Batasan pengertian hukum ketenagakerjaan, yang dulu disebut hukum perburuhan atau
arbeidrechts juga sama dengan pengertian hukum itu sendiri, yakni masih beragam sesuai dengan
sudut pandang masing-masing ahli hukum. Tidak satu pun batasan pengertian itu dapat
memuaskan karena masing-masing ahli hukum memiliki alasan tersendiri. Mereka melihat hukum
ketenagakerjaan dari berbagai sudut pandang yang berbeda, akibatnya pengertian yang dibuatnya
tentu berbeda antara pendapat yang satu dengan pendapat yang lainnya.
Sebagai perbandingan berikut ini dijelaskan pendapat beberapa ahli hukum mengenai
Hukum perburuhan adalah bagian hukum berlaku yang pokoknya mengatur hubungan antara
tenaga kerja dan pengusaha, antara tenaga kerja dan tenaga kerja serta antara tenaga kerja
dan pengusaha.
Hukum perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan hubungan kerja, di mana
pekerjaan itu dilakukan di bawah pimpinan dan dengan keadaan penghidupan yang langsung
21
3. N.E.H. Van Esveld, menyebutkan bahwa:
Hukum perburuhan tidak hanya meliputi hubungan kerja di mana pekerjaan dilakukan di
bawah pimpinan, tetapi meliputi pula pekerjaan yang dilakukan oleh swapekerja yang
Hukum perburuhan adalah hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan di
bawah pimpinan orang lain dengan keadaan penghidupan yang langsung bergandengan
Hukum perburuhan adalah himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang
berkenaan dengan kejadian di mana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima
upah.
Hukum perburuhan adalah keseluruhan peraturan hukum mengenai hubungan kerja yang
mengakibatkan seseorang secara pribadi ditempatkan di bawah perintah atau pimpinan orang
lain dan mengenai keadaan-keadaan penghidupan yang langsung bersangkut paut dengan
Hukum perburuhan adalah peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan kerja yang
harus diindahkan oleh semua pihak, baik pihak buruh atau pegawai maupun pihak majikan.
1
Eko Wahyudi, 2016, Hukum Ketenagakerjaan, Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, h. 4-5
8. Daliyo, menyebutkan bahwa:
Hukum perburuhan adalah himpunan peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur hubungan kerja antara buruh dan majikan. Buruh bekerja pada dan di bawah
hubungan perburuhan, yaitu hubungan antarburuh dengan majikan, serta hubungan antara
Mengingat istilah tenaga kerja mengandung pengertian amat luas dan untuk menghindarkan
adanya kesalahan persepsi terhadap penggunaan istilah lain yang kurang sesuai dengan tuntutan
berikut.
2. Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha atau majikan.
3. Adanya orang bekerja pada dan di bawah orang lain dengan mendapat upah sebagai balas
jasa.
4. Mengatur perlindungan pekerja atau buruh, meliputi masalah keadaan sakit, haid, hamil,
2
Eko Wahyudi , Op.cit, h.7-8
Dengan demikian, menurut penulis hukum ketenagakerjaan adalah peraturan hukum yang
mengatur hubungan kerja antara pekerja atau buruh dan pengusaha atau majikan dengan segala
konsekuensinya. Hal ini jelas bahwa hukum ketenagakerjaan tidak mencakup pengaturan:
Hendaknya perlu diingat pula bahwa ruang lingkup ketenagakerjaan tidak sempit dan
sederhana. Kenyataan dalam praktik sangat kompleks dan multidimensi. Oleh sebab itu, ada
benarnya jika hukum ketenagakerjaan tidak hanya mengatur hubungan kerja, tetapi meliputi juga
pengaturan di luar hubungan kerja, serta perlu diindahkan oleh semua pihak dan perlu adanya
perlindungan pihak ketiga, yaitu penguasa (pemerintah) bila ada pihak-pihak yang dirugikan.3
fungsional lintas sektoral pusat dan daerah. Asas pembangunan ketenagakerjaan pada dasarnya
sesuai dengan asas pembangunan nasional, khususnya asas demokrasi, asas adil, dan merata. Hal
ini dilakukan karena pembangunan ketenagakerjaan menyangkut multidimensi dan terkait dengan
berbagai pihak, yaitu antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja atau buruh. Oleh karena itu,
pembangunan ketenagakerjaan dilakukan secara terpadu dalam bentuk kerja sama yang saling
3
Eko Wahyudi , op. cit, h.8-9.
