Dokumen RFP
Dokumen RFP
REPUBLIK INDONESIA
TA 2016
PEMBERITAHUAN PENTING
Dokumen Permintaan Proposal (Request For Proposal atau RfP) ini diterbitkan oleh
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama Pemerintah (“PJPK”) Kementerian Perhubungan
dalam rangka Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api
Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan (“Proyek”), untuk para peserta
yang telah lulus tahap prakualifikasi (“Peserta Lelang”), dengan tujuan untuk
menyediakan instruksi dan prosedur bagi Peserta Lelang dalam menyiapkan dan
menyampaikan dokumen penawaran Proyek.
Dokumen Permintaan Proposal ini tidak dimaksudkan untuk memuat semua informasi
yang mungkin diperlukan atau diinginkan Peserta Lelang. Dokumen Permintaan Proposal
ini disampaikan untuk membantu Peserta Lelang dalam melakukan evaluasi atau kajian
sendiri terhadap Proyek. Dalam segala hal, Peserta Lelang harus melakukan kajian dan
analisis sendiri atas informasi yang disampaikan dalam Dokumen Permintaan Proposal ini.
Panitia Pengadaan tidak menjamin ketepatan dan kelengkapan informasi yang
disampaikan dalam Dokumen Permintaan Proposal ini, atau tidak menyatakan bahwa
informasi yang disampaikan di sini adalah semua informasi yang diperlukan untuk
melakukan penawaran atau pembangunan Proyek yang dimaksud. Setiap Peserta Lelang
menerima tanggung jawab penuh untuk melakukan analisis secara independen terhadap
kelayakan Proyek serta mengumpulkan dan menyajikan semua informasi yang diperlukan.
PJPK dan Panitia Pengadaan secara tegas melepaskan diri dari kewajiban atau tugas (baik
dalam kontrak, kesalahan atau sebaliknya) kepada setiap Peserta Lelang. Peserta Lelang
menanggung semua tanggung jawab yang terkait dengan Proyek dan tidak ada
penyesuaian akan dibuat berdasarkan penafsiran Peserta Lelang terhadap informasi yang
diberikan.
Baik Kementerian Perhubungan sebagai PJPK, Panitia Pengadaan, konsultan dari Panitia
Pengadaan, dan lembaga pemerintahan lainnya serta konsultannya yang terkait tidak
membuat pernyataan (baik tersurat maupun tersirat) atau jaminan mengenai keakuratan
atau kelengkapan atas Dokumen Permintaan Proposal ini atau informasi yang terdapat
didalamnya dan tidak mempunyai kewajiban untuk menjamin ketepatan atau
kelengkapan dari Dokumen Permintaan Proposal ini atau informasi yang terdapat di
dalam Dokumen Permintaan Proposal ini atau setiap komunikasi tertulis atau lisan lainnya
yang disampaikan atau diterima oleh Peserta Lelang.
1
Dokumen Permintaan Proposal untuk masing-masing Peserta Lelang menyatakan bahwa
ia mengerti, menerima dan menyetujui pengecualian (disclaimers) pada halaman ini.
Ketentuan lain yang terdapat dalam Dokumen Permintaan Proposal maupun pernyataan
yang dibuat secara lisan atau tertulis oleh setiap orang atau pihak tidak meniadakan atau
menggantikan setiap sangkalan (disclaimers) yang dinyatakan pada halaman ini.
Panitia Pengadaan berhak, atas keputusannya sendiri, untuk melakukan perubahan atas
peraturan, prosedur, dokumen yang berkaitan dengan pelelangan, atau tanpa
pemberitahuan sebelumnya atau memberikan alasan apapun untuk itu, mengakhiri
proses pelelangan, termasuk setelah terdapatnya penetapan pemenang pelelangan. Baik
Kementerian Perhubungan sebagai PJPK, Panitia Pengadaan, konsultan dari Panitia
Pengadaan, dan lembaga pemerintahan lainnya serta konsultannya yang terkait tidak
bertanggung jawab kepada siapapun, termasuk kepada setiap Peserta Lelang, atas
beban atau biaya yang dikeluarkan dalam menanggapi Dokumen Permintaan Proposal ini
atau dalam setiap kajian atau transaksi yang dilakukannya.
Dokumen Permintaan Proposal ini bukan merupakan suatu penawaran untuk menjual
atau permohonan penawaran untuk membeli jaminan atau saham, atau merupakan suatu
penawaran untuk menjual atau permohonan penawaran untuk membeli jaminan atau
saham dalam yurisdiksi di mana penawaran, permohonan, atau penjualan tersebut tidak
diperkenankan, atau kepada siapapun, untuk siapapun, yang akan merupakan
pelanggaran hukum.
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................................ 5
UNDANGAN PENGAMBILAN DOKUMEN PERMINTAAN PROPOSAL .................................................. 6
A. DESKRIPSI PROYEK..................................................................................................................8
1. Gambaran Umum Proyek................................................................................................... 8
B. INSTRUKSI KEPADA PESERTA LELANG ..................................................................................14
2. Definisi.............................................................................................................................. 14
3. Praktek KKN...................................................................................................................... 17
4. Benturan Kepentingan ..................................................................................................... 18
5. Pakta Integritas ................................................................................................................ 19
6. Kepesertaan ..................................................................................................................... 20
7. Isi Dokumen Permintaan Proposal................................................................................... 22
8. Jadwal Pengadaan ............................................................................................................ 23
9. Biaya Penyiapan Penawaran ............................................................................................ 23
10. Uji Tuntas...................................................................................................................... 24
11. Rancangan Perjanjian Kerjasama ................................................................................. 24
12. Rapat Penjelasan dan Peninjauan Lapangan................................................................ 25
13. Klarifikasi dan Adendum/Perubahan Dokumen Permintaan Proposal........................ 27
14. Tanggung Jawab Peserta Lelang................................................................................... 28
C. PENYIAPAN DOKUMEN PENAWARAN..................................................................................29
15. Bahasa dan Mata Uang ................................................................................................ 29
16. Struktur dan Isi Dokumen Penawaran ......................................................................... 30
17. Masa Berlaku Dokumen Penawaran ............................................................................ 35
D. PEMASUKAN DOKUMEN PENAWARAN................................................................................35
18. Format dan Penandatanganan Dokumen Penawaran ................................................. 35
19. Penyegelan dan Penandaan ......................................................................................... 36
20. Batas Akhir Pemasukan Penawaran............................................................................. 38
E. PEMBUKAAN DAN EVALUASI DOKUMEN PENAWARAN ......................................................39
21. Pembukaan Penawaran................................................................................................ 39
22. Evaluasi Dokumen Penawaran ..................................................................................... 40
3
23. Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I ...................................................................... 40
24. Klarifikasi/Verifikasi Dokumen Penawaran .................................................................. 41
25. Pemeriksaan dan Penilaian Dokumen Penawaran yang Responsif ............................. 42
26. Pengumuman Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I ...................................... 42
27. Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul II ..................................................................... 43
28. Koreksi Aritmatik .......................................................................................................... 44
29. Kerahasiaan .................................................................................................................. 44
F. PEMENANG LELANG .............................................................................................................44
30. Pengumuman Hasil Pelelangan.................................................................................... 44
31. Sanggahan Terhadap Hasil Pelelangan......................................................................... 45
32. Keputusan Pemenang Lelang ....................................................................................... 45
33. Tanggung Jawab Pemenang Lelang.............................................................................. 46
4
DAFTAR LAMPIRAN
5
UNDANGAN PENGAMBILAN DOKUMEN PERMINTAAN PROPOSAL
(REQUEST FOR PROPOSAL)
Jakarta, ...2016
Nomor :
Kepada
Yth.
[nama dan alamat perusahaan/pimpinan konsorsium]
U.p [Nama Direktur/Pimpinan perusahaan/konsorsium]
6
No. Kegiatan Tanggal
4 Pembukaan akses kepada Pusat Data
5 Penjelasan Lelang (Aanwijzing)
6 Penerbitan Adendum Dokumen Permintaan Proposal
(apabila diperlukan)
11 Penyampaian/pemasukan Dokumen Penawaran
12 Pembukaan Dokumen Penawaran (Sampul I)
13 Evaluasi Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis
(Sampul I)
14 Pengumuman Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran
Administrasi dan Teknis (Sampul I)
15 Pembukaan Dokumen Penawaran Finansial (Sampul II)
16 Evaluasi Dokumen Penawaran Finansial (Sampul II)
17 Pengumuman Pemenang Lelang
18 Masa Sanggah
19 Penerbitan Surat Pemenang Lelang
20 Pembentukan Badan Usaha Pelaksana dan
Penyempurnaan Perjanjian Kerjasama (Negosiasi)
21 Penandatanganan Perjanjian Kerjasama
Sekretariat:
Alamat : Kementerian Perhubungan
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta 10110
Telepon: 021-...
Email :
7
A. DESKRIPSI PROYEK
1. Gambaran Umum Proyek
Kota Palembang yang merupakan ibukota Provinsi Sumatra Selatan, termasuk salah satu
kota metropolitan di Indonesia. Palembang merupakan kota terbesar kedua di Sumatera
setelah Medan. Kota Palembang terkenal sebagai kota industri dan perdagangan.
Saat ini, bandar udara yang ada di Kota Palembang Bandar Sultan Mahmud Badaruddin II
(SMB II) telah menjadi Bandar Udara Internasional yang artinya konektivitas Kota
Palembang dengan dunia Internasional telah terbuka. Di sisi lain, transportasi darat Kota
Palembang juga telah dilakukan pembenahan. Dengan adanya Surat Keputusan no 1465
Tahun 2008 yang dikeluarkan Walikota Kota Palembang tentang Penghentian dan
Penggantian kendaraan bus kota dan angkutan sejenis diganti dengan Bus Mass Rapid
Transit yang bernama Trans Musi dapat menjadi awal yang baik untuk menata sistem
transportasi darat yang ada. Namun demikian seiring perkembangan kota maka jumlah
penduduk akan meningkat. Oleh karena itu perlu ada alternatif transportasi massal lain
yang dapat mengantisipasi hal tersebut dan untuk penataan kota yang lebih terencana.
Pada tahun 2018, akan dilaksanakan Asean Games di Indonesia dan lokasi event akan
mencakup di Jakarta dan di Provinsi Sumatera Selatan. Pemerintah Indonesia telah
menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 116 tahun 2015 tentang Percepatan
Penyelenggaran Kereta Api Ringan (light rail transit) di Provinsi Sumatera Selatan untuk
mendukung pembangunan di Provinsi Sumsel dan meningkatkan pelayanan transportasi.
8
Kerangka Peraturan Perundang-undangan
KPBU
- Perpres 38/2015 Tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur
Investasi
- UU 25/2007 Tentang Penanaman Modal
Persaingan Usaha
- UU 5/1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Tidak Sehat
Lingkungan Hidup
- UU 32/2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
9
- Peraturan Menteri Keuangan Tentang Petunjuk Pelaksanaan
260/PMK.011/2010 Penjaminan Infrastruktur dalam
Proyek Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha
Pengelolaan Aset Negara
- PP 27/2014 Tentang pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah
Pemerintahan Daerah
- UU 23/2014 beserta perubahannya Tentang Pemerintah Daerah
Keuangan Negara
- UU 17/2003 Tentang Keuangan Negara
Perbendaharaan Negara
- UU 1/2004 Tentang Perbendaharaan Negara
Kerangka Kelembagaan
Skema kerjasama LRT Palembang diarahkan untuk pengadaan penyelenggaraan
prasarana (jalur kereta api, stasium kereta api dan fasilitas operasi kereta api) yang
meliputi a. pembangunan prasarana; b. pengoperasian prasarana; c. perawatan
prasarana; dan d. pengusahaan prasarana
Tim KPBU perlu segera dibentuk. Sampai dengan laporan ini dibuat pihak belum
terbentuk Tim KPBU LRT Palembang.
10
d. Bappenas
Bappenas berperan dalam memfasilitasi persiapan proyek KPBU LRT Palembang ini.
e. Kementerian Keuangan
f. Kementerian Perhubungan
Kementerian Perhubungan selain sebagai PJPK dalam KPBU LRT Palembang berperan
sebagai regulator. Menurut Pasal 377 PP No. 56/2009 Menteri Perhubungan melakukan
pembinaan perkerataapian nasional yang meliputi:
iv. pemberian arahan, bimbingan, pelatihan, serta bantuan teknis kepada pemerintah
daerah, penyelenggara, dan pengguna jasa perkeretaapian; dan
11
Kerangka Komersial
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 116 Tahun 2015 tentang Percepatan
Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit di Provinsi Sumatera Selatan
Pemerintah menugaskan kepada PT Waskita Karya (Persero) Tbk. untuk membangun
prasarana LRT Palembang (Pasal 2 ayat (1)). Kemudian berdasarkan ketentuan Pasal 16,
Pemerintah menugaskan PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk menyelenggarakan
“sarana” LRT yang meliputi pengoperasian, perawatan dan pengusahaan. Dengan
demikian, skema KPBU LRT Palembang yang ditawarkan kepaa pihak swasta kerjasama
pengoperasian prasarana, perawatan prasarana; dan pengusahaan prasarana dalam
kerangka KPBU. Bentuk KPBU adalah pemberian konsesi kepada BUP untuk melakukan
Gambar 2 Kedudukan & Hubungan Pemangku Kepentingan dalam Proyek KPBU
LRT Palembang
12
pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada
Badan Usaha Pelaksana atas tersedianya layanan Infrastruktur yang sesuai dengan
- PT. KAI akan membayar Track Access Charge kepada pemerintah dan sebaliknya
Pemerintah akan membayar infrastructure maintanance and operation (IMO)
sarana kepada PT KAI dengan skema availability payment. Idealnya antara TAC dan
AP besaran jumlahnya akan saling mengkompensasi (set off).
- Terhadap pengguna sarana perkeretaapian tarifnya akan menjadi pendapatan
pemerintah.
Akan tetapi skema pembayaran dalam KPBU LRT Palembang adalah sebagai berikut:
13
- BU akan menarik sewa atau fee dari non fairbox dari tenant/retail. Jika hasil
penarikan sewa atau fee melebihi jumlah yang ditetapkan dalam perjanjian maka
surplus hasil sewa/fee akan diserahkan kepada pemerintah
3. Definisi
Istilah-istilah yang didefinisikan berikut ini digunakan dalam Dokumen Permintaan
Proposal ini dan akan memiliki arti sebagaimana ditentukan di bawah ini. Istilah-istilah
lainnya yang diawali dengan huruf besar yang digunakan akan memiliki arti yang sama
sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian Kerjasama.
a. “Afiliasi” adalah sehubungan dengan suatu Pihak atau suatu Subyek Hukum, setiap
Subyek Hukum yang secara langsung atau tidak langsung, melalui satu atau lebih
pihak perantara, mengendalikan atau dikendalikan oleh atau di bawah kendali yang
sama dengan Pihak atau Subyek Hukum tersebut. Yang dimaksud dengan “kendali”
dalam definisi ini, berarti kepemilikan atas lebih dari 50% (lima puluh persen),
secara langsung atau tidak langsung, atas saham dengan hak suara atau
kepentingan modal lainnya dari Subyek Hukum tersebut atau memiliki hak untuk
memberikan arahan kepada manajemen atau menyebabkan diarahkannya
manajemen dan kebijakan usaha dari Subyek Hukum tersebut.
b. “Pimpinan Konsorsium” adalah Peserta Lelang, yang merupakan anggota dari
konsorsium yang memenuhi kriteria yang terdapat dalam Lampiran D.8 dari
Dokumen Permintaan Proposal ini.
c. “Badan Usaha Pelaksana” adalah Badan Usaha berbentuk Perseroan Terbatas yang
secara khusus didirikan oleh Pemenang Lelang berdasarkan hukum Indonesia untuk
melaksanakan Proyek.
d. “Dokumen Permintaan Proposal” atau Dokumen Permintaan Proposal (Request for
Proposal/RfP) adalah dokumen ini termasuk dengan semua lampiran dan setiap
adendum/perubahan serta klarifikasi yang ditetapkan oleh Panitia Pengadaan.
e. “Dokumen Penawaran” adalah Dokumen yang disampaikan oleh Peserta Lelang
kepada Panitia Pengadaan yang terdiri atas dokumen administrasi, dokumen teknis
dan dokumen finansial sebagaimana dipersyaratkan dalam Dokumen Permintaan
Proposal ini.
f. “Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis” adalah isi dari Sampul penawaran
pertama atau Sampul I yang disampaikan Peserta Lelang sesuai dengan Bagian 17.2.
14
g. “Dokumen Penawaran Finansial” adalah isi dari Sampul penawaran kedua atau
Sampul II untuk disampaikan oleh Peserta Lelang sesuai dengan Bagian 17.3.
h. “Dokumen Prakualifikasi” adalah dokumen prakualifikasi yang ditetapkan oleh
Panitia Pengadaan dan termasuk perubahannya, yang menjadi ketentuan proses
pra-kualifikasi.
i. “Hari” adalah periode dua puluh empat (24) jam berturut-turut yang berakhir pada
tengah malam Waktu Standar Indonesia Bagian Barat. Satu Hari adalah satu hari
kalender.
j. “Hari Kerja” adalah hari Senin sampai dengan Jumat, kecuali dinyatakan sebagai
hari libur nasional, di Indonesia.
k. “Indonesia” adalah Republik Indonesia.
l. “Jaminan Penawaran” adalah jaminan untuk penawaran berupa bank garansi
dengan ketentuan tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali (unconditional
clause and irrevocable) yang diterbitkan oleh Pihak Penerbit Jaminan sejumlah Rp.
.....,- (..... Rupiah), sebagai jaminan sesuai dengan ketentuan Bagian 17.2.2.
