Anda di halaman 1dari 5

Kelas : LIDA

Mata Kuliah : CHAR6019 – Character Building: Pancasila


Program Studi : PJJ Teknik Industri
Kelompok :5
Anggota :
1. Muhamad Ilham Risnawirawan (2401984252)
2. Rayhan Bagir Daysani (2401983962)
3. Taufik Prada Krisna Utama (2401988300)
4. Virky Muhammad (2401984321)

Sumber Persoalan Bangsa


Hilangnya Karakter Pancasilais

Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Irman Gusman mengatakan, berbagai persoalan
yang mewarnai kehidupan Bangsa Indonesia di berbagai daerah saat ini bersumber dari
hilangnya jati diri dan karakter masyarakat yang Pancasilais.
“Akhir-akhir ini kita melihat betapa maraknya praktik-praktik yang bertentangan dengan nilai-
nilai Pancasila. Kekerasan atas nama kelompok, suku dan agama masih hadir di tengah
kehidupan kebangsaan kita. Begitu pula perilaku tawuran antar pelajar masih mewarnai praktik
pendidikan kita,” ujarnya saat menyampaikan pidato paripurna DPD RI di Jakarta, Senin(01/10).
Ditegaskannya bahwa tantangan yang dihadapi Bangsa Indonesia sekarang ternyata tidak mudah
untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila, terutama nilai keadilan bagi seluruh rakyat di semua
bidang kehidupan.
Nilai keadilan, menurut Irman, merupakan suatu intisari yang hakiki dari spirit UUD 1945 dan
Dasar Negara Pancasila, dimana prinsip keadilan menjadi inti dari moral ketuhanan, landasan
pokok perikemanusiaan, simpul persatuan, matra kedaulatan rakyat.
“Di satu sisi, perwujudan keadilan sosial itu harus mencerminkan imperatif etis keempat sila
lainnya. Di sisi yang lain, otentisitas pengamalan sila-sila Pancasila bisa ditakar dari perwujudan
keadilan sosial dalam perikehidupan kebangsaan,” ujarnya.
 Keadilan sosial sebagai nilai fundamental Pancasila, kata Irman, harus melandasi semua
kebijakan dan perilaku penyelenggara negara, baik dalam bidang politik, ekonomi, hukum,
maupun keamanan dan sosial-budaya.”Pertanyaannya, sudahkah nilai keadilan sosial kita
amalkan dalam perilaku  kehidupan individu, masyarakat, maupun perilaku hidup para
penyelenggara negara?,” ujarnya.
Menurut dia, dalam kenyataannya, ternyata tidak mudah untuk mewujudkan nilai keadilan sosial
itu. Sejauh ini, peluang kebebasan yang diberikan oleh demokrasi belum juga berhasil
mendatangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
“Fenomena ini memunculkan persepsi negatif publik terhadap demokrasi yang dinilai belum
secara penuh membawa manfaat bagi perbaikan kualitas hidup masyarakat,” demikian Irman
Gusman. (ant) (diambil dari http://beritasore.com/2012/10/01/ diunduh tanggal 5 Maret 2015
pukul 11.30 WIB)
Pertanyaan kasus:

