KLASIFIKASI ANGLE
Oleh :
drg. HJ. Rohani,Sp.Ort
NIP.19580704 199403 2 001
1. Klasifikasi Angle :
Dasar : Hubungan mesiodistal yang normal antara gigi geligi rahang
atas dan rahang bawah. Kunci oklusi yang digunakan adalah gigi molar
pertama rahang atas.
Dasar pemilihan :
a. Merupakan gigi terbesar
b. Gigi permanen yang tumbuh dalam urutan pertama
c. Tidak mengganti gigi decidui
d. Bila ada pergeseran gigi M1 akan diikuti pergeseran poros gigi lainnya.
e. Jarang mengalami anomali
Klas I Angle
jika mandibula dengan lengkung giginya dalam hubungan mesiodistal yang
normal terhadap maksila
Tanda-tanda :
Tonjol mesiobukal gigi Molar pertama RA terletak pada celah bagian
bukal (buccal groove) gigi Molar pertama RB
Gigi Caninus RA terletak pada ruang antara tepi distal gigi Caninus & tepi
mesial Premolar pertama RB
Tonjol mesiolingual Molar pertama RA beroklusi pada fossa central Molar
pertama RB
Jenis maloklusi yang terdapat pada maloklusi Angle klas I :
Gigi depan berjejal
Gigi rotasi, linguoversi dsb
Lengkung gigi terlalu sempit atau terlalu lebar
Gigitan terbalik (klas I Angle dengan gejala klas III)
Klas II Angle
Jika lengkung gigi di mandibula & mandibulanya sendiri dalam hubungan
mesiodistal yang lebih ke distal terhadap maksila
Tanda-tanda :
Tonjol mesiobukal Molar pertama RA terletak pada ruangan di antara
tonjol mesiobukal Molar pertama & tepi distal tonjol bukal gigi Premolar
kedua RB
Tonjol mesiolingual gigi Molar pertama RA beroklusi pada embrasur dari
tonjol mesiobukal gigi Molar pertama & tepi distal tonjol bukal Premolar
kedua RB
Lengkung gigi di mandibula & mandibulanya sendiri terletak dalam
hubungan yang lebih ke distal terhadap lengkung gigi di maksila, sebanyak
0,5 lebar mesiodistal M1 / Selebar mesiodistal P
KLAS II ANGLE
Klas II Angle Divisi 1 :
Jika gigi-gigi anterior di RA inklinasinya ke labial atau protrusi
Divisi 1 :
Mandibula dalam posisi distal over jet >> besar
Gigi depan atas protrusif
Lengkung gigi atas sempit
Diastemata gigi anterior
Gigi depan bawah supraversi palatal bite
Deep over bite
Kedudukan bibir abnormal
Klas II Angle Divisi 2 :
Jika gigi-gigi anterior di RA inklinasinya tidak ke labial atau retrusi
Divisi 2 :
RA tidak begitu sempit
Inklinasi gigi Insisivus pertama RA vertikal / palatinal
Inklinasi gigi Insisivus kedua RA ke labial, atau labiotorsiversi
Steep bite deep overbite hampir menutupi seluruh permukaan labial gigi
depan bawah
Kedudukan bibir normal
Fungsi hidung normal
Tak ada kelainan muka yang menyolok
Sub Divisi : Bila relasi klas II hanya terdapat pada 1 sisi / unilateral
Klas III Angle
Jika lengkung gigi di mandibula & mandibulanya sendiri terletak dalam
hubungan yang lebih ke mesial terhadap lengkung gigi maksila.
Tanda-tanda :
Tonjol mesiobukal gigi Molar pertama RA beroklusi dengan bagian distal
tonjol distal Molar pertama & tepi mesial tonjol mesial gigi Molar kedua
RB
Relasi gigi anterior gigitan silang / gigitan terbalik cross bite anterior
Lengkung gigi mandibula & mandibulanya sendiri terletak dalam
hubungan yang lebih mesial terhadap lengkung gigi maksila
Tonjol bukal Molar pertama RA beroklusi pada ruangan interdental antara
bagian distal gigi Molar pertama dengan tepi mesial tonjol mesial gigi
Molar kedua RB
Sub Divisi : Bila relasi klas III hanya terdapat pada 1 sisi / unilateral
2. Etiologi Maloklusi :
Faktor Umum:
a. Factor skeletal
Yaitu Ukuran, bentuk, dan posisi relative dari rahang atas dan bawah
b. Factor otot
Yaitu bentuk dan fungsi otot yang mengelilingi gigi, misalnya otot bibir,
pipi, dan lidah.
c. Factor gigi
Yaitu ukuran gigi geligi dalam hubungannya dengan ukuran rahang.