Dokumen Permintaan Proposal ini.
m. “Jaminan Pelaksanaan Tahap I” adalah suatu standby letter of credit yang tidak
bersyarat dan tidak dapat ditarik kembali dalam bentuk sebagaimana ditetapkan
dalam Perjanjian Kerjasama yang diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan PJPK
sejumlah 5% dari nilai investasi yang diajukan oleh Peserta Lelang yang Memenuhi
Persyaratan dalam Dokumen Penawaran sebagai jaminan atas pelaksanaan
kewajiban-kewajiban Badan Usaha Pelaksana berdasarkan Perjanjian Kerjasama dari
Tanggal Penandatanganan sampai dengan Tanggal Efektif. Format Jaminan
Pelaksanaan tahap I dapat dilihat pada Lampiran F Perjanjian Kerjasama, Bentuk
Jaminan.
n. “Jaminan Pelaksanaan Tahap II” adalah suatu standby letter of credit yang tidak
bersyarat dan tidak dapat ditarik kembali dalam bentuk sebagaimana ditetapkan
dalam Perjanjian Kerjasama yang diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan PJPK
sejumlah 5% dari nilai konstruksi yang diajukan oleh Peserta Lelang yang Memenuhi
Persyaratan dalam Dokumen Penawaran sebagai jaminan atas pelaksanaan oleh
Badan Usaha Pelaksana terhadap kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian
Kerjasama dari Tanggal Efektif sampai dengan Tanggal Operasional Komersial.
Format Jaminan Pelaksanaan tahap II dapat dilihat pada Lampiran F Perjanjian
Kerjasama, Bentuk Jaminan.
o. “Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha” untuk selanjutnya disebut sebagai
“KPBU” adalah kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam penyediaan
infrastruktur yang dilakukan melalui Perjanjian Kerjasama atau pemberian izin
pengusahaan.
15
p. “Kontraktor Operasional dan Pemeliharaan” adalah kontraktor (-kontraktor) yang
berpengalaman dalam pengoperasian dan pemeliharaan jaringan telekomunikasi
serta pelayanan telekomunikasi yang ditunjuk oleh Badan Usaha berdasarkan
Kontrak Pengoperasian dan Pemeliharaan..
q. “Masa Berlaku Penawaran” adalah masa berlakunya Dokumen Penawaran sesuai
dengan ketentuan Bagian 17 Dokumen Permintaan Proposal ini, yaitu selama 180
(seratus delapan puluh) Hari sejak Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran.
r. “Masa Sanggah” waktu yang diberikan oleh Panitia Pengadaan kepada Peserta
Lelang untuk mengajukan Sanggahan sebagaimana diatur dalam Bagian 32 dari
Dokumen Permintaan Proposal ini.
s. “Panitia Pengadaan” adalah Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang
dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri perhubungan dengan
No..tanggal...tentang.
t. “Pemenang Lelang” adalah Peserta Lelang yang diberikan Surat Penetapan
Pemenang Lelang sebagaimana diatur dalam Bagian 33 Dokumen Permintaan
Proposal ini.
u. “Pemerintah” adalah Pemerintah Negara Republik Indonesia.
v. “Pengendalian” adalah kekuasaan untuk mengarahkan atau menyebabkan arah
kebijakan pengelolaan badan hukum, berdasarkan kontrak, instansi atau yang
lainnya.
w. “Perjanjian Kerjasama” adalah perjanjian yang akan ditandatangani oleh Badan
Usaha Pelaksana dan PJPK yang menetapkan landasan kerjasama Proyek.
x. “Perjanjian Operasional dan Pemeliharaan” adalah suatu perjanjian untuk
operasional dan pemeliharaan Proyek yang akan ditandatangani oleh Badan Usaha
Pelaksana dan Kontraktor Operasional dan Pemeliharaan.
y. “Perwakilan Resmi Peserta Lelang” adalah orang yang diberi kuasa oleh Peserta
Lelang melalui pemberian Surat Kuasa, untuk bertindak sebagai Perwakilan Resmi
Peserta Lelang dalam hubungannya dengan Panitia, Pemerintah, dan/atau instansi
terkait lainnya untuk semua hal yang berkaitan dengan Proses Pelelangan yang
terkait dengan Proyek.
z. “Peserta Lelang” adalah peserta yang telah lulus proses prakualifikasi yang
diumumkan oleh Panitia Pengadaan melalui Pengumuman Hasil Prakualifikasi
Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha
Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit).
aa. “Peserta Lelang Yang Memenuhi Persyaratan” adalah Peserta Lelang yang
Dokumen Penawarannya sesuai dengan seluruh persyaratan, kondisi, dan
spesifikasi dari Dokumen Permintaan Proposal ini tanpa adanya penyimpangan dan
16
reservasi yang material, sebagaimana tercantum di Bagian 26 dari Dokumen
Permintaan Proposal ini.
bb. “Pihak Penerbit Jaminan” adalah bank yang berdomisili di Indonesia dan memiliki
peringkat minimum AA- yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat Pefindo dan
Fitch Ratings Indonesia.
cc. “Proses Pelelangan” adalah prosedur seleksi kompetitif yang ditentukan dalam
Dokumen Permintaan Proposal ini.
dd. “Proyek” adalah Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana
Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan.
ee. “PJPK” adalah Penanggung Jawab Proyek Kerjasama dalam hal ini adalah Menteri
Perhubungan, Republik Indonesia.
ff. “Rancangan Perjanjian Kerjasama” adalah rancangan Perjanjian Kerjasama yang
disepakati secara final yang diterbitkan oleh PJPK sesuai dengan Lampiran F
Dokumen Permintaan Proposal ini.
gg. “Rupiah” adalah mata uang resmi Republik Indonesia.
hh. “Sanggahan” adalah keberatan yang diajukan oleh Peserta Lelang kepada PJPK
sehubungan dengan penyimpangan prosedur pelaksanaan pelelangan, sebagaimana
diatur dalam Bagian 32 dari Dokumen Permintaan Proposal.
ii. “Spesifikasi Teknis dan Desain Proyek” adalah persyaratan minimum teknis dan
desain dari Proyek yang ditetapkan pada Lampiran C dalam Dokumen Permintaan
Proposal ini.
jj. “Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran” adalah tanggal yang tercantum pada
Lampiran A Lembar Data Proses Pelelangan dari Dokumen Permintaan Proposal ini,
yang ditentukan sebagai hari pengajuan Dokumen Penawaran.
4. Praktek KKN
4.1 Larangan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) serta Penipuan.
4.2 Peserta dan pihak yang terkait dengan pekerjaan ini berkewajiban mematuhi etika
pengadaan dengan tidak melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Berusaha mempengaruhi anggota Panitia Pengadaan dalam bentuk dan cara
apapun, untuk memenuhi keinginan Peserta yang bertentangan dengan Dokumen
Permintaan Proposal, dan/atau peraturan perundang-undangan.
b. Melakukan persekongkolan dengan Peserta Lelang lain untuk mengatur hasil
lelang, sehingga mengurangi / menghambat / memperkecil / meniadakan
persaingan yang sehat dan/atau merugikan pihak lain;
17
c. Membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/atau keterangan lain yang tidak
benar untuk memenuhi persyaratan dalam Dokumen Permintaan Proposal.
4.3 Peserta yang menurut penilaian Panitia Pengadaan terbukti melakukan tindakan
sebagaimana dimaksud dalam angka 4.1 di atas dikenakan sanksi sebagai berikut;
a. Sanksi administratif, seperti digugurkan dari Proses Lelang atau pembatalan
penetapan pemenang; dan/atau
b. Sanksi pencantuman dalam daftar hitam; dan/atau
c. Gugatan secara perdata; dan/atau
d. Pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang.
4.4 Pengenaan sanksi dilaporkan oleh Panitia Pengadaan kepada PJPK.
5. Benturan Kepentingan
5.1. Peserta Lelang, termasuk Afiliasinya, tidak boleh memiliki benturan kepentingan.
Tanpa membatasi makna umum dari benturan kepentingan, masing-masing situasi
sebagai berikut akan dianggap sebagai suatu “Benturan Kepentingan”:
a. Pihak yang terlibat pada tahapan penyiapan dan/atau transaksi sebagai konsultan
atau Badan Penyiapan:
(i) Menjadi Peserta atau anggota konsorsium Peserta Pengadaan Badan Usaha
Pelaksana pada Proyek KPBU yang sama;
(ii) Sebagai pemegang saham dan/atau pengurus pada perusahaan menjadi
Peserta atau perusahaan pada anggota konsorsium dalam Pengadaan Badan
Usaha Pelaksana pada proyek KPBU yang sama;
(iii) Memberikan pembiayaan/pendanaan atau memberikan penjaminan pada
Proyek KPBU yang sama; dan/atau
(iv) Menjadi konsultan bagi Peserta Badan Usaha Pelaksana pada Proyek KPBU
yang sama.
b. Pihak yang bertindak selaku konsultan pada lebih dari 1 (satu) Peserta dalam
Proyek KPBU yang sama;
c. Anggota direksi atau dewan komisaris suatu Badan usaha yang menjadi Peserta
merangkap sebagai anggota direksi atau dewan komisaris pada Badan Usaha lain
yang menjadi Peserta pada Proyek KPBU yang sama;
d. Anggota Panitia Pengadaan/Tim KPBU/PJPK memiliki hubungan afiliasi dengan
Peserta pada Proyek KPBU yang sama. Hubungan afiliasi dimaksud adalah sebagai
berikut:
18
(i) Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua,
baik secara horizontal maupun vertikal; dan/atau
(ii) Memiliki kendali pada perusahaan Peserta baik langsung maupun tidak
langsung.
e. Kegiatan atau tindakan yang berpotensi menimbulkan persaingan usaha tidak
sehat sebagaimana tercantum pada ketentuan perundangan mengenai larangan
praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat; dan/atau
f. Hubungan antara 2 (dua) atau lebih Badan Usaha yang menjadi Peserta pada
Pengadaan yang sama dikendalikan oleh pihak yang sama, baik langsung maupun
tidak langsung (ketentuan ini tidak berlaku bagi Peserta Lelang yang berbentuk
Badan Usaha Milik Negara).
5.2. Jika pada setiap saat sebelum penandatanganan Perjanjian Kerjasama, Peserta
Lelang, Afiliasinya, anggota-anggota konsorsium, atau Afiliasi mereka diketahui
memiliki Benturan Kepentingan sesuai dengan ketentuan Bagian ini, terlepas dari
apakah Surat Penetapan Pemenang Lelang telah diberikan atau kepada siapa
diberikan, Peserta Lelang tersebut akan didiskualifikasi, dan Jaminan Penawarannya
akan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan disetor ke Kas Negara. Apabila Benturan
Kepentingan melibatkan Peserta Lelang lainnya, maka setiap Peserta Lelang yang
terlibat dengan Benturan Kepentingan tersebut akan didiskualifikasi, dan setiap
Jaminan Penawarannya akan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan disetor ke Kas
Negara.
5.3. Meskipun bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Dokumen Permintaan
Proposal, Surat Penetapan Pemenang Lelang, atau dokumen terkait lainnya, PJPK
memiliki hak untuk memutuskan Perjanjian Kerjasama tanpa bertanggung jawab
dalam bentuk apapun kepada Peserta Lelang apabila Peserta Lelang memiliki
Benturan Kepentingan sesuai dengan ketentuan dalam Bagian ini, Jaminan
Pelaksanaan yang masih ada akan dicairkan oleh PJPK dan disetor ke Kas Negara
sebagai kompensasi dan kerugian yang wajib dibayar oleh Peserta Lelang.
6. Pakta Integritas
6.1. Pakta integritas berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi dan
nepotisme (KKN) sebagaimana dijelaskan pada Bagian 4 Dokumen Permintaan
Proposal ini.
6.2. Peserta Lelang harus menandatangani pakta integritas pada saat pemasukan
Dokumen Penawaran.
6.3. Pakta integritas harus ditandatangani oleh pemimpin/direktur utama badan usaha
atau dalam hal Peserta merupakan konsorsium oleh penerima kuasa dari para
19
direktur utama anggota konsorsium atau oleh pejabat yang menurut perjanjian
kerjasama adalah yang berhak mewakili badan usaha yang bekerja sama.
7. Kepesertaan
7.1. Peserta Lelang yang berbentuk Badan Usaha Tunggal dapat melakukan perubahan
kepesertaan menjadi konsorsium; dan Peserta Lelang yang berbentuk konsorsium
dapat melakukan perubahan anggota konsorsium dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Badan usaha yang baru bergabung dan tidak tercantum sebagai badan usaha
yang lulus tahap Prakualifikasi tidak boleh menjadi badan usaha pengendali.
Badan usaha pengendali berarti penguasaan setidaknya 51% (lima puluh satu
persen) ekuitas dalam konsorsium/Badan Usaha Pelaksana yang dibentuk
apabila ditetapkan sebagai pemenang pelelangan;
b. Anggota baru harus memenuhi persyaratan administrasi sebagaimana diatur
dalam Dokumen Prakualifikasi;
c. Peserta Lelang setelah perubahan keanggotaan tetap memenuhi kualifikasi
sebagaimana diatur dalam Dokumen Prakualifikasi;
d. Partisipasi perusahaan modal asing dalam konsorsium harus sesuai dengan
ketentuan Peraturan Presiden No. 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang
Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal.
7.2. Peserta Lelang dapat membentuk konsorsium di antara sesama Peserta Lelang.
7.3. Permohonan perubahan Kepesertaan sebagaimana dimaksud pada bagian 7.1 harus
diajukan secara tertulis kepada Panitia dalam batas waktu yang telah ditentukan dan
dalam hal perubahan kepesertaan melibatkan badan usaha baru yang tidak
tercantum sebagai badan usaha yang lulus tahap Prakualifikasi maka permohonan
tersebut harus dilengkapi dengan dokumen sebagai beriku:
a. Surat pernyataan minat (expression of interest) dari badan usaha baru;
b. Akte pendirian dan perubahannya yang telah disahkan oleh institusi yang
berwenang dari badan usaha baru;
c. Surat Ijin Usaha badan usaha baru;
d. Profil perusahaan badan usaha baru:
e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan bukti setoran pajak 1 (satu) tahun
terakhir badan usaha baru, kecuali Badan Hukum Asing;
20
f. Surat pernyataan kesanggupan untuk membentuk Badan Hukum terpisah dalam
waktu selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah ditunjuk sebagai pemenang
pelelangan dari perusahaan baru.
g. Surat pernyataan tidak sedang dalam pengawasan pengadilan, tidak sedang
pailit, perusahaannya tidak sedang dihentikan dan tidak sedang menjalani sanksi
pidana dan tidak dalam sengketa internal dari badan usaha baru;
h. Laporan keuangan badan usaha baru minimal 3 (tiga) tahun terakhir yang diaudit
oleh akuntan publik;
7.4. Panitia Pengadaan akan melakukan evaluasi terhadap permohonan perubahan
kepesertaan untuk memastikan dipenuhinya persyaratan sebagaimana dimaksud
pada bagian 7.1.
7.5. Panitia Pengadaan berhak menolak atau menyetujui permohonan perubahan
keanggotaan sebagaimana dimaksud pada bagian 7.1 dan putusan Panitia berifat
final dan mengikat.
7.6. Peserta Lelang harus menyusun perjanjian konsorsium yang dibuat dalam Akta
Notaris yang secara jelas mencantumkan komposisi kepentingan ekuitas masing-
masing anggota dalam konsorsium. Perjanjian konsorsium ini, atau salinan sesuai asli
dari perjanjian konsorsium yang dilegalisasi oleh notaris, bersama-sama dengan
formulir pembentukan konsorsium Peserta Lelang harus disampaikan sebagai bagian
dari Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis pada Tanggal Pemasukan
Dokumen Penawaran, dan disusun sesuai dengan Lampiran D.8 Dokumen Permintaan
Proposal ini.
7.7. Dalam Dokumen Penawaran harus disampaikan juga salinan sesuai asli yang
dilegalisasi oleh Notaris, risalah keputusan rapat direksi dari masing-masing anggota
konsorsium, atau apabila menurut prosedur internal perusahaan risalah keputusan
rapat direksi tidak diperlukan oleh anggota konsorsium, maka perlu disampaikan
bukti persetujuan perusahaan lainnya yang dikeluarkan oleh anggota direksi atau
pihak yang memiliki kewenangan sesuai peraturan perusahaan yang diperlukan, yang
menyebutkan keputusannya untuk:
a. Berpartisipasi dalam tahap penawaran Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan
Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi
Sumatera Selatan;
b. Melakukan penyertaan modal/saham dalam Badan Usaha Pelaksana jika
ditetapkan sebagai Pemenang Lelang; dan
c. Memberikan kuasa kepada pihak yang akan menandatangani perjanjian
konsorsium untuk dan atas nama perusahaan.
7.8. Komposisi keanggotan konsorsium harus memenuhi kriteria yang tercantum dalam
Lampiran D.8 Dokumen Permintaan Proposal ini.
21
7.9. Peserta Lelang harus mengkonfirmasikan peran dari setiap anggota konsorsium
pelelangan untuk Proyek. Pengungkapan ini akan dibuat dalam bentuk yang
tercantum dalam Lampiran D.8 Dokumen Permintaan Proposal ini dan akan
disampaikan sebagai bagian dari Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis.
7.10. Untuk dapat mengajukan Dokumen Penawaran, Peserta Lelang dan setiap anggota
konsorsium:
a. Tidak memiliki sengketa, gugatan, atau klaim merugikan lain yang masih dalam
proses terhadap PJPK atau terhadap setiap badan pemerintahan Indonesia sejak
Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran sampai dengan tanggal
penandatangan Perjanjian Kerjasama;
b. Tidak dilarang untuk melakukan kegiatan, dibekukan, atau dimasukkan dalam
daftar hitam kontraktor oleh PJPK atau badan pemerintahan Indonesia lain, baik
merupakan kontraktor perorangan, persekutuan, atau perusahaan atau sebagai
anggota dari suatu usaha patungan atau konsorsium dan tidak memiliki catatan
kinerja buruk dengan PJPK atau badan pemerintahan Indonesia lain;
c. Mengesampingkan haknya untuk mengajukan peringatan, putusan sela,
pelarangan atau gugatan hukum atau proses persidangan terhadap PJPK atau
Panitia Pengadaan untuk menghambat dilaksanakannya Proses Pelelangan dan
pemberian hak untuk menandatangani Perjanjian Kerjasama kepada Pemenang
Lelang, dan pelaksanaan atau implementasi dari Perjanjian Kerjasama;
d. Tidak dipatuhinya setiap persyaratan yang diatur dalam ketentuan a, b, dan c di
atas merupakan alasan tidak diterimanya Dokumen Penawaran atau
diskualifikasi untuk mengikuti Proses Pelelangan dan merupakan alasan
penahanan Jaminan Penawaran.
