Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN DISASTER KELAUTAN

“ PRINSIP PELAKSANAAN TRIAGE BENCANA


KELAUTAN SEBELUM DAN SAAT TIBA DI RUMAH
SAKIT (TRIAGE SALT DAN TRIAGE TAGS)”

OLEH :

KELOMPOK VI
KELAS : D
SEMESTER VI/ KELAS D
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2021
NAMA ANGGOTA KELOMPOK

1. DILA SINTYA UNWAKOLY (12114201180157)


2. LISA KOSAPLAWAN (12114201180185)
3. MARIA MAGDALENA ULURDITY (12114201180186)
4. FEBY BONARA (12114201190074)
5. YUNITA TUHALAURUW (12114201180057)
6. IRENE MATULESSY (12114201190110)
7. HESTY SOMEY (12114201180067)
8. LEODRIS FAIFET (12114201180204)
9. RILDA H. SAPURY (12114201180181)
10. HENDERYETA PATIPEILOHY (12114201180172)
Management Disaster Kelautan : Triase SALT dan
TAG Prahospitalisasi dan Hospitalisasi
Literature Review
Kelompok VI
Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku

Pendahuluan
Triage adalah perawatan terhadap pasien yang didasarkan pada prioritas pasien ( atau
korban selama bencana) bersumber pada penyakit/ tingkat cedera, tingkat keparahan, prognosis
dan ketersediaan sumber daya. Dengan triage dapat ditentukan kebutuhan terbesar pasien/korban
untuk segera menerima perawatan secepat mungkin. (Kushayanti 2014)
SALT Triage singkatan (sort – assess –lifesaving – interventions – treatment/transport).
SALT terdiri dari dua langkah ketika menangani korban. Hal ini termasuk triase awal korban
menggunakan perintah suara, perawatan awal yang cepat, penilaian masing-masing korban dan
prioritas, dan inisiasi pengobatan dan transportasi. Pendekatan Triase SALT memiliki beberapa
karakteristik tambahan. Pertama, SALT mengidentifikasi kategori expectant (hamil) yang
fleksibel dan dapat diubah berdasarkan faktor-faktor tertentu. Kedua, SALT Triage awalnya
mengkategorikan luka, tapi memberikan evaluasi sekunder untuk mengidentifikasi korban
langsung (Kushayati 2014).
SALT dimulai dengan penyortiran pasien secara global memprioritaskan mereka untuk
penilaian individu. Pasien yang mampu diminta berjalan ke area yang ditentukan, dan pasien ini
diberi prioritas terakhir untuk penilaian individu. Mereka yang tetap diberi tahu gelombang dan
diamati untuk gerakan yang bertujuan. Mereka yang tidak bergerak dan mereka yang memiliki
ancaman kehidupan yang jelas (misalnya, pendarahan yang tidak terkontrol) dinilai lebih dulu
karena mereka paling mungkin membutuhkan intervensi yang menyelamatkan jiwa.
Triage TAG dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera (perawatan di lapangan) dan mengidentifikasi korban yang hanya dapat
diselamatkan dengan pembedahan darurat (life-saving surgery). Dalam aktivitasnya, digunakan
kartu merah, hijau dan hitam sebagai kode identifikasi korban.
Tujuan Penulisan
Tinjauan literarure ini Ini bertujuan untuk meriview Mjurnal dan artikel manajemen disaster
kelautan tentang prosedur dan efektifitasan triage SALT dan TAG pada saat terjadi bencana
kelautan Prahospitalisasi dan hospitalisasi

Metode
Metode yang digunakan adalah studi literature dimana kami kelompok 7 menggunakan
setidaknya 10 jurnal dan artikel untuk melakukan review artikel terait prosedur dan keevektifan
triage SALT dan TAG. Berdasarkan pada riview yang kami lakukan kami mengambil tiga jurnal
utama yang menurut kami sesuai dan memunihi kriteria yang diharapkan.

Pencarian Data
Beberapa kata kunci digunakan untuk mendapakan artikel yang relevan dan digunakan
dalam tinjuan literature tirdiri dari Triage SALT dan Triage TAG .