1. Bagaimana seharusnya hubungan antarmanusia Indonesia ini dilakukan agar tidak terjadi
kekerasan antarkelompok, kekacauan sosial atau tawuran di dalam masyarakat kita ?
Peran pemerintah sangat penting dalam hal ini, dimana pemerintah harus dapat terus
memberikan dukungan terhadap masyarakat Indonesia, terlebih dimana pada kondisi seperti saat
ini masih banyaknya tindakan kekerasan dan tawuran antarmanusia dengan berbagai persoalan
yang tidak ada habisnya. Peran pemerintah sebaiknya harus terus ditingkatkan seperti selalu
mengayomi masyarakat, memberikan edukasi yang bersifat moralitas, memberikan kekuatan
dukungan untuk masyarakat agar bisa selalu menjaga perilaku yang baik dan selalu bersikap
tenang untuk dapat menghadapi sesuatu apapun yang kita hadapi di masa yang akan datang
seterusnya.
Pada dasarnya setiap individu memiliki karakter khas yang menandakan dari mana tempat
dia berasal. Perselisihan antar kelompok terjadi karena tindakan yang tidak mencerminakan nilai-
nilai Pancasila sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Setiap individu harus
memiliki sifat terbuka untuk saling menghormati adanya perbedaan dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai toleransi dan demokrasi, menghargai setiap hak orang lain, serta mengedepankan
musyawarah mufakat dalam mencari solusi dari setiap perbedaan dan cara pandang. Salah satu
upaya dalam meredam adanya konflik internal dalam suatu daerah, diperlukan seseorang yang
dianggap sebagai tokoh masyarakat pada sistem piramida kehidupan bermasyarakat dalam upaya
tindakan preventif untuk meredam potensi-potensi konflik. Selain itu diperlukan pengutan nilai-
nilai kerohanian agar setiap individu tidak bertindak melampaui batas dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kebaikan.
Referensi
Ichwan, M., 2015. Rekonstruksi Upaya Penanggulangan Perkelahian Antar Kelompok (Studi di
Polrestabes Makassar). Malang: Universitas Brawijaya.

2. Paradigma apa yang perlu dimiliki oleh kita sebagai orang Indonesia yang memiliki
berbagai latar belakang suku, agama dan budaya yang berbeda ini? Bagaimana bentuk
ideal interaksi yang harus kita lakukan dalam konteks kebhinekaan Indonesia ini?
Sebagai masyarakat Indonesia yang multikultural, kita harus menjadikan pancasila sebagai
paradigma dalam segala bidang kehidupan. Karena didalam Pancasila mengandung nilai acuan,
persamaan pola pikir dan tujuan, dimana erat kaitannya dengan latar belakang masyarakat
Indonesia yang heterogen. Dalam Pancasila hubungan antara setiap manusia selalu dituntut untuk
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sehingga
menciptakan paham humanis dalam setiap hubungan interaksi antar sesama, entah berasal dari
suku, agama, maupun budaya yang berbeda.
Ruang-ruang multikuktural dalam konteks kebhinekaan perlu ditanamkan hingga
menimbulkan kesadaran dari setiap individu ataupun kelompok, baik yang didasari atas
kesamaan agama, etnis dan budaya untuk menghargai keberadaan individu atau kelompok yang
lain. Ini merupakan kondisi ideal suatu masyarakat plural sebagaimana dinyatakan oleh para
pemikir multikulturalisme gelombang pertama, yaitu:
(1) Kebutuhan terhadap pengakuan
(2) Legitimasi keragaman budaya atau pluralisme budaya. Maksudnya, multikulturalisme
menjadi kondisi ideal suatu masyarakat, apabila keanekaragaman agama, etnis dan budaya tidak
saja diakui, namun juga diberi kesempatan dan ruang untuk mengembangkan diri dan
mengartikulasikan identitasnya dalam kerangka kesetaraan dan keadilan. Kerangka kesetaraan
dan keadilan inilah yang menjadi perhatian penting para kritikus multikulturalisme gelombang
kedua. Para pemikir ini memandang bahwa keaneka ragaman budaya di masyarakat bukanlah
kenyataan yang diberikan begitu saja. Oleh karena itu, multikulturalisme haruslah diuraikan
dengan mendekonstruksi persoalan-persoalan ideologi, kekuasaan, marjinalasi budaya, keadilan,
politik, ekonomi, gender, permainan wacana, dan emansipasi budaya yang mengitarinya
Referensi
1) Munadlir, A., 2016. Strategi Sekolah Dalam Pendidikan Multikultural. Jurnal Pendidikan
Sekolah Dasar Ahmad Dahlan, 2(2), pp.114-130.
2) Anonim. 2017. Pancasila Sebagai Paradigma.
https://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2017/12/14/pancasila-sebagai-paradigma/. Diakses pada
28 April 2021.

