Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH UJI SENSORIK

“Uji Perbandingan Berpasangan”

YUSRIL IHZA MAHENDRA


Q1A118119

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
UJI SENSORIK
Karakteristik Dendeng Daging Lumat Ikan Tongkol Dengan Penambahan Tepung Rumput Laut
Eucheuma Cottonii
Reni Lobo*, Joko Santoso, Bustami Ibrahim

Abstrak
Produk dendeng pada umumnya memiliki tekstur yang keras sehingga kurang diminati oleh konsumen.
Tujuan penelitian ini untuk menentukan karakteristik dendeng daging lumat ikan tongkol (Euthynnus
affinis) dengan penambahan tepung rumput laut E. cottonii sehingga diminati oleh konsumen. Hasil
karakteristik tepung rumput laut yang diperoleh di antaranya kandungan serat pangan 73,95±0,45%,
viskositas 107,02±0,51 cPs, kekuatan gel 435,03±4,99 g/cm2, karaginan 54,56±0,18%, kandungan logam
berat Hg dan Pb yaitu <0,002 dan <0,004 mg/kg dan Cd yaitu 0,063±0,01 mg/kg, kadar air 12,63±0,08%,
dan rendemen yaitu 6,07±0,08%. Penambahan tepung rumput laut E. cottonii 2,5% pada dendeng lumat
ikan tongkol menghasilkan dendeng dengan kualitas terbaik dengan nilai masing-masing adalah
kenampakan (7,60), aroma (7,67), tekstur (7,57), serta rasa (7,63) dengan skala 1-9. Hasil uji perbandingan
dengan dendeng komersial (dendeng sapi) memberikan nilai positif dan dapat disimpulkan bahwa hasil
produk dendeng ikan tongkol memiliki mutu sensori yang lebih baik dibandingkan dengan dendeng
komersial dan dapat diterima oleh panelis. Hasil analisis proksimat dendeng yaitu kadar protein
30,24±0,11%, air 11,32±0,02%, lemak 3,03±0.00%, dan abu 5,69±0,06%. Hasil analisis tekstur yaitu
hardness 827,50±15,67, adhesivness 0,09±0,02, dan fracture 10,95±2,24.
PENDAHULUAN

Ikan tongkol (Euthynnus affinis) adalah spesies Uji pembedaan pasangan yang juga
dari kelas Scromboidae dan merupakan salah satu disebut dengan paired comperation, paired test
komoditas utama perikanan laut Indonesia. atau comparation merupakan uji yang sederhana
Produksi ikan tongkol dari tahun 2014-2017 dan berfungsi untuk menilai ada tidaknya
mengalami peningkatan dari 208.522 menjadi perbedaan antara dua macam produk. Biasanya
471.009 ton dan ikan tongkol hampir tersebar produk yang diuji adalah jenis produk baru
merata di seluruh perairan Indonesia, diantaranya kemudian dibandingkan dengan produk terdahulu
perairan Barat Sumatera, Selatan Jawa, Selat yang sudah diterima oleh masyarakat. Dalam
Malaka, Timur Sumatera, Kalimantan, dan penggunaannya uji pembedaan pasangan dapat
Selatan Sulawesi (KKP 2018). Intarasirisawat et memakai produk baku sebagai acuan atau hanya
al. (2011) melaporkan bahwa ikan tongkol membandingkan dua contoh produk yang diuji.
memiliki kandungan protein 18,16-20,15%, Sifat atau kriteria contoh disajikan tersebut harus
lemak 3,295,68% dan abu 1,79-2,10%. jelas dan mudah untuk dipahami oleh panelis.
