. Setiap sendok gula yang berkurang sangat
berguna. Gula menyebabkan usus halus menjadi permeabel terhadap alergen. Tingginya
kadar gula dalam tubuh juga akan mengakibatkan kadar insulin tinggi. Kadar insulin
yang tinggi akan mengakibatkan emosi yang labil sehingga dapat memperparah keadaan
anak ADHD.
d) Makan banyak sayuran dan buah
e) Minum banyak air. 80% otak terdiri dari air sehingga dengan meningkatkan konsumsi air
menjadi 7-8 gelas perhari akan baik untuk otak. Teh, susu, juice tidak termasuk air, jadi
hanya air yang dianggap air.
f) Menghindari makanan yang mengandung salisilat seperti : kacang almond, plum, prune,
apel dan cuka apel, raspberrie, apricot, anggur dan cuka dari anggur, strawberry,
blackberry, teh, ceri, nectarine, tomat, jeruk, timun dan acar, peach, wine dan cuka dari
wine. Salisilat dapat menghambat kerja enzim dalam otak yang berfungsi untuk
mengurangi kesensitifan otak terhadap reaksi alergi.
g) Mengkonsumsi suplemen seperti vitamin B, zinc, chromium, tembaga, besi, magnesium,
kalsium, amino acid chelates dan flavenoids. Pada anak ADHD sering terdapat defisiensi
zat-zat tersebut karena pengeluaran zat tersebut dari urine secara berlebihan.
h) Menghindari paparan logam berat seperti tambalan gigi dari amalgam, kawat gigi dari
nikel, dll.
i) Kafein dapat digunakan sebagai stimulant susunan saraf pusat yang mempunyai efek
vasodilator yang dibutuhkan oleh otak karena pada anak ADHD terjadi kekurangan
aliran darah ke bagian-bagian otak.
2. Pengobatan
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati ADHD
antara lain :
Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau supresi nafsu
makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat
lengkap dalam 2 hari.
2. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau adanya
insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat
lengkap dalam 2 hari
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay peningkatan tes
fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek
obat yang lengkap
Menurut Permadi (2007) kebanyakan obat yang digunakan dalam menangani ADHD
aman jika mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini mempunyai toleransi tinggi dan
sedikit efek samping. Bagi beberapa anak, pengobatan akan menaikkan nafsu makan. Jika
obat diminum setelah si anak makan, akan banyak mengurangi efek sampingnya.
Beberapa anak yang menggunakan obat untuk ADHD menunjukkan pertumbuhan badan
yang diluar batas normal. Hubungi dokter anda jika pertumbuhan si anak terlambat.
Sebagian orang tua merasa kawatir bahwa obat yang diminum akan memgakibatkan si
anak menjadi lebih agresif atau nantinya akan membuat dia ketagihan obat atau minuman
beralkohol. Kekawatiran ini tidak dapat dibenarkan. Pada kenyataannya, anak dengan
ADHD yang tidak mendapatkan penanganan yang baik cenderung lebih agresif atau
menjadi ketagihan obat-obatan dan minuman beralkohol (Permadi, 2007).
Ada banyak cara menangani ADHD tanpa obat dan tidak ada salahnya mencoba
penanganan tanpa obat lebih dahulu, atau memutuskan tidak menggunakan obat sama
sekali. Tetapi sebelum mengambil keputusan mengenai cara penanganan, pastikan anda
sudah mengetahui baik buruknya secara nyata, bukan hanya dari ëmendengarí saja. Pada
umumnya obat yang digunakan dalam penanganan ADHD sangat aman dan bermanfaat.
Minta pendapat seorang dokter atau ahli farmasi mengenai obat itu. Namun harus diingat
pula bahwa semua obat ada efek sampingnya, tetapi kalau digunakan dengan benar, efek
samping itu tidak berbahaya (Permadi, 2007).
Menurut Permadi (2007) pengobatan ADHD sama dengan kacamata bagi penderita
rabun dan bisa menolong sipenderita memusatkan perhatian. Tidak perlu malu karena
minum obat untuk ADHD. Obat itu tidak membuat penderita ADHD merasa bodoh.
