Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan jurnal utama yang sudah diperoleh penulis didapatkan hasil sebagai

berikut :

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3


Judul Usability Testing of Videogame Is Virtual Reality

Jurnal an Interactive Virtual Distraction using Ready for Prime

Reality Distraction Virtual Reality Time in the Medical

Intervention to Technology for Space? A

Reduce Procedural Children Randomized Control

Pain in Children Experiencing Cold Trial of Pediatric

and Adolescents With Pressor Pain: The Virtual Reality for

Cancer Role of Cognitive Acute Procedural

Processing Pain Management


Penulis Kathryn A. Birnie, Emily F. Law, PHD Jeffrey I. Gold PHD,

PhD, CPsych , Yalinie Lynnda M. and Nicole E.

Kulandaivelu, HBSc, Dahlquist, PHD Mahrer, PHD

Lindsay Jibb, RN, Soumitri Sil, MA,

MSc, PhD, Petra Karen E. Weiss,

Hroch, MD, PhD, PHD, Linda Jones


Karyn Positano, MSc, Herbert, MA, Karen

CCLS, Simon Wohlheiter, MS, and

Robertson, BA, Fiona Susan Berrin Horn,

Campbell, MD, MA

Oussama Abla, MD,

and Jennifer Stinson,

RN-EC, PhD
Metode Metode yang Metode yang Metode yang

Penelitian digunakan adalah digunakan adalah digunakan adalah

mixed methode kualitatif dengan kualitatif dengan

(kualitatif dan desain penelitian desain penelitian

kuantitatif) dengan studi kasus studi deskriptif

desain penelitian

quasi experimental
Sampel Menggunakan non Menggunakan Menggunakan non

Penelitian probability sampling simple random probability sampling

dengan 17 anak dari sampling dengan 79 dengan 143 anak

Rumah Sakit responden dengan dari Rumah Sakit

Onkologi Pediatri di rentan usia 6-15 Anak Los Angeles

Toronto, Kanada. tahun dan dari ras

Rentang usia anak 8- yang berbeda (38


18 tahun yang sedang Kaukasian, 32

dalam pengobatan Afrika Amerika, 1

kanker. Hispanis, 3 Asia dan

8 ras yang lain).


Instrumen Instrumen yang Instrumen yang Instrumen yang

Penelitian digunakan yaitu digunakan yaitu digunakan yaitu

observasi dan observasi dan observasi dan

wawancara wawancara wawancara.

Penilaian nyeri

menggunakan VAS,

Color Analouge

Scale, FAS (facial

Affective Scale) dan

VAS (Visual

Analouge Scale).
Hasil Hasil penelitian yang Hasil penelitian yang Hasil penelitian yang

Penelitian didapatkan yaitu didapatkan yaitu didapatkan yaitu

pemberian teknik bahwa dengan bahwa teknologi VR

distraksi efektif untuk pemberian teknik lebih efektif untuk

mengurangi rasa nyeri distraksi pada anak anak-anak. Karena

pada anak. Pemberian baik pasif distraksi pengaruhnya lebih


teknik distraksi maupun interaktif baik dan rasa sakit

menggunakan VR distraksi dapat atau nyeri yang

(virtual reality) ini di membuat anak lebih dirasakan selama

gunakan bersamaan nyaman dan prosedur perawatan

saat anak sedang mengubah respon dapat berkurang

mendapatkan psikologi anak secara signifikan.

perawatan/ tindakan mengurangi persepsi Tidak hanya nyeri

oleh tenaga kesehatan nyeri dan dapat kecemasan pada

seperti kemoterapi. mengoptimalisasi anak saat akan

Dibuktikan dengan fungsi tubuh. Untuk menjalani prosedur

responden rasa sakit yang perawatan juga

melaporkan intervensi dilaporkan dari berkurang. Rata-rata

VR menarik dan penelitian yang hasil penelitian

menyenangkan serta dilakukan menunjukan bahwa

mereka merasa menggambarkn nyeri dengan VR nyeri dan

senang dan santai prosedural (P = kecemasan dapat

selama prosedur 0,008). berkurang <80%.

dilakukan.
B. Pembahasan

Neuroblastoma adalah kanker yang berkembang dari sel-sel saraf imatur yang

ditemukan di beberapa area tubuh. Neuroblastoma paling sering muncul di dalam dan

sekitar kelenjar adrenal, yang memiliki kemiripan dengan sel-sel saraf dan duduk di

atas ginjal. Namun, neuroblastoma juga dapat berkembang di daerah lain di perut dan di

dada, leher, dan di dekat tulang belakang yang terdapat kelompok sel saraf.

Neuroblastoma paling umum menyerang anak-anak usia 5 tahun atau lebih muda,

walaupun jarang terjadi pada anak-anak yang lebih besar (Simpson and Gaze, 2014).

Gejala neuroblastoma bisa bermacam-macam, tergantung pada bagian tubuh yang

terserang. Gejala awal dapat terlihat samar dan sulit ditemukan. Neuroblastoma yang

menyerang daerah perut ditandai dengan nyeri perut, konstipasi, kulit perut yang terasa

keras apabila disentuh, perut menjadi bengkak, selera makan berkurang, dan penurunan

berat badan. Jika kondisi ini timbul di dada, dapat menimbulkan gejala berupa nyeri

dada, sesak napas disertai mengi, dan perubahan pada mata (ukuran pupil menjadi

berbeda dan kelopak mata turun). Sedangkan apabila neuroblastoma menyerang saraf

tulang belakang, maka bagian tubuh bawah bisa menjadi lemah, mati rasa, atau

mengalami gangguan pergerakan (Wicaksono dan Wulandari, 2020).