Ikan tongkol merupakan komoditas yang Dendeng yang ditemui di pasaran
mudah mengalami kemunduran mutu karena biasanya terbuat dari daging sapi karena
mengandung protein dan kadar air yang tinggi, mengingat citarasanya yang spesifik sedangkan
sehingga diperlukan upaya agar ikan dapat dendeng ikan belum banyak dipasarkan. Ikan
bertahan lebih lama dan meningkatkan nilai tongkol dapat digunakan sebagai bahan baku
produk diperlukan pengolahan yang baik dari dendeng karena memiliki kandungan gizi seperti
segi gizi, daya tahan dan nilai ekonomi, salah satu protein sehingga sangat memungkinkan untuk
usaha yang dilakukan adalah dengan cara diolah menjadi produk olahan dendeng yang baik
membuat dendeng. Dendeng adalah produk untuk dipasarkan. Beberapa merek dendeng
pangan yang berbentuk lempengan terbuat dari daging sapi di pasaran memiliki tekstur yang
daging segar dan atau daging beku, yang diiris keras, karena tekstur bahan baku daging sapi
atau digiling, ditambah bumbu dan dikeringkan yang keras, biasanya dipotong pada umur yang
dengan sinar matahari atau alat pengering, tua dan kadar kolagen yang tinggi. Kolagen
dengan atau tanpa penambahan bahan pangan merupakan penyusun utama protein jaringan ikat
lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan dan semakin banyak kandungan kolagen maka
(BSN 2013). daging menjadi lebih keras. Diversifikasi pangan
berupa dendeng ikan sudah dilaporkan oleh
Menurut Soekarto (1985), pengujian Ikhsan et al. (2016) namun menghasilkan mutu
organoleptik mempunyai macam-macam cara.
yang netral dan kurang disukai oleh konsumen.
Cara-cara pengujian itu dapat digolongkan dalam
beberapakelompok. Cara pengujian yang paling Ikan tongkol (Euthynnus affinis) adalah
populer adalah kelompok pengujianpembedaan spesies dari kelas Scromboidae dan merupakan
(deference test ) dan kelompok pengujian salah satu komoditas utama perikanan laut
pemilihan (preference test).Di samping kedua Indonesia. Produksi ikan tongkol dari tahun
kelompok pengujian itu, dikenal juga pengujian 2014-2017 mengalami peningkatan dari 208.522
skalar danpengujian deskripsi. Jika kedua menjadi 471.009 ton dan ikan tongkol hampir
pengujian pertama banyak digunakan tersebar merata di seluruh perairan Indonesia,
dalampenelitian, analisis proses dan penilaian diantaranya perairan Barat Sumatera, Selatan
hasil akhir, maka dua kelompok pengujian yang Jawa, Selat Malaka, Timur Sumatera, Kalimantan,
terakhir ini banyak digunakan dalam pengawasan dan Selatan Sulawesi (KKP 2018).
mutu. Intarasirisawat et al. (2011) melaporkan bahwa
ikan tongkol memiliki kandungan protein 18,16- produsen dendeng harus memperhatikan kualitas
20,15%, lemak 3,295,68% dan abu 1,79-2,10%. dendeng dari segi teksturnya. Karakteristik
Ikan tongkol merupakan komoditas yang mudah dendeng yang harus dipenuhi yaitu memiliki
mengalami kemunduran mutu karena tekstur kenyal dan lembut serta memiliki rasa
mengandung protein dan kadar air yang tinggi, yang dapat diterima oleh konsumen sehingga
sehingga diperlukan upaya agar ikan dapat diperlukan bahan tambahan yang dapat
bertahan lebih lama dan meningkatkan nilai memperbaiki sifat dari dendeng ikan. Salah satu
produk diperlukan pengolahan yang baik dari bahan tambahan yang dapat digunakan yaitu
segi gizi, daya tahan dan nilai ekonomi, salah satu rumput laut merah (E. cottonii). Rumput laut
usaha yang dilakukan adalah dengan cara digunakan sebagai bahan tambahan pada produk
membuat dendeng. Dendeng adalah produk pangan dan sudah dilaporkan sebagai bahan
pangan yang berbentuk lempengan terbuat dari tambahan dalam pembuatan produk olahan yang
daging segar dan atau daging beku, yang diiris meningkatkan nilai gizi dan tekstur pada produk
atau digiling, ditambah bumbu dan dikeringkan olahan (Agusman et al. 2014; Gultom et al. 2015;
dengan sinar matahari atau alat pengering, Santosa et al. 2016; Roohinejad et al. 2017;
dengan atau tanpa penambahan bahan pangan Ardianti et al. 2018).
lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan
Susanto et al. (2016) menyatakan bahwa
(BSN 2013). Dendeng yang ditemui di pasaran
rumput laut kaya akan kandungan zat gizi yaitu
biasanya terbuat dari daging sapi karena
mineral, asam lemak, dan asam amino bebas.
mengingat citarasanya yang spesifik sedangkan
Rumput laut E. cottonii mempunyai manfaat
dendeng ikan belum banyak dipasarkan. Ikan
tongkol dapat digunakan sebagai bahan baku dalam bidang pangan karena menghasilkan
metabolit primer senyawa hidrokolid yang
dendeng karena memiliki kandungan gizi seperti
disebut karaginan yang bersifat sebagai pengatur
protein sehingga sangat memungkinkan untuk
keseimbangan, bahan pengental, pembentuk gel,
diolah menjadi produk olahan dendeng yang baik
dan pengemulsi. Beberapa penelitian menyatakan
untuk dipasarkan. Beberapa merek dendeng
bahwa karaginan digunakan dalam industri
daging sapi di pasaran memiliki tekstur yang
pangan di antaranya pembuatan kue, roti,
keras, karena tekstur bahan baku daging sapi
makaroni, jelly, sari buah, bir, es krim dan juga
yang keras, biasanya dipotong pada umur yang
tua dan kadar kolagen yang tinggi. Kolagen pelapis daging. Penggunaan karaginan dibidang
pangan mempunyai persentase tinggi, utamanya
merupakan penyusun utama protein jaringan ikat
dan semakin banyak kandungan kolagen maka sebagai gelling agent pada saus, pasta ikan dan
daging menjadi lebih keras. Diversifikasi pangan meat product (32%), flavor 12% dan emulsifier
pada es krim (10%) (Kemenperin 2016).
berupa dendeng ikan sudah dilaporkan oleh
Penelitian dendeng ikan tongkol dengan
Ikhsan et al. (2016) namun menghasilkan mutu
penambahan rumput laut E. cottonii belum
yang netral dan kurang disukai oleh konsumen.
pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk
Purdiyanto (2016) juga menyatakan menentukan karakteristik dendeng daging lumat
bahwa dendeng yang disukai oleh konsumen ikan tongkol (E. affinis) dengan penambahan
adalah dengan tekstur yang tidak keras dan tepung rumput laut merah (E. cottonii).
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah rumput Barat. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam
laut E. Cottonii dari kabupaten sabu raijua, analisis adalah larutan n-heksana 100 mL, 200
provinsi nusa tenggara timur san ikan tongkol (e. mL larutan H2SO4 0,2 N, 200 mL larutan NaOH
affinis) dari Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa 0,3 N, 25 mL larutan K2SO4 10%, akuades,
alkohol 95%, KCl 0,16%. Alat-alat yang serat pangan dengan metode Sudarmadji et al.
digunakan adalah blender (miyako CH501, (1984), viskositas dan kekuatan gel (FMC Corp
China), mixer (miyako SM-620, China), drum 1977), kadar karaginan (Bana et al. 2015) dan
dryer (double), food procecsing and packaging logam berat berdasarkan metode SNI (2015).
machine (cipta utama, Japan), oven (Setra
dehydrator FD-30 BRAND GETRA, USA), Proses Pembuatan Dendeng Lumat Ikan Tongkol
timbangan electronic kitchen scale (SF400, Proses pembuatan dendeng daging lumat
China), hot plate (Favorit HP0707V2, Malaysia), ikan tongkol mengacu pada metode Ikhsan et al.
