166 391 1 SM
166 391 1 SM
ABSTRAK
KATA KUNCI: ikan patin, pemasaran, pengolahan ikan, dan pemanfaatan limbah
PENDAHULUAN tingginya laju pertumbuhan ekspor catfish, pada tahun
2007 diharapkan volume ekspor catfish Vietnam
Ikan patin atau yang dalam dunia perdagangan mencapai 1 juta ton dengan nilai 1 milyar USD. Ikan
dikenal dengan catfish merupakan komoditas baru patin dipasarkan dalam bentuk fillet beku atau disebut
dalam dunia perikanan. Ikan ini baru dipasarkan “dory”. Kini produk tersebut tersebar di supermarket
sebagai komoditas hasil budidaya perikanan selama dan hypermarket di Singapura, Malaysia, Thailand,
satu dasawarsa terakhir ini. Sebelumnya masyarakat serta beberapa negara lain. Ikan patin juga telah
penggemar seaf ood jarang mengenal nya mengubah kebiasaan makan konsumen Amerika
dibandingkan dengan udang, ikan tuna, dan salmon. dan Eropa yang menunya biasanya ikan salmon
Namun sekarang ikan patin menjadi komoditas yang menjadi ikan patin, karena harganya yang murah,
sangat penting dan popular karena pasarnya kualitasnya yang baik, serta tersedia setiap saat
berkembang dengan pesat. Salah satu negara yang (Anon., 2007a). Produk tersebut diyakini dapat
berhasil mengembangkan budidaya ikan patin dan meningkatkan vitalitas karena kualitasnya yang baik
merajai pasar adalah Vietnam. Produksi budidaya ikan serta bebas dari bahan kimia.
patin di Vietnam naik sangat pesat. Tercatat pada Indonesia juga mempunyai potensi untuk menjadi
tahun 1977 produksinya baru mencapai 22.000 ton produsen dan eksportir ikan patin, namun budidaya
dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 800.000 ikan patin baru berkembang di Jambi, Sumatera
ton. Hal ini dapat memberikan lapangan pekerjaan Selatan, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat. Salah
kepada ribuan penduduk Vietnam dalam bidang satu jenis ikan patin Indonesia yang sangat prospektif
budidaya, pengolahan, dan pemasaran ikan patin untuk dibudidayakan adalah ikan patin jambal yang
(Anon., 2007). Semula pemasaran patin Vietnam dagingnya berwarna putih. Ikan patin jenis ini sudah
menggunakan label catfish, tetapi setelah kasus dibudidayakan di Jambi dengan target produksi pada
tuduhan dumping di AS, nama yang digunakan adalah tahun 2007 sebesar 29 ton (Purnomo, 2007).
nama lokal Vietnam yaitu basa dan tra. Sedangkan Mengingat peluang pasar ikan patin yang masih luas,
untuk pasaran Uni Eropa dan pasar lainnya ikan maka budidaya ikan patin di Indonesia perlu lebih
patin Vietnam menggunakan label Pangasius. Ikan digalakkan lagi, dengan memperhatikan berbagai
patin atau basa identik dengan Vietnam sebagai isu di pasar global. Menurut Micholowski (2007),
negara pengekspor terbesar di dunia. Dengan tantangan yang harus dihadapi pasar internasional
*)
Peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
16
Squalen Vol. 3 No. 1, Juni 2008
17
Th. D. Suryaningrum
Lainnya
Australia
China
2006
Asean 2005
Amerika
Rusia
Uni Eropa
Gambar 1. Ekspor ikan patin Vietnam ke beberapa negara.
18
Squalen Vol. 3 No. 1, Juni 2008
Gambar 2. Ikan patin potong kepala, fillet dan breaded ikan patin.