3. Bagaimana caranya pemerintah memimpin secara demokratis dalam berbagai bidang


pembangunan di negara ini?
Pemimpin pada dasarnya harus memiliki kemampuan dalam mempengaruhi prilaku
seseorang. Namun setiap pemimpin harus dibatasi kewenangannya agar tidak menimbulkan
sikap otoriter yang mutlak. Pembatasan ini juga penting, agar terdapat hubungan dua arah antara
pemimpin dengan rakyatnya. Sehingga ketika terjadi ketidaksesuaian kebijakan dalam
pemerintah, warga negara memiliki andil dalam mempengaruhi kebijakan tersebut. Sebagai
contoh dalam bidang pembangunan negara, setiap pemimpin yang diakui secara de facto harus
menyamaratakan pengembangan infrastruktur dan ekonomi setiap daerah, agar tidak terjadi
kesenjangan sosial, karena pada dasarnya setiap warga negara memiliki hak untuk merasakan
efek dari pembangunan nasional. Dalam setiap pembangunan nasional harus selalu ditujukan
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek rohani, jasmani, aspek
individu, sosial, dan ketuhanan secara cara adil, terbuka, jujur, dan akuntabel.
Kebijakan harus terstruktur dan sejalan antara pemerintah tingkat pusat dan daerah sebagai
konseptor, pengarah, fasilitator dan koordinator antar para pelaku secara dinamis dengan
menetapkan secara tegas tentang milestone pembangunan nasional yang jelas, sehingga
masyarakat mau secara sukarela untuk berperan serta mulai saat merencanakan, melaksanakan
dan mengawasi kebijakan yang sudah disepakati untuk diimplementasikan.
Referensi
1) Anonim. (Tanpa Tahun). Arti Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan.
https://bpip.go.id/bpip/berita/1035/578/arti-pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan.html.
Diakses pada 28 April 2021.
2) Marzuki, S., 2008. Peran Komisi Pemilihan Umum Dan Pengawas Pemilu Untuk Pemilu
Yang Demokratis. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 15(3), pp.493-412.
4. Bagaimana caranya agar semua elemen di dalam bangsa ini menciptakan keadilan sosial
di bumi Indonesia ini ?
Indonesia merupakan negara dengan kepulauan terbesar di dunia. Mempunyai pulau yang
banyak tertu juga di dalamnya terdapat berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya yang
tentunya berbeda-beda. Dengan banyaknya suku, ras, agama serta budaya, tentu akan terdapat
beberapa yang belum atau tidak mendapat suatu keadilan. Indonesia adalah negara yang berdiri
atas Pancasila dan di dalam Pancasila itu sendiri terdapat Sila tentang keadilan untuk seluruh
rakyat Indonesia. Jika kita membahas tentang keadilan yang dirasakan oleh seluruh rakyat
Indonesia, masih banyak yang belum mendapatkan keadilan tersebut. Dimasa kini jika kita
membuka mata, banyak sekali suatu hal dan kejadian yang menunjukkan bahwa keadilan tidak
seenuhnya di peroleh oleh seluruh rakyat Indonesia. Negara itu hadir harus memberikan rasa adil
terhadap rakyatnya. Keadilan kepada seluruh elemen rakyat yang ada dinegara itu, dengan hal itu
maka keseimbangan akan terjadi didalam negara serta warga negaranya itu. Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia adalah hal yang harus dilakukan karena itu merupakan dasar untuk
memperoleh kesejahteraan bersama. pengamalan yang dapat dilakukan tentu dengan cara
melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur dan yang pastinya sikap serta suasana kekeluargaan
dan gotong royong. Sikap seperti ini bahkan sudah di inginkan serta menjadi sebuah gagasan
terbentuknya Pancasila. Ir. Soekarno sendiri menjelaskan bahwa Gotong Royong adalah ciri khas
dari rakyat Indonesia agar Indonesia dapat menjadi negara yang baik, yang adil bagi siapa saja
yang ada di negara Indonesia ini. Ir. Soekarno mengusulkan lima sila dan salah satunya Sila
Keadilan soseia bagi seluruh rakya Indonesia, yakni agar mewujudkan kesejahteraan dan
kemakmuran yang dapat di rasakan oleh segenap warga Indonesia.

Referensi
Dewantara Agustinus W. 2017. Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini. Kanisuis: Yogyakarta
https://kumparan.com/hipontianak/warga-sakit-ditandu-karena-jalan-rusak-dipedalaman-sintang-
kalbar-1sMq2vvnTf1 Diakses pada 28 April 2021.

Anda mungkin juga menyukai