mikro pipet (Gilson, Swiss) dan UV-Vis RS (2016) yang dimodifikasi. Ikan tongkol dicuci
Spectrophotometer (UV-2500, Japan). kemudian difillet, selanjutnya daging ikan
digiling menggunakan food processor dan
Metode Penelitian
packaging machine, kemudian dilakukan
Preparasi Sampel dan Proses pembuatan Tepung pencucian satu kali dengan air dingin 5-10°C.
Rumput Laut Daging ikan tongkol lumat diformulasikan
dengan tepung E. cottonii, dengan persentase
Proses pembuatan tepung rumput laut
masing-masing dari total daging 0; 2,5; 5; 7,5 dan
mengacu pada Kordi dan Ghufran (2011) yang
10%. Hasil formulasi ditambahkan bumbu-
meliputi sortasi, pencucian, perendaman,
bumbu yang telah dihaluskan di antaranya: gula
penghancuran dan pengeringan. Sortasi rumput
Sabu (15%), bawang merah (5%), bawang putih
laut yaitu memisahkan ukuran dan bentuk untuk (1,5%), garam (2%), ketumbar (1,5%), lengkuas
digunakan, kemudian dilakukan pencucian
(2%), air asam jawa (3%) dan jahe (1%). Gula
dengan air tawar untuk menghilangkan benda- Sabu adalah gula berbentuk cairan yang sangat
benda asing seperti kerikil, batu-batuan, lumpur, kental dan sumber utamanya dari pohon lontar di
kerang, selanjutnya dilakukan perendaman
Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
selama 24 jam yang bertujuan untuk
Proses pencampuran ini dilakukan dengan
membersihkan dari kotoran-kotoran yang masih
menggunakan mixer selanjutnya dicuring dengan
melekat dan mengurangi bau amis khas rumput
semua bumbu-bumbu selama 2 jam. Adonan
laut dan ditiriskan hingga kering. Penghancuran dendeng ikan diratakan di atas tray ukuran 36x30
atau pengecilan ukuran dilakukan menggunakan cm dengan ketebalan 3 mm dan permukaannya
alat blender. Pengeringan dilakukan diratakan dengan menggunakan pisau untuk
menggunakan alat drum dryer (double) dengan meluruskan seratserat pada daging dendeng ikan.
suhu 120°C 1 jam. Hasil pengeringan selanjutnya
Tahap terakhir adalah pengeringan menggunakan
diayak menggunakan ayakan dengan ukuran 48
oven pada suhu 70°C selama 6 jam. Keuntungan
mesh hingga didapat tepung rumput laut. Tujuan
dari pengeringan mekanik adalah dapat dilakukan
dilakukan pengeringan yaitu mengurangi kadar
terus-menerus, kapasitas alat pengering besar,
air dari bahan sampai batas tertentu mutu hasil ikan yang dihasilkan baik. Hasil
perkembangan mikroorganisme yang dapat
dendeng kemudian dianalisis organoleptik untuk
menyebabkan pembusukan terhenti yaitu dengan mendapatkan hasil dendeng terbaik dengan skala
nilai aw= 0,70 sudah dianggap cukup baik dan 1-9 (amat sangat tidak suka sampai dengan amat
tahan selama penyimpanan, demikian juga
sangat suka). Hasil dendeng terbaik diuji
perubahan-perubahan akibat kegiatan enzim yang
perbandingan dengan dendeng komersial
menjadikan bahan produk tidak mudah rusak
(dendeng sapi) dengan metode Soekarto (1985)
sehingga mempunyai daya awet lebih lama dan
dan analisis tekstur berdasarkan metode
memudahkan dalam pengolahan selanjutan.
Rosenthal (1999).