22
f. Lampiran C - Spesifikasi Teknis dan Desain;
g. Lampiran D -Isi Sampul I – Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis;
1) Lembar D.1: Surat Penawaran;
2) Lembar D.2: Surat Jaminan Penawaran;
3) Lembar D.3: Pakta Integritas;
4) Lembar D.4: Surat Kuasa;
5) Lembar D.5: Surat Kerahasiaan
6) Lembar D.6: Penawaran Teknis;
7) Lembar D.7: Rancangan Perjanjian Kerjasama;
8) Lembar D.8: Perjanjian Konsorsium;
h. Lampiran E - Isi Sampul II - Dokumen Penawaran Finansial;
1) Lembar E.1: Penawaran Biaya;
2) Lembar E.2: Rencana Pembiayaan Proyek;
3) Lembar E.3: Model Finansial;
i. Lampiran F - Rancangan Perjanjian Kerjasama;
j. Lampiran G - Outline Dokumen Penawaran;
l. Lampiran H -Informasi Memorandum;
9. Jadwal Pengadaan
Panitia Pengadaan atas inisiatif sendiri dapat mengubah Jadwal Pengadaan. Panitia
Pengadaan tidak dapat dibebankan kewajiban apapun atas perubahan Jadwal Pengadaan.
Panitia Pengadaan akan menyampaikan setiap perubahan Jadwal Pengadaan secara
tertulis kepada seluruh Peserta Lelang.
23
10.2. PJPK dan Panitia Pengadaan tidak bertanggung jawab atas pengeluaran apa pun oleh
Peserta lelang terkait penyiapan dan pemasukan Dokumen Penawaran.
11. Uji Tuntas
11.1. Setiap peserta lelang wajib melakukan uji tuntas (due diligence) terhadap Proyek
atas tanggungannya sendiri. Panitia Pengadaan telah menyediakan perangkat
pendukung untuk Peserta Lelang dalam persiapan Dokumen Penawaran, yaitu:
a. Data Room/Pusat Data;
b. Draft Perjanjian Kerjasama;
c. Penjelasan Lelang/Aanwijzing.
11.2. Pusat Data akan disediakan oleh Panitia Pengadaan dengan memberikan akses
kepada setiap Peserta Lelang terhadap situs website yang menggunakan kata sandi
(password) atau ruang data berbentuk fisik. Akses terhadap Pusat Data dapat
diberikan setelah Panitia Pengadaan menerima perjanjian kerahasiaan yang secara
substansial harus dalam bentuk yang sama dengan format perjanjian kerahasiaan
sebagaimana tercantum pada Lembar D.5. Dokumen Permintaan Proposal ini yang
telah ditandatangani oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang.
11.3. Dalam rangka membantu Peserta Lelang dalam menyusun Dokumen
Penawarannya, Panitia Pengadaan dapat mengizinkan pihak-pihak lain yang
diusulkan oleh masing-masing Peserta Lelang untuk memiliki akses terhadap Pusat
Data, termasuk, namun tidak terbatas pada bank/lembaga keuangan, konsultan,
dan/atau kontraktor dengan ketentuan:
a. Pihak tersebut diusulkan secara tertulis kepada Panitia Pengadaan oleh Peserta
Lelang dan telah disetujui oleh Panitia Pengadaan; dan
b. Masing-masing pihak yang diusulkan telah menandatangani perjanjian
kerahasiaan yang secara substansial harus dalam bentuk yang sama dengan
Surat Kerahasiaan sebagaimana tercantum dalam Lembar D.5.
c. Pihak-pihak yang diusulkan Peserta Lelang tersebut dapat juga menghadiri
penjelasan lelang (Aanwijzing) dan konsultasi Peserta Lelang.
24
12.3. Panitia Pengadaan dapat mempertimbangkan tanggapan sebagai dasar pembuatan
perubahan rancangan Perjanjian Kerjasama. Setiap perubahan rancangan Perjanjian
Kerjasama akan disampaikan dalam bentuk adendum/perubahan Dokumen
Permintaan Proposal.
12.4. Selain kesempatan untuk mengajukan tanggapan tertulis, Peserta Lelang juga
diberikan kesempatan untuk melakukan Konsultasi dengan Panitia Pengadaan
terkait rancangan Perjanjian Kerjasama sesuai dengan dengan Jadwal yang
disampaikan oleh Panitia Pengadaan secara tertulis.
12.5. Panitia Pengadaan akan menyampaikan Rancangan Perjanjian Kerjasama sebagai
bagian dari Adendum/Perubahan Dokumen Permintaan Proposal berdasarkan
tanggapan atas Rancangan Perjanjian Kerjasama, penjelasan lelang (Aanwijzing),
dan setiap proses konsultasi dengan Peserta Lelang. Dalam menyusun Dokumen
Penawaran, Peserta Lelang harus berpedoman pada Adendum/Perubahan
Dokumen Permintaan Proposal dan Adendum/Perubahan Rancangan Perjanjian
Kerjasama. Dokumen Penawaran yang tidak berpedoman pada
Adendum/Perubahan Dokumen Permintaan Proposal dan Adendum/Perubahan
Rancangan Perjanjian Kerjasama akan dianggap sebagai Dokumen Penawaran yang
tidak memenuhi syarat.
25
13.3.4. Setelah pelaksanaan penjelasan lelang (Aanwijzing), Peserta Lelang dapat
menyampaikan pertanyaan-pertanyaan atau tanggapan-tanggapan secara
tertulis kepada Panitia Pengadaan tentang Dokumen Permintaan
Proposal/RfP pada jangka waktu sesuai dengan dengan Jadwal yang
disampaikan oleh Panitia Pengadaan secara tertulis.
13.3.5. Seluruh pertanyaan atau tanggapan dari Peserta Lelang dan jawaban dari
Panitia Pengadaan baik dalam proses penjelasan lelang (Aanwijzing)
maupun yang disampaikan secara tertulis akan dituangkan dalam berita
acara penjelasan lelang (Aanwijzing). Berita acara penjelasan lelang
(Aanwijzing) akan disampaikan oleh Panitia Pengadaan kepada seluruh
Peserta Lelang.
13.3.6. Agenda penjelasan lelang adalah sebagai berikut:
a. Pembukaan/Pengantar Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha
Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi
Sumatera Selatan;
b. Penjelasan Dokumen Permintaan Proposal/RfP, meliputi penjelasan
mengenai metode pengadaan, tata cara pemasukan Dokumen
Penawaran, dokumen yang harus dilampirkan dalam Dokumen
Penawaran, tata cara pembukaan Dokumen Penawaran, metode
evaluasi penawaran, hal-hal yang dapat menggugurkan penawaran,
konsep Perjanjian Kerjasama, besaran, masa berlaku dan pihak yang
dapat mengeluarkan Jaminan Penawaran;
c. Tanya/Jawab;
d. Penutup.
13.4. Prosedur Konsultasi
13.4.1. Proses konsultasi dilakukan secara tertutup antara Panitia Pengadaan
dengan masing-masing Peserta Lelang dan/atau Perwakilan Resminya.
13.4.2. Peserta Lelang dapat didampingi oleh pihak-pihak yang terkait pada Bagian
13.1 dalam proses konsultasi.
13.4.3. Kecuali jika ditentukan lain, proses konsultasi akan diselenggarakan di
Jakarta sesuai dengan Jadwal yang disampaikan oleh Panitia Pengadaan
secara tertulis. Panitia Pengadaan akan menyampaikan surat undangan
kepada seluruh Peserta Lelang untuk menghadiri proses konsultasi dengan
mencantumkan secara jelas waktu, tempat dan format proses konsultasi.
Proses konsultasi akan diselenggarakan setelah batas akhir pengajuan
tanggapan atas Rancangan Perjanjian Kerjasama. Waktu/durasi yang
diberikan kepada masing-masing Peserta Lelang dalam proses konsultasi
adalah maksimal selama 3 (tiga) jam.
26
13.4.4. Maksud dari proses konsultasi adalah untuk memberikan kesempatan
kepada Peserta Lelang untuk menyampaikan tanggapan dan mendiskusikan
Dokumen Permintaan Proposal dan Rancangan Perjanjian Kerjasama
dengan Panitia Pengadaan sebelum penerbitan Adendum/Perubahan
Dokumen Permintaan Proposal/RfP dan Adendum/Perubahan Rancangan
Perjanjian Kerjasama sebagaimana diatur pada Bagian 12.
13.4.5. Konsultasi untuk Dokumen Permintaan Proposal/RfP dan Rancangan
Perjanjian Kerjasama dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali sebagaimana
dimaksud dalam Jadwal yang disampaikan oleh Panitia Pengadaan secara
tertulis dan bila diperlukan, Panitia Pengadaan dapat mempertimbangkan
untuk melakukan konsultasi tambahan.
13.5. Peninjauan Lapangan
13.5.1. Setelah pelaksanaan penjelasan lelang, apabila diperlukan, Panitia
Pengadaan bersama-sama dengan Peserta Lelang dapat mengunjungi dan
meninjau lokasi Proyek dan lingkungan sekitarnya serta memperoleh
segala informasi yang dianggap perlu dalam rangka menyiapkan Dokumen
Penawaran.
13.5.2. Pelaksanaan peninjauan lokasi proyek dan lingkungan sekitarnya
merupakan hak yang biaya dan resikonya sepenuhnya dibebankan kepada
Peserta Lelang. Panitia Pengadaan tidak mempunyai kewajiban untuk
memfasilitasi atau menyediakan akses untuk meninjau ke lokasi, baik yang
terdapat maupun tidak terdapat dalam Data Room.
27
14.1.3. Tanggapan atau jawaban dari Panitia Pengadaan selain yang disampaikan
sesuai dengan ketentuan Bagian 14.1 ini, dianggap tidak sah.
14.2. Adendum/Perubahan
14.2.1. Panitia Pengadaan atas kewenangannya dapat mengubah, menghapus,
memodifikasi, atau menambah setiap bagian dari Dokumen Permintaan
Proposal/RfP ini dalam bentuk adendum/perubahan yang kemudian
disampaikan kepada seluruh Peserta Lelang.
14.2.2. Peserta Lelang harus dengan segera memberikan konfirmasi kepada Panitia
Pengadaan melalui email atau faksimili sebagai bukti penerimaan
adendum/perubahan Dokumen Permintaan Proposal/RfP. Keterlambatan
atau kegagalan Peserta Lelang dalam menyampaikan konfirmasi tersebut
tidak membebaskan Peserta Lelang untuk tidak memenuhi syarat dan
ketentuan adendum/perubahan Dokumen Permintaan Proposal tersebut.
14.2.3. Dalam rangka memberikan waktu yang wajar bagi Peserta Lelang untuk
menyesuaikan dengan syarat dan ketentuan adendum/perubahan
Dokumen Permintaan Proposal/RfP, Panitia Pengadaan dapat, atas
kewenangan dan kebijakannya sendiri, memperpanjang batas akhir
Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran dimana semua hak dan
kewajiban Peserta Lelang menurut batas akhir sebelumnya, dengan
demikian juga menjadi diperpanjang. Panitia Pengadaan memberitahukan
perpanjangan batas akhir ini kepada seluruh Peserta Lelang secara tertulis.
14.2.4. Panitia Pengadaan berhak, atas kebijakannya sendiri, untuk menerima atau
menolak Dokumen Penawaran, yang dianggap kurang lengkap atau tidak
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Lampiran B.1 atau untuk
memberhentikan Proses Pelelangan dan menolak semua Dokumen
Penawaran yang disampaikan, tanpa menimbulkan tangung jawab apapun
kepada Peserta Lelang atau tidak berkewajiban untuk menginformasikan
kepada Peserta Lelang alasan untuk pengambilan keputusan di atas.
28
dapat mempengaruhi biaya pelaksanaan dan penyelesaian Proyek. Kegagalan atau
kelalaian dalam mengkaji Proyek secara keseluruhan tidak dapat dijadikan alasan
bagi Peserta Lelang untuk membebaskannya dari pertanggungjawaban atas isi
Dokumen Penawaran tersebut, baik pada tahap penawaran maupun pada tahap
pelaksanaan Proyek (apabila Peserta Lelang tersebut ditetapkan sebagai Pemenang
Lelang).
15.3. Jika Peserta Lelang tidak melakukan due diligence secara menyeluruh termasuk
melakukan peninjauan tapak,akses jalan masuk ke lokasi Proyek, kondisi permukaan
tanah yang berkaitan, penggunaan lahan di sekitar lokasi Proyek dan lainnya, hal
tersebut tidak dapat dijadikan alasan bagi Peserta Lelang untuk mengubah
Dokumen Penawarannya di kemudian hari, atau melepaskan Peserta Lelang atau
Badan Usaha Pelaksana dari tanggung jawab untuk menghitung dan
mempertimbangkan kesulitan atau biaya untuk melaksanakan penyelesaian Proyek.
Lebih lanjut, Dokumen Penawaran Finansial Peserta Lelang tidak dapat disesuaikan
dengan alasan apapun pada saat penyelesaian Perjanjian Kerjasama pada saat
pelaksanaan Proyek.
15.4. Apabila Peserta Lelang tidak dapat menyampaikan seluruh dokumen dan informasi
sebagaimana disyaratkan oleh Dokumen Permintaan Proposal ini atau
menyampaikan Dokumen Penawaran yang secara substansi tidak sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan, maka tindakan tersebut merupakan tanggung jawab
Peserta Lelang, dan Panitia Pengadaan atas kebijakannya, dapat menentukan
bahwa Dokumen Penawaran tersebut tidak sesuai dengan persyaratan dalam
Dokumen Permintaan Proposal/RfP ini, dan Dokumen Penawaran tersebut dapat
didiskualifikasi.
15.5. Peserta Lelang tidak dapat mengubah atau menyesuaikan Dokumen Penawaran
yang telah disampaikan kepada Panitia Pengadaan setelah batas akhir pemasukan
penawaran.
15.6. Peserta Lelang dianggap telah mengerti terhadap semua peraturan perundang-
undangan di Indonesia, keputusan-keputusan, dan pedoman-pedoman baik lokal
maupun nasional, yang dapat mempengaruhi atau berlaku untuk Proyek.
15.7. Peserta Lelang tidak boleh mengundurkan diri apabila telah menyampaikan
Dokumen Penawaran dan Dokumen Penawaran tersebut telah diterima oleh Panitia
Pengadaan setelah batas akhir pemasukan penawaran.
29
pendukung dan dokumen lainnya yang diberikan oleh Peserta Lelang dalam
Dokumen Penawaran dapat dibuat dalam bahasa lain, dengan ketentuan bahwa
dokumen-dokumen tersebut disertai dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia.
Dokumen pendukung dan dokumen lainnya yang tidak disertai dengan terjemahan
dalam Bahasa Indonesia tidak dipertimbangkan. Dalam hal terdapat perbedaan,
maka versi Bahasa Indonesia yang berlaku.
16.2. Berdasarkan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang
(UU 7/2011) disebutkan bahwa setiap transaksi keuangan yang dilakukan di dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib menggunakan mata uang
Rupiah. Peserta Lelang harus menggunakan mata uang Rupiah dalam setiap rencana
keuangan yang dilampirkan dalam Dokumen Penawaran.
30
ISI SAMPUL I
Lembar 1 Surat Penawaran
Lembar 2 Surat Jaminan Penawaran
Lembar 3 Pakta Integritas
Lembar 4 Surat Kuasa
Lembar 5 Surat Kerahasiaan
Lembar 6 Penawaran Teknis
Lembar 7 Rancangan Perjanjian Kerjasama
Lembar 8 Perjanjian Konsorsium
31
Masa Berlaku Penawaran dengan prosedur perpanjangan yang sama
dengan Perpanjangan Pertama.
Setiap Dokumen Penawaran yang tidak disertai dengan Jaminan
Penawaran akan didiskualifikasi dan dinyatakan gugur dengan alasan
bahwa tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Jaminan
Penawaran dengan masa berlaku yang kurang dari 180 (seratus delapan
puluh) hari akan dinyatakan gugur dengan alasan tidak sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan.
Jaminan Penawaran dari Peserta Lelang yang gagal menjadi Pemenang
Lelang akan dikembalikan kepada Peserta Lelang tidak lebih dari 10
(sepuluh) Hari Kerja setelah penandatanganan Perjanjian Kerjasama
oleh Badan Usaha Pelaksana.
Jaminan Penawaran Pemenang Lelang akan dikembalikan segera, tidak
lebih dari 10 (sepuluh) Hari Kerja setelah PJPK mengkonfirmasikan
bahwa Jaminan Pelaksanaan yang disampaikan Badan Usaha Pelaksana
telah sesuai dengan persyaratan Perjanjian Kerjasama.
Jaminan Penawaran akan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan disetor
ke Kas Negara tanpa ada pemberitahuan, permintaan, atau proses
hukum lainnya kepada Peserta Lelang yang bersangkutan, jika terjadi
salah satu kondisi di bawah ini:
i. Dengan pengecualian diatas, Peserta Lelang menarik kembali
Dokumen Penawarannya selama Masa Berlaku Penawaran; atau
ii. Dokumen Penawaran Peserta Lelang diketahui berisi pernyataan
palsu atau terdapat kekeliruan atau kelalaian;
iii. Dalam hal Pemenang Lelang, tidak menandatangani Perjanjian
Kerjasama dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari Kerja sejak penerbitan
Surat Penetapan Pemenang Lelang, tanpa ada persetujuan tertulis
dari Panitia Pengadaan dan berdasarkan ketentuan di Bagian 34.3;
c. Pakta Integritas
Seluruh anggota konsorsium wajib menandatangani Pakta Integritas
sesuai dengan Lembar D.3. Dokumen Permintaan Proposal ini.
d. Surat Kuasa
Peserta Lelang harus menyampaikan Surat Kuasa dalam bentuk
sebagaimana dimaksud dalam Lembar D.4. Dokumen Permintaan
Proposal ini, disertai dengan dokumen-dokumen terkait yang
menyatakan kewenangan untuk memberikan kuasa kepada 1 (satu)
32
orang Perwakilan Resmi Peserta Lelang (contoh: keputusan Direksi,
Anggaran Dasar Perusahaan sebagaimana diperlukan). Surat Kuasa
harus menyebutkan secara spesifik Perwakilan Resmi Peserta Lelang
untuk menandatangani Dokumen Penawaran dan tidak dapat ditarik
kembali serta mengikat bagi Peserta Lelang dalam segala hal yang
berhubungan dengan Proses Pelelangan selama Masa Berlaku Dokumen
Penawaran.