StrategiPencarian
1) Kriteri Inklusi
Kriteria inklusi penelitian ini terdiri dari: (1) artikel berbahasa Inggris yang
diterbitkan antara 2011 sampai 2020 ;(2);Jurnal Peer Reviewed; (3) semua artikel
penelitian tentang Management disaster kelautan Triage, Troage SALT dan Triage TAG
(4) MemilikiHealthOutcomeyan jelas

Hasil dan Pembahasan


Hasil literature review dari 10 artikel didapatkan hasil terkait gambaran dan prosedur
serta hasil dari triage baik triage salt maupun TAG, sebagai berikut
A. Triage TAG
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi
segera (perawatan di lapangan) dan mengidentifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahan darurat (life-saving surgery). Dalam aktivitasnya, digunakan kartu merah, hijau dan
hitam sebagai kode identifikasi korban, seperti berikut (Depkes RI, 2007):
1. Merah, sebagai penanda korban yang membutuhkan pertolongan segera dan korban yang
mengalami:
- Syok oleh berbagai kausa
- Gangguan pernapasan
- Trauma kepala dengan pupil anisokor
- Perdarahan eksternal massif
Merah menunjukkan prioritas tertinggi (immediate care- life threatening), (Ramsi, et.al, 2014).
2. Kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat
ditunda sementara. Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan ketat
terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan sesegera mungkin
Termasuk dalam kategori ini:
- Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen)
- Fraktur multiple
- Fraktur femur / pelvis
- Luka bakar luas
- Gangguan kesadaran / trauma kepala
- Korban dengan status yang tidak jelas
Kuning untuk prioritas tinggi (urgent care - delay hingga 1 jam), (Ramsi, et.al, 2014).
3. Hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian
pengobatan dapat ditunda, mencakup korban yang mengalami:
- Fraktur minor
- Luka minor, luka bakar minor
- Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau pemasangan bidai dapat
dipindahkan pada akhir operasi lapangan.
- Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir operasi lapangan, juga akan
dipindahkan ke fasilitas kesehatan.
Hijau untuk prioritas sedang (dlayed care – dapat ditunda hingga 3 jam), (Ramsi, et.al, 2014).
4. Hitam, sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia
Hitam untuk prioritas terakhir ( korban telah mati – no care required) (Ramsi, et.al, 2014).