Menurut Indriyani (2013), nyeri yang timbul pada anak dengan neuroblastoma

disebabkan oleh proses perjalanan penyakit dan selama proses pengobatan yang
dilakukan. Nyeri yang berasal dari pengobatan yaitu nyeri pembedahan, kemoterapi

melalui IV, terapi radiasi dan cangkok sel T sumsum tulang belakang.

Menurut Sembiring (2015), sumber nyeri anak pada saat hospitalisasi meliputi

prosedur tindakan medis, tindakan keperawatan, dan prosedur diagnostik. Prosedur

medik yang berulang akan menimbulkan nyeri yang berulang pada anak. Selama

memberikan pelayanan medis tenaga kesehatan tidak terlepas dengan keharusan untuk

melakukan tindakan invasif (venepuncture, menyuntik secara IV/IM, biopsi, dan

tindakan lain yang dapat merusak jaringan tubuh dan menimbulkan nyeri.

Menurut Mayasari (2016), manajemen nyeri non farmakologi efektif dalam

menurunkan rasa sakit yang dirasakan. Ada beberapa teknik menurunkan nyeri secara

non-farmakologi seperti teknik distraksi, kompres dingin/hangat, teknik memijat,

mendengarkan musik, hipnosis, terapi kognitif, dan terapi tingkah laku.

Manajemen nyeri pada anak-anak dikaitkan dengan kondisi fisik dan psikologis

anak dalam jangka panjang, sehingga membutuhkan intervensi yang tepat untuk

meminimalisir persepsi nyeri pada anak (Chan et al., 2019).

Menurut Allam (2018), distraksi digunakan untuk memusatkan perhatian anak agar

menghiraukan rasa nyeri. Melalui teknik distraksi seseorag dapat mengatasi nyeri yang

didasarkan pada teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. Jika

seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya

impuls nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh pasien). Stimulus yang
menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus

nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang. Oleh karena itu, stimulasi

penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan

nyeri dibanding stimulasi satu indera saja.

Berdasarkan ketiga jurnal penelitian Birnie et al., (2018), Law et al., (2010) dan

Gold et al., (2017), menyebutkan bahwa teknik distraksi yang diberikan pada responden

dapat mengurangi nyeri secara efektif. Tehnik distraksi adalah salah satu pendekatan

yang dapat dilakukan untuk mengalihkan fokus dan perhatian anak pada nyeri ke

stimulus yang lain. Distraksi digunakan untuk memusatkan perhatian anak agar

menjauhi rasa nyeri ataupun rasa sakit, dan teknik distraksi pada anak dapat sangat

efektif dalam mengurangi nyeri (Law et al., 2010). Beberapa teknik distraksi yang

dikenal dalam pendekatan pada anak adalah distraksi visual seperti melihat gambar di

buku, bermain video games, distraksi pendengaran dengan mendengarkan musik,

distraksi pernafasan dengan teknik pernapasan dalam, distraksi intelektual dan imajinasi

terbimbing (Soeparmin, 2011).

Berdasarkan jurnal penelitian ketiga oleh Gold et al., (2017), VR (Virtual Reality)

merupakan teknologi yang memungkinkan pengguna untuk melihat, berinteraksi dan

menggunakan pengalaman multisensory (misalnya: visual, pendengaran, persepsi) dari

stimulasi virtual 3D (seperti video atau game) melalui display yang dipasang di kepala.
VR menggunakan berbagai macam tampilan pada display dalam proses

pengaplikasiannya.

Virtual reality (VR) merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk menurunkan

rasa nyeri pada anak. Selain nyeri akut, penggunaan VR juga dapat dieksplorasi dalam

penurunan rasa nyeri kronis. VR menggunakan teknik distraksi, pengalihan fokus

dan/atau proses modulasi pembentukan sensasi nyeri, sehingga pasien mampu

mengelola nyeri kronis, melalui rangsangan visual, pendengaran dan persepsi yang ada

dalam teknologi VR (Ahmadpour et al., 2019).

Dalam penelitian yang dilakukan Birnie et al., (2018) VR yang digunakan adalah

tipe virtual reality aquatic environment. Dalam hal ini anak berfokus pada interaksi

petualangan dibawah laut dan merasakan relaksasi dengan pemandangan laut.

Sedangkan dalam penelitian Law et al., (2010) VR yang diberikan berupa video game,

anak dapat melihat sekaligus dapat bermain dengan teknologi VR yang membuat

pengguna dapat bermain game seperti secara nyata. Sehingga terjadi pengurangan rasa

nyeri yang dirasakan anak saat prosedur perawatan diberikan. Pengaplikasian VR juga

dilengkapi dengan headset. Proses pengaplikasiannya adalah satu menit sebelum

prosedur tindakan infasif, anak-anak mulai menonton aplikasi 3D menggunakan VR

menggunakan headset. Setelah anak fokus dengan apa yang sedang dilihat, perawat

mulai melakukan tidakan infasif pada anak, prosedur ini berlangsung sekitar 2-3 menit

untuk tindakan infasif seperti pemasangan infus dan pengambilan darah, selama proses
itu anak tidak melepas headset dan VR nya. Di akhir prosedur VR dan headset dilepas

dan anak-anak diberikan pertanyaan atau dilihat tingkat nyerinya meggunakan Wong

Baker Faces Pain Scale (WBFPS) untuk anak dengan usia berkisar 3 tahun, dan Visual

Analogue Scale (VAS) pada anak yang berusia lebih dari 7 tahun (Aydın &

Özyazıcıoğlu, 2019).

Anda mungkin juga menyukai