Peserta Lelang yang berbentuk konsorsium, dalam menyusun Surat
Kuasa, harus mengikuti ketentuan tambahan sebagai berikut:
i. Pemberian wewenang kepada Perwakilan Resmi Peserta Lelang
harus dibuktikan dengan Surat Kuasa yang ditandatangani oleh
setiap anggota konsorsium Peserta Lelang.
ii. Perwakilan Resmi Peserta Lelang harus memiliki wewenang untuk
menerima instruksi untuk dan atas nama setiap dan semua anggota
konsorsium, menyampaikan Jaminan Penawaran atas nama
konsorsium, dan berwenang untuk menandatangani Perjanjian
Kerjasama atas nama Badan Usaha Pelaksana.
iii. Surat Kuasa yang ditandatangani oleh setiap anggota konsorsium
harus disertai dengan dokumen-dokumen terkait yang menyatakan
kewenangan untuk memberikan kuasa kepada Perwakilan Resmi
Peserta Lelang, seperti risalah keputusan rapat direksi dari masing-
masing anggota konsorsium, Anggaran Dasar Perusahaan,
sebagaimana diperlukan, yang menyebutkan keputusannya untuk:
a) berpartisipasi dalam Tahap Penawaran Proyek Kerjasama
Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api
Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan;
b) melakukan penyertaan modal/saham dalam Badan Usaha
Pelaksana jika ditetapkan sebagai Pemenang Lelang; dan
c) memberikan kuasa kepada pihak yang akan menandatangani
perjanjian konsorsium untuk dan atas nama perusahaan.
e. Surat Kerahasiaan
Peserta Lelang wajib menyampaikan Surat Kerahasiaan dalam bentuk
sesuai dengan Lembar D.5. Dokumen Permintaan Proposal ini. Surat
Kerahasiaan harus ditandatangani oleh Perwakilan Resmi Peserta
Lelang. Lembar Surat Kerahasiaan dalam Lembar D.5. harus digunakan
oleh Peserta Lelang dalam membuat Surat Kerahasiaan dalam rangka
permintaan akses Pusat Data yang ditandatangani oleh Perwakilan
Resmi Peserta Lelang.
33
f. Penawaran Teknis
Pada Lembar D.6, masing-masing Peserta Lelang harus menyampaikan
pendekatan, metodologi, teknologi yang akan digunakan dan usulan
desain teknis, yang sesuai dengan persyaratan Spesifikasi Desain dan
Teknis sebagaimana diatur pada Rancangan Perjanjian Kerjasama.
g. Rancangan Perjanjian Kerjasama yang telah diparaf
Pada Lembar D.7, Peserta Lelang harus menyampaikan salinan
Rancangan Perjanjian Kerjasama yang telah diparaf oleh Perwakilan
Resmi Peserta Lelang pada setiap halaman yang menunjukkan
penerimaan syarat dan ketentuan akhir dari Perjanjian Kerjasama.
h. Perjanjian Konsorsium
Pada Lembar D.8, Peserta Lelang harus menyampaikan Perjanjian
Konsorsium yang telah ditandatangani dan disertai dengan Persetujuan
dari Direksi dalam suatu rapat Direksi sesuai dengan Anggaran Dasar
dari masing-masing anggota konsorsium (yakni dari masing-masing
perusahaan atau anggota konsorsium yang menyetujui investasi untuk
Proyek).
34
18. Masa Berlaku Dokumen Penawaran
18.1. Dokumen Penawaran berlaku selama Masa Berlaku Penawaran. Peserta Lelang yang
mengajukan Dokumen Penawaran dengan masa berlaku kurang dari Masa Berlaku
Penawaran yang ditetapkan akan dianggap sebagai Peserta Lelang yang tidak
mengikuti persyaratan yang telah ditentukan, dan Peserta Lelang tersebut akan
didiskualifikasi.
Sebelum berakhirnya Masa Berlaku Penawaran yang ditetapkan, Panitia Pengadaan
dapat meminta kepada satu atau lebih Peserta Lelang Yang Memenuhi Persyaratan
untuk memperpanjang masa berlaku Dokumen Penawarannya. Permintaan dan
tanggapan untuk perpanjangan tanggal berlaku sebagaimana telah ditetapkan harus
dibuat secara tertulis, dengan ketentuan jika Peserta Lelang Yang Memenuhi
Persyaratan tersebut tidak memberikan tanggapan tertulis atas permintaan Panitia
Pengadaan dalam waktu 10 (sepuluh) Hari Kerja sejak diterimanya permintaan
tersebut, Peserta Lelang Yang Memenuhi Persyaratan akan dianggap telah
menyetujui permintaan perpanjangan. Namun, Peserta Lelang Yang Memenuhi
Persyaratan dapat secara tegas menolak permintaan tersebut. Jika Peserta Lelang
Yang Memenuhi Persyaratan menolak permintaan perpanjangan, Peserta Lelang
tersebut akan didiskualifikasi dalam Proses Pelelangan selanjutnya. Peserta Lelang
Yang Memenuhi Persyaratan tersebut setuju atau dianggap telah menyetujui
permintaan tidak akan diizinkan untuk merubah Dokumen Penawaran, namun akan
diminta memperpanjang masa berlaku Jaminan Penawarannya. Ketentuan-
ketentuan pada Bagian 17.2.2.b di atas mengenai pelepasan dan peniadaan Jaminan
Penawaran tetap berlaku selama masa perpanjangan berlakunya Dokumen
Penawaran.
35
19.2. Peserta Lelang harus menyampaikan 1 (satu) set Sampul II Dokumen Penawaran
Finansial yang masing-masing terdiri dari:
a) 1 (satu) dokumen asli yang secara jelas diberi tanda “Asli/Original”; dan
b) 4 (empat) salinan, yang secara jelas diberi tanda “Salinan/Copy”.
c) 2 (dua) salinan elektronik dalam bentuk flashdrive/USB (Universal Serial Bus)
dengan format PDF.
d) File microsoft excel untuk Model Perhitungan Penawaran Finansial dengan
formula yang tidak dikunci sesuai Lampiran B.3.
Dalam hal terjadi perbedaan antara dokumen asli dan dokumen salinan (termasuk
salinan elektronik) maka dokumen asli yang akan berlaku.
19.3. Apabila Dokumen Penawaran terdiri dari lebih dari 1 (satu) volume, Peserta Lelang
harus secara jelas memberi nomor pada semua volume Dokumen Penawaran dan
memberi indeks dalam daftar isi pada setiap volumenya.
19.4. Dokumen Penawaran harus diketik dengan ukuran huruf 12 pada kertas A4 (dapat
disesuaikan, apabila diperlukan) dengan setiap lembar diparaf oleh Perwakilan
Resmi Peserta Lelang. Surat Penawaran Administrasi dan Teknis dan Surat
Penawaran Finansial masing-masing akan ditandatangani oleh Perwakilan Resmi
Peserta Lelang dan masing-masing dibubuhi meterai Rp. 6.000 (Enam Ribu Rupiah).
19.5. Terhadap Dokumen Penawaran yang telah disampaikan, setelah batas akhir
pemasukan penawaran, tidak boleh dilakukan suatu koreksi, baik yang berupa
perubahan, penghilangan, tambahan, atau peniadaan.
19.6. Setiap Peserta Lelang atau setiap anggota konsorsium tidak diperkenankan
mengajukan lebih dari 1 (satu) Dokumen Penawaran. Setiap Peserta Lelang atau
setiap anggota konsorsium tidak diperkenankan menjadi Afiliasi dari Peserta Lelang
lain, atau anggota dari konsorsium lain, atau Afiliasi dari anggota konsorsium lain.
Peserta Lelang atau anggota konsorsium yang melanggar aturan ini akan
mengakibatkan Peserta Lelang yang bersangkutan didiskualifikasi oleh Panitia
Pengadaan.
36
Pengadaan pada alamat yang ditentukan dalam Lembar Data Proses
Pelelangan pada Lampiran A.
20.1.2. Sampul luar atau kotak yang berisi Dokumen Penawaran harus dituliskan
nama dan alamat Perwakilan Resmi Peserta Lelang untuk memungkinkan
Dokumen Penawaran dapat dikembalikan tanpa dibuka jika dinyatakan
terlambat atau tidak dapat diterima oleh Panitia.
20.1.3. Sampul luar atau kotak yang disegel harus berisi 2 (dua) sampul yang
disegel yang didalamnya masing-masing memuat Sampul I (Dokumen
Penawaran Administrasi dan Teknis) dan Sampul II (Dokumen Penawaran
Finansial).
20.1.4. Sampul luar harus disegel dan ditandatangani oleh Perwakilan Resmi
Peserta Lelang. Jika Dokumen Penawaran tidak disegel dan ditandatangani
sesuai dengan ketentuan Bagian ini, Panitia Pengadaan dapat
mendiskualifikasikan Peserta Lelang dengan alasan bahwa tidak mengikuti
persyaratan yang telah ditentukan dan tidak bertanggungjawab atas setiap
kesalahan dalam penempatan atau pembukaan Dokumen Penawaran.
20.1.5. Sampul luar yang berisi Dokumen Penawaran harus memuat kalimat atau
tanda berikut dalam huruf tebal:
20.2.1. Sampul I Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis terdiri dari 1 (satu)
set dalam segel terpisah sesuai ketentuan dalam bagian 19.1, harus
memuat kalimat atau tanda berikut dalam huruf tebal:
37
JANGAN DI BUKA SEBELUM
TANGGAL PEMBUKAAN DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
20.2.2. Set pertama Sampul I harus berisi Jaminan Penawaran yang dikeluarkan
oleh bank yang memiliki kegiatan usaha di Republik Indonesia yang asli dan
salinannya.
20.2.3. Sampul II Dokumen Penawaran Finansial yang terdiri dari 1 (satu) set,
sesuai ketentuan 19.2 dan harus diberi tanda sebagai berikut:
38
21.3. Panitia Pengadaan dapat memperpanjang batas waktu pemasukan Dokumen
Penawaran dengan mengeluarkan adendum/perubahan sesuai dengan Bagian 14.2
Dokumen Permintaan Proposal/RfP ini.
21.4. Setiap Dokumen Penawaran yang disampaikan di luar tanggal dan waktu
pemasukan Dokumen Penawaran sebagaimana dimaksud dalam Lampiran A Lembar
Data Proses Pelelangan ini akan didiskualifikasi atau tidak diterima oleh Panitia
Pengadaan tanpa memperhatikan alasan apapun.
21.5. Kegagalan pemasukan Dokumen Penawaran pada Batas Akhir Waktu Pemasukan
sebagaimana diatur dalam Bagian 21.1 maka Peserta Lelang dinyatakan
diskualifikasi dari Proses Pelelangan.
39
kelengkapannya berdasarkan daftar yang tersedia di Bagian 17.2.2 di atas. Setelah
pembukaan seluruh Sampul I, Panitia Pengadaan harus segera menyiapkan Berita
Acara Pembukaan Penawaran. Berita Acara tersebut ditandatangani semua anggota
Panitia Pengadaan yang hadir dan para saksi (Perwakilan Resmi Peserta Lelang yang
hadir atau saksi yang ditunjuk oleh Panitia Pengadaan sebagaimana dimaksud pada
Bagian 22.2 di atas). Berita Acara tersebut kemudian didistribusikan kepada seluruh
Perwakilan Resmi Peserta Lelang. Setelah itu, Panitia Pengadaan menutup
pertemuan terbuka untuk melaksanakan evaluasi atas Sampul I dari masing-masing
Dokumen Penawaran yang diajukan.
22.4. Jika tidak ada Dokumen Penawaran yang memenuhi syarat, Panitia Pengadaan
menyatakan Proses Pelelangan gagal dan dapat melakukan lelang ulang terhadap
Proyek, atau mengambil tindakan lain yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
40
24.2. Selanjutnya terhadap Peserta Lelang yang dinyatakan lulus/memenuhi kualifikasi
Administrasi, Panitia Pengadaan akan mengevaluasi Dokumen Penawaran
Teknisnya.
24.3. Evaluasi terhadap Penawaran Teknis dilakukan dengan sistem penilaian, yang
didasarkan atas kriteria yang tercantum di dalam Lampiran B.2. Dokumen
Permintaan Proposal, dengan batas kelulusan 70 (dalam skala penilaian 1-100).
24.4. Apabila Peserta Lelang telah lulus/memenuhi kriteria Dokumen Penawaran Teknis,
seperti yang tercantum dalam Lampiran B.2 Dokumen Permintaan Proposal,
selanjutnya evaluasi dilakukan terhadap kriteria finansial yang tercantum di dalam
Lampiran B.3 Dokumen Permintaan Proposal.
24.5. Sampul I Penawaran Teknis dianggap telah memenuhi persyaratan, apabila secara
substansi:
a. Sesuai dengan seluruh syarat, kondisi, dan spesifikasi Dokumen Permintaan
Proposal ini tanpa adanya penyimpangan material, pernyataan reservasi atau
kondisional yang dapat mempengaruhi ruang lingkup, kualitas atau
pelaksanaan Proyek atau dapat membatasi ketentuan-ketentuan dalam
Dokumen Permintaan Proposal, hak Panitia Pengadaan, kewajiban Peserta
Lelang, dan kewajiban Badan Usaha Pelaksana berdasarkan Perjanjian
Kerjasama; dan
b. Dianggap layak secara teknis. Peserta Lelang yang Sampul I-nya yang secara
substansi ditentukan memenuhi syarat dipertimbangkan sebagai Peserta Yang
Memenuhi Persyaratan.
24.6. Sampul I Penawaran Teknis yang tidak memenuhi persyaratan/tidak lulus ambang
batas adalah Sampul I Penawaran Teknis yang secara substansi tidak memenuhi
kriteria sebagaimana ditetapkan pada Bagian 24.5 di atas. Dokumen Penawaran
Sampul I Penawaran Teknis yang dinyatakan tidak memenuhi persyaratan maka
dianggap sebagai Peserta Lelang yang tidak memenuhi persyaratan.
25. Klarifikasi/Verifikasi Dokumen Penawaran
25.1. Selama proses evaluasi terhadap isi Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis,
Panitia Pengadaan, atas pertimbangannya sendiri, mengundang Peserta Lelang
secara tertulis ke suatu pertemuan untuk memberikan klarifikasi dan/atau paparan
dan/atau konfirmasi kepada Panitia Pengadaan. Panitia Pengadaan dapat
melakukan kunjungan lokasi ke Proyek sejenis yang dijadikan referensi oleh Peserta
Lelang.
25.2. Klarifikasi hanya terbatas pada pemberian penjelasan, konfirmasi dan/atau
pemberitahuan dokumen-dokumen pendukung atas informasi dan rencana dalam
Dokumen Penawaran, namun tidak termasuk pada penyampaian usulan tambahan
atau suatu dokumen baru yang dapat mengubah substansi Dokumen Penawaran.
41
25.3. Peserta Lelang berkewajiban untuk memberikan klarifikasi dan/atau konfirmasi
sesuai dengan dengan permintaan Panitia Pengadaan dalam bentuk tertulis.
Panitia Pengadaan akan menetapkan batas akhir waktu permintaan klarifikasi dan
atau konfirmasi kepada Peserta Lelang.
25.4. Peserta Lelang yang tidak memberikan klarifikasi dan/atau konfirmasi tertulis
sebagaimana pada bagian 25.3, maka Panitia Pengadaan akan melakukan evaluasi
berdasarkan pemahaman Panitia Pengadaan terhadap Dokumen Penawaran
Sampul I dan atau klarifikasi dari pihak lain diluar Panitia Pengadaan.
25.5. Hasil klarifikasi dari Peserta Lelang yang bersangkutan harus dicantumkan dalam
Berita Acara Klarifikasi/Konfirmasi yang disusun oleh Panitia Pengadaan sebagai
bagian dari Dokumen Penawaran Peserta Lelang.
Panita Pengadaan, atas kebijakannya sendiri, memiliki hak untuk melakukan
klarifikasi/konfirmasi kepada pihak lain selain Peserta Lelang yang berhubungan
dengan informasi yang terdapat dalam Dokumen Penawaran Peserta Lelang. Hasil
klarifikasi/konfirmasi kepada pihak lain dimaksud dapat dijadikan bahan
pertimbangan Panita Pengadaan dalam pelaksanaan evaluasi Dokumen Penawaran
Administrasi dan Teknis.
42
27.2. Terkait bagian 22.1 di atas, pengumuman hasil evaluasi dokumen penawaran teknis,
bagi Peserta Lelang yang lulus/memenuhi persyaratan, akan dilakukan
pemeringkatan, berdasarkan urutan peringkat nilai teknis dimulai dari yang
tertinggi.
27.3. Terhadap Peserta Lelang yang gugur dalam evaluasi Dokumen Administrasi dan
Teknis, Panitia Pengadaan akan mengembalikan Jaminan Penawaran asli yang
bersangkutan setelah dilaksanakannya penandatanganan Perjanjian Kerjasama
antara PJPK dan Badan Usaha Pelaksana.
27.4. Dokumen penawaran Sampul II dan Jaminan Penawaran asli dari Peserta Lelang
yang gugur pada evaluasi Sampul I, dikembalikan kepada yang bersangkutan setelah
dilaksanakannya penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara PJPK dan Badan
Usaha Pelaksana.
43
29. Koreksi Aritmatik
29.1. Panitia Pengadaan melakukan koreksi aritmatik terhadap Dokumen Penawaran atas
kesalahan perhitungan, penjumlahan dan sejenisnya dan selanjutnya dituangkan
dalam Berita Acara Klarifikasi dan Koreksi Aritmatik.
29.2. Penawaran Peserta Lelang akan disesuaikan dengan koreksi atas kesalahan
tersebut.