B. Triage SALT
Model SALT Triage Untuk Insiden Korban Masal (Mass Casualty Incident) Lerner et al.
Dalam Neal, D.J. (2009) menilai sistem triase yang saat ini digunakan dan menggambarkan
kekuatan dan kelemahan dari sistem ini. Penelitian ini mengembangkan pedoman triase yang
digunakan untuk semua bahaya dan dapat diterapkan pada orang dewasa dan anak-anak. SALT
Triage singkatan (sort – assess –lifesaving – interventions – treatment/transport). SALT terdiri dari
dua langkah ketika menangani korban. Hal ini termasuk triase awal korban menggunakan perintah
suara, perawatan awal yang cepat, penilaian masing-masing korban dan prioritas, dan inisiasi
pengobatan dan transportasi. Pendekatan Triase SALT memiliki beberapa karakteristik tambahan.
Pertama, SALT mengidentifikasi kategori expectant (hamil) yang fleksibel dan dapat diubah
berdasarkan faktor-faktor tertentu. Kedua, SALT Triage awalnya mengkategorikan luka, tapi
memberikan evaluasi sekunder untuk mengidentifikasi korban langsung (Nuris Kushayati)
SALT dimulai dengan penyortiran pasien secara global memprioritaskan mereka untuk
penilaian individu. Pasien yang mampu diminta berjalan ke area yang ditentukan, dan pasien ini
diberi prioritas terakhir untuk penilaian individu. Mereka yang tetap diberi tahu gelombang dan
diamati untuk gerakan yang bertujuan. Mereka yang tidak bergerak dan mereka yang memiliki
ancaman kehidupan yang jelas (misalnya, pendarahan yang tidak terkontrol) dinilai lebih dulu
karena mereka paling mungkin membutuhkan intervensi yang menyelamatkan jiwa. Penilaian
individu dimulai dengan cepat yang terbatas intervensi yang menyelamatkan jiwa, yang meliputi
hal-hal berikut (Learner, et.al.).:
a. Mengontrol perdarahan mayor melalui penggunaan tourniquets atau tekanan langsung yang
diberikan oleh pasien lain atau perangkat lainnya
b. Membuka jalan nafas melalui posisi atau saluran napas dasar dan jika pasien masih kecil,
memberikan dua napas penyelamatan.
c. Dekompresi dada untuk dugaan ketegangan pneumotoraks
d. Penangkal injektor otomatis saat diindikasikan.
Kesimpulan
Hasil dari analisis yang di lakukan dalam artikel tersebut adalah Triiage SALT merupakan
cara atau solusi terbaik karena SALT (Sort(Menilai)-Intervensi-Perawatan dan/ Trans-pelabuhan)
di kembangkan sebagai korban masal semua bahaya nasional standar triase awaluntuk semua
pasien. Karena SALT di rancang untuk dapat membantu agensi. SALT dapat diterapkan dengan
cepat dilapangan dan aman. Penilaian tingkat undertriage yang rendah. Hasil overtriage signifikan
dan masih bisa diterima. Dan juga Setelah pelatihan tidak ada yang melaporkan bahwa SALT
triase lebih sulit untuk digunakan. Hal yang sama juga berlaku untuk Triage TAG. Triage Tage
memudahkan dalam menggolongkan dan memprioritaskan korban sehingga dapat menekan serta
meminimalisir angka korban yang meninggal akibat bencana yang terjadi. Dalam hal ini dapat di
simpulkan bahwa kedua triase efektif dan dapat digunakan dengan baik apabila prosedur dan
penangannannya dapat di pahami dengan baik.
DAFTARPUSTAKA
Amandus, H, Rianti, R, Suratno, S, & Al Ifhan, D. (2020). Ketepatan Penilaian dan Kepercayaan Diri
Perawat dalam Melakukan SALT Triage. Jurnal Keperawatan, 11(2), 121-126
Williams & Wilkins; (2008). SALT Mass Casualty Triage. American Medical Association and Lippincott
Ching Hsiang Chang (2011). Smart MCI Tracking and Tracing Based on Colored Active RFI Triade Tags.
Dept. of Health Care Administration of Chang jung Christian University, Tainan, Taiwan.
Nuris Kushayati (2014). Analisis Metode Triage Prehospital pada Insiden Korban Masal (Mass Casualty
Incident). Akademi Perawat Dian Husada Mojokerto
Wahyuni et al (2020). Analysis of Hospital Preparedness Provincial Government Post-Disaster Central
Sulawesi, Indonesia. Sulawesi Indonesia
Brenda Vazquez (2020). Perceptions of Challenges and Methods of Collaboration among Graduate
Students Participating in an Interprofessional Education Simulation. Master of Public Health,
California Baptist University
LampiranA.Karakteristikstudi yangdigunakandalamliteraturereview
No. Judul Peneliti& Tujuan Design Sampel Hasil
Tahun
1. Analisis Metode (Nuris Tujuan dilakukan Design yaitu penerapan triage Kesimpulannya SALT dapat
SALT pada 52 diterapkan dengan cepat
Triage Kushayati,2014 analisis adalah dengan
korban scenario
untuk menilai melakukan dilapangan dan aman. Penilaian
Prehospital . Akademi dan metode tingkat undertriage yang rendah.
keakuratan dan Intervensi simulasi SALT
Hasil overtriage signifikan dan
pada Insiden Perawat Dian kecepatan dalam menyelamatk triage pada 73
peserta pelatihan masih bisa diterima. Dan juga
Korban Masal Husada penggunaan an nyawa dan Setelah pelatihan tidak ada yang
program bencana
model triage salt simulasi masal. melaporkan bahwa SALT triase
(Mass Casualty Mojokerto). lebih sulit untuk digunakan
dan SALT triage
Incident) start/jumpstart
dalam menangani
insiden korban
masal.
2. Triage Systems in (Jafar Bazyar, Tujuan dari Studi literatur - Hasil penelitian : Berdasarkan
Mass Casualty dkk; 2019) penelitian ini untuk
pencarian yang dilakukan di
Incidents and mengidentifikasi
Disasters: A sistem triase yang database ini, dua puluh sistem yang
Review Study with tersedia dan
berbeda diidentifikasi di primer
A Worldwide membandingkan
Approach perbedaan dan bidang triase dewasa termasuk
persamaannya
START, Homebush triage
standar sistem ini
selama keadaan Standard, Sieve, CareFlight, STM,
darurat dan bencana
Military, CESIRA Protocol,
melalui studi
tinjauan MASS, Revers, CBRN Triage,
Burn Triage, META Triage, Mass
Gathering Triage, SwiFT Triage,
MPTT, TEWS Triage, Medical
Triage, SALT, mSTART dan
ASAV. Ada dua sistem triase
utama termasuk Jump START dan
PTT untuk anak-anak, dan juga
dua sistem triase sekunder yang
mencakup SAVE dan Sort
diidentifikasi dalam hal ini. ESI
dan CRAMS adalah dua kasus lain
yang dibedakan untuk sistem triase
rumah sakit.