19
Th. D. Suryaningrum
20
Squalen Vol. 3 No. 1, Juni 2008
dapat direbus, dikukus, digoreng, atau dibakar. Untuk oleh masyarakat sebagai makanan camilan atau lauk.
memperoleh gel yang elastis dan kenyal ada 2 prinsip Sedangkan masyarakat di Sumatera Selatan
yang harus dipahami, yaitu proses pengadukan pada (Palembang) memanfaatkannya sebagai empek-
saat membuat adonan dan pembentukan gel pada saat empek yang merupakan makanan khas Palembang.
pemasakan. Pada proses pengadukan, suhu selama Pengolahan kulit ikan patin menjadi kerupuk sangat
pengadukan harus dijaga tetap rendah yaitu sekitar sederhana, kulit ikan dibersihkan dari sisa daging
10 oC atau kurang dengan menambahkan es. yang melekat, kemudian dicelupkan dalam air panas
Sedangkan pada proses pemanasan dilakukan 2 sekitar 2 menit untuk menghilangkan sisik dan kotoran
tahap, tahap pertama dipanaskan pada suhu 40–60oC, yang melekat. Kulit ikan patin kemudian direndam
kemudian dilanjutkan pada pada suhu 70–90oC dalam larutan bumbu yang terdiri atas garam 2%,
(Kammuri & Fujita, 1985). bawang merah, dan bawang putih selama 3 jam
kemudian dijemur sampai kering. Kerupuk kulit ikan
PEMANFAATAN LIMBAH IKAN PATIN patin dapat diperdagangkan dalam bentuk mentah
atau digoreng sehingga siap untuk disantap.
Industri fillet ikan patin menghasilkan rendemen Limbah ikan patin juga dapat dimanfaatkan
sekitar 33% sedangkan sisanya sebanyak 67% sebagai bahan baku untuk hidrolisis protein dengan
merupakan limbah yang berupa kulit, kepala, tulang,
menggunakan enzim protease Sebelum diproses
isi perut, serta belly. Apabila limbah ini tidak segera
limbah ikan dipanaskan terlebih dahulu, untuk
ditangani, maka tidak tertutup kemungkinan akan
menginaktifkan enzim. Dengan proses ini diperoleh
menyebabkan terjadinya pembusukan sehingga dapat
protein yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Hasil
menimbulkan bau serta pencemaran lingkungan yang
penelitian menunjukkan bahwa hidrolisis protein
cukup serius. Limbah ini nilainya sangat rendah namun
dengan enzim akan menghasilkan produk dengan
jika dimanfaatkan secara optimal akan memberikan kandungan asam amino yang sangat tinggi.
nilai tambah yang cukup berarti. Limbah ikan patin
dapat diolah sebagai bahan pangan, tepung ikan, b) Limbah Ikan Patin untuk Industri
bahan untuk farmasi, atau pupuk.
Limbah ikan patin berupa tulang dan kulit ikan
a) Pengolahan Limbah Ikan Patin menjadi dapat diolah lebih lanjut menjadi gelatin dan kolagen.
Produk Makanan Gelatin banyak dimanfaatkan dalam industri pangan
dan f armasi, sedangkan kolagen banyak
Industri fillet ikan patin menghasilkan limbah
berupa serpihan daging fillet yang jika diolah lebih dimanfaatkan untuk industri kosmetik. Gelatin dari
lanjut dapat meningkatkan nilai tambah 40–45% ikan yang hidup di daerah tropis mempunyai titik leleh
(Sorenson, 2007). Serpihan daging tersebut dapat yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang hidup
diolah menjadi berbagai macam produk berbasis di daerah dingin. Gelatin biasanya diolah dari tulang
daging lumat seperti nugget, fish cake, otak-otak, dan dan kulit babi, yang haram bagi umat muslim,
siomay. Sedangkan kepala dan isi perut dapat sementara gelatin dari tulang dan kulit sapi seringkali
difermentasi lebih lanjut menjadi kecap ikan, yang dikawatirkan mengandung penyakit sapi gila. Oleh
banyak digunakan sebagai bumbu untuk berbagai karena itu, permintaan gelatin ikan di pasar global
macam m asakan Ci na. I kan patin banyak semakin meningkat, terutama di negara-negara yang
mengandung lemak terutama dibagian bawah perut sebagian besar penduduknya muslim.