30. Kerahasiaan
30.1. Seluruh informasi yang telah tercakup dalam Surat Kerahasiaan dan seluruh
informasi dalam Dokumen Penawaran dianggap rahasia dan tidak boleh
diungkapkan kepada pihak lain yang tidak terkait dengan Proses Pelelangan. Peserta
Lelang, dengan menyampaikan Dokumen Penawaran, secara tegas telah
mengesampingkan unsur kerahasiaan tersebut dan mengizinkan pengungkapan
hasil penawaran kepada seluruh Peserta Lelang sesuai dengan Dokumen
Permintaan Proposal ini.
30.2. Setiap upaya oleh Peserta Lelang atau salah satu anggota konsorsiumnya atau
Afiliasinya untuk mempengaruhi Panitia Pengadaan dalam Proses Pelelangan, akan
menyebabkan Dokumen Penawaran Peserta Lelang yang bersangkutan
didiskualifikasi/tidak dapat diterima dan Jaminan Penawaran dari Peserta Lelang
yang bersangkutan akan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan disetorkan ke Kas
Negara.
Berita Acara Hasil Pelelangan harus dijaga kerahasiaannya sampai dengan
pelaksanaan Perjanjian Kerjasama.
F. PEMENANG LELANG
31. Pengumuman Hasil Pelelangan
31.1. Panitia Pengadaan menyusun Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP), yang
merupakan kesimpulan dari hasil evaluasi administrasi, teknis dan finansial, dan
ditandatangani oleh paling kurang dua pertiga (2/3) dari jumlah anggota Panitia
Pengadaan.
31.2. Berdasarkan BAHP, Panitia Pengadaan menetapkan calon Pemenang Lelang dan 2
(dua) cadangan pemenang (bila ada) berdasarkan hasil evaluasi terhadap Dokumen
Penawaran yang dinyatakan memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan pada
Bagian Error! Reference source not found. dan Error! Reference source not found..
31.3. Panitia Pengadaan menyusun dan menyampaikan laporan hasil evaluasi kepada
PJPK disertai usulan penetapan Pemenang Lelang dan 2 (dua) cadangan pemenang
(bila ada).
44
31.4. PJPK menetapkan Pemenang Lelang dan 2 (dua) cadangan pemenang (bila ada)
berdasarkan usulan dari Panitia Pengadaan.
31.5. Berdasarkan penetapan pemenang oleh PJPK, Panitia Pengadaan akan
mengumumkan hasil lelang kepada seluruh Peserta Lelang.
31.6. Panitia Pengadaan akan mengumumkan Pemenang Lelang dan 2 (dua) cadangan
pemenang (bila ada) serta memberitahukannya kepada seluruh Peserta Lelang.
45
33.2. PJPK menerbitkan Surat Pemenang Lelang selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
setelah proses sanggah selesai;
33.3. Peserta Lelang yang ditetapkan sebagai Pemenang Lelang wajib menerima
keputusan PJPK tersebut. Apabila Pemenang Lelang mengundurkan diri setelah
diterbitkan Surat Pemenang Lelang dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh
PJPK, maka Jaminan Penawarannya dicairkan dan disetor ke Kas Negara oleh
Panitia Pengadaan dan pemenang tersebut juga dikenakan sanksi berupa
pencantuman dalam Daftar Hitam.
Apabila Pemenang Lelang yang ditetapkan mengundurkan diri, maka PJPK dapat
menerbitkan Surat Pemenang Lelang kepada pemenang cadangan satu dengan
ketentuan:
a. Cadangan pemenang satu tersebut harus terlebih dahulu mendapat penetapan
dari PJPK sebagai Pemenang Lelang;
b. Surat penawaran dan jaminan penawaran masih berlaku atau jangka waktunya
sudah diperpanjang sampai dengan penandatangan perjanjian kerjasama.
33.4. Apabila cadangan pemenang satu yang ditetapkan mengundurkan diri, maka PJPK
dapat menerbitkan Surat Pemenang Lelang kepada pemenang cadangan dua
dengan ketentuan:
a. Pemenang cadangan tersebut ditetapkan terlebih dahulu sebagai pemenang;
b. Surat penawaran dan jaminan penawaran masih berlaku atau jangka waktunya
sudah diperpanjang sampai dengan penandatangan perjanjian kerjasama.
33.5. Apabila semua pemenang mengundurkan diri, maka PJPK menyatakan lelang gagal.
46
terbentuk secara hukum, Jaminan Pelaksanaan Tahap I telah diserahkan kepada
PJPK, dan semua persyaratan lainnya untuk penandatangan telah terpenuhi.
34.3. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 5 (lima) Hari Kerja sebelum
penandatanganan Perjanjian Kerjasama, Pemenang Lelang harus menyerahkan
Jaminan Pelaksanaan Tahap I dalam bentuk sebagaimana tercantum dalam
Lampiran D.10. Dokumen Permintaan Proposal ini.
34.4. Jaminan Penawaran Pemenang Lelang akan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan
disetor kepada Kas Negara tanpa mengurangi hak atau tindakan yang dapat diambil
oleh Panitia Pengadaan terhadap Pemenang Lelang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku apabila:
a. Pemenang Lelang tidak memberitahukan PJPK atau gagal membentuk Badan
Usaha Pelaksana sebagaimana dimaksud pada Bagian 34.1; atau
b. Badan Usaha Pelaksana gagal menyerahkan kepada PJPK Jaminan Pelaksanaan
sebagaimana dimaksud pada Bagian 34.3; atau
c. Menolak atau tidak mampu atau gagal menandatangani Perjanjian Kerjasama
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah Penerbitan Surat Penetapan
Pemenang Lelang.
34.5. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 5 (lima) Hari Kerja setelah
penandatanganan Perjanjian Kerjasama, Panitia Pengadaan akan mengembalikan
semua Jaminan Penawaran kepada para Peserta Lelang.
47
LAMPIRAN A: LEMBAR DATA PROSES PELELANGAN
Panitia Pengadaan Badan Usaha ...., sebagai Ketua Panitia Pengadaan Badan Usaha.
Pelaksana Proyek Kerjasama Alamat Sekretariat:
Pemerintah-Badan Usaha Alamat : Jl. Medan Merdeka Jakarta 10110
Pengelola Prasarana Kereta Api Telepon: 021-...
Ringan Email : .....
A-1
Nilai Jaminan Penawaran Rp ......,- (.... Rupiah)
Masa Berlaku Penawaran 180 (seratus delapan puluh) Hari sejak Tanggal
Penyampaian Dokumen Penawaran
Asli dan Jumlah Salinan Satu (1) Asli, 4 (empat) Salinan Tercetak, 2 (dua) Salinan
Dokumen Penawaran Elektronik (pdf) dalam flashdrive/USB (Universal Serial
Bus) masing-masing dalam Bahasa Indonesia file
microsoft excel untuk model perhitungan finansial
dengan formula yang dapat dilacak masing-masing dalam
Bahasa Indonesia.
A-2
B-1
B-2
B-3
1. Evaluasi Penawaran Biaya (lihat Lembar E.1 yang harus dilengkapi oleh Peserta Lelang)
Evaluasi terhadap penawaran finansial akan didasarkan pada penawaran biaya Peserta
Lelang.
2. Evaluasi Rencana Pembiayaan Proyek - (Lihat Tabel E.2 Untuk Lembar Yang Harus
Dilengkapi Oleh Peserta Lelang)
Rencana Pembiayaan Proyek akan dievaluasi untuk memastikan validitas penawaran
biaya jasa ketersediaan layanan. Rencana Pembiayaan Proyek dievaluasi berdasarkan
kriteria sebagai berikut:
No. Kriteria
1 Minimum 20% (dua puluh persen) dari total pembiayaan harus dibiayai dari
ekuitas dan sisanya 80% (delapan puluh persen) berupa pinjaman
2 Surat Komitmen dengan lembar persyaratan (term sheets) dari Lembaga
Kredit Ekspor, Sumber-Sumber Komersial dan/atau Sumber-Sumber
Multilateral dan/atau lembaga-lembaga keuangan yang memverifikasi,
memberikan komitmen, menegaskan kesediaan untuk mengadakan atau
menjamin atau menyatakan keyakinan dalam menyediakan pembiayaan
dalam bentuk pinjaman yang disebutkan dalam Lembar B.3 dan Lembar E.2
(Tabel E-2). Dokumen ini juga perlu menyebutkan periode pengembalian
pinjaman dan suku bunga (tetap atau berubah-ubah) yang berlaku bagi
komitmen pembiayaan tersebut atau indikatif term sheets yang menegaskan
keinginan untuk mendanai proyek selama dapat disetujui oleh komite kredit
lembaga keuangan.
3. Evaluasi Model Finansial - (lihat Lembar E.3 untuk informasi yang harus dilengkapi oleh
Peserta Lelang)
Evaluasi Penawaran Finansial juga akan dilakukan dengan memeriksa model finansial
yang disusun oleh Peserta Lelang guna memastikan validitas penawaran biaya jasa
ketersediaan layanan. Sebagaimana diminta dalam Lembar E.3, evaluasi ini meliputi:
a. Daftar asumsi yang digunakan dalam penyiapan model finansial untuk Capital
Expenditure sesuai rincian rencana investasi yang digunakan pada model finansial
B-4
dan harus konsisten dengan Daftar Kuantitas yang disampaikan pada penawaran
teknis di Sampul I
b. Daftar asumsi yang digunakan dalam penyiapan biaya Operational Expenditure
c. Metode yang digunakan dalam penetapan tingkat pengembalian investasi Badan
Usaha Pelaksana
d. Asumsi yang digunakan dalam model finansial seperti tingkat suku bunga
pinjaman dan jangka waktu pinjaman
e. Proyeksi Laba (rugi) Badan Usaha Pelaksana
f. Proyeksi Arus Kas Badan Usaha Pelaksana
g. Proyeksi Neraca Badan Usaha Pelaksana
h. Proyeksi perhitungan pembayaran utang dan bunga
i. Perhitungan nilai diskonto Proyek termasuk Financial NPV; dan
j. Rasio keuangan termasuk, Financial IRR, Weighted Average Cost of Capital
(WACC), Debt Service Coverage Ratio (Average dan minimum DSCR) dan Return on
Equity (ROE).
B-5
C-1
C-2
C-3
C-4
30) Standard for Fire Safety in Rapid Transit System (SFSRTS) 2012, Singapore Regulation
31) SNI 2847:2013 : Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung
32) SNI 7834:2012 : Metode uji dan kriteria penerimaan sistem struktur rangka memikul
momen beton bertulang pracetak untuk bangunan gedung
33) SNI 7833:2012 : Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang untuk
bangunan gedung
34) SNI 7832:2012 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton pracetak untuk
konstruksi bangunan gedung
35) SNI 1726:2012 : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan non gedung
36) SNI 6196:2011 : Prosedur audit energi pada bangunan gedung
37) SNI 6389:2011 : Konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung
38) SNI 6390:2011 : Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung
39) SNI 3418-2011 : Cara uji Kandungan Udara dalam beton segar
40) SNI 7392:2008 : Tata cara perencanaan dan pelaksanaan bangunan gedung
menggunakan panel jaring kawat baja tiga dimensi (PJKB-3D) las pabrikan
41) SNI 6897:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk
konstruksi bangunan gedung dan perumahan
42) SNI 3434:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk bangunan
gedung dan perumahan
43) SNI 2839:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk
konstruksi bangunan gedung dan perumahan
44) SNI 2837:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk
konstruksi bangunan gedung dan perumamahan
45) SNI 2836:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk
konstruksi bangunan gedung dan perumahan
46) SNI 2835:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi
bangunan gedung dan perumahan
47) SNI 7395:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan penutup lantai dan
dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan
48) SNI 7394:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi
bangunan gedung dan perumahan
49) SNI 7393:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium
untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan
50) SNI 0004-2008 : Tata cara commissioning instalasi pengolahan air
51) SNI 03-7015-2004 : Sistem proteksi petir pada bangunan gedung
52) SNI 03-7017.1-2004 : Lif traksi listrik pada bangunan gedung - Bagian 1: Pemeriksaan
dan pengujian serah terima
53) SNI 03-7017.2-2004 : Lif traksi listrik pada bangunan gedung - Bagian 2: Pemeriksaan
dan pengujian berkala
54) SNI 03-6759-2002 : Tata cara perancangan konservasi energi pada bangunan gedung
55) SNI 03-1729-2002 : Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung
56) SNI 03-1726-2002 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan
Gedung
57) SNI 03-2396-2001 : Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan
gedung
58) SNI 03-2396-2001 : Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan
C-5
Gedung
59) SNI 03-6575-2001 : Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada
bangunan gedung
60) SNI 03-6574-2001 : Tata cara perancangan pencahayaan darurat, tanda arah dan
sistem peringatan bahaya pada bangunan gedung
61) SNI 03-6571-2001 : Sistem pengendali asap kebakaran pada bangunan gedung
62) SNI 03-6572-2001 : Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara
pada bangunan gedung
63) SNI 03-6386-2000 : Spesifikasi tingkat bunyi dan waktu dengung dalam bangunan
gedung dan perumahan (kriteria desain yang direkomendasikan)
64) SNI 03-6383-2000 : Spesifikasi peralatan pengolahan udara individual sebagai sistem
pengendalian asap terzona dalam bangunan gedung
65) SNI 03-1736-2000 : Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung
66) SNI 03-1735-2000 : Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses Lingkungan
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung
67) SNI 03-1745-2000 : Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung
68) SNI 03-3985-2000 : Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi
dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
69) SNI 03-3989-2000 : Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler
otomatis untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
70) SNI 03-1736-2000 : Tata cara perencanaan dan sistem proteksi pasif untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
71) SNI 03-1745-2000 : Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan
slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
72) SNI 03-1746-2000 : Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan keluar untuk
penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung
73) SNI 03-2847-1992 : Tata cara penghitungan struktur beton untuk bangunan gedung
74) SNI 03-2404-1991 : Tata Cara Pencegahan Rayap Pada Pembuatan Bangunan Rumah
dan Gedung
75) SNI 03-2405-1991 : Tata Cara Penanggulangan Rayap Pada Bangunan Rumah dan
Gedung dengan Termitisida
76) SNI 03-2408-1991 : Tata Cara Pengecatan Logam
77) SNI 03-2410-1994 : Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan Cat Emulsi
78) SNI 03-2414-1991: Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka. Judul
direvisi menjadi: Tata cara pengukuran debit aliran sungai dan saluran terbuka
menggunakan alat ukur arus dan pelampung
79) SNI 03-1963-1990 : Tata Cara Dasar Koordinasi Modular untuk Perancangan Bangunan
Rumah dan Gedung
80) SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Judul direvisi menjadi :Cara
uji kuat tekan beton
81) SNI 03-1977-1990 : Spesifikasi Koordinasi Modular Bangunan Rumah dan Gedung
82) SNI 03-1978-1990 : Spesifikasi Ukuran Terpilih Untuk Bangunan Rumah dan Gedung
83) SNI 03-1979-1990 : Spesifikasi Matra Ruang untuk Rumah dan Gedung
84) SNI 03-0675-1989 : Spesifikasi Ukuran Kusen Pintu Kayu, Kusen Jendela Kayu, Daun
Pintu Kayu Untuk Bangunan Rumah dan Gedung
C-6
85) SNI 03-1724-1989 : Tata Cara Perencanaann Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan
di Sungai. Judul direvisi menjadi :Tata cara perhitungan debit andalan air sungai
dengan analisis lengkung kekerapan
86) SNI 03-1727-1989 : Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung
87) SNI 03-1728-1989 : Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung
88) SNI 03-1734-1989 : Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding
Bertulang Untuk Rumah dan Gedung
89) SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung;
90) SNI tentang Spesifikasi Bahan pada Bangunan Gedung;
91) SNI tentang Tata Cara Instalasi ME pada Bangunan Gedung;
92) Architectural Design Criteria for Road and Rail Transit Systems, 2013, LTA Singapore
Standard;
93) AASHTO, NAASRA, dll meliputi standar teknis yang terkait
C-7
LAMPIRAN D: ISI SAMPUL I - DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS
di
Kantor Kementerian Perhubungan
Jl. Medan Merdeka Barat No.8 Jakarta 10110
Telepon: 021-....
Penawaran Untuk Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta
Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, [sebutkan nama lengkap dan gelar/jabatan Perwakilan
Resmi Peserta Lelang], bertindak sebagai Perwakilan Resmi Peserta Lelang (“Perwakilan
Resmi Peserta Lelang”) dari [sebutkan nama Peserta Lelang/Konsorsium], dengan anggota
sebagai berikut:
[…………] sebagai Pimpinan Konsorsium, dengan […….]% kepemilikan saham,
dan para anggota konsorsium lainnya sebagai berikut:
[…………………………………….] dengan […….] % kepemilikan saham
[…………...……………………….] dengan […….] % kepemilikan saham
[…………...……………………….] dengan […….] % kepemilikan saham,
dengan hormat menyampaikan Dokumen Penawaran kami untuk Proyek Kerjasama
Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di
Provinsi Sumatera Selatan, sebagai tanggapan terhadap Dokumen Permintaan Proposal
tanggal [●].
Surat Kuasa yang diperlukan dilampirkan dalam Dokumen Penawaran.
Yang bertanda tangan dibawah ini dapat dihubungi pada alamat berikut ini1:
__________________________
__________________________
Telepon : _____________
Faksimili : _____________
Email : _____________
1
Berikan nama dan alamat Pejabat Berwenang
D-1
D-3
Lembar D.2: Surat Jaminan Penawaran
Setiap tuntutan yang dibuat oleh Kemenhub berdasarkan Bank Garansi ini harus diajukan
kepada kami dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah jatuh tempo Bank Garansi ini
dan setelah penandatanganan oleh perwakilan resminya. Pembiayaan berdasarkan Bank
Garansi ini disediakan untuk Kemenhub pada kantor kami sebagaimana disebutkan diatas
terhadap surat perintah pencairan yang diserahkan oleh Kemenhub dengan referensi terhadap
Garansi Bank ini. Setiap surat perintah pencairan harus dilengkapi dengan pernyataan tertulis
dari Kemenhub yang ditandatangani oleh perwakilan resmi yang menerangkan bahwa BADAN
USAHA melakukan hal-hal sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.
5. Bahwa Bank Garansi ini berlaku untuk jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari sejak
[*] sampai [*].
