PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan jurnal utama yang sudah diperoleh penulis didapatkan hasil sebagai
berikut :
Campbell, MD, MA
RN-EC, PhD
Metode Metode yang Metode yang Metode yang
desain penelitian
quasi experimental
Sampel Menggunakan non Menggunakan Menggunakan non
Penilaian nyeri
menggunakan VAS,
Color Analouge
VAS (Visual
Analouge Scale).
Hasil Hasil penelitian yang Hasil penelitian yang Hasil penelitian yang
dilakukan.
B. Pembahasan
Neuroblastoma adalah kanker yang berkembang dari sel-sel saraf imatur yang
ditemukan di beberapa area tubuh. Neuroblastoma paling sering muncul di dalam dan
sekitar kelenjar adrenal, yang memiliki kemiripan dengan sel-sel saraf dan duduk di
atas ginjal. Namun, neuroblastoma juga dapat berkembang di daerah lain di perut dan di
dada, leher, dan di dekat tulang belakang yang terdapat kelompok sel saraf.
Neuroblastoma paling umum menyerang anak-anak usia 5 tahun atau lebih muda,
walaupun jarang terjadi pada anak-anak yang lebih besar (Simpson and Gaze, 2014).
terserang. Gejala awal dapat terlihat samar dan sulit ditemukan. Neuroblastoma yang
menyerang daerah perut ditandai dengan nyeri perut, konstipasi, kulit perut yang terasa
keras apabila disentuh, perut menjadi bengkak, selera makan berkurang, dan penurunan
berat badan. Jika kondisi ini timbul di dada, dapat menimbulkan gejala berupa nyeri
dada, sesak napas disertai mengi, dan perubahan pada mata (ukuran pupil menjadi
berbeda dan kelopak mata turun). Sedangkan apabila neuroblastoma menyerang saraf
tulang belakang, maka bagian tubuh bawah bisa menjadi lemah, mati rasa, atau
Menurut Indriyani (2013), nyeri yang timbul pada anak dengan neuroblastoma
disebabkan oleh proses perjalanan penyakit dan selama proses pengobatan yang
dilakukan. Nyeri yang berasal dari pengobatan yaitu nyeri pembedahan, kemoterapi
melalui IV, terapi radiasi dan cangkok sel T sumsum tulang belakang.
Menurut Sembiring (2015), sumber nyeri anak pada saat hospitalisasi meliputi
medik yang berulang akan menimbulkan nyeri yang berulang pada anak. Selama
memberikan pelayanan medis tenaga kesehatan tidak terlepas dengan keharusan untuk
tindakan lain yang dapat merusak jaringan tubuh dan menimbulkan nyeri.
menurunkan rasa sakit yang dirasakan. Ada beberapa teknik menurunkan nyeri secara
Manajemen nyeri pada anak-anak dikaitkan dengan kondisi fisik dan psikologis
anak dalam jangka panjang, sehingga membutuhkan intervensi yang tepat untuk
Menurut Allam (2018), distraksi digunakan untuk memusatkan perhatian anak agar
menghiraukan rasa nyeri. Melalui teknik distraksi seseorag dapat mengatasi nyeri yang
didasarkan pada teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. Jika
impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh pasien). Stimulus yang
menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus
nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang. Oleh karena itu, stimulasi
penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan
Berdasarkan ketiga jurnal penelitian Birnie et al., (2018), Law et al., (2010) dan
Gold et al., (2017), menyebutkan bahwa teknik distraksi yang diberikan pada responden
dapat mengurangi nyeri secara efektif. Tehnik distraksi adalah salah satu pendekatan
yang dapat dilakukan untuk mengalihkan fokus dan perhatian anak pada nyeri ke
stimulus yang lain. Distraksi digunakan untuk memusatkan perhatian anak agar
menjauhi rasa nyeri ataupun rasa sakit, dan teknik distraksi pada anak dapat sangat
efektif dalam mengurangi nyeri (Law et al., 2010). Beberapa teknik distraksi yang
dikenal dalam pendekatan pada anak adalah distraksi visual seperti melihat gambar di
distraksi pernafasan dengan teknik pernapasan dalam, distraksi intelektual dan imajinasi
Berdasarkan jurnal penelitian ketiga oleh Gold et al., (2017), VR (Virtual Reality)
stimulasi virtual 3D (seperti video atau game) melalui display yang dipasang di kepala.
VR menggunakan berbagai macam tampilan pada display dalam proses
pengaplikasiannya.
Virtual reality (VR) merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk menurunkan
rasa nyeri pada anak. Selain nyeri akut, penggunaan VR juga dapat dieksplorasi dalam
mengelola nyeri kronis, melalui rangsangan visual, pendengaran dan persepsi yang ada
Dalam penelitian yang dilakukan Birnie et al., (2018) VR yang digunakan adalah
tipe virtual reality aquatic environment. Dalam hal ini anak berfokus pada interaksi
Sedangkan dalam penelitian Law et al., (2010) VR yang diberikan berupa video game,
anak dapat melihat sekaligus dapat bermain dengan teknologi VR yang membuat
pengguna dapat bermain game seperti secara nyata. Sehingga terjadi pengurangan rasa
nyeri yang dirasakan anak saat prosedur perawatan diberikan. Pengaplikasian VR juga
menggunakan headset. Setelah anak fokus dengan apa yang sedang dilihat, perawat
mulai melakukan tidakan infasif pada anak, prosedur ini berlangsung sekitar 2-3 menit
untuk tindakan infasif seperti pemasangan infus dan pengambilan darah, selama proses
itu anak tidak melepas headset dan VR nya. Di akhir prosedur VR dan headset dilepas
dan anak-anak diberikan pertanyaan atau dilihat tingkat nyerinya meggunakan Wong
Baker Faces Pain Scale (WBFPS) untuk anak dengan usia berkisar 3 tahun, dan Visual
Analogue Scale (VAS) pada anak yang berusia lebih dari 7 tahun (Aydın &
Özyazıcıoğlu, 2019).