3. Pre-hospital (Maria Lampi, Tujuan dari 15 korban Hasil dari penelitian adalah terdapat
triage dkk; 2017) penelitian ini questionnaire hipotetis yang
Seratus lima puluh tiga peserta
performance adalah untuk terlibat dalam
after mengevaluasi kecelakaan bus. kursus Bantuan Hidup Trauma
standardized keterampilan tingkat lanjut dibandingkan dengan
trauma courses keputusan triase
dalam Misa Latihan 175 peserta kursus Bantuan Hidup
kecelakaan Trauma Pra-Rumah Sakit. Tingkat
kecelakaan.
tanggapan masing-masing adalah
90% dan 95%. Signifikan perbaikan
ditemukan antara pre-test dan post-
test untuk kelompok Pre-Hospital
Trauma Life Support dalam hal ini
untuk pengambilan keputusan.
Perbedaan ini hanya terlihat di
antara peserta yang sebelumnya
pernah berpartisipasi Latihan Mass
Casualty Incident atau pernah
mengalami kejadian nyata (rata-rata
pre-test ± standar deviasi 2,4 ± 0,68,
rata-rata postes ± standar deviasi
2,60 ± 0,59, P = 0,04). Tidak ada
peningkatan yang ditemukan antara
pre-test dan post-test untuk baik
kelompok mengenai prioritas korban
kecelakaan bus atau identifikasi
yang benar dari yang paling terluka
pasien untuk dievakuasi segera.
4. Nurses (Amandus et tujuan penelitian ini Besar sampel Hasil penelitian menunjukkan uji
Assessment al., 2020) quasi 32 responden
adalah Untuk eksperimental statistik yang dilakukan menyatakan
Accuracy and Poltekes
Kemenkes menentukan non equivalent tidak ada perbedaan yang bermakna
Self Confidence control group
Pontianak perbandingan tatap design pre and
in Performing dari ketepatan penilaian dan
Short-Assess- muka dan menonton post test. kepercayaan diri responden tentang
LifesavingInterv Penelitian ini di
video Simulasi lakukan pada SALT Triage bencana korban masal
ention-
Treatment/Tran akurasi penilaian bulan Juli 2020 kecelakaan lalu lintas darat antara
sport (SALT) dan keyakinan simulasi tatap muka dan menonton
Triage.
perawat dalam video simulasi. Hasil penelitian ini
Melakukan bencana sesuai dengan penelitian yang
pra-rumah sakit dilakukan oleh Grant et al., (2014)
triase korban lalu yang melakukan penelitian kepada
lintas darat
Kecelakaan dua kelompok mahasiswa dengan
menggunakan membandingkan metode
model triase SALT pembekalan materi secara lisan dan
metode pembekalan materi dengan
menggunakan video. Penelitian ini
membuktikan bahwa kedua metode
pembelajaran yang digunakan adalah
sama baiknya, dan hal ini berarti
SALT Triage bisa diajarkan kepada
perawat dengan menggunakan
metode simulasi secara tatap muka
atau menonton video simulasi
tentang SALT Triage. Hasil ini
didukung oleh beberap penelitian
lain yang mengatakan bahwa metode
simulasi merupakan salah satu cara
yang efektif dalam meningkatkan
pengetahuan, keterampilan diri dan
kepercayaan diri (Nicely and Farra,
2015; Fikriana, 2018; Najjar, Lyman
and Miehl, 2015; Bias et al., 2016).
5 Perceptions of (Brenda Tujuan penelitian ini 143 peserta Hasil yang di peroleh adalah di antara
Challenges and Vazquez; simulasi terkait
adalah untuk semua peserta, tiga teratas dianggap
Methods of 2020) IPE.
mengeksplorasi memimpin tantangannya adalah
Collaboration California
among Graduate Baptis persepsi tantangan
kolaborasi interprofesional (33,6%),
Students University dan metode
Participating in identifikasi peran (13,9%), dan
an kolaborasi di antara perencanaan (13,1%). Tiga metode
Interprofessional mahasiswa kolaborasi terkemuka adalah uluran
Education
pascasarjana dari tangan (17,9%), berbagi ide (13,6%),
Simulation
enam berbeda
dan identifikasi pasien (12,1%). Tema
program gelar terkait
yang berbeda memberikan wawasan
profesi kesehatan
bahwa perbedaan antara pengalaman
yang berpartisipasi
simulasi mahasiswa pascasarjana dari
dalam simulasi terkait
IPE
enam profesi kesehatan yang berbeda
mungkin ada. Studi selanjutnya harus
terus mengeksplorasi pengalaman
siswa selama simulasi. Pengalaman ini
dapat membantu dalam memahami
efek IPE pada praktik kolaboratif.
6 Triage (Aini, dkk; Tujuan penelitian ini 32 perawat Hasil penelitian berdasarkan Profil
Knowledge Of 2020) , deskriptif sebagai sampel.
dilakukan untuk kuantitatif demografis perawat IGD RSUD dr
Emergency Universitas
Rooms Nurses At Airlangga, mengetahui gambaran menggunakan Soetomo tahun 2019 menunjukkan
instrumen
Dr Soetomo Surabaya tingkat pengetahuan kuisioner bahwa mayoritas perawat adalah:
Regional perawat IGD RSUD tervalidasi. berjenis kelamin perempuan (52%),
GeneralHospital Penelitian ini
DrSoetomo Surabaya dilakukan dari berusia 26-35 tahun (46%), lulusan D3
Tahun 2019 terhadap November 2019 - (61%), lama kerja >15 tahun (46%),
Januari 2020
triase. pernah mendapatkan pelatihan PPGD
(33%), dan memiliki pengetahuan yang
cukup terhadap triase (61%). Namun
Tingkat pengetahuan perawat IGD
(Instalasi Gawat Darurat) RSUD Dr
Soetomo rata rata masuk kedalam
kategori cukup adekuat untuk
melakukan triase dengan benar. Peneliti
mempertimbangkan adanya faktor lain
yang mempengaruhi pengetahuan
perawat terhadap triase.
7 Desain perangkat (Muhammad Tujuan penelitian observasi dan - Dari hasil perancangan diperolrh
pendukung medis Nur, 2018) pengumpulan sebuah perangkat triage dengan
ini Untuk
"Triage" dalam Sekolah data pada dimensi panjang 6,5 cm, lebar 5,5 cm,
memantau tanda Pascasarjana memantau tanda- desain dan tinggi 4 cm. perangkat tersebut
vital pasien pada; Universitas perangkat. menggunakan rangkaian
tanda vital pada
Mass Casualty Hasanuddin mikrokontroller yang dirancang sendiri
Incident (MCI) Makasar. MCI menggunakan agar dapat menekan biaya produksi
dan mudah diperbaiki apabila terjadi
perangkat medis
kerusakan. Perangkat juga dilengkapi
yang saling dengan layar OLED berukurann 1,3
inch dengan resolusi 128 x 64 piksel
terintegrasi dalam
yang digunakan untuk menampilkan
perangkat triage hasil pengukuran sensor. Terdapat satu
buah LED sebagai fungsi on/of, 1 buah
sehingga dapat
indikator LED RGB untuk
mengefisienkan memperlihatan warna dari hasil
keputusan triage, 3 buah switch untuk
waktu pemantauan
memilih menu, dan sebuah buzzer.
kondisi masing- Berdasarkan pengujian dengan
membandingkan kinerja sensor
masing korban serta
diperoleh hasil nilai kolerasi untuk Sp-
mendesain O2 sebesar 1 dan nilai korelasi untuk
Dallas temperature sebesar 0,5.
perangkat triage
Kesimpulan yang dapat ditarik dari
menggunakan penelitian ini dan mengacu pada
Pemantauan tanda-tanda vital pada
mikrokontroller
MCI meliputi tingkat pernapasan,
agar biaya produksi kadar oksigen dalam darah, dan detak
jantung dapat dilakukan menggunakan
dapat ditekan
perangkat medis yang saling
dibandingkan biaya terintegrasi dalam perangkat triage,
perangkat triage ini diharapkan mampu
pengadaan
memantau tanda-tanda vital korban
perangkat triage dan meperbaharui status triage serta
dapat diproduksi dalam jumlah yang
saat ini dan juga
besar untuk penanganan MCI pada
dapat dengan bencana yang dapat terjadi kapan pun.
mudah diperbaiki
apabila terjadi
kerusakan dan
didesain agar
mengkonsumsi
daya yang kecil