6. Bahwa merujuk pada ketentuan Pasal 1832 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Indonesia, Penjamin dengan ini melepaskan hak-hak istimewanya untuk menuntut supaya
barang-barang milik Badan Usaha lebih dulu disita dan dijual guna melunasi hutang-
hutangnya.
Pelaksanaan dan interpretasi dari Bank Garansi ini diatur berdasarkan hukum Republik
Indonesia.
Tanda tangan
METERAI
Rp. 6.000,-
Nama/Name : ______________________
Jabatan/Title : ______________________
D-5
Lembar D.3: Pakta Integritas
PAKTA INTEGRITAS
Jabatan : __________________________
Jabatan : __________________________
D-6
Lembar D.4: Surat Kuasa
SURAT KUASA
SURAT KUASA
DENGAN SURAT KUASA INI yang dibuat pada hari [*******], yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama:
Jabatan:
Perusahaan:
No. KTP:
Alamat:
Nama:
Jabatan:
Perusahaan:
No. KTP:
Alamat:
Nama:
Jabatan:
Perusahaan:
No. KTP:
Alamat:
Untuk selanjutnya disebut sebagai "Pemberi Kuasa", dengan ini memberi kuasa dengan hak
substitusi kepada:
Nama:
Jabatan:
Perusahaan:
No. KTP:
Alamat:
D-7
"Penerima Kuasa") dalam kaitannya dengan Proses Penawaran untuk Proyek Kerjasama
Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola
Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia,
untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
SECARA KHUSUS
(a) menandatangani dokumen-dokumen yang tercantum dalam Daftar terlampir dan
menyampaikannya dokumen tersebut kepada Panitia Pengadaan;
(b) menyampaikan dan menerima setiap dokumen atau informasi dalam kaitannya dengan
Proses Pelelangan; dan
(c) melakukan semua hal yang dianggap perlu sehubungan dengan hal-hal yang dicantumkan
dalam huruf (a) sampai (b) di atas termasuk untuk menandatangani setiap isi dokumen,
melakukan setiap hal, tindakan atau sesuatu yang menurut pendapat Penerima Kuasa
harus dilakukan, ditandatangani atau dilaksanakan untuk menyempurnakan atau
memberlakukan Dokumen Penawaran.
DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA:
Surat Kuasa ini diatur dengan, dan diinterpretasikan sesuai dengan, hukum Republik Indonesia.
Surat Kuasa ini berlaku sejak tanggal ditandatangani dan berlaku sampai dicabut oleh Pemberi
Kuasa.
Pemberi Kuasa dengan ini menegaskan bahwa Pemberi Kuasa dengan ini mengesahkan setiap
dan semua tindakan yang diambil oleh Penerima Kuasa dalam melaksanakan surat kuasa ini.
______________________________ ______________________________
Nama: Nama:
Jabatan: Jabatan:
______________________________
Nama:
Jabatan:
KONSULARISASI
Hanya untuk badan hukum asing
D-8
DAFTAR SURAT KUASA
[Materai Rp 6.000,-]
________________________________
[Nama/Jabatan Pemberi Kuasa Perusahaan/Anggota Peserta Lelang]
________________________________
[Ketua Panitia Pengadaan/Perwakilan PJPK lainnya]
D-9
Lembar D.5: Surat Kerahasiaan
[Tanggal]
Kepada Yth:
Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana
Proyek KPBU Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera
Selatan, Jakarta, Indonesia
di
Kantor Kementerian Perhubungan
Jl. Medan Merdeka Barat No. 8, Jakarta Indonesia
Telepon: 021-....
1. “Informasi Rahasia” berarti semua informasi yang dinyatakan sebagai rahasia atau yang
karena sifatnya secara implisit bersifat rahasia. Informasi Rahasia mencakup semua
informasi dari setiap hal yang berkaitan dengan Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan
Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera
Selatan, sesuai dengan Dokumen Permintaan Proposal (“Proyek”) yang diterima oleh
Penerima Informasi dan disampaikan kepada Penerima dengan cara apapun, termasuk
namun tidak terbatas pada semua usulan, tanggapan, diskusi, masukan dan komentar
atas dan/atau yang berkaitan dengan Dokumen Permintaan Proposal. Informasi Rahasia
akan mencakup informasi yang disebutkan diatas berkaitan dengan Proyek terlepas dari
bentuk, format atau media termasuk, namun tidak terbatas pada, tulisan, lisan, atau
informasi bentuk lainnya dan juga termasuk informasi yang disampaikan atau diperoleh
melalui penglihatan atau pertukaran dokumen-dokumen, presentasi, pameran,
pertemuan atau surat menyurat (pos dan/atau surat elektronik/email).
D-10
(a) Informasi Rahasia apapun;
(b) keterangan bahwa Peserta Lelang telah menerima Informasi Rahasia;
dan/atau
(c) keterangan bahwa sedang diadakan diskusi antara Penerima Informasi dan
Pemerintah atau instansi-instansinya, wakil-wakilnya atau agen-agennya
ataupun keterangan mengenai status, persyaratan/kondisi perjanjian, atau
keterangan lainnya tentang diskusi tersebut, kecuali ditentukan lain oleh
persyaratan dan ketentuan didalam Surat Kerahasiaan ini. Penerima Informasi
akan menerapkan tingkat kehati-hatian tertinggi untuk menjaga agar tidak
terjadi pengungkapan atau penggunaan Informasi Rahasia secara tidak sah,
dan wajib menjaga kerahasiaan dari Informasi Rahasia terhadapsemua pihak
ketiga. Selanjutnya, Penerima Informasi tidak boleh membuat salinan dari
Informasi Rahasia tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pemerintah,
yang untuk tujuan tersebut menunjuk Ketua Panitia Pengadaan sebagai
wakilnya.
6. Semua Informasi Rahasia yang tertulis atau bagian-bagian yang termuat di dalam
Informasi Rahasia (termasuk salinan elektronik) bersama dengan setiap analisa, laporan
atau dokumen lainnya atau material apapun sebagaimana berada dalam kepemilikan,
D-11
kekuasaan atau kendali Penerima Informasi wajib dikembalikan kepada Pemerintah atau
dihancurkan bilamana diminta oleh dan atas pilihan dari Pemerintah. Dalam hal
penghancuran Informasi Rahasia dilakukan, maka Penerima Informasi wajib segera
memberikan pernyataan secara tertulis kepada Pemerintah bahwa penghancuran
tersebut telah dilakukan. Penerima Informasi tidak lagi dapat menggunakan atau
menyimpan Informasi Rahasia tersebut dalam bentuk apapun.
7. Pembatasan diatas terhadap Penerima Informasi tidak berlaku untuk setiap Informasi
Rahasia yang tersedia atau akan tersedia untuk publik dalam bentuk publikasi tercetak
yang beredar umum di Indonesia yang bukan disebabkan oleh tindakan atau cidera janji
dari Penerima Informasi atau agen atau karyawan Penerima Informasi.
8. Penerima Informasi mengakui dan menyetujui bahwa setiap pelanggaran terhadap Surat
Kerahasiaan ini akan mengakibatkan kerugian yang substansial dan tidak dapat
diperbaiki bagi Pemerintah dan, karena itu, dalam hal terjadi pelanggaran tersebut,
sebagai tambahan dari ganti rugi yang mungkin ada berdasarkan hukum atau hal serupa
lainnya, Pemerintah memiliki hak atas ganti rugi yang spesifik dan ganti rugi lainnya
yang setara tanpa perlu membuktikan kerugian, menerbitkan jaminan atau keamanan
lainnya. Penerima Informasi wajib mengganti kerugian dan membebaskan Pemerintah,
para mitranya, karyawan, agen dan kontraktor independen dari dan terhadap setiap dan
semua klaim, biaya, kerugian (baik langsung atau tidak langsung), kehilangan,
pengeluaran dan kewajiban, termasuk biaya pengadilan dan biaya hukum yang wajar,
yang terkait dengan atau timbul sebagai akibat dari pelanggaran Penerima Informasi
terhadap Surat Kerahasiaan ini, atau pengeluaran yang dibebankan kepada Pemerintah
dalam pelaksanaan Surat Kerahasiaan ini.
9. Kegagalan atau penundaan oleh Pemerintah dalam melaksanakan setiap hak, kekuasaan
atau hak istimewa yang dimiliki oleh Pemerintah berdasarkan perjanjian ini tidak akan
dianggap sebagai pengesampingan, atau pelaksanaan salah satu atau sebagian dari hak,
kekuasaan atau hak istimewa tersebut tidak akan menghalangi pelaksanaan selanjutnya
dari hak, kekuasaan atau hak istimewa lainnya.
11. Surat Kerahasiaan ini tidak akan menyebabkan suatu kemitraan, usaha patungan atau
hubungan majikan dan karyawan antara para pihak atau menjadikan salah satu pihak
sebagai agen pihak lainnya dan tidak ada pihak yang akan menandatangani atau
memiliki kewenangan untuk menandatangani setiap perjanjian atau membuat
pernyataan atau jaminan atas nama dari atau menjamin kredit dari ataupun mengikat
atau menjadikan pihak lain tunduk pada Surat Kuasa ini.
12. Surat Kerahasiaan ini memuat seluruh pemahaman antara para pihak sehubungan
dengan penjagaan Informasi Rahasia dan menggantikan semua komunikasi dan
pemahaman sebelumnya tentang Informasi Rahasia. Tidak ada pengesampingan,
perubahan, modifikasi, atau amandemen yang akan mengikat atau berlaku untuk tujuan
apapun kecuali dan sampai dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah
D-12
pihak.
13. Setiap ketentuan (atau bagian daripadanya) dari Surat Kerahasiaan ini harus
ditafsirkan secara terpisah dan berdiri sendiri satu sama lain. Oleh karena itu, apabila
ada ketentuan terhadap Surat Kerahasiaan ini yang dianggap tidak dapat
dilaksanakan atau tidak sah, ketentuan tersebut akan menjadi tidak efektif sejauh hal
yang tidak dapat dilaksanakan atau ketidaksahan tersebut, tanpa mempengaruhi
ketentuan lainnya dari Surat Kerahasiaan ini.
14. Surat Kerahasiaan ini dan semua hak dan kewajiban para pihak diatur dan ditafsirkan
sesuai dengan hukum Indonesia dan kedua belah pihak tunduk kepada yurisdiksi
non-eksklusif dari pengadilan Indonesia.
15. Setiap pemberitahuan yang perlu diberikan oleh setiap pihak berdasarkan Surat
Kerahasiaan ini wajib dibuat secara tertulis yang dikirimkan melalui pos tercatat atau
melalui kurir atau melalui email atau melalui faksimili dan akan dianggap efektif
apabila dikirimkan melalui pos atau kurir, tujuh puluh dua (72) jam setelah diposkan
atau dikirimkan baik diterima atau tidak diterima, atau, apabila melalui email atau
melalui faksimili, dua puluh empat (24) jam setelah pengiriman ke alamat email atau
nomor faksimili. Setiap pihak harus memberi tahu pihak lainnya mengenai perubahan
alamat, nomor telepon atau faksimili atau alamat email dalam waktu empat puluh
delapan (48) jam sejak perubahan tersebut.
16. Setiap pelanggaran atau pengabaian terhadap Janji ini juga dapat mengakibatkan
Penerima Informasi dikenakan tuntutan berdasarkan hukum Indonesia.
17. Surat Kerahasiaan ini akan berlaku sampai dengan tanggal penandatanganan
Perjanjian Kerjasama Proyek.
_______________________________________
Ditandatangani oleh: [Nama lengkap perwakilan Penerima Informasi]
Jabatan: [Jabatan]
D-13
Lembar D.6: Penawaran Teknis
B. Strategi Bisnis
a. Berisi penjelasan tentang analisis pasar termasuk forecasting dan rencana pemasaran
properti yang akan dikembangkan
b. Berisi penjelasan tentang strategi bisnis yang dilakukan untuk mencapai target
market share
D-14
standar, persyaratan teknis dan desain sebagaimana dipersyaratkan dalam Lampiran
C Dokumen Permintaan Proposal ini dalam hal pengelolaan dan pemantauan
dampak lingkungan.
c. Berisi penjelasan tentang mitigasi dari dampak lingkungan
____________________________________
DITANDATANGANI: Perwakilan Resmi Peserta Lelang
D-15
Lembar D.7: Rancangan Perjanjian Kerjasama
[Rancangan Perjanjian Kerjasama yang telah diparaf oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang]
D-16
Lembar D.8: Perjanjian Konsorsium
3. Peserta Lelang yang membentuk konsorsium penawaran wajib terdiri dari Pimpinan
Konsorsium dan satu atau lebih Anggota Konsorsium lainnya. Setiap saat, anggota
konsorsium Peserta Lelang, baik masing-masing maupun secara kolektif, wajib untuk
selalu memenuhi kriteria hukum, teknis, dan keuangan (misalnya tidak dalam keadaan
pailit) sebagaimana yang disyaratkan oleh proses prakualifikasi yang telah ditetapkan
oleh Panitia Pengadaan, untuk mengikuti Proses Pelelangan dan pelaksanaan Perjanjian
Kerjasama.
4. Pimpinan Konsorsium dari Peserta Lelang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Bukan perseorangan;
Pimpinan konsorsium dapat lebih dari satu badan usaha;
Menguasai setidaknya lima puluh satu persen (51%) kepentingan ekuitas dalam
Badan Usaha Pelaksana, jika mereka ditunjuk sebagai Pemilik Badan Usaha
Pelaksana Proyek;
Memiliki Kontrol efektif atas Badan Usaha Pelaksana;
5. Dalam hal Pimpinan Konsorsium lebih dari (1) satu badan usaha maka Peserta Lelang
harus menunjuk perwakilan resmi konsorsium.
6. Pimpinan Konsorsium dan para Anggota Berkomitmen akan diminta memberikan bukti
D-17
yang dianggap cukup kepada Panitia Pengadaan bahwa konsorsium Peserta Lelang, jika
ditetapkan sebagai Pemenang Lelang, akan menandatangani perjanjian pemegang
saham atau perjanjian definitif lainnya yang mengatur pembentukan dan pelaksanaan
investasi modal yang cukup untuk mendirikan Badan Usaha Pelaksana dan menyatakan
bahwa Pimpinan Konsorsium akan memiliki Kontrol efektif atas Badan Usaha Pelaksana.
Bentuk perjanjian pemegang saham untuk ditandatangani antara Pimpinan Konsorsium
dan para Anggota Berkomitmen lainnya akan disampaikan sebagai lampiran Lembar D.4.
7. Setiap anggota konsorsium harus memenuhi kriteria berikut ini:
a. menyerahkan laporan keuangan terakhir yang telah diaudit;
b. tidak memiliki sengketa, gugatan, atau klaim merugikan lain yang masih dalam
proses terhadap PJPK atau terhadap setiap Badan Pemerintahan Indonesia sejak
Tanggal Penyampaian Penawaran sampai dengan tanggal penandatangan Perjanjian
Kerjasama;
c. tidak dilarang untuk melakukan kegiatan, dibekukan, atau dimasukkan dalam daftar
hitam kontraktor oleh PJPK atau Badan Pemerintahan Indonesia lain, baik
merupakan kontraktor perorangan, persekutuan, atau perusahaan atau sebagai
anggota dari suatu usaha patungan atau konsorsium dan tidak memiliki catatan
kinerja buruk dengan PJPK atau Badan Pemerintahan Indonesia lain;
d. mengesampingkan haknya untuk mengajukan peringatan, putusan sela, pelarangan
atau gugatan hukum atau proses persidangan terhadap PJPK atau Panitia
Pengadaan untuk menghambat dilaksanakannya Pelelangan dan pemberian hak
untuk menandatangani Perjanjian Kerjasama kepada Pemenang Lelang, dan
pelaksanaan atau implementasi dari Perjanjian Kerjasama.
D-18
Ketentuan dari usulan pengalihan kepentingan langsung atau tidak langsung
Pimpinan Konsorsium atau Anggota konsorsium dalam modal saham Badan Usaha
Pelaksana;
Identitas dan kualifikasi teknis dan keuangan dari penerima pengalihan yang
diusulkan; dan
Apabila berlaku, setiap amandemen yang diusulkan terhadap akta pendirian dan
anggaran rumah tangga dari Badan Usaha Pelaksana.
C. Formulir Komposisi Akhir Konsorsium
Peserta Lelang wajib menyerahkan Formulir Komposisi Akhir Konsorsium sesuai Tabel di
bawah ini:
Tabel D-1: Formulir Komposisi Akhir Konsorsium Peserta Lelang
D-19
[Keterangan: Lampiran D.9 akan disampaikan oleh Pemenang Lelang kepada PJPK]
D-20
[Tanggal]
Kepada Yth:
Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana
Proyek KPBU Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera
Selatan, Jakarta, Indonesia
di
Kantor Kementerian Perhubungan
Jl. Medan Merdeka Barat No.8 Jakarta 10110
Telepon: 021-....
Dengan hormat,
Dokumen Penawaran Biaya ini Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di
Provinsi Sumatera Selatan dikirimkan atas nama [nama Peserta Lelang] (“Peserta Lelang”)
sesuai dengan Dokumen Permintaan Proposal tertanggal [●] (“Dokumen Pelelangan”)
diterbitkan oleh Menteri Perhubungan sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama
(“PJPK”).
Dokumen ini merupakan penawaran yang ditujukan kepada Panitia Pengadaan yang berisi
usulan biaya penawaran dalam Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola
Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan (“Proyek”)
berdasarkan persyaratan sesuai dengan ketentuan hukum Indonesia, dan berdasarkan
persyaratan dan ketentuan yang diatur dalam Dokumen Permintaan Proposal.
Dokumen ini merupakan penawaran tanpa syarat dan tidak dapat dibatalkan, yang berlaku,
dan dapat diterima oleh Panitia Pengadaan dalam 180 (seratus delapan puluh) hari kalender
sejak Tanggal Penyampaian Dokumen Penawaran terlepas dari peristiwa apapun yang
mungkin terjadi dalam jangka waktu tersebut atau yang mungkin diperpanjang sebagaimana
ditetapkan dalam Dokumen Permintaan Proposal.