mendukung. Jadi, asas hukum ketenagakerjaan adalah asas keterpaduan melalui koordinasi
b. untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari pengusaha.
Butir (a) lebih menunjukkan bahwa hukum ketenagakerjaan harus menjaga ketertiban,
keamanan, dan keadilan bagi pihak-pihak yang terkait dalam proses produksi, untuk dapat
mencapai ketenangan bekerja dan kelangsungan berusaha. Adapun butir (b) dilatarbelakangi
adanya pengalaman selama ini yang sering kali terjadi kesewenang-wenangan pengusaha terhadap
pekerja atau buruh. Untuk itu diperlukan suatu perlindungan hukum secara komprehensif dan
b. mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
Telah diuraikan sebelumnya bahwa hukum ketenagakerjaan mengatur hubungan kerja antara
tenaga kerja dan pengusaha, yang berarti mengatur kepentingan orang perorangan. Atas dasar
itulah, maka hukum ketenagakerjaan bersifat privat (perdata). Di samping itu, dalam pelaksanaan
4
Eko Wahyudi , Op. cit, h.7-8.
hubungan kerja untuk masalah-masalah tertentu diperlukan campur tangan pemerintah, karenanya
hukum ketenagakerjaan bersifat publik. Contoh campur tangan pemerintah, antara lain sebagai
berikut.
a. Dalam bentuk:
b. Adanya penerapan sanksi terhadap pelanggaran atau tindak pidana bidang ketenagakerjaan.5
Lebih lanjut Budiono membagi sifat hukum ketenagakerjaan menjadi 2 (dua), yaitu bersifat
imperatif dan bersifat fakultatif. Hukum bersifat imperatif atau dwingenrecht (hukum memaksa)
artinya hukum yang harus ditaati secara mutlak dan tidak boleh dilanggar, contoh:
a. Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengenai
b. Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengenai
c. Pasal 153 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengenai
Adapun hukum ketenagakerjaan bersifat fakultatif atau hukum yang mengatur atau
melengkapi (regelend recht atau aanvullend recht), artinya hukum yang dapat dikesampingkan
pelaksanaannya. Contoh:
5
Achmad Ali 2012, Menguak Teori Hukum dan Teori Hukum dan Teori Pengadilan, Kencana , Jakarta,
h.345
a. Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengenai
perjanjian kerja waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja.
b. Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengenai
perjanjian kerja waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa percobaan 3 (tiga) bulan.
c. Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 mengenai kebebasan pengusaha untuk
d. Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 mengenai kewajiban ikut serta dalam
program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), di mana program Jaminan Pemeliharaan
kesehatan dengan manfaat yang lebih baik dari standar dasar Jamsostek.6
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
Sedangkan menurut Imam Soepomo adalah seorang yang bekerja pada orang lain dengan
menerima upah. Setiap orang yang menetap dalam suatu wilayah Negara, jadi disebut tenaga kerja
dapat pula disebut cukan tenaga kerja, dapat warga Negara dapat pula orang asing.
Menurut Sumitro Djojohadikusumo, tenaga kerja adalah semua orang yang mau ataupun
bersedia dan memiliki kesanggupan untuk bekerja termasuk mereka yang menganggur meskipun
mau dan mampu untuk bekerja akan tetapi terpaksa menganggur karena tidak adanya kesempatan
bekerja.7
6
Op. cit, h.8-10.