8 Analysis of (Wahyuni et Penelitian ini desain penelitian 102 orang Hasil penelitian ini menunjukkan RS
Hospital al; 2020). kuantitatif anggota Tim
bertujuan untuk Torabelo memiliki skor 0,37, RS
Preparedness Sulawesi deskriptif dengan Penanggulangan
menganalisis menggunakan Bencana di
Provincial Indonesia Undata memiliki skor 0,45, dan
data primer dari rumah sakit.
Government kesiapsiagaan rumah
kuesioner. RSUD Anutapura memiliki skor
Post-Disaster sakit pemerintah Penelitian
Torabelo,
ini
Central Sulawesi, dilakukan pada Rumah Sakit 0,46. Kesimpulan: RS III termasuk
pasca bencana
Indonesia bulan Juni dan Undata, Rumah dalam Klasifikasi B (0.36-0.65).
September 2019 Sakit Anutapura
di 3 rumah sakit Klasifikasi B rumah sakit yang bisa
di RSUD
berfungsi dalam tanggap darurat
provinsi
Sulawesi tetapi tidak berfungsi secara optimal
Tengah yaitu
karena penanggulangan bencana
RSUD Undata,
RSUD belum siap dalam waktu dekat harus
Anutapura, dan
dievaluasi dan dilakukan perbaikan.
RSUD
Torabelo.
9 SALT Mass (Williams & Tujuan dari Pada artikel ini Hasil dari analisis yang di lakukan
Casualty Triage Wilkins; 2008) Interventions tidak
penelitian ini adalah lifesaving dalam artikel tersebut adalah Triiage
American menggunakan
Medical bagaimana SALT SALT merupakan cara atau solusi
sample karena
Association dirancang untuk hanya terbaik karena SALT (Sort(Menilai)-
and Lippincott
memudahkan membahas Intervensi-Perawatan dan/ Trans-
tentang
agensi pelabuhan) di kembangkan sebagai
bagaimana
menggabungkannya cara korban masal semua bahaya nasional
ke dalam protokol menggunakan standar triase awaluntuk semua
triage SALT
triase MCI mereka pasien. Karena SALT di rancang
pada korban
saat ini melalui massal. untuk dapat membantu agensi.
modifikasi
sederhana
10 Smart MCI (Ching Hsiang Tujuan dari Design with use Pada jurnal Hasil dari penelitian yang di lakukan
Tracking and Chang; 2011) ot the colored penelitian ini
penelitian ini adalah adalah penggunaan program sistem
Tracing System Dept. Of Healt ative Radio tidak di
Care untuk menemukan Frequency MCI pintar sangat dapat membantu
Based on jelaskan
Administration Identification
Colored Active solusi atau jalan tentang sampel dan memudahkan dalam
of Chang Jung (RFID) triage
RFID Triage keluar melalui jalan tag to make yang di mengkategorikan korban. Dan juga
Christian
Tags University, information gunakan
praktis dari masalah ada Rumah Sakit yang senang dalam
Tainan,
Taiwan.
yang di alami. melakukan dan menerima saran
peneliti dala menerapkan sistem
MCI pinter tersebut.

Anda mungkin juga menyukai