Kami menawarkan untuk mengoperasikan dan memelihara Proyek Kerjasama Kerjasama
Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di
E-1
Hormat kami,
E-2
Kepada Yth:
Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana
Proyek KPBU Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi
Sumatera Selatan, Jakarta, Indonesia
di
Kantor Kementerian Perhubungan
Jl. Medan Merdeka Barat No.8 Jakarta 10110
Telepon: 021-....
Dengan hormat,
Dokumen Rencana Pembiayaan Proyek ini dikirimkan atas nama [nama Peserta Lelang]
(“Peserta Lelang”) sesuai dengan Dokumen Permintaan Proposal tertanggal diterbitkan oleh
Kementerian Perhubungan sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (“PJPK”).
Dokumen ini merupakan Rencana Pembiayaan Proyek yang akan diselenggarakan oleh
Peserta Lelang untuk mengoperasikan dan memelihara fasilitas Proyek berdasarkan
persyaratan sesuai dengan ketentuan hukum Indonesia, dan berdasarkan persyaratan dan
ketentuan yang diatur dalam Dokumen Permintaan Proposal, termasuk Rancangan Final
Perjanjian Kerjasama.
Dokumen ini merupakan penawaran tanpa syarat dan tidak dapat dibatalkan, yang berlaku,
dan dapat diterima oleh Panitia Pengadaan dalam 180 (seratus delapan puluh) hari kalender
sejak Tanggal Penyampaian Dokumen Penawaran terlepas dari peristiwa apapun yang
mungkin terjadi dalam jangka waktu tersebut atau yang mungkin diperpanjang sebagaimana
ditetapkan dalam Dokumen Permintaan Proposal.
Rencana Pembiayaan yang ditujukan untuk Proyek Kerjasama Kerjasama Pemerintah-
Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera
Selatan adalah sebagaimana Tabel E-2 berikut.
E-3
SUMBER PEMBIAYAAN
Sumber Jumlah (Rupiah)
1.1 Jumlah Biaya Proyek Rp. (100%)
1.2 Jumah Modal Sendiri.....%, yang dirinci sebagai berikut:
Pimpinan Konsorsium Rp. (.........%)
Nama: ____________________
Anggota Konsorsium Rp. (.........%)
Nama: ____________________
Anggota Konsorsium Rp. (.........%)
Nama: ____________________
Anggota Konsorsium Rp. (.........%)
Nama:___________________
Jumlah Modal: ____________________________(.........%)
1.3 Jumlah Pembiayaan Pinjaman ..... %, yang dirinci sebagai berikut:
Untuk memastikan rencana pembiayaan proyek, bersama ini kami lampirkan dokumen
dukungan pembiayaan dari bank yang bersangkutan.
________________________________
[Nama/Jabatan Perwakilan Resmi Peserta Lelang]
E-4
B. Dokumentasi
Untuk mendukung Rencana Pembiayaan yang diberikan di atas, Peserta Lelang wajib
menyampaikan dokumen-dokumen sebagai bagian dari Sampul II yaitu salinan laporan
keuangan dari Peserta Lelang yang sudah diaudit (softcopy dan hardcopy), selama 3 (tiga)
tahun anggaran terakhir, yang disusun berdasarkan standar akuntansi GAAP/IAS/IFRS/SAK
Indonesia.
E-5
Penawaran Finansial juga harus dilengkapi dengan model keuangan (termasuk penawaran
Availability Payment) yang disusun oleh Peserta Lelang. Model keuangan harus disampaikan
dalam format MS Excel dan disampaikan dalam bentuk hardcopy maupun softcopy (dengan
formula yang dapat diaudit) meliputi, namun tidak terbatas pada:
a. Daftar asumsi yang digunakan dalam penyiapan model keuangan untuk Capital
Expenditure sesuai rincian rencana investasi yang digunakan pada model keuangan
dan harus konsisten dengan Daftar Kuantitas yang disampaikan pada penawaran
teknis di Sampul I
b. Daftar asumsi yang digunakan dalam penyiapan biaya Operational Expenditure
c. Metode yang digunakan dalam penetapan tingkat Pengembalian Investasi Badan
Usaha Pelaksana
d. Asumsi yang digunakan dalam model keuangan seperti tingkat suku bunga pinjaman
dan jangka waktu pinjaman
e. Proyeksi Laba (rugi) Badan Usaha Pelaksana
f. Proyeksi Arus Kas Badan Usaha Pelaksana
g. Proyeksi Neraca Badan Usaha Pelaksana
h. Proyeksi perhitungan pembayaran utang dan bunga
i. Perhitungan nilai diskonto proyek termasuk Financial NPV dan
j. Rasio keuangan termasuk Financial IRR, Weighted Average Cost of Capital (WACC),
Debt Service Coverage Ratio (Average dan minimum DSCR) dan Return On Equity
(ROE).
E-6
TERM SHEET
PERJANJIAN KERJASAMA
Pendahuluan
1. Para Pihak Penanggung Jawab Proyek Kerjasama selanjutnya
disebut PJPK adalah Kementerian Perhubungan.
Badan Usaha Pelaksana yang selanjutnya disebut
BUP adalah (Dapat diganti dengan nama Badan Usaha
Pelaksana)
Secara bersama-sama disebut “Para Pihak”
Pokok-Pokok Kerjasama
3. Tujuan Kerjasama Perjanjian ini ditujukan sebagai dasar hukum pelaksanaan
Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana LRT
Palembang (“Proyek”) berikut dengan fasilitas
pendukungnya untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
Jangka Waktu
8. Jangka Waktu Perjanjian Jangka waktu Perjanjian ini dimulai sejak tanggal yang
Kerjasama tertera dalam Perjanjian ini dan berakhir 15 tahun,
terhitung sejak kegiatan komersial dilakukan.
Tanggal Pembiayaan (Financing Date)
9. Tanggal Pembiayaan 1. BUP berkewajiban untuk memperoleh pembiayaan
(Financing Date) pelaksanaan Proyek paling lambat 1 tahun setelah
perjanjian ini disepakati.
2. Dalam hal BUP telah memperkirakan bahwa tidak
akan sanggup untuk memperoleh pembiayaan dalam
jangka pada saat Tanggal Pembiayaan, maka BUP akan
menyampaikan pemberitahuan kepada PJPK
selambat-lambatnya 30 hari sebelum tanggal jatuh
tempo dari tanggal efektif perjanjian ini.
Pelaksanaan Proyek
10. Desain dan Instalasi BUP berkewajiban untuk menyusun Rancang Bangun
Detail (Detail Engineering Design – DED) Fasilitas dan
sistem yang akan diinstalasi /diterapkan.
11. Kewajiban Badan Usaha 1. BUP akan menggunakan Tanah hanya untuk
Pelaksana dalam pelaksanaan kewajiban-kewajiban dalam Perjanjian
mengelola Tanah ini;
2. BUP akan tunduk pada seluruh syarat dan kondisi dari
izin pinjam pakai yang diterbitkan untuk maksud
tersebut dan seluruh Persyaratan Hukum yang berlaku
terkait dengan Izin Pinjam Pakai.
12. Rencana Kerja dan 1. BUP akan menyusun dan menyampaikan rencana
Pelaporan kerja kepada Kementerian Perhubungan dalam waktu
xxx hari setelah perjanjian kerjasama ditandatangani.
2. Dengan memperhitukan jangka waktu Tanggal
Pembiayaan sampai dengan Tanggal Operasi
Komersial, BUP harus menyampaikan Laporan
Perkembangan Triwulanan kepada Kementerian
Perhubungan yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
Perkembangan Pekerjaan yang sesuai dengan
Program Kerja dan dan setiap perkembangan
apapun yang dituangkan dalam laporan tersebut
tidak lebih dari 7 hari sebelum tanggal dimana
laporan perkembangan harus dibuat.
Jadwal dari seluruh pekerjaan yang telah
diselesaikan sejak periode yang disebutkan dalam
Laporan Perkembangan tersebut.
15. Pemeliharaan 1. BUP pada setiap saat selama Jangka Waktu Perjanjian
akan bertanggungjawab untuk mengelola Infrastruktur
dalam keadaan baik dan melakukan perbaikan
substansial dan pengkondisian kembali dan, tanpa
mengurangi sifat umum dari ketentuan tersebut,
berdasarkan Standar OP. Untuk kepentingan
persetujuan ini, kewajiban "pemeliharaan" atau
kewajiban untuk "memelihara" akan dianggap
mencakup semua perbaikan, pembaharuan,
penggantian dan peningkatan sejauh yang diperlukan
untuk mempertahankan infrastruktur dalam kondisi
dan standar yang diatur dalam Perjanjian ini.
2. Jika BUP secara material gagal untuk
mempertahankan atau memperbaiki Infrastruktur
sesuai dengan perjanjian ini, maka, tanpa merugikan
hak atau upaya hukum yang tersedia bagi PJPK dan
tanpa membebaskan BUP dari tugas dan kewajiban
berdasarkan Perjanjian ini, PJPK dapat mengambil
semua langkah-langkah, tindakan yang wajar dan
sesuai dengan Praktik Industri yang Baik, yang
dianggap tepat untuk mempertahankan atau
memperbaiki Infrastruktur atau untuk mematuhi
kewajiban-kewajiban tersebut.
3. Terhadap keadaan darurat dan gangguan, BUP akan:
a. menanggapi sesegera mungkin kecelakaan-
kecelakaan, keadaan-keadaan darurat atau insiden-
insiden lainnya;
b. melakukan pemberitahuan kepada PJPK mengenai
setiap kecelakaan, keadaan-keadaan darurat atau
insiden-insiden lain yang serupa;
c. mengurangi efek merugikan dari setiap kecelakaan,
kedaan-keadaan darurat atau insiden-insiden
lainnya; dan
d. bertindak segera dan secara efisien atas terjadinya
insiden atau keadaan darurat yang memerlukan
evakuasi dari setiap bagian dari Infrastruktur.
17. Keadaan Kahar (Force 1. Keadaan Kahar memiliki arti setiap keadaan yang tidak
Majeur) dapat dikendalikan, secara langsung ataupun tidak
langsung oleh Pihak yang terkena dampak, namun
hanya jika dan apabila bahwa:
a. Keadaan tersebut meskipun dilakukan dengan
usaha yang wajar tetap tidak dapat dicegah,
dihindari atau dihilangkan oleh Pihak tersebut;
b. Keadaan tersebut menghalangi pihak itu dari
menjalankan kewajibannya berdasarkan perjanjian
ini;
c. Dalam hal BUP mengklaim bahwa keadaan
tersebut menimbulkan kerugian materiil yang
besar (biaya, pendapatan dan/atau waktu) dan
mempengaruhi kemampuan BUP dalam
menjalankan kewajibannya berdasarkan Perjanjian
ini;
d. Pihak tersebut telah mengambil seluruh tindakan
pencegahan yang wajar, hati-hati dan langkah
alternatif yang wajar untuk menghindari dampak
dari keadaan tersebut terhadap kemampuan Pihak
tersebut dalam melaksanakan kewajibannya
berdasarkan Perjanjian ini dan untuk memitigasi
resiko;
e. Keadaan tersebut bukan merupakan hasil, baik
secara langsung atau tidak langsung, dari kegagalan
Pihak tersebut untuk menjalankan kewajibannya
berdasarkan setiap Dokumen Proyek atau sebagai
hasil dari setiap tindakan atau kelalaian kontraktor
BUP, sub-kontraktor atau Pengguna Jasa; dan
f. Pihak tersebut telah memberikan Pihak lain
pemberitahuan dengan segera yang menjelaskan
peristiwa tersebut, dampak dan tindakan yang
akan diambil.
2. Apabila keadaan kahar terjadi sebelum tanggal operasi
komersial proyek, maka akan mengikuti ketentuan
mengenai penundaan proyek dan target tanggal
operasi komersial akan ditunda dengan waktu yang
wajar.
3. Apabila keadaan kahar terjadi setelah tanggal operasi
komersial sehingga mengakibatkan pelayanan
terganggu, maka PJPK tidak berhak melaksanakan
pengakhiran perjanjian berdasarkan wanprestasi BUP.
Jaminan Pemerintah
21. Bentuk Jaminan Pemberian jaminan pemerintah akan mengacu pada
Pemerintah perjanjian penjaminan infrastruktur antara penjamin
dengan BUP (apabila diperlukan).
Finansial
23. Harga dan Biaya Kementerian Perhubungan bertanggung jawab untuk
melaksanakan kewajibannya terkait dengan pengadaan
tanah dan penyediaan prasarana dan sarana LRT sesuai
amanat Peraturan Presiden No. 116 tahun 2015. Dalam
hal Kementerian Perhubungan tidak memiliki cukup dana
dalam pelaksanaan pengadan tanah, maka BUP dapat
membiayai pelaksanaan pengadaan tanah dan
memasukkan biaya tersebut dalam biaya investasi. Atas
biaya pengadaan tanah tersebut, pemerintah dapat
mempertimbangkan untuk memperpanjang masa konsesi.
24. Pendanaan Proyek PJPK memiliki tanggung Jawab untuk menganggarkan dan
menyediakan dana untuk membayar ketersediaan layanan
yang disediakan oleh BUP berdasarkan pada spesifikasi
layanan yang telah ditetapkan.
27. Jaminan Bank (Bank 1. Seluruh Jaminan Bank harus diterbitkan oleh bank
Guarantee) yang memiliki izin untuk melaksanakan usaha di
Indonesia.
2. Masing-masing Jaminan Bank yang diberikan oleh BUP
berdasarkan Perjanjian ini harus dalam bentuk
sebgaimana ditetapkan dalam Lampiran xx (Bentuk
Jaminan Bank) atau bentuk lainnya yang mungkin
disetujui PJPK berdasarkan kebijakannya sendiri.
3. Apabila diperlukan, BUP harus dapat mengatur bahwa
Bank Garansi dapat diperpanjang, diperbaharui atau
diganti selambat-lambatnya 14 hari kerja sebelum
tanggal berakhirnya Bank Garansi.
4. BUP memastikan dan menjamin bahwa Jaminan
Pelaksanaan bersifat tanpa syarat (unconditional) dan
dapat dicairkan sebesar nilai jaminan.
Ketentuan Umum
34. Kerahasiaan Para Pihak sepakat bahwa akan memastikan menjaga
kerahasiaan semua informasi, dokumentasi, data atau hal
lain yang telah disepakati dalam bentuk rahasia dari pihak
ketiga, atau dapat menyampaikan dokumen rahasia
tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari pihak
lain.
37. Bahasa Yang Berlaku Perjanjian ini dibuat dalam bahasa Inggris dan Bahasa
Indonesia. Dalam setiap keadaan inkonsistensi antara
versi bahasa Inggris Perjanjian ini dan versi Bahasa
Indonesia dan dalam hal terjadi perselisihan maka versi
Bahasa Indonesia yang berlaku.
38. Hukum Yang Berlaku 1. Perjanjian ini harus diatur oleh, dan harus ditafsirkan
sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia.
2. Para Pihak mengesampingkan ketentuan Pasal 1266
dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
sehubungan dengan Perjanjian ini selama
penegsampingan tersebut diperlukan untuk
melakukan pembatalan Perjanjian ini sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang ada.
Outline Dokumen Penawaran yang disampaikan berikut ini merupakan persyaratan minimal
yang harus ada dan harus dilengkapi oleh Peserta Lelang di dalam Dokumen Penawaran.
G-1
I. Perhitungan nilai diskonto proyek termasuk Financial NPV; dan
J. Rasio keuangan termasuk Financial IRR, Weighted Average Cost of Capital
(WACC), Debt Service Coverage Ratio (Average dan minimum DSCR) dan
Return On Equity (ROE)
G-2
LAMPIRAN H: PERSYARATAN IZIN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 (“PP 27/2012”) tentang Izin Lingkungan
mengamanatkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL wajib
memiliki Izin Lingkungan. Dalam rangka pemenuhan terhadap amanat pemerintah dalam PP
27/2012 dimaksud, Badan Usaha Pelaksana diwajibkan menyusun dokumen Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) untuk
memperoleh izin lingkungan bagi pelaksanaan Proyek. Pedoman pengisian formulir UKL-
UPL, diatur dalam Lampiran IV Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Prosedur perolehan izin
lingkungan bagi usaha dan/atau kegiatan yang wajib UKL-UPL sebagaimana diatur dalam PP
27/2012 tersaji pada tabel di bawah ini.
Tabel H-1 Prosedur Perolehan Izin Lingkungan Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib
UKL-UPL
No. Aktivitas Jangka Waktu
1. Pemrakarsa mengisi formulir UKL-UPL dengan berpedoman
kepada Lampiran IV Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup.
2. Pemrakarsa menyampaikan formulir UKL-UPL dan
permohonan izin lingkungan kepada Menteri Negara
Lingkungan Hidup.
3. Pemrakarsa menunggu hasil pemeriksaan kelengkapan
administrasi formulir UKL-UPL dan permohonan izin
lingkungan dari Menteri Negara Lingkungan Hidup.
4. Pemrakarsa menunggu hasil pemeriksaan substansi formulir 14 hari kerja
UKL-UPL dari Menteri Negara Lingkungan Hidup. sejak formulir
UKL-UPL
dinyatakan
lengkap secara
administrasi
5. Pemrakarsa menunggu penerbitan rekomendasi UKL-UPL dan
izin lingkungan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.
H-1
Tabel H-2 Prosedur Perolehan Izin Lingkungan Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib
Amdal
No. Aktivitas Jangka Waktu
1. Pemrakarsa melakukan Pengumuman Rencana Usaha dan 10 hari kerja
Konsultasi Publik
2. Pemrakarsa menyusun Kerangka Acuan
3. Pemrakarsa mengajukan Kerangka Acuan kepada Menteri Negara
Lingkungan Hidup
4. Pemrakarsa menunggu penilaian Kerangka Acuan dari Komisi 30 hari kerja
Penilai Amdal
12. Pemrakarsa melakukan perbaikan Andal dan RKL-RPL berdasarkan 75 hari kerja
masukan dari Komisi Penilai Amdal
13. Pemrakarsa menunggu penilaian akhir Andal dan RKL-RPL dari 75 hari kerja
Komisi Penilai Amdal
14. Pemrakarsa menunggu hasil rapat Komisi Penilai Amdal 75 hari kerja
H-2
15. Pemrakarsa menunggu penetapan keputusan oleh Menteri 10 hari kerja
Negara Lingkungan Hidup dari diterimanya
hasil rapat
H-3
LAMPIRAN I: MEMORANDUM INFORMASI
PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH-BADAN USAHA
PENGELOLAAN PRASARANA KERETA API RINGAN (LIGHT RAIL TRANSIT)
DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
Informasi dalam memorandum ini adalah informasi proyek yang mencerminkan kondisi terbaru per
tanggal Januari 2016 dan kondisi ini bisa berubah sewaktu-waktu.