Faktor Lokal:
a. Kelainan jumlah gigi:
a) Supernumery teeth
b) Missing teeth: anodontia, partial anodontia = hipodontia = oligodontia
b. Kelainan ukuran gigi:
a) Makrodonsia
b) Mikrodonsia
c. Kelainan bentuk gigi: fusi, dens in dente, germinasi dll.
d. Kelainan frenulum labialis midline diastema = diastema sentral
e. Prematur loss gigi desidui
f. Prolonged retensi gigi desidui
g. Erupsi gigi yang terlambat
20 – 26
Tekanan kapiler darah, tekanan lebih besar dari itu akan
menyebabkan hyalinisasi bahkan resorpsi akar atau kematian pulpa.
Kesimpulan : aktivitas seluler sangat tergantung catu darah yang cukup
nutrisi dan untuk menyerap sisa-sisa metabolisme.
c. Aposisi
Gigi bergerak, tulang baru di aposisikan di daerah tulang yang tertarik.
Tulang baru di aposisikan pada permukaan tulang yang berhadapan
dengan membrana periodontalis.
Bundel principal fiber besar-besar, matrix
dideposisikan sepanjang serabut.
Bundel kecil, matrix dideposisikan lebih merata sepanjang
permukaan tulang.
Osteoblast
Membutuhkan enerji catu darah cukup.
Bertambah jumlahnya dengan cara :
- Proliferasi/diferensiasi sel precursor
- Proliferasi/diferensiasi perivascular stem cell
Proliferasi & diferensiasi terlihat 1 – 2 hari setelah pemberian
kekuatan.
Susunan normal :
Ideal : - gigi -gigi yang lebar membutuhkan suatu lengkung yang lebar
- gigi-gigi yang kecil membutuhkan suatu lengkung yang kecil
- ada keseimbangan antara besar gigi dengan lengkung gigi
Derajat kontraksi/distraksi :
Mild degree : hanya 5 mm
Medium degree : antara 5-10 mm
Extreem degree :>10 mm
Hubungan dirumuskan:
Untuk lengkung gigi yang normal jumlah lebar mesiodistal 4 insisivus atas
tetap kali 100, kemudian dibagi jarak transversal interpremolar pertama atas
merupakan indeks premolar. Indeks Premolar = 80.
Jarak P1-P1 = Σ I x 100
80
Jumlah lebar mesiodistal 4 insisivus tetap atas kali 100, kemudian dibagi
jarak transversal
intermolar pertama tetap atas merupakan indeks molar.
Indeks Molar = 64
Jarak M1-M1 = Σl x 100
64
2. METODE KORKHAUS
3. METODE HOWES
Dasar:
- Ada hubungan basal arch dengan coronal arch.
- Keseimbangan basal arch dengan lebar mesiodistal gigi.
- Ada hubungan lebar lengkung gigi dengan panjang perimeter lengkung
gigi.
5. PLAT AKTIF
A. Pengertian :
Plat Aktif merupakan alat ortodontik lepasan yang dilengkapi dengan
komponen aktif yang berfungsi untuk menggerakkan gigi
Plat Aktif merupakan alat/pesawat ortodontik bersifat:
1. Removable/lepasan, karena dalam pemakaiannnya dapat dipasang dan
dilepas oleh pasien sendiri
2. Aktif:, karena bagian-bagian dari alat tersebut secara aktif dapat
menghasilkan suatu kekuatan untuk menggerakkan gigi.
3. Mekanik, karena kekuatan yang dihasilkan memberikan tekanan atau
tarikan secara mekanis kepada gigi.
4. Korektif, karena alat ini dipakai utuk tujuan merawat kelainan letak gigi
(malposisi), kelaianan hubungan gigi-geligi (maloklusi) dan kelainan
hubungan rahang (malrelasi).
Komponen aktifnya dapat berupa :
1. Pir-pir Pembantu (auxilliary springs)
2. Sekrup Ekspansi (expansion screw)
3. Karet elastik (elastic rubber).
B. Macam-macam dan modifikasi Plat Aktif :
a. Plat dengan pir-pir pembantu biasanya disebut plat aktif
b. Plat dengan skrup ekspansi biasanya disebut plat ekspansi
c. Plat dengan pir-pir pembantu dikombinasikan dengan skrup ekspansi,
karet elastik (bentuk modifikasi)
b. Pir simpel untuk mengeser gigi ke arah labio lingual dan mengoreksi
rotasi
c. Pir retraktor bukal untuk menarik ke distal gigi kaninus dan premolar