Tepung rumput laut kemudian dianalisis kadar
Metode
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik tepung rumput laut E. cottonii
Tepung rumput laut E. cottonii dari Kappa-karaginan menghasilkan gel yang kuat
perairan Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa (rigid), sedangkan iota-karaginan membentuk gel
Tenggara Timur memiliki warna putih cerah. yang halus (flaccid) dan mudah dibentuk. Kordi
Hasil ini dapat dilihat pada Figure 1. dan Ghufran (2011) menjelaskan bahwa rumput
Karakteristik tepung rumput laut ini dapat dilihat laut E. cottonii menghasilkan kappa-karaginan
pada Table 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa
Viskositas tepung E. cottonii memiliki
tepung E. cottonii mempunyai kandungan serat
nilai 107,02±0,51 cPs. Hasil ini lebih rendah
pangan 73,95±0,45%. Tepung E. cottonii dalam
penelitian ini mengandung serat pangan lebih dibandingkan hasil penelitian Chaidir (2006)
tinggi daripada penelitian Agusman et al. (2014) yaitu 4970,40 cPs. Nilai viskositas yang berbeda
yaitu 66,40% dan lebih rendah dibandingkan kemungkinan dipengaruhi oleh kadar air pada
hasil penelitian Chaidir (2006) yaitu 84,34%. rumput laut dan suhu ekstraksi.
Proses pengeringan dapat merusak kandungan Karakteristik sensori dendeng lumat ikan tongkol
serat, hal ini karena suhu yang digunakan dalam dengan penambahan tepung E. cottonii
proses pengeringan rumput laut adalah 120°C.
Agusman et al. (2014) mengemukakan bahwa Dendeng lumat ikan tongkol dengan
proses pemanasan dapat merusak beberapa penambahan tepung E. cottonii 0 (kontrol); 2,5;
kandungan kimia yang ada dalam rumput laut. 5; 7,5 dan 10%, dapat dilihat pada Figure 2. Hasil
Serat pangan dapat digunakan untuk organoleptik dendeng lumat ikan tongkol dengan
memperbaiki tekstur pada produk pangan. penambahan tepung E. cottonii disajikan dalam
Struktur mikroskopik serat pangan berbentuk bentuk grafik batang pada Figure 3 dan Table 2.
kapiler dan memiliki kemampuan lebih untuk Nilai semakin besar menunjukkan semakin
mengikat air dan minyak. disukai dengan skala 1-9. Parameter organoleptik
yang diamati dalam penelitian ini antara lain
Hasil analisis kandungan karaginan pada kenampakan, aroma, tekstur dan rasa.
tepung E. cottonii yaitu 54,56±0,18%, persentase
tersebut lebih rendah dibandingkan penelitian Kenampakan
yang dilakukan oleh Anton (2017) yaitu Kenampakan adalah penilaian yang
61,54±0,78%. Rendahnya kandungan karaginan berhubungan dengan penampilan suatu produk
dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya pola yang dapat dilihat secara visual dengan indera
budidaya, kualitas air, suhu dalam ekstraksi, penglihatan yaitu mata. Kenampakan yang
ketersediaan unsur nutrien pada perairan dan menarik dapat mempengaruhi ketertarikan
kekuatan gel pada tepung E. cottonii yang tinggi. seseorang untuk mencoba dan merasakannya.
Karaginan adalah polisakarida linier dan molekul Berdasarkan hasil organoleptik pada Figure 3
galaktan dengan unit utama galaktosa (lebih dari untuk parameter kenampakan memiliki nilai rata-
1000 residu galaktosa) yang berfungsi sebagai rata 6,737,60 (agak suka sampai sangat
penstabil, pengental, pembentuk gel, pengemulsi suka) .dengan nilai rata-rata tertinggi pada
dan pengikat air
(Distantina et al. 2011). Karaginan dibedakan
berdasarkan stereotip struktur molekul dan posisi
ion sulfatnya, yaitu iota-karaginan, kappa-
karaginan dan lamda-karaginan. Ketiga macam
karaginan mempunyai sifat yang berbeda yaitu
dalam sifat gel dan reaksinya terhadap protein.
