Anda di halaman 1dari 5

DAMPAK SEKTOR PERTANIAN DI DESA PILANGWETAN PURWODADI

PADA SAAT WABAH COVID-19

Dosen Pengampu : Dewi Hastuti, S.Pt., MP.

Penulis : Haidar Umam (20104011078)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

SEMARANG

2021
Pengantar

Penyebaran virus corona atau Covid-19 di dunia, termasuk ke Indonesia berdampak


ke sejumlah sektor usaha di Tanah Air. Mulai dari pariwisata hingga perdagangan, namun
tidak dengan sektor pertanian. Justru, pada sektor pertanian menjadi pengaman dan memiliki
peluang dalam menghadapi wabah Covid-19.Sektor pertanian harus menjadi kebutuhan
prioritas dalam menghadapi wabah saat ini.Indonesia termasuk negara agraris yang memberi
konsekuensi pertumbuhan kehidupan hampir keseluruhan masyarakat Indonesia, maka
perlunya perhatian pemeritah pada sektor pertanian yang kuat dan tangguh.Sektor ini tidak
bisa dianggap remeh, karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dasar umat
manusia.Dalam situasi seperti ini masyarakat banyak membutuhkan adanya jaminan akses
pangan yang mudah didapat dengan harga yang wajar atau normal bagi seluruh masyarakat.
Penyebaran Covid-19 sangat berbahaya dan berdampak luas ke berbagai sektor. Salah satu
imbasnya adalah terganggunya produksi petani di seluruh daerah (Komisi IV DPR RI-Siaran
Pers 23/3/2020).Kondisi saat ini sebagai momentum untuk menggenjot produksi pertanian
seperti buah dan sayur-sayuran serta komoditas perkebunan untuk meredam impor.

Secara khusus Covid-19 sangat berdampak pada pertanian daerah, salah satu dampak
Covid 19 salah satunya pertanian di Desa Pilangwetan. Beberapa wilayah pertanian di desa
Pilangwetan,memang terjadi penurunan pemesanan hasil panen dari pasar yang sangat draktis
hal ini disebabkan mulai sepinya pasar dan pelanggan.Beberapa harapan petani di Desa
Pilangwetan di tengah wabah Covid-19 tetap dapat melaksanakan aktivitas bertani seperti
biasanya dan selalu mendapat edukasi instansi mengenai wabah tersebut. Dan para petani
menginginkan hendakya pemerintah daerah terus berkontribusi memastikan pertanian
berjalan 1ancar dan aman terkhusus bahan pangan pokok yaitu petani padi itu sendiri.

Dengan adanya  Virus ini yang menginfeksi ribuan sektor perekonomian dunia.
Masyarakat Indonesia diharapkan tidak panik dengan stok pangan yang ada. Kita bisa
mengambil pelajaran dari wabah virus yang menyebar ini, untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas pertanian Indonesia sebagai pertanian yang unggul.
Pokok Permasalahan

Munculnya wabah Covid-19 tentulah memberi dampak atau berdampak pada sektor
pertanian di beberapa daerah di Indonesia,salah satu imbasnya di desa Pilangwetan
Purwodadi Jawa Tengah mengalami dampak penurunan penjualan di masa pandemi seperti
ini.

Setidaknya ada 6 dampak yang mempengaruhi sektor pertanian dimasa pandemi saat
ini,yaitu:

(1) Harga Pasar dan Pertanian. Ketika melihat meningkatnya tingkat kepedulian,
rekomendasi untuk “Jarak Sosial,” mengurangi perjalanan, menghindari keramaian,
penutupan dan praktik perlindungan lainnya untuk memperlambat penyebaran Covid-
19, konsumen akan membuat pilihan sulit tentang makanan, makan jauh dari rumah,
dan tidak normalnya pengeluaran. Tentu situasi ini akan menciptakan pasar dan
transaksi tidak normal, sehingga akan mempengaruhi stabilitas supply dan demand
barang dan jasa serta harga yang dimungkinkan meningkat,
(2)  Rantai Pasokan Melambat dan Kekurangan. Karena logistik terganggu dan
upaya-upaya dilanjutkan untuk memperlambat penyebaran virus, berbagai sektor
industri yang terhubung sudah terkena dampak. Dengan beberapa produk, “Pembelian
Panik” menciptakan kekhawatiran tambahan. Sebagai contoh gangguan rantai
pasokan di peternakan, American Veterinary Medical Association (AVMA)
menyarankan potensi produk-produk farmasi hewani dalam pasokan pendek untuk
setidaknya beberapa produsen obat yang lebih besar. Jika virus menyebar lebih luas di
negara pertanian seperti Wisconsin, bisa dilihat masalahnya dengan pengiriman dan
pengambilan produk pertanian sebagai pekerja, misalnya pengemudi truk susu tinggal
di rumah karena sakit atau karena mereka merawat anggota keluarga atau sekolah usia
anak-anak.
(3)  Kesehatan Petani. Petani adalah populasi yang relatif lebih tua, dibandingkan
dengan populasi pekerja umum. Sensus pada pelaku agri tahun 2017 menunjukkan
usia rata-rata operator pertanian hampir 58 tahun usianya, setidaknya sepuluh tahun
lebih tua dari pekerja di sebagian besar sektor lainnya. Tidak seperti pekerja industri
lainnya, operator pertanian, 26% berusia 65 tahun ke atas. 11,7% penuh dari operator
pertanian utama berusia 75 tahun ke atas. Jika Covid-19 ini tidak terbendung hingga
menembus petani dampaknya dan menimbulkan kepanikan aktivitas akan menambah
keterpurukan produksi pangan. Data dari negara lain yang telah melakukan pengujian
yang lebih luas menunjukkan bahwa Covid-19 memiliki tingkat keparahan yang jauh
lebih tinggi bagi mereka yang berusia 60-an dan lebih tua, yang berarti bahwa
rekomendasi pencegahan dan perlindungan harus menjadi perhatian serius pemerintah
serta kesadaran masyarakat untuk waspada.
(4)  Tenaga Kerja Pertanian. Bahkan jika tingkat infeksi populasi secara umum tetap
relatif rendah, kemungkinan kita akan melihat beberapa pekerja yang akhirnya sakit.
Tetapi, mungkin yang lebih penting, jika tingkat infeksi tetap rendah (satu digit),
sangat mungkin bahwa pekerja harus keluar dari pekerjaan terutama dengan
penutupan sekolah dan atau pekerja yang perlu tinggal di rumah untuk merawat orang
sakit atau lanjut usia, anggota keluarga. Ketakutan akan kejadian ini dan kurangnya
informasi juga dapat menyebabkan tingkat ketidakhadiran yang lebih tinggi.
(5)  Keselamatan Pekerja dan Alat Pelindung Diri (APD). Ada kekurangan APD dan
peralatan pelindung lainnya yang vital untuk mengoperasikan peternakan secara aman
dan menjaga kesehatan pekerja dan hewan. Sebagai hasil dari tuntutan saat ini oleh
industri kesehatan, persediaan respirator N-95 sangat terbatas (kemungkinan
diperlukan pada musim semi ini untuk menangani butiran berdebu sebagai akibat dari
kondisi panen yang kurang optimal pada musim gugur yang lalu). Ada juga
kekhawatiran yang dilaporkan tentang ketersediaan sarung tangan pelindung yang
kini menjadi hal biasa dalam operasi susu sebagai sarana pelindung untuk
meningkatkan kualitas susu dan melindungi kesehatan hewan dan manusia.
(6) Gangguan lainnya. Populasi yang jarang dan perjalanan yang lebih jarang dapat
memberikan jarak sosial yang alami bagi masyarakat pedesaan tetapi ada tantangan
yang mungkin dihadapi oleh penduduk pedesaan.Beberapa layanan diajarkan
secara online. Ini mungkin sulit bagi beberapa penduduk pedesaan karena layanan
internet berkecepatan tinggi tidak tersedia di beberapa wilayah negara termasuk
beberapa komunitas kami dengan basis pertanian yang kuat.                        

Solusi yang Diharapkan

Beberapa harapan petani ditengah wabah virus Corona ini tetap dapat melaksanakan
aktivitas bertani seperti biasanya dan selalu mendapat edukasi mengenai wabah virus corona
dan penanganan dalam mengurangi penyebaran virus corona ini. Melalui Kementrian
Pertanian telah mengeluarkan Surat Edaran Sekjen Kementrian Pertanian No.
1056/SE/RC.10/03/2020 tentang Strategi dalam Pencegahan dan Perlindungan Covid 19.
 Pertama, penyediaan bahan pangan pokok utamanya beras dan jagung bagi 267 juta
masyarakat Indonsia.
 Kedua, percepatan ekspor komunitas strategis dalam mendukung keberlangsungan
pertanian dan ekonomi nasional.
 Ketiga, sosialisasi kepada petani dan kepada petugas lapangan (PPL dan POPT) untuk
pencegahan berkembangnya virus corona sebagaimana standar.
 Keempat, pembuatan dan pengembangan pasar tani di setiap provinsi, optimasi
pangan lokal, kordinasi infrastuktur  logistik, dan e-Marketing.
 Kelima, program kegiatan padat karya agar sasaran pembanguan pertanian dicapai
dan masyarakat langsung menerima dana tunai.
Ada dua pertimbangan ekstra yang membuat urgensi sektor pertanian lebih tinggi.
Pertama, perdagangan internasional, termasuk sektor pertanian, sedang terganggu. Bahkan
beberapa negara melakukan restriksi ekspor produk pertanian, seperti yang dilaporkan
oleh WTO. Ini membuat sistem produksi pertanian dalam negeri menjadi krusial. Selain itu,
pandemi Covid-19 juga belum menunjukkan kepastian kapan berakhir, sehingga pencabutan
restriksi sosial/PSBB bisa saja akan tertunda-tunda. Satu pemodelan dari tim epidemiolog di
Universitas Harvard mengajukan kemungkinan diperlukannya penerapan strategi restriksi
sosial secara intermiten sampai tahun 2022 untuk menghindari ledakan ulang kasus Covid-19.
Kita harus menghindari krisis Covid-19 berubah menjadi krisis pangan. Urgensi yang kedua
adalah kemiskinan yang intensitasnya tinggi di pedesaan. Mempertahankan aktivitas ekonomi
di pedesaan menjadi relevan agar peningkatan angka kemiskinan tahun ini dapat diredam.
Tahun ini pun diramalkan akan ada kekeringan yang lebih parah dibandingkan biasanya. Ini
menambah resiko ambruknya sektor pertanian di luar dampak pandemi Covid-19. Semua ini
berdampak pada relevansi dan urgensi sektor pertanian untuk mendapat perhatian lebih dalam
penanganan krisis.

Referensi :

http://bem.unp.ac.id/news/LXYz0wPQDhbm2lsIW3jH/dampak-sektor-pertanian-indonesia-
di-masa-pandemi-wabah-covid-19

https://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/covid-19-peluang-dan-dampak-terhadap-sektor-
pertanian/

Anda mungkin juga menyukai