yang disebut belly. Seperti halnya ikan laut, lemak Di Vietnam, limbah kulit ikan patin dibekukan dan
pada ikan patin merupakan lemak jenuh namun tidak dijadikan komoditas ekspor untuk bahan baku industri
mengandung asam lemak omega-3. Lemak ini dapat gelatin di berbagai negara. Penelitian ekstraksi gela-
diolah sebagai cooking oil. Telur ikan patin merupakan tin dari kulit ikan patin yang telah dilakukan oleh
limbah yang paling berharga dibandingkan limbah Peranginangin et al. (2004) menunjukkan bahwa gela-
lainnya. Telur ini dapat dijual di pasar atau supermaket tin yang diolah dari kulit ikan patin yang direndam
dalam bentuk segar, asap, atau fermentasi, yang dalam larutan asam pada pH 3 selama 12 jam dan
dikemas menarik. suhu ekstraksi 90 oC menghasilkan rendemen,
Limbah kulit ikan patin dapat diolah lebih lanjut viskositas, kekuatan gel yang terbaik. Gelatin yang
menjadi produk makanan seperti kerupuk kulit. diolah dengan cara tersebut memenuhi persyaratan
Namun salah satu kendala yang dihadapi adalah gelatin mutu pangan kelas A. Tulang ikan patin juga
warna kulitnya yang hitam sehingga produk menjadi dapat dimanfaatkan menjadi food suplement yaitu
kurang menarik. Walaupun demikian rasanya yang sebagai sumber kal sium . Hasil penelit ian
gurih menyebabkan kerupuk kulit ini banyak digemari menunjukkan bahwa kalsium tulang ikan yang
21
Th. D. Suryaningrum
dicampurkan ke dalam makanan ikan menunjukkan diperoleh kemudian dimasukkan dalam wadah tertutup
pertumbuhan ikan yang lebih baik. dan siap untuk dipasarkan (Wijana et al., 2005)
Dalam pengolahan surimi ikan patin dihasilkan c) Pengolahan Limbah Ikan Patin menjadi
limbah lemak yang berbentuk padatan sebesar 25% Tepung Ikan
dari total daging lumat ikan patin yang dicuci
(Suryaningrum et al., 2007). Jumlah limbah yang Tepung ikan biasanya diolah dari ikan laut yang
cukup besar akan menjadi masalah lingkungan masih segar, sehingga dihasilkan tepung ikan yang
apabila tidak dimanfaatkan dengan baik. Lemak ikan kandungan proteinnya tinggi serta mengandung asam
patin tersebut merupakan alternatif sebagai biodiesel lemak omega-3. Sedangkan tepung ikan yang diolah
seperti halnya minyak kelapa sawit. Lemak ikan patin dari limbah ikan patin yang berupa kepala, isi perut,
juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk serta tulang ikan mengandung protein dan omega-3
pembuatan sabun mandi, sabun cair, atau sampo. yang rendah. Oleh karena itu, tepung ikan yang diolah
Proses pembuatan sabun sangat sederhana, tidak dari ikan patin digolongkan dalam mutu rendah
memerlukan peralatan yang canggih serta bahan- sebagai pakan ikan. Tepung ikan ini hanya dapat
bahannya mudah diperoleh di toko-toko kimia. Lemak dimanfaatkan untuk pakan ayam atau babi, namun
yang merupakan limbah ikan patin dipanaskan, formulasi dengan bahan lain yang mengandung pro-
kemudian disabunkan dengan menambahkan Natrium tein yang tinggi dapat digunakan sebagai pakan ikan
hidroksida (NaOH) 32% dan diaduk dengan selain ikan patin. Dalam budidaya ikan, tepung ikan
menggunakan mixer, sehingga diperoleh larutan yang tidak boleh diberikan pada spesies yang sama,
kental. Sabun yang kental kemudian ditambah dengan misalnya tepung ikan yang diolah dari ikan patin tidak
dekstrin 1% dan surfaktan 1,8% dan diaduk hingga boleh dijadikan sebagai pakan ikan patin.
merata. Selanjutnya ditambahkan parfum dan pewarna
d) Pengolahan Limbah Ikan Patin menjadi
kemudian dicetak dalam cetakan sabun selama 1 hari
Silase
sehingga diperoleh sabun yang padat. Sedangkan
untuk sabun cair, penyabunan dilakukan dengan Selain dimanfaatkan sebagai tepung ikan, limbah
menggunakan Kalium hidroksida (KOH) 36%, ikan patin dapat diolah sebagai silase, yaitu dengan
sedangkan dekstrin diganti dengan CMC 2%. Larutan cara menurunkan pH di bawah 4,5. Silase dapat diolah
kental yang diperoleh kemudian didiamkan semalam secara asam dan biologi. Pengolahan silase secara
lalu diencerkan dan dipanaskan kembali. Larutan asam sangat sederhana, tidak memerlukan peralatan
kemudian disaring dan diberi parfum sehingga yang komplek dan modal yang besar. Limbah ikan
diperoleh sabun cair. Sedangkan untuk sampo, patin berupa tulang, kepala, dan isi perut ditambah
proses penyabunan yang dilakukan sama dengan dengan asam seperti HCl, asam propionat, asam
sabun mandi yaitu menggunakan NaOH 32%. Larutan formiat sebesar 3–5%. Untuk mempercepat proses
kental yang terbentuk kemudian dicairkan dan ensilasi limbah sebaiknya dihancurkan, sehingga
ditambah dengan surfaktan Emal TD 40%. Larutan proses penurunan pH 3–4 segera tercapai. Proses
kemudian diberi warna dan parfum serta bahan selanjutnya adalah autolisis yang disebabkan
pengawet asam benzoat. Larutan kemudian akt iv itas enzim. Untuk menghindari proses
dipanaskan kembali dan ditambah larutan NaCl 1% pembusukan karena bakteri dan penurunan
sehingga diperoleh sampo yang jernih. Sampo yang kandungan protein, pada proses i ni dapat
Gambar 3. Limbah kulit dan tulang ikan patin sebagai bahan mentah untuk produk pangan dan industri.
22
Squalen Vol. 3 No. 1, Juni 2008
ditambahkan antibakteri dan antioksidan. Selama Anonim. 2007c. Statistik Kelautan dan Perikanan Tahun
proses ensilasi, silase akan terpisah menjadi 3 fase, 2006. Pusat Data Statistik dan Informasi.
Departemen Kelautan dan Perikanan. Badan Pusat
yaitu minyak, protein, dan padatan. Protein yang
Statistik Republik Indonesia.
diperoleh dalam proses ini kemudian di panaskan
Anonymous. 2007. Catfish 2007. Conference-attracts
pada suhu 80–85oC untuk meningkatkan kandungan global audience. Infofish International 4 : 26–32.
protein serta produk menjadi lebih stabil (Sorenson, Fawzya, Y.N., Murniyati., dan Suryaningrum, T.D. 2007.
2007). Protein yang terkandung dalam silase ini Persyaratan pengolahan produk perikanan.
sebesar 17–30% dan dapat digunakan sebagai pakan Kumpulan Hasil Penelitian Pascapanen Perikanan.
ternak. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Badan Riset
PENUTUP Kelautan dan Perikanan. p. 3–16.
Haryadi, R.D. 2007. Teknologi pembekuan pangan.
Tersedianya lahan produktif untuk pengembangan Food Review. Edisi Juli 2007.
budidaya ikan patin di beberapa daerah, semestinya Kammuri, Y. and Fujita, T. 1985. Surimi based product
and fabrication processes. Proceedings of The
mendorong Indonesia untuk mampu tampil sebagai
International Symposium on Engineered Seafood
produsen ikan patin seperti halnya Vietnam. Oleh Including Surimi. p. 254–263.
karena itu, peran strategis pemerintah (pusat maupun Micholowski, C. 2007. Industri perikanan dan kelautan
daerah), lembaga riset, swasta, serta perbankan menghadapi tahun 2007. Food Review. Edisi Januari
diharapkan dapat meningkatkan tumbuhnya industri 2007.
budidaya ikan patin yang selama ini belum Noer, H.F. 2007. Tantangan global dalam industri
dioptimalkan. Selain itu pengembangan budidaya ikan pangan. Food Review. Edisi Januari 2007.
patin dengan sistem sentra yang merupakan pusat Peranginangin, R., W ibowo, S., dan Fawya, Y.N. 1999.
Teknologi Pengolahan Surimi. Instalasi Penelitian
kegiatan budidaya di satu kawasan/lokasi tertentu
Perikanan Laut Slipi. Balai Penelitian Perikanan Laut
yang menggunakan bibit, teknologi, sarana yang Puslitbangkan. Departemen Pertanian. 24 pp.
sama, serta menghasilkan produk yang sejenis perlu Peranginangin, R., Haq, N., Ma’ruf, F.W., dan Rusli, A.
digalakkan. Dengan sistem sentra ini, maka usaha 2004. Ekstraksi gelatin dari kulit ikan ikan patin
budidaya akan menjadi lebih efisien dan dapat (Pangasius hypothalamus) secara proses asam. J.
mencapai skala ekonomis untuk berdirinya industri Penel. Perik. Indonesia. 10 (3) : 76–84.
pengolahan ikan patin, penanganan limbah dapat Purnomo, A. 2007. Menembus pasar ekspor produk
terkendali, dan mudah untuk melakukan pembinaan perikanan Indonesia. Food Review. II (7) : p. 12–15.
atau inovasi. Tumbuhnya sentra budidaya ikan patin Putro, S. 2007. Implikasi pasar global terhadap
perikanan budidaya. Bulletin eM-eS. PT Matahari
ini akan meningkatkan perekonomian nasional melalui Sakti. Edisi ke 14 : p. 16–21.
penerimaan devisa dan membuka lapangan kerja baik Schoemaker, R. 1991. Transportation of live and pro-
disektor budidaya (hatchery dan pembesaran), cessed seafood. Infofish Technical Handbook. 3.
pengolahan dan pemasaran sebagai sumber 29 pp.
pendapatan bagi ribuan nelayan serta pembudidaya Sorenson, N.K. 2007. Trun pangasius by products into
ikan. Pengembangan budidaya ikan patin dan inovasi cash. Infofish International. 4 : 34–38.
produk olahan ikan patin diharapkan mampu mengisi Suryaningrum, T.D., Ikasari, D., Peranginangin, R.,
Muljanah, I., Murniyati., dan Syamdidi. 2007. Laporan
kebutuhan pasar di Uni Eropa, Rusia, Timur Tengah,
Teknis Riset Peningkatan Nilai Tambah Udang dan
Australia, dan Amerika yang saat ini didominasi oleh Ikan Air Tawar. Balai Besar Riset Pengolahan
ikan patin “basa” dari Vietnam. Produk dan Bioteknolgi Kelautan dan Perikanan
Jakarta. 96 pp.
DAFTAR PUSTAKA Tahapari, E., Sularto, dan Hadi, W. 2007. Hasil Riset
Budidaya Ikan Patin. Makalah disampaikan pada
Anonim. 2007a. Ikan patin Vietnam terus melaju. Warta acara lokakarya hasil riset. 14 pp.
Perikanan. Edisi Mei 2007. No 45. Wijana, S., Hidayat, N., dan Hidayat, A. 2005. Mengolah
Anonim. 2007b. Marjin air untung atau buntung ? Warta minyak goreng bekas. Te kno Pangan. Trubus
Perikanan. Edisi Juni 2007. No 46 : 14–17. Agrisarana. 47 pp.
23