7
Nuri Saleh, 2013. “Pengertian Definisi All Rights Reserved”,http://www.pengertiandefinisi.com, diakses
tanggal 10 November 2016.
Pengertian Tenaga Kerja di atas sejalan dengan pengertian Tenaga Kerja menurut konsep
Tenaga Kerja menurut A Hamzah yaitu termasuk kerja di dalam atau di luar hubungan kerja
dengan peralatan produksi utama dalam produksi proses kerja itu sendiri, baik kekuatan fisik dan
pikiran. Dapat kita simpulkan bahwa Tenaga kerja terdiri dari berbagai tingkatan, dengan fungsi
dan hak berlainan antara kelompok yang satu dengan yang lainnya, sesungguhnya mempunyai
tujuan yang sama yaitu demi produktivitas perusahaan dan peningkatan kesejahteraan hidup dari
yang bersangkutan.8
Dari pengertian diatas jelaslah bahwa tenaga kerja yang sudah bekerja yang dapat disebut
pekerja. Istilah pekerja atau buruh yang sekarang disandingkan muncul karena dalam Undang-
Undang yang lahir sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang atribut
Munculnya istilah buruh atau pekerja yang disejajarkan disebabkan selama ini pemerintah
menghendaki agar istilah buruh diganti dengan istilah pekerja karena istilah buruh selain
berkonotasi pekerja kasar juga menggambarkan kelompok yang selalu berlawanan dengan pihak
majikan. Karena itu pada era Orde Baru istilah serikat buruh diganti dengan istilah pekerja .9
mengatur hak-hak tenaga kerja, dalam pembangunan nasional peran tenaga kerja sangat penting,
sehingga perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan untuk menjamin hak-hak dasar
8
Madia Rosalina, 2015. Artikel “Pengertian Tenaga Kerja Menurut Para Ahli”,
http://www.jelajahinternet.com, diakses tanggal 10 November 2016
9
Soedarjadi, 2008, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, h.53.
Hak-hak tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
b. Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh
pekerjaan (Pasal 6)
c. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari
pengusaha (Pasal 6)
d. Setiap tenaga kerja berhak memperoleh dan/ atau meningkatkan dan/atau mengembangkan
kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja
(Pasal 11 )
e. Setiap pekerja/ buruh memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja
f. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih,
mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau
g. Setiap pekerja/ buruh berhak memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
h. Setiap pekerja/ buruh berhak memperoleh penghasilan yang mmenuhi penghidupan yang
i. Setiap pekerja/ buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja
(Pasal 104(1).
a. Wajib melakukan pekerjaan sesuai dengan isi perjanjian yang telah di sepakati oleh para
pihak. Dalam melaksanakan isi perjanjian, pekerja melakukan sendiri apa yang menjadi
pekerjaanya. Akan tetapi, dengan seizin pengusaha/ majikan pekerjaan tersebut dapat
b. Wajib menaati peraturan dan petunjuk dari pengusaha/ majikan aturan-aturan yang wajib di
taati tersebut Antara lain dituangkan dalam tata tertib perusahaan dan peraturan perusahaan.