1. Gambaran Umum
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan berencana untuk membangun LRT sebagai salah satu
transportasi massal dengan kapasitas angkut menengah. Dengan adanya LRT ini, penataan kota
dapat terencana dengan baik sebagai upaya antisipasi kerapatan jalan di kota. Keberadaan
transportasi LRT dapat melayani angkutan penumpang yang lebih memadai. Rencana pembangunan
jalur LRT di Palembang adalah Bandara SMB II - Jln. Jendral Sudirman - Masjid Agung (Ampera) -
Jakabaring - Lingkar Selatan.
Selain itu, Pemerintah Indonesia akan melaksanakan Asean Games di Indonesia pada tahun 2018.
Pelaksanaan event akan dilakukan di Jakarta dan di Provinsi Sumatera Selatan. Pemerintah
Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 116 tahun 2015 tentang Percepatan
Penyelenggaran Kereta Api Ringan (light rail transit) di Provinsi Sumatera Selatan untuk mendukung
pembangunan di Provinsi Sumsel dan meningkatkan pelayanan transportasi. Pemerintah berencana
akan membangun prasarana dan kemudian dilakukan tender Badan Usaha Pengelola Prasarana yang
akan mengelola prasarana yang dibangun termasuk fasilitas pendukungnya. Sedangkan pengelolaan
sarana akan dilakukan oleh PT. KAI
2. Manfaat Proyek
Manfaat utama Proyek adalah meningkatkan konektivitas antar wilayah di Kota Palembang dan
antar kota di Provinsi Sumatera Selatan dan sebagai pendukung pengembangan moda transportasi
massal yang terintegrasi dengan moda transportasi lainnya. Dengan adanya rencana kegiatan
pelaksanaan Asean Games 2018, pengembangan Kereta Api Ringan (light rail transit) mendukung
pergerakan kegiatan selama pelaksanaan event tersebut.
Keberadaan transportasi LRT/monorel dapat melayani angkutan penumpang yang lebih memadai.
Rencana pembangunan jalur monorel di Palembang dibagi menjadi empat koridor, yaitu:
LRT Palembang didesain double track menggunakan lebar sepur 1.067 mm dan kecepatan rencana (V
rencana) = 60 km/jam. Lebar koridor kanan-kiri masing-masing 4,35 m.
Kegiatan Waktu
Proses Pengadaan hingga financial push Kwartal I – kwartal II 2016
DED oleh PT WASKITA Sampai dengan Kwartal III 2016
Konstruksi Kwartal III 2016 – Kwartal II 2018
Pengadaan Sarana LRT Kwartal III - Kwartal IV 2016
Produksi Kwartal I 2017 – Kwartal II 2018
Uji Testing Commissioning Kwartal III 2018
Operasi Mulai dari Kwartal III 2018
Beberapa jenis properti yang dapat dikembangkan pada dan di sekitar stasiun LRT adalah :
1. Penyewaan Ruang di Stasiun (Kios)
Ruangan kosong pada stasiun besar dapat mendatangkan pemasukan bagi organisasi penyedia
Layanan Transportasi LRT. Juga stasiun adalah bagian penting dari LRT yang merupakan sarana
yang terintegrasi dan tidak terpisahkan dengan LRT itu sendiri. Sehingga ruang kecil dan ruangan
besar yang terdapat di stasiun dapat dijadikan tempat strategis pagi para pedagang untuk
menjual barang dan jasa.
2. Tempat Parkir
Mengingat bahwa pergerakan transportasi di Kota Palembang harus terintegrasi dan saling
menopang, stasiun juga harus menjadi portal bagi penduduk untuk mendapatkan akses mudah
berpergian dan berkendaraan dengan didukung oleh LRT. Tempat parkir dalam hal ini adalah
juga sarana pemasukan dengan tarif yang sesuai dengan kemampuan dan harga kompetitif
transportasi.
3. Iklan
Jika LRT berhasil terealisasikan, tidak dapat dipungkiri bahwa bangunan dan papan yang dapat
dipasang di stasiun dan bangunan LRT serta LRT dapat memberikan peluang untuk iklan.
4. Hotel/Perkantoran
Pada Koridor LRT tertentu dapat dibangun Hotel atau perkantora atau keduanya,.terutama pada
bagian bandara dan Depo.
5. Mal
Stasiun juga sebaiknya adalah pusat transportasi yg dapat menyediakan hiburan, supermarket,
toko suvenir, Restoran.
6. Apartemen
Penyedia jasa LRT dapat juga diberikan konsesi untuk pembangunan apartemen untuk luasan
tertentu disepanjang koridor LRT.
4. Aspek Lingkungan
Proyek LRT Palembang telah melalui proses Analisa Dampak Lingkungan dan telah memperoleh surat
ijin lingkungan melalui Keputusan Walikota Palembang No 107 Tahun 2014 tentang Izin Lingkungan
Atas Kegiatan Pembangunan Monorel Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.
Kajian Lingkungan terhadap dampak pembangunan LRT akan mencakup mulai dari tahap Pra
Konstruksi, Konstruksi, Operasi dan Paska Operasi.
Pada tahap pra konstruksi, dampak utama yang terjadi adalah keresahan atas persepsi masyarakat.
Sumber dampak utama adalah kegiatan pembebasan lahan dan evaluasi yang menyeluruh telah
disampaikan pada Subbab diatas. Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan oleh pemrakarsa
untuk mengelola dampak penting yang dimaksudkan adalah:
1. Menginformasikan secara jelas dan terarah tentang pembangunan LRT: dapat melalui media
cetak atau elektronik serta memasang poster atau papan pemberitahuan
2. Berkoordinasi dengan instansi terkair untuk pembebasan lahan
3. Melaksanakan Peraturan Gubernur Sumsel nomor 25 tahun 2009
4. Melakukan musyawarah dengan pemilik lahan, bila ada lahan yang perlu dibebaskan
5. Menyosialisasikan tentang legalitas kepemilikan tanah
6. Membayar dana kompensasi lahan langsung kepada pemilik lahan
7. Tidak melakukan pemaksaan dalam upaya pembebasan lahan
B. Tahap Konstruksi
Kegiatan utama dalam tahap konstruksi adalah penyiapan lahan untuk pembangunan LRT. Dari
kegiatan tersebut dampak utama yang perlu dikelola adalah gangguan kelancaran lalu lintas jalan
dan elaborasi dampak penting telah disampaikan dalam Sub bab diatas. Upaya pengelolaan yang
dapat dilaksanakan oleh pemrakarsa meliputi:
1. Mengatur peletakan peralatan dan bahan sedemikian rupa supaya rapi dan sedikit menggunakan
badan jalan
2. Memasang pagar-pagar sebaiknya dibuat indah dan menarik: dicat, dipasang poster, dll.
3. Mengutamakan pekerja lokal untuk tenaga kerja non-skill
4. Melaksanakan semua SOP dalam kegiatan konstruksi
5. Memasang rambu-rambu jalan
6. Memindahkan peralatan berat dan bahan bangunan LRT pada waktu malam
7. Membantu pengaturan lalu lintas bila terjadi kemacetan
8. Mengupayakan sedikit mungkin kerusakan terhadap tanaman hias di median jalan
C. Tahap Operasi
Tahap operasi dengan kegiatan utama adalah pengoperasian LRT Palembang. Kegiatan tersebut
merupakan sumber dampak dan dampak utama yang perlu dikelola dengan baik dan efektif adalah
dampak kesempatan kerja dan berusaha, gangguan kelancaran lalu lintas, dan persepsi masyarakat.
Dampak-dampak tersebut perlu dikelola melalui serangkaian aktivitas yang dapat dilaksanakan oleh
pemrakarsa. Upaya-upaya yang dapat ditempuh meliputi:
Pada tahap pasca operasi, dampak yang terjadi adalah dampak yang terjadi pada tahap operasi.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pemrakarsa adalah upaya yang sama dilakukan pada tahap operasi
5. Kerangka Hukum
a. Perpres 38/2015 tentang Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur
b. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional 4/2015 tentang Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
c. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 19/2015 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan Badan usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur
d. UU No. 23/2007 tentang Perkeretaapian memungkinkan partisipasi pihak swasta untuk
menyelenggarakan sarana dan prasarana perkerataapian sebagaimana dinyatakan dalam Pasal
23 (1) dan Pasal 31 (1) UU No. 23/2007. Pasal 23 ayat (1) menyatakan penyelenggaraan
prasarana perkeretaapian umum dilakukan oleh Badan Usaha sebagai penyelenggara, baik
secara sendiri-sendiri maupun melalui kerja sama. Pasal 31 ayat (1) menyatakan
penyelenggaraan sarana perkeretaapian umum dilakukan oleh Badan Usaha sebagai
penyelenggara, baik secara sendiri-sendiri maupun melalui kerja sama. Sedangkan yang
dimaksud dengan Badan Usaha adalah termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, atau badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk perkeretaapian
g. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah
beserta peraturan pelaksanaannya.
h. Peraturan Menteri Perhubungan No. 83 Tahun 2010 tentang Panduan Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah Oengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Transportasi
6. Kerangka Kelembagaan
Skema kerjasama LRT Palembang diarahkan untuk pengadaan penyelenggaraan prasarana (jalur
kereta api, stasium kereta api dan fasilitas operasi kereta api) yang meliputi a. pembangunan
prasarana; b. pengoperasian prasarana; c. perawatan prasarana; dan d. pengusahaan prasarana
a. Badan Usaha
Badan Usaha akan dipilih melalui proses pelelangan. Badan Usaha yang terpilih dalam proses
pelelangan selanjutnya akan membentuk badan hukum yang khusus untuk melaksanakan proyek
(Badan Usaha).
Tim KPBU perlu segera dibentuk. Sampai dengan laporan ini dibuat pihak belum terbentuk Tim KPBU
LRT Palembang. Tim KPBU ini diharapkan nantinya memiliki fungsi antara lain:
i. mempersiapkan persetujuan prinsip dukungan Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan (jika
diperlukan);
v. mempersiapkan materi dan menyusun perjanjian kerja sama pemerintah dan badan usaha;
vi. mempersiapkan proses persetujuan perjanjian kerja sama oleh DPRD berkaitan dengan
adanya pembebanan kepada masyarakat;
ix. mempersiapkan proses alih milik aset LRT Palembang (jika diperlukan);
d. Bappenas
Bappenas berperan dalam memfasilitasi persiapan proyek KPBU LRT Palembang ini.
e. Kementerian Keuangan
Kementerian Keuangan juga akan berperan dalam menentukan alokasi Dukungan Pemerintah
terhadap KPBU LRT Palembang untuk meningkatkan kelayakan finansial dari proyek. Selain itu,
Kemenkeu akan membantu dalam penyiapan pelaksanaan Penjaminan Pemerintah apabila
diperlukan. Sampai saat ini belum ditentukan apakah proyek ini akan meminta VGF (viability gap
funding) dari pemerintah.
f. Kementerian Perhubungan
Kementerian Perhubungan selain sebagai PJPK dalam KPBU LRT Palembang berperan sebagai
regulator. Menurut Pasal 377 PP No. 56/2009 Menteri Perhubungan melakukan pembinaan
perkerataapian nasional yang meliputi:
i. penetapan arah dan sasaran kebijakan pengembangan perkeretaapian nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota;
iv. pemberian arahan, bimbingan, pelatihan, serta bantuan teknis kepada pemerintah daerah,
penyelenggara, dan pengguna jasa perkeretaapian; dan
PT PII tidak dibutuhkan karena BUP tidak membangun prasarana melainkan mengoperasikan,
memelihara dan mengusahakan prasarana perkeretaapian.
Kedudukan dan hubungan antara pemangku kepentingan yang terlibat dalam proyek KPBU LRT
Palembang dapat dilihat pada gambar berikut.
8. Kerangka Komersial
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta
Api Ringan/Light Rail Transit di Provinsi Sumatera Selatan Pemerintah menugaskan kepada PT
Waskita Karya (Persero) Tbk. untuk membangun prasarana LRT Palembang (Pasal 2 ayat (1)).
Kemudian berdasarkan ketentuan Pasal 16, Pemerintah menugaskan PT Kereta Api Indonesia
(Persero) untuk menyelenggarakan “sarana” LRT yang meliputi pengoperasian, perawatan dan
pengusahaan. Dengan demikian, skema KPBU LRT Palembang yang ditawarkan kepaa pihak swasta
kerjasama pengoperasian prasarana, perawatan prasarana; dan pengusahaan prasarana dalam
kerangka KPBU. Bentuk KPBU adalah pemberian konsesi kepada BUP untuk melakukan
pengoperasian, perawatan, dan pengusahaan prasarana.
Untuk pembayaran menggunakan skema availability payment berdasarkan Perpres
No.38/2015. Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) adalah pembayaran
secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana
atas tersedianya layanan Infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria
sebagaimana ditentukan dalam perjanjian KPBU. Dengan demikian pemerintah akan
membayar secara berkala.
- PT. KAI akan membayar Track Access Charge kepada pemerintah dan sebaliknya Pemerintah
akan membayar infrastructure maintanance and operation (IMO) sarana kepada PT KAI
dengan skema availability payment. Idealnya antara TAC dan AP besaran jumlahnya akan
saling mengkompensasi (set off).
- Terhadap pengguna sarana perkeretaapian tarifnya akan menjadi pendapatan pemerintah.
Akan tetapi skema pembayaran dalam KPBU LRT Palembang adalah sebagai berikut:
9. Perencanaan Stasiun
Ruang lingkup kriteria perencanaan stasiun dan fasilitas pendukung untuk LRT meliputi :
a. Perencanaan Tapak/Lokasi
b. Perencanaan Kebutuhan Ruang
c. Perencanaan Aksesibilitas
d. Perencanaan Arsitektur
e. Perencanaan Utilitas
f. Perencanaan Struktur Bangunan
g. Perencanaan Kelengkapan
h. Perencanaan Fasilitas Keamanan
Dalam merencanakan Stasiun LRT dan Fasilitas Pendukung harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pengguna LRT, antara lain : bersifat
komuter, waktu perjalanan dan waktu tunggu tidak terlalu lama serta pada umumnya
menggunakan sarana transportasi lanjutan lainnya.
b. Memperhatikan kebutuhan pengoperasian LRT baik prasarana, sarana dan SDM.
c. memperhatikan faktor keserasian bangunan stasiun dan fasilitas pendukung terhadap
lingkungannya.
d. memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kesehatan sesuai fungsi bangunan stasiun
Stasiun LRT direncanakan berupa elevated station, sehingga pembagian fungsi ruang dilakukan
seefisien dan seefektif mungkin mengingat luas lahan yang tersedia sangat terbatas disamping
pertimbangan biaya. Setiap ruang di stasiun mempunyai fungsi tertentu sesuai dengan aktifitas dan
fasilitas pelayanan yang ditempatkan di ruang tersebut. Pembagian ruang di stasiun LRT berdasarkan
fungsinya meliputi:
Mengingat stasiun LRT berupa elevated station, dengan pertimbangan efisiensi dan efektifiktas maka
beberapa penyesuaian dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi fungsi dan faktor keselamatan.
Zonasi Ruang
Stasiun LRT merupakan fasilitas umum yang memerlukan tingkat keamanan, keselamatan dan
kenyamanan yang cukup balk. Untuk itu ruang-ruang dalam stasiun perlu dipisah atas beberapa
tingkat privasi, yaitu :
a. Ruang Publik (Free Area), merupakan ruang-ruang yang dapat diakses semua orang balk calon
pengguna jasa LRT maupun pihak lain dan masih terhubungan dengan bagian luar bangunan
stasiun.
b. Ruang Semi Publik (Paid Area), merupakan ruang-ruang yang hanya dapat diakses pengguna
jasa LRT setelah melalui proses pemeriksaan (check-in) balk oleh petugas maupun dengan
Automatic Fare Colection (AFC).
c. Ruang Privat (Private Area), merupakan ruang yang benar-benar steril dan hanya dapat
dimasuki oleh petugas atau piha-pihak yang mendapat ijin khusus.
Secara umum konsep zonasi ruang untuk stasiun LRT dapat dilihat pada Gambar 7.1.
Pemisahan antar ruang-ruang tersebut selain berupa dinding atau partisi dapat juga berupa :
a. Zona transisi, zona yang memisahkan antara ruang publik dengan ruang semi publik, dapat
berupa area untuk check-in.
b. Perbedaan Level, dapat berupa : lantai dasar (ground level), terminal (concourse level) dan
peron (platform level).
Luas dan Kapasitas Ruang
a. Ruang di Stasiun
Penentuan luas dan kapasitas ruang harus mempertimbangkan berbagai hal sehubungan
dengan kapasitas, utilitas, aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan kenyamanan bagi
pengguna ruangan.
Sehubungan dengan kapasitas ruang, luas ruang pelayanan dan publik dapat dihitung
dengan formulasi sebagai berikut:
L = 0,64 m2/orang x V x LF
dimana :
L = luas ruang pelayanan dan publik (m2)
V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang)
LF = load factor (100%) = 1
Tabel Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di Stasiun
1) Panjang peron disesuaikan dengan rangkaian sarana LRT terpanjang yang beroperasi.
2) Lebar peron dihitung berdasarkan jumlah penumpang dan dihitung dengan menggunakan
formula sebagai berikut :
dimana:
b = lebar peron (meter)
V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang)
LF = load factor (80%)
/ = panjang peron sesui dengan rangkaian terpanjang KA penumpang
yang beroperasi (meter)
3) Hasil penghitungan lebar peron menggunakan formula di atas tidak boleh kurang dari
ketentuan lebar peron minimal sebagai berikut:
Tabel Jenis dan Ukuran Peron
Tabel Error! No text of specified style in document..2 Standar Pelayanan Minimal di Perjalanan
Rencana Stasiