Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

“System Pendukukung Keputusan Dengan Pemilihan Merek Mie Instan Local Dengan
Menggunakan Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP)”

YUSRIL IHZA MAHENDRA


Q1A118119

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesat. Perkembangan yang


pesat tidak hanya teknologi perangkat keras dan perangkat lunak saja, tetapi metode
komputasi juga ikut berkembang. Salah satu metode komputasi yang cukup berkembang
saat ini adalah metode sistem pengambilan keputusan (Decisions Support System). Dalam
teknologi informasi, sistem pengambilan keputusan merupakan cabang ilmu yang letaknya
diantara system informasi dan sistem cerdas.

AHP adalah suatu proses rasionalitas sistemik. Dengan AHP dimungkinkan


mempertimbangkan suatu persoalan sebagai satu keseluruhan dan mengkaji interaksi
serempak dari berbagai komponen yang disusun secara berjenjang (hirarkis) sehingga
mudah dipahami dan dianalisis. AHP dapat digunakan untuk merangsang timbulnya
gagasan untuk melaksanakan tindakan kreatif, dan untuk mengevaluasi keefektifan
tindakan tersebut. Selain itu, untuk membantu para pemimpin menetapkan informasi apa
yang patut dikumpulkan guna mengevaluasi pengaruh faktor-faktor relevan dalam situasi
kompleks. AHP juga dapat melacak ketidakkonsistenan dalam pertimbangan dan
preferensi peserta, sehingga para pemimpin mampu menilai mutu pengetahuan para
pembantu mereka dan pemantapan pemecahan itu (Saaty & Vargas, 1993).

Penerapan AHP telah dilakukan di sejumlah penelitian. Sebagai contoh, di


Amerika Serikat dilakukan penerapan metode AHP.) mengaplikasikan metode AHP dalam
memilih Brand Quality mie instan. Pola konsumsi masyarakat kini telah banyak
dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup. Makanan-makanan yang cepat saji atau instan
kian digemari sebagai substitusi nasi. Salah satu dari makanan cepat saji itu adalah mie
instan. Produk ini bahkan kian menjadi pilihan sebagai pengganti bahan makanan pokok.
Pertimbangannya adalah kepraktisan, harga yang terjangkau, dan cukup mengenyangkan.

Brand (merek) saat ini tak hanya sekedar identitas suatu produk saja dan hanya
sebagai pembeda dari produk pesaing, melainkan lebih dari itu, merek memiliki ikatan
emosional istimewa yang tercipta antara konsumen dengan produsen. Pesaing bisa saja
menawarkan produk yang mirip, tapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional
yang sama. Pasar telah dibanjiri berbagai jenis barang yang diproduksi massal, akibatnya
konsumen pun menghadapi terlalu banyak pilihan produk, namun informasi tentang
kualitas - kualitas produk yang ada di pasaran sangat minimum sekali. Dalam kondisi
seperti itu, produsen harus punya keahlian untuk memelihara, melindungi, dan
meningkatkan kekuatan mereknya sebab pada saat brand equity sudah terbentuk, maka ia
akan menjadi aset yang sangat berharga sekali bagi perusahaan. Ekuitas merek sangat
berkaitan dengan seberapa banyak pelanggan suatu merek merasa puas dan merasa rugi
bila berganti merek (brand switching), menghargai merek itu dan menganggapnya sebagai
teman, dan merasa terikat kepada merek itu (Kotler, 2002 : 461).

Simamora (2001 : 66), mengatakan brand equity adalah kekuatan merek yang
memberikan nilai kepada konsumen. Brand equity, nilai total produk lebih tinggi dari nilai
produk sebenarnya secara obyektif. Ini berarti, bila brand equitynya tinggi, maka nilai
tambah yang diperoleh konsumen dari produk tersebut akan semakin tinggi pula
dibandingkan merek - merek produk lainnya. Menurut Aaker (1997), Ekuitas merek
adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan
simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau
jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan (Humdiana, 2005 : 43).

Pola konsumsi masyarakat kini telah banyak dipengaruhi oleh perubahan gaya
hidup. Makanan - makanan yang cepat saji atau instan kian digemari sebagai substitusi
nasi. Salah satu dari makanan cepat saji itu adalah mie instan. Produk ini bahkan kian
menjadi pilihan sebagai pengganti bahan makanan pokok. Pertimbangannya adalah
kepraktisan, harga yang terjangkau, dan cukup mengenyangkan. Meningkatnya
permintaan ini juga menimbulkan meningkatnya persaingan dikategori produk mie instan.
Produk - produk mie instan yang ada dipasaran antara lain : dari grup Indofood ada
Indomie, Sarimi dan Supermi; dari grup Wings Food ada Mie Sedaap; dari Grup ABC ada
Mie ABC dan Mie President; dari PT. Delly Food SC ada Miduo dan Mie Gelas ,dan lain
sebagainya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian AHP (Analytical Hierarcy Process)

AHP adalah prosedur yang berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai untuk
evaluasi atribut-atribut kualitatif. Atribut-atribut tersebut secara matematik dikuantitatif
dalam satu set perbandingan berpasangan, yang kemudian digunakan untuk
mengembangkan prioritas-prioritas secara keseluruhan untuk penyusunan alternatif-
alternatif pada urutan ranking / prioritas.
Metode AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif dari
persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan
keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata
bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numeric pada
pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai
pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling
tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut (Muslim, 2011).

B. Prinsip-Prinsip Dasar AHP

Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur
suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai
pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan
kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu
mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan
perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang
telah dibuat. (Saaty, 1993).

Kelebihan AHP dibandingkan dengan metode yang lainnya karena adanya struktur yang
berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai kepada sub- sub kriteria
yang paling mendetail. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi
inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil
keputusan.

Karena menggunakan input persepsi manusia, model AHP ini dapat mengolah data yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Jadi kompleksitas permasalahan yang ada di sekitar
kita dapat didekati dengan baik oleh model AHP ini. Selain itu AHP mempunyai
kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif dan multi- kriteria yang
didasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini
merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komperehensif.

Prinsip pokok AHP adalah prinsip berpikir analitis. Proses Pengambilan keputusan dalam
metodologi AHP didasarkan pada tiga prinsip pokok, yaitu :

1) Penyusunan Hirarki

Penyusunan hirarki permasalahan merupakan langkah untuk mendefinisikan masalah yang


kompleks ke dalam sub sistem, elemen, sub elemen dan seterusnya sehingga menjadi lebih
jelas dan detail. Hirarki keputusan disusun berdasarkan pandangan pihak-pihak yang
memiliki keahlian (expert) dan pengetahuan di bidang yang bersangkutan.

2) Penentuan Prioritas

Prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai bobot atau kontribusi elemen
tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan. Prioritas ini ditentukan berdasarkan
pandangan para pakar dan pihak-pihak yang kepentingan terhadap keputusan tersebut, baik
secara langsung (diskusi, wawancara) maupun tidak langsung (kuesioner).

3) Konsistensi Logis

Konsistensi jawaban responden dalam menentukan prioritas elemen merupakan prinsip


pokok yang akan menentukan validitas data dan hasil pengambilan keputusan. Menurut
Saaty, hasil penilaian yang dapat diterima adalah yang mempunyai rasio konsistensi lebih
kecil atau sama dengan 10%. Jika lebih besar dari itu berarti penilaian yang telah dilakukan

C. Langkah- Langkah Menggunakan AHP

Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode AHP diantaranya :

1. Definisikan persoalan dan rincian pemecahan yang diinginkan


2. Struktur hirarki dari sudut pandang menyeluruh
3. Buatlah sebuah matrik banding berpasangan untuk kontribusi atau pengaruh setiap
elemen yang relevan atas setiap kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat
diatasnya.
4. Dapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat
matriks dilangkah 3.
5. Setelah mengumpulkan semua data banding berpasangan, prioritas dicari dan
konsistensi diuji.
6. Laksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hierarki itu.
7. Gunakan komposisi secara hierarkis (sintesis) untuk membobotkan vektor-vektor
prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria
8. Evaluasi konsistensi untuk seluruh hieraraki.

D. Expert Choice

Expert Choice adalah sebuah perangkat lunak yang mendukung collaborative decision
dan system perangkat keras yang memfasilitasi grup pembuatan keputusan yang lebih efisien,
analitis, dan yang dapat dibenarkan. Metode yang digunakan pada program expert choice
adalah Analiyc Hierarchy Process (AHP).

Expert Choice menyediakan :

- Struktur untuk seluruh proses pengambilan keputusan


- Meningkatkan komunikasi
- Sebuah tool yang memfasilitasi kerja sama antara beberapa pihak yang
berkepentingan
- Analisis mengambil keputusan
- Memberi keputusan yang lebih cepat
- Keputusan akhir yang lebih baik dan dapat diterima
Gambar 1. Hasil Perhitungan Nilai Inkonsistensi Kriteria

Gambar 2. Hasil Perhitungan Inkonsistensi Pada Kriteria Harga

Gambar 3. Hasil Perhitungan Inkonsistensi Pada Kriteria Keaslian Rasa


Gambar 4. Hasil Perhitingan Inkonsistensi Pada Kriteria Daya Tahan Simpan
Apabila proses assessment telah dilakukan dan perhitungannya sudah dibuat pada
proses ini digunakan untuk mngetahui nilai inkosistensi dari elemen yang berada di
assessment. Hasil inkosistesi dari semua perhitungan semua kriteria memiliki nilai

inkosistesi 0,24 dengan perincian kriteria sebagai berikut, pada kriteria Keaslian rasa
yang merupakan kriteria paling penting dan tinggi nilainya sebesar 0,540 dibandingkan
dengan kriteria lain. Kriteria daya tahan simpan nilainya sebesar 0,297 dan kriteria
harga 0,163. Berikut adalah gambar grafik dari kriteria tersebut :
Gambar 5. Hasil Perhitungan Inkosistensi Pada Semua Kriteria Berdasarkan Prioritas
Tertinggi

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan alternative yang ada melalui proses
assessment masing-masing dari kriteria maka diperoleh hasil pemilihan Mie Intas
dengan varietas tertinggi adalah produk mie instan merek Mie Sedaap. Berikut detail
bobot nilai pada gambar dibawah :

Gambar 6. Bobot Nilai Pada Masing-Masing Merek Mie Instan


BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

AHP merupakan metode untuk membuat keputusan yang dapat membantu pihak-
pihak tertentu dalam mengambil keputusan serta menentukan pilihan yang terbaik untuk
mencapai hasil yang maksimal

Ada perbedaan antara merek mie instan SuperMie dengan Mie Sedaap bagi
mahasiswa mulai dari harga,rasa dan keawetan dari masing masing merek dan yang terpilih
adalah Mie Sedaap dengan bobot nilai 0,486 dengan menguunakan metode AHP.

B. Saran
Dalam menentukan suatu komponen yang meliputi alat dan bahan, pekerja dan yang
lainya perlu diperhitungkan dan ditentukan pilihan terbaik untuk mencapai hasil yang sesuai
atau maksimal, dan dalam menentukan itu semua perlu dipahamin pembelajaran mengenai
AHP.
DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David. A. 1997. Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta: Penerbit Mitra Utama.
Darmawan, Hidayah, S., Asnawati. 2016. Perbandingan Ekualitas Merek Indomie Dan Mie
Sedaap. Jurnal Manajemen. Vol. 8 (2)
Humdiana. 2005. Analisis Elemen-Elemen Ekuitas Merek Produk Rokok Merek Djarum
Black.Jakarta.
Kotler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas. Jakarta : PT. Indeks Kelompok
Gramedia.
Randall, P., Brown, L., Deschaine, L., Dimarzio, J., Kaiser, G., Vierow, J., 2004.
‘Application of the analytic hierarchy process to compare alternatives for the long
term management of surplus mercury.’ Journal of Environment Management, Vol. 71,
pp. 35 – 43.
Rimantho, D., Cahyadi, B., Dermawan, D., 2015. ‘Application analytic hierarchy process
(AHP) by utilizing the Expert Choice as a tool in decision-making: a case study of e-
waste management in Surabaya, Indonesia’. Proceeding 8 th International Seminar
on Industrial Engineering and Management, Malang, Jawa Timur.
Rimantho, D.; Rachel, M.; Cahyadi, B.; Kurniawan Y. 2016. Aplikasi Analytical Hierarchy
Process Pada Pemilihan Metode Analisis Zat Organik Dalam Air. JITI, Vol.15 (1)
Saaty, T.L. 1980. The Analytic Hierarchy Process. New York, USA: McGraw-Hill.
Saaty, TL.; Vargas, L.G. 1993. Models, Methods, Concept & Aplications of The Analytic
Hierarchy Process.
Simamora, Bilson. 2001. Remarketing For Business Recovery. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Wang, G., Qin, L.. Li, G., Chen, L. (2009). ‘Landfill site selection using spatial information
technologies and AHP: a case study in Beijing,’ China. Journal of Environment
Management, Vol. 90, pp. 2414 – 2421.

Anda mungkin juga menyukai