Perintah-perintah yang diberikan oleh majikan wajib ditaati pekerja sepanjang diatur dalam
c. Kewajiban untuk membayar ganti rugi dan denda apabila pekerja dalam melakukan
kerusakan, kehilangan atau lainkejadian yang sifatnya tidak menguntungkan atau merugikan
majikan, maka atas perbuatan trsebut pekerja wajib menanggung resiko yang timbul
d. Kewajiban untuk bertindak sebagai pekerja yang baik. Pekerja wajib melaksanakan
kewajibannya dengan baik seperti yang tercantum dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, maupun dalam perjanjian kerja bersama. Selain itu, pekerja juga wajib
melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan menurut peraturan
10
Lalu Husni, Op. cit, h.72
Sedangkan menurut Lalu Husni, Hubungan kerja adalah hubungan antara buruh dan majikan
setelah adanya perjanjian kerja, yaitu suatu perjanjian di mana pihak buruh mengikatkan diri pada
pihak majikan untuk bekerja dengan mendapatkan upah, dan majikan menyatakan
Dari beberapa perumusan perjanjian kerja yang melahirkan hubungan kerja tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam suatu perjanjian kerja adalah :
a. Adanya pekerjaan
Dalam suatu perjanjian kerja, pekerjaan merupakan unsur yang terpenting karena pekerjaan
Perintah atau petunjuk dari pengusaha juga merupakan unsur yang utama dalam suatu
hubungan kerja karena dengan adanya unsur perintah atau petunjuk dari pengusaha inilah,
c. Adanya upah
Secara umum upah adalah pembayaran yang diterima oleh pekerja atau buruh selama ia
melaksanakan pekerjaannya.11
Suatu hubungan antara seorang buruh dan seorang majikan, di mana hubungan kerja itu
sendiri terjadi setelah adanya perjanjian kerja antara kedua belah pihak. Mereka terkait dalam suatu
perjanjian, di satu pihak pekerja atau buruh bersedia bekerja dengan menerima upah dan
pengusaha mempekerjakan pekerja atau buruh dengan memberi upah.
Hubungan antara buruh dan majikan setelah adanya perjanjian kerja, yaitu suatu perjanjian
di mana pihak buruh mengikatkan dirinya pada pihak majikan untuk bekerja dengan mendapatkan
upah dan majikan menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan si buruh dengan membayar
upah.
11
Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, h.33
Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Bab IX
a. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja Antara pengusaha dan pekerja/ buruh
(Pasal 50)
c. Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk tidak tertentu (Pasal 56(1)
d. Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan
untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka
e. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan masa percobaan kerja paling lama
menyebutkan bahwa Tenaga Kerja Kontrak adalah tenaga kerja yang bekerja pada pengusaha
untuk melakukan pekerjaan tertentu dengan menerima upah yang didasarkan atas kesepakatan
untuk hubungan kerja untuk waktu tertentu dan atau selesainya pekerjaan tertentu. Tenaga kerja
kontrak termasuk kedalam Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu (yang selanjutnya disebut
PKWT) karena PKWT merupakan perjanjian kerja yang terdapat jangka waktu atau selesainya
suatu pekerjaan tertentu ini sesuai dengan pasal 56 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun
PKWT harus dibuat secara tertulis dan harus menggunakan bahasa indonesia, tidak
dipersyaratkan untuk masa percobaan apabila PKWT ditetapkan masa percobaan maka akan batal
demi hukum, dan PKWT tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat terus-menerus atau
tidak terputus-putus. Perjanjian ini akan berakhir apabila : pekerja meninggal dunia, berakhirnya
jangka waktu perjanjian kerja, adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, dan adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya
hubungan kerja, hal ini terdapat dalam Pasal 60 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.12
Setiap orang berhak untuk bekerja, mendapatkan imbalan, serta perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja. Tenaga Kerja bisa saja mengalami risiko-risiko saat menjalankan
pekerjaan, sehingga kelangsungan hidup tenaga kerja dan anggota keluarganya perlu mendapatkan
perhatian. Disisi lain, negara berkewajiban menjamin kehidupan yang layak bagi tenaga kerja
beserta anggota keluarganya. Oleh karena itu, negara mengembangkan sistem jaminan kesehatan
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan berupa sistem jaminan kesehatan sosial yang salah satu tujuannya adalah
dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero ) yang memberikan perlindungan dasar untuk
memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya dengan memberikan kepastian
seluruhnya penghasilan yang hilang akibat risiko sosial. Jaminan Kesehatan adalah suatu
perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian
dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan
12
Eko Wahyudi, op. cit, h.10-15.
yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin. Namun, sesuai
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan selanjutnya di singkat (BPJS Kesehatan) mulai tanggal
1 Januari 2014. BPJS Kesehatan merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi
tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya
BPJS Kesehatan dibentuk oleh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 dan yang mulai 1
Juli 2015. BPJS Kesehatan pun terus meningkatkan kompetensi pelayanan dan mengembangkan
berbagai program yang langsung dapat dinikmati oleh pekerja dan keluarganya. Kini, jaminan
sosial nasional tidak hanya berlaku untuk pekerja formal. Pekerja mandiri atau pekerja diluar
hubungan kerja, yaitu pekerja yang berusaha sendiri dan umumnya bekerja pada usaha-usaha
ekonomi informal, juga bisa menjadi anggota BPJS Kesehatan. Ada pula program jaminan sosial
ketenagakerjaan untuk sektor konstruksi, yaitu program jaminan sosial bagi tenaga kerja harian
lepas, tenaga kerja borongan, dan tenaga kerja dengan perjanjian kerja waktu terntentu.
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan
produktivitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan
upaya kesehatan dibidang penyembuhan. Oleh karena itu upaya penyembuhan memerlukan dana
yang tidak sedikit dan memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya
kerja.
13
Fitriah, 2014. Artikel “ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan”,
http://www.id.m.wikipedia.org , diakses tanggal 10 November 2016.
Untuk mendapatkan jaminan-jaminan tersebut, tenaga kerja wajib mendaftarkan diri atau
didaftarkan oleh pemberi kerja ke BPJS Kesehatan dengan membayar iuran yang persentasenya
Program BPJS Kesehatan kepesertaannya diatur secara wajib melalui Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan
Sosial dan perubahan pelaksanaannya dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 79 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS Kesehatan mengatur jenis program
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan hari Tua, Jaminan Kematian dan jaminan pemeliharaan
kesehatan.
Jaminan Kecelakaan Kerja memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan pada saat mulai berangkat bekerja sampai tiba kembali di rumah atau
Program Jaminan hari tua diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua, yang iurannya
ditanggung pengusaha dan tenaga kerja, Kemanfaatan Jaminan Hari Tua sebesar iuran yang
14
R. Nuruli, 2014, Panduan Resmi Memperoleh Jaminan Sosial Dari BPJS Ketenagakerjaan, Cetakan
Pertama, Visimedia, Jakarta, h.iii
Jaminan Kematian dibayarkan kepada ahli waris tenaga kerja dari peserta yang meninggal
dunia bukan karena kecelakaan kerja, sebagai tambahan bagi Jaminan hari tua yang
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bersifat dasar diberikan kepada tenaga kerja dan keluarga
maksimum dengan 3 (tiga) orang anak.
b. Kewajiban pengusaha
1) Mendaftarkan seluruh tenaga kerjanya dalam program BPJS Kesehatan sesuai peraturan
perundangan.
3) Melaksanakan pembayaran iuran bulanan tepat waktu (paling lambat 15 bulan berikutnya)
dan besarnya iuran sesuai jumlah upah yang dibayar setiap bulan.
4) Mencatat setiap penambahan dan pengurangan tenaga kerja serta perubahan upah dan
15
Payuman J. Simanjuntak, 1997, Manajemen Keselamatan Kerja, Cetakan ke II, Himpunan Pembina
Sumberdaya Manusia, Jakarta, h.34
5) Pengusaha wajib melaporkan pula perubahan mengenai :
a) Alamat perusahaan.
b) Kepemilikan perusahaan.
(JPK).16
1) Memberikan data pribadi dengan jelas dan benar pada saat didaftarkan.
2) Bagi tenaga kerja yang sudah menjadi peserta, bila pindah pekerjaan harus
16
Much Nurachmad, 2009, Tanya Jawab Seputar Hak- Hak Tenaga Kerja Kontrak, Visimedia, Jakarta, h.12.
17
F.X. Djumialdji, 2008, Perjanjian Kerja (Edisi Revisi), Sinar Grafika, Jakarta, h.43.