penambahan konsentrasi tepung E. cottonii 2,5%
yaitu 7,60

,
Figure 1 Minced tuna (E. affinis) jerky with seaweed addition E. Cottonii. D1 = with seaweed addition
0% (control); D2 = with seaweed addition 2,5%; D3 = with seaweed addition 5%; D4 = with seaweed
addition 7,5%; D5 = with seaweed addition 10%.

dan nilai rata-rata terendah pada penambahan (p<0,05) terhadap tingkat kesukaan panelis pada
konsentrasi tepung 10% yaitu 6,73. kenampakan dendeng. Uji lanjut Duncan
menunjukan bahwa penambahan tepung E.
Hasil uji nonparametrik Kruskal Wallis
cottonii berbeda nyata. Hal ini berarti
dapat diketahui bahwa penambahan tepung E.
penambahan tepung E. cottonii berpengaruh
cottonii memberikan pengaruh yang nyata
terhadap kenampakan. Hasil uji statistik pada Hasil uji nonparametrik Kruskal Wallis
Table 2 menunjukan bahwa perlakuan tepung E. dapat diketahui bahwa penambahan tepung E.
cottonii 2,5% menghasilkan nilai organoleptik cottonii memberikan pengaruh yang nyata
kenampakan yang tinggi. Hal ini juga sejalan (p<0.05) terhadap tingkat kesukaan panelis pada
dengan penelitian Mutamimah dan Dewi (2014) tekstur dendeng. Uji lanjut Duncan menunjukan
yang menyatakan bahwa penambahan tepung E. bahwa penambahan tepung E. cottonii berbeda
cottonii 2,5% memberikan pengaruh sangat nyata nyata (Table 2). Hal ini berarti penambahan
terhadap nilai rata-rata indikator kenampakan tepung E. cottonii berpengaruh terhadap tekstur
pada bakso bakar dengan kombinasi daging sapi dendeng yang diuji secara umum dapat diterima
dan ikan patin yang disukai oleh konsumen. oleh panelis. Tepung E. cottonii memiliki sifat
Penelitian Karim dan Aspari (2015) juga yang dapat membentuk gel dan akan
menyatakan uji organoleptik bakso ikan gabus mempengaruhi tekstur pada produk pangan yang
dengan penambahan tepung karaginan 5% ditambahkan. Penambahan tepung E. cottonii
memberikan pengaruh terhadap parameter dengan konsentrasi yang semakin tinggi akan
kenampakan yaitu netral hingga suka. menyebabkan tekstur semakin keras dan rapuh,
dan akan menyebabkan dendeng tidak disukai
Aroma oleh panelis. Dendeng dengan penambahan
Aroma merupakan suatu penilaian yang tepung E. cottonii 2,5% lebih disukai oleh panelis
ditimbulkan oleh makanan dan dapat membuat dibandingkan dengan perlakuan penambahan 5;
seseorang memiliki ketertarikan untuk menyukai 7,5 dan 10%. Agusman et al. (2014) menyatakan
dan memakannya. Aroma berhubungan dengan bahwa penambahan tepung E. cottonii dengan
komponen volatil dari suatu bahan, semakin konsentrasi 7% menyebabkan mutu hedonik
banyak komponen volatil yang terdapat pada beras analog berbahan dasar mocaf yang
suatu bahan maka aroma yang terbentuk akan dihasilkan keras dan rapuh. Penambahan tepung
lebih tajam (Ibrahim et al. 2014). Hasil uji rumput laut pada pembuatan dodol susu dengan
organoleptik untuk parameter aroma memiliki konsentrasi berbeda memberikan perbedaan yang
nilai ratarata 6,80-7,67 (agak suka sampai sangat sangat nyata terhadap keempukan dodol susu, dan
suka) dengan nilai tertinggi pada penambahan perbedaan tekstur juga disebabkan karena
tepung E. cottonii 2,5% yaitu 7,67 dan terendah meningkatnya konsentrasi tepung rumput laut
pada penambahan tepung 10% yaitu 6.80. yang digunakan (Prastyawan et al. 2014). Karim
dan Aspari (2015) menyatakan bahwa
Tekstur penambahan tepung karaginan 5% pada bakso
Tekstur dari suatu produk bila dilihat ikan gabus memberikan pengaruh yang nyata
secara fisik dapat mempengaruhi cita rasa pada parameter tekstur yaitu suka.
makanan. Setyaningsih et al. (2010) menyatakan Rasa
bahwa tekstur memiliki sifat kompleks dan
terkait dengan struktur bahan yang terdiri dari Rasa merupakan penilaian terhadap suatu
tiga elemen, yaitu mekanik (kekerasan, yang dirasakan melalui indera pengecap dengan
kekenyalan), geometrik (berpasir, beremah), dan alat yaitu lidah. Susunan syaraf yang terdapat
mouthfeel (berminyak, berair). Hasil uji pada lidah menyebabkan manusia dapat
organoleptik untuk parameter tekstur memiliki merasakan rasa manis, asam, asin, maupun pahit.
nilai rata-rata 6,43-7,57 (agak suka sampai sangat Hasil organoleptik untuk parameter rasa memiliki
suka) dengan nilai rata-rata tertinggi pada nilai rata-rata 6,67-7,63 (agak suka sampai sangat
penambahan konsentrasi tepung E. cottonii 2,5% suka) dengan nilai rata-rata tertinggi pada
yaitu 7,57, dan terendah pada penambahan penambahan konsentrasi tepung E. cottonii 2,5%
konsentrasi tepung E. cottonii 10% yaitu 6,43. yaitu 7,63 dan nilai rata-rata terendah pada
penambahan konsentrasi tepung 10% yaitu 6,67.
Perbandingan Pasangan dengan 0% (kontrol) dan produk komersial. Uji
perbandingan pasangan pada dendeng ikan
Uji perbandingan berpasangan dilakukan
tongkol dengan penambahan tepung E. cottonii
untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan
dengan nilai tertinggi ada rasa yaitu 1,83, tekstur
produk baru apabila dibandingkan dengan produk
1,80, aroma 1,70 dan kenampakan sebesar 1,53.
komersial. Uji perbandingan berpasangan
Hal ini disebabkan tepung E. cottonii mempunyai
dilakukan pada produk dendeng 0% (kontrol) dan sifat yang menghasilkan gel dan berpengaruh
produk dendeng dengan penambahan tepung E. pada dendeng lumat ikan tongkol dan bahan
cottonii terbaik yaitu 2,5% terhadap dendeng
tambahan yang digunakan seperti bumbubumbu
komersial. Dendeng komersial yang digunakan
dan gula tercampur merata.
sebagai pembanding adalah dendeng sapi. Hasil
uji perbandingan pasangan memberikan nilai Hasil uji perbandingan pasangan pada
positif dan dapat disimpulkan bahwa produk dendeng ikan tongkol dengan penambahan
dendeng dengan penambahan tepung E. cottonii tepung E. cottonii 2,5% menghasilkan dendeng
mutunya lebih baik dari dendeng komersial dan yang disukai panelis dari pada dendeng 0% dan
disukai oleh panelis. Diagram hasil uji dendeng komersial, karena dendeng memiliki
perbandingan pasangan dendeng lumat ikan kenampakan menarik dan warna coklat cerah.
tongkol dengan penambahan tepung E. cottonii Tepung rumput laut yang digunakan juga
disajikan pada Figure 4. Nilai semakin besar memiliki partikel yang kecil dan konsentrasi yang
menunjukan semakin disukai dengan skala -3 digunakan sedikit dan tercampur merata. Aroma
sampai 3. dendeng ikan tongkol dengan spesifik yang kuat
mencirikan kualitasnya yang bagus dan tidak
Hasil uji perbandingan pasangan pada
adanya aroma tambahan tepung rumput laut.
dendeng ikan tongkol menunjukan bahwa
Tekstur dendeng yang dihasilkan kenyal dan
perlakuan penambahan tepung E. cottonii 2,5% lembut, serta rasa dendeng ikan tongkol spesifik
memberikan nilai lebih tinggi jika dibandingkan
yang kuat mencirikan kualitasnya bagus
KESIMPULAN Hal ini disebabkan tepung E. cottonii mempunyai
sifat yang menghasilkan gel dan berpengaruh
Hasil uji perbandingan pasangan pada
pada dendeng lumat ikan tongkol dan bahan
dendeng ikan tongkol menunjukan bahwa
tambahan yang digunakan seperti bumbubumbu
perlakuan penambahan tepung E. cottonii 2,5%
dan gula tercampur merata. Hasil uji
memberikan nilai lebih tinggi jika dibandingkan
perbandingan pasangan pada dendeng ikan
dengan 0% (kontrol) dan produk komersial. Uji tongkol dengan penambahan tepung E. cottonii
perbandingan pasangan pada dendeng ikan 2,5% menghasilkan dendeng yang disukai panelis
tongkol dengan penambahan tepung E. cottonii
dari pada dendeng 0% dan dendeng komersial,
dengan nilai tertinggi ada rasa yaitu 1,83, tekstur
karena dendeng memiliki kenampakan menarik
1,80, aroma 1,70 dan kenampakan sebesar 1,53.
dan warna coklat cerah.
.
DAFTAR PUSTAKA
Intarasirisawat R, Benjakul S, Visessanguan W. Engineering and Technology. 54: 738-
2011. Chemical compositions of the roes 741.
from skipjack, tongol and bonto. Journal
Agusman, Apriani SNK, Murdinah. 2014.
Food Chemistry. 124(4): 1328-1334.
Penggunaan tepung rumput laut
Ikhsan M, Muhsin, Patang. 2016. Pengaruh Eucheuma cottonii pada pembuatan
variasi suhu pengering terhadap mutu beras analog dari tepung modified
dendeng ikan lele dumbo (Clarias cassava flour (MOCAF). Jurnal
gariepinus). Jurnal Pendidikan Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan
Teknologi Pertanian. 2(1): 114-122. dan Perikanan. 9(1): 1-10.
Susanto E, Fahmia AS, Abe M, Hosokawa M, Lobo, R., Santoso, J., Ibrahim, Bustami.,
Miyashita K. 2016. Lipids, fatty acids, Karakteristik Dendeng Daging Lumat
and fucoxanthin content from temperate Ikan Tongkol Dengan Penambahan
and tropical brown seaweeds. Aguatic Tepung Rumput Laut Eucheuma
Procedia. 7(1): 66-75. Cottonii. Jphpivolume 22 (2).
Kordi M, Ghufran H. 2011. Rumput laut. [BSN] Badan Standardisasi Indonesia. 2013.
Yogyakarta (ID): Penerbit Lily Dendeng sapi. SNI 01-2908:2013.
Publising. Jakarta (ID): Badan Standarisasi
Nasional.
Soekarto ST. 1985. Penilaian Organoleptik
untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Jakarta (ID): Penerbit
Bhratara Karya Aksara.
Chaidir A. 2006. Kajian rumput laut sebagai
sumber serat alternatif untuk minuman
berserat. [Tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor
Distantina S, Wiratni, Fahrurrozi M, Rochmadi.
2011. Carrageenan properties extracted
from Eucheuma cottonii, Indonesia.
World Academy of Science,

Anda mungkin juga menyukai