Bicarakan kekawatiran anda mengenai pengobatan pada dokter dan tanyakan si anak
mengenai kekawatiran mereka.
1. Stimulan merupakan obat yang paling banyak dipergunakan untuk ADHD. Dalam
kelompok stimulan terdapat AdderallÆ (gabungan garam dari amphtamine), DextroStatÆ
(dextroamphetamine sulfate), dan RitalinÆ (methylphenidate HCL). Stimulan bereaksi
cepat dan efek sampingnya ringan. Disebut stimulan karena bisa memberikan energi bagi
mental untuk memusatkan perhatian pada apa yang sedang dikerjakan. Pengobatan ada
yang diberikan dalam dosis dobel dalam sehari.
2. TCA (Tri-Cyclic Antidepressants) merupakan jenis anti depresi. TCA sangat efektif
untuk mengatasi suasana hati yang berubah-ubah dan diminum hanya satu kali dalam
sehari. Namun TCA bekerja lebih lambat dan lebih berisiko dalam penggunaannya. Jika
pengobatan dengan stimulan tidak menolong TCA boleh dicoba.
3. Wellbutrin ( buproprion ) merupakan jenis antidepresan yang telah dipergunakan dalam
pengobatan ADHD meskipun belum mendapat persetujuan dari FDA. Obat ini bukan
TCA, tetapi mempunyai kegunaan dan efek samping yang sama.
4. Catapres (clonidine) dulunya dipergunakan untuk pengobatan penyakit darah tinggi.
Obat ini dipergunakan dalam pengobatan ADHD, terutama bagi penderita gejala
hiperaktif dan impulsif, meskipun juga belum mendapat persetujuan FDA. Obat ini
berbentuk kecil atau pil. Anak-anak yang diberi Catapres akan menjadi ngantuk.
BAB III
3.1 Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia anak
antara lain
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup pada alas dan
sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya
dan pada bulan keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri , sudah
mulai mampu duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit
dengan kepala tegak, menumpu beban pada kaki dan dada terangkat dan menumpu pada
lengan, berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap dan
dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat) ?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah mulai mengamati benda,
mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda
yangs edang dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan
kedua benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu
kesatuan, memindahkan obajek dari satu tangan ke tangan yang lain) ?
c) Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan bunyi atau kata-kata,
menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber bunyi, tertawa, menjerit,
menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku
kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?
d) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa jika ada orang
asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi
dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa pegangan, berdiri
dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri) ?
b) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih benda
kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu
memegang dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda
atau kubus ketempatnya)?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai mengatakan papa mama
yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat
mengucapkan 1-2 kata)?
d) Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya kemampuan
bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir,
menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau lainnya dengan orang) ?
Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt Hiperactivity
Disorder (ADHD) antara lain :
a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-
goyang saat mencoba melakukannya.
b) Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain
dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan
berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.
d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke
topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji anak
berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan
a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau
persepsi seperti halusinasi.
b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2
atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab,
saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak
dapat berhenti memikirkan sesuati.
e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang
yang mampu menyelesaikan tugas
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara
umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai
banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka
biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri
sebagai orang yang buruk dan bodoh
a) Anak biasanya tidak berhasil dis ekolah, baik secara akademik maupun
sosial.
b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang
menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c) Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala
dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan
diterapi.
d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki
keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara
fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.
e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara
fisik.
f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan
pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami
ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk
makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk
tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku
ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.
3.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) diagnosa
keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak yang mengalami ADHD antara lain :
2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari system keluarga
dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak
3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
4. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang
tidak memuaskan
5. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif
7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan
balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri
8. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan,
marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga mengenai perilaku anak, kepenatan
orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam jengka waktu lama
9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) intervensi
keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi diagnosa keperawatan diatas antara
lain:
1. Isolasi sosial menarik diri berhubungan harga diri rendah sekunder terhadap prestasi
yang buruk
Tujuan :
Anak dapat mengembangkan hubungan dengan orang lain ataua nak lain dengan kriteria
hasil:
2. Menunjukkan keterampilan sosial yang dapat diterima ketika berinteraksi dengan staf
atau anggota keluarga
Intervensi:
Rasional : Stimulus eksternal yang memperburuk masalah klien dapat diidentifikasi dan
diminimalkan. Demikian juga stimulus yang mempengaruhi klien secara positif dapat
digunakan dengan efektif
9. Berikan lingkungan yang sedapat mungkin bebas dari distraksi. Lakukan intervensi satu
pasien-satu perawat dan secara bertahap tingkatkan jumlah stimulus lingkungan
Rasional : Klien harus mendengarkan instruksi sebagai langkah awal untuk patuh]
Rasional : Kemampuan klien dalam memahami instruksi terganggu (terutama jika instruksi
tersebut kompleks dan abstraks)
Rasional : Energi kegelisahan klien dapat disalurkan melalui cara yang tepat/dapat diterima
sehingga ia dapat menyelesaikan tugas yang akan datang dengan lebih efektif
Rasional : Klien harus mengerti harapan yang diminta sebelum ia dapat mengusahakan
penyelesaian tugas
Rasional : Jika klien tidak mampu menyelesaikan menyelesaikan tugas secara mandiri,
memberi bantuan akan memungkinkan klien untuk berhasil dan menunjukkan cara
menyelesaikan tugas
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif
Tujuan :
Anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang, ditandai
dengan
Intervensi :
Rasional : Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadap anak sebagai makhluk hidup
yang berguna dapat meningkatkan harga diri
c) Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan
pada aktivitas-aktivitas kelompok
Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga
bagi waktu anda
Rasional : Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan rencana-rencana untuk
merubah karakteristik yang dilihatnya sebagai hal yang negatif.
Rasional : Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi amsalah dan pengembangan
dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif. Penguatan positif membantu meningkatkan
harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien
g) Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku yang
mendekati pencapaian tugas
Rasional : Pendekatan ini yang disebut shaping adalah prosedur perilaku ketika pendekatan
yang beturut-turut akan perilaku yang diinginkan, dikuatkan secara positid. Hal ini
memungkinkan untuk memberikan penghargaan kepada klien saat ia menunjukkan harapan
yang sebenarnya secara bertahap.
3. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif
Tujuan :
Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dengen kriteria hasil:
Intervensi :
a) Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas
sehari-hari dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan
Rasional : Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh diri, " atau "Tak lama ibu
saya tidak perlu lagi menyusahkan diri karena saxa" atau perilaku-perilaku non verbal seperti
memnbagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah. Kebanyakan anak
yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau
nonverbal.
Rasional : Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan, respon perilaku dan persepsia
nak terhadap situasi juga harus dicatat. Diskusikan asupan data dengan anak, anjurkan juga
respons-respons perilaku alternatif yang diidentifikasi sebagai maladaptif.
Rasional : Hal ini vital bahwa anak mengekspresikan perasaan-perasaan marah, karena bunuh
diri dan perilaku merusak diri sendiri lainnya seringkali terlihat sebagai suatu akibat dari
kemarahan diarahkan pada diri sendiri
Rasional : Ansietas dan tegangan dapat diredakan dengan aman dan dengan adanya manfaat
bagi anak dengan cara ini.
i) Usahakan untuk bisa tetap bersama panak jika tingkat kegelisahan dan
tegangan mulai meningkat
1. Staf harus mempertahankan dan menyampaikan dengan sikap yang tenang terhadap anak
Rasional : Ansietas adalah sesuatu yang mudah menjalar dan dapat ditransmisikan dari staf
ke anak dan sebaliknya. Sikap yang tenang menyampaikan suatu rasa kontrol dan perasaan
aman bagi anak.
2. Sediakan staf yang cukup yang dapat memperlihatkan kekuatan pada anak jika
diperlukan
Rasional : Hal ini menyampaikan pada anak bukti pengendalian terhadap situasi dan
memberikan beberapa keamanan fisik bagi staf.
3. Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesanaan dokter atau dapatkan pesanaan
jika diperlukan. Pantau kefektifan obat-obatan dan efek –sfek samping yang merugikan
4. Pembatasan-pembatasan mekanis atau ruangan isolasi akan diperlukan jika intervensi
penurunan pembatasan tidak berhasil
Rasional : Ini adalaj hak anak untuk mengharapkan penggunaan teknik-teknik yang
menjamin keamanan anak dan orang lain dengan cara-cara yang paling kurang
pembatasannya.
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari system keluarga
dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak
Tujuan :
Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan umur dan
dapat diterima sosial dengan kriteria hasil :
Intervensi:
a) Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis
Rasional : penting bagi anak untuk nmencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas
di mana kemungkinan untuk sukses adalah mungkin. Sukses meningkatkan harga diri
Rasional : Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadapnya sebagai makhluk hidup yang
berguna dapat meningkatkan harga diri
c) Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke satu basis dan
pada aktivitas-aktivitas kelompok
Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga
bagi waktu anda
5. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang
tidak memuaskan
Tujuan :
Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang, sebagaimana yang ditandai
oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang tidak perilaku yang tidak mampu dalam memberi
respons terhadap stres .
Intervensi :
Rasional : tegangan dan ansietas dilepaskan dengan aman dan dengan manfaat bagi anak
melalui aktivitas-aktivitas fisik
Tujuan :
Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jamn setiap malam
dengan kriteria hasil:
Intervensi :
Rasional : Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak sehingfga
perlu diidentifikasi penyebabnya
f) Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal
ini
Rasional : Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin dari istirahat
dan aktivitas
g) Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam
hari dan dalam keadaan ketakutan
7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan
balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri
Tujuan :
Anak akan mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa
menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau mengekspresikan pikiran waham kebesaran
dengan kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional : memfokuskan pada spek-aspek positif dari kepribadian dapat membantu untuk
memperbaiki konsep diri
b) Beri semangat kepada anak untuk menteahui dan mengungkapkan dan
bagaimana perasaan ini menimbulkan perilaku defensif, seperti menyalahkan oprang
lain karena prilakunya sendiri
Rasional : Pengenalan masalah adalah langkah pertama pada proses perubahan ke arah
resolusi
Rasional : Anak mungkin kurang pengetahuan tentang bagaiamna dia diterima oleh orang
lain. Berikan informasi ini dengan cara yang tidak mengancam dapat membantu untuk
mengeliminasi perilaku yang tidak diinginkan
Rasional : Bermain peran memberikan percaya diri untuk menghadapi situasi-situasi yang
sulit jika hal-hal tersebut benar-benar terjadi
Rasional : Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan memberi semangat untuk
mengulangi perilaku-perilaku yang diinginkan
Tujuan :
Orang tua mendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten dan efektif dalam
berespons perilaku anak dengan kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional : Pengetahuan dan ketrampilan yang tepat dapat meningkatkan keefektifan peran
orang tua
c) Beri umpan balik positif dan dorong metode menjadi orang tua yang efektif
Rasional : Penguatan positif dapat meningkatkan harga diri dan mendorong kontinuitas upaya
Rasional : Masalah keluarga mempengaruhi semua anggota keluarga dan tindakan lebih
efektif bila setiap orang terlibat dalam terapi tersebut
Rasional : terapi keluarga dapat membantu mengatasi masalah global yang mempengaruhi
seluruh struktur keluarga. Gangguan pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga
9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi
Tujuan :
Intervensi :
a) Berikan lingkungan yang tenang, ruang kelas berisi dirinya sendiri, aktivitas
kelompok kecil. Hindari tempat yang terlalu banyak stimulasi, seperti bus sekolah,
kafetaria yang ramai, aula yang ramai
b) Beri materi petunjuk format tertulis dan lisan dengan penjelasan langkah demi
langkah
Ajarkan anak dan keluarga tentang penggunaan psikostimulan dan antisipasi respons perilaku
Rasional : keefektifan kognitif paling mungkin meningkat ketika terapi tidak terfragmentasi,
juga tidak terlewatkannya intervensi signifikan karena kurangnya komunikasi interdisiplin.
4 Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan ADHD antara
lain :
1. Asietas dipertahankan pada tingkat di mana anak merasa tidak perlu melakukan agresi
2. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan- perasaan yang sebenarnya
4. Anak mengungkapkan dan menerima tanggung jawab terhadap perilakunya sendiri
7. Anak berinteraksi dengan orang lain dalam situasi-situasi kelompok tanpa bersikap
defensif
8. Anak mencari anggota staf untuk sosial, serta untuk interaksi terapeutik
9. Anak telah membentuk dan secara memuaskan mempertahankan, satu hubungan antar
probadi dengan pasien lainnya
10. Anak dengan suka rela dan sesuai berpartisipasi di dalam aktivitas kelompok
13. Anak mampu mengeskpresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial
16. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang
ektrem terhadap kegiatan
17. Anak mampu untuk mengungkapkan perilaku-perilaku yang menjadi tanda ketika
ansietas mulai timbul dan tindakan yang sesuai untuk menghentikan perkembangan dari
kondisi tersebut
18. Anak mampu mempertahankan ansietas pada tingkat yang dapat dikendalikan
21. Anak mampu untuk memulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam tanpa
terbangun
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Gangguan yang berupa kurangnya perhatian dan kiperaktivitas atau yang lebih
dikenal dengan Attention Deficits Hiperactivity Disorder (ADHD) dapat kita temui dalam
banyak bentuk dan perilaku yang tampak. Sampai saat ini ADHD masih merupakan
persoalan yang kontroversial dan banyak dipersoalkan di dunia pendidikan. Beberapa bentuk
perilaku yang mungkin pernah kita lihat seperti: seorang anak yang tidak pernah bisa duduk
di dalam kelas, dia selalu bergerak; atau anak yang melamun saja di kelas, tidak dapat
memusatkan perhatian kepada proses belajar dan cenderung tidak bertahan lama untuk
menyelesaikan tugas; atau seorang anak yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan
selalu bergerak ke hal lain.
1. Perawat
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan ADHD dapat melibatkan
anak dalam brain Gym untik memfokuskan perhatian anak. Anak ADHD mengalami
kesulitan untuk fokus dan berlaku berlebihan (hiperaktif) yang dapat mengganggu teman-
temannya. Melihat dari permasalahan tersebut, maka pada proyek tugas akhir ini, penulis
ingin memberikan solusi dalam penyembuhan anak ADHD melalui metode Brain Gym yang
dipercaya dapat memberikan efek baik kepada anak ADHD. Metode yang digunakan dari
Brain Gym adalah metode untuk latihan koordinasi otak. Latihan koordinasi otak ini
ditujukan untuk melatih fokus anak ADHD.
2. Sekolah
Sekolah dapat bekerja sama dengan keluarga dan para dokter untuk membantu anak ADHD
di sekolah. Komunikasi terbuka antara orangtua dan staf sekolah dapat merupakan kunci
keberhasilan anak. Para guru seringkali merupakan pihak yang pertama dalam mengenali
perilaku seperti ADHD serta dapat memberikan informasi yang berguna kepada orangtua,
penanggung-jawab, dan dokter yang dapat membantu diagnosa dan pengobatan.
Para guru dan orangtua juga dapat bekerja-sama untuk pemecahan masalah dan
merencanakan cara-cara untuk membantu pelajaran anak baik di rumah maupun di sekolah.
Keluarga atau orang tua dalam membantu anak yang menderita ADHD harus memberikan
perawatan anak dengan metode yang berbeda dengan anak yang normal. Oleh karena itu
hendaknya orang tua atau keluarga menyusun kegiatan sehingga anak mempunyai rutinitas
yang sama tiap hari, mengatur kegiatan harian, menggunakan jadwal untuk pekerjaan rumah,
dan memperpertahankan aturan secara konsisten dan berimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi, MIF, Sugiarmin, M. (2006). Memahami Anak ADHD. Cetakan I. Bandung : Penerbit
PT Refika Aditama
Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. (2007). Rencana asuhan keperawatan
Psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Isaac, A. (2005). Panduan Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik (terjemahan). Edisi 3.
Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC
Martin, G. I. (1998). Terapi Untuk Anak ADHD (terjemahan). Cetakan II. Jakarta : Penerbit
BIP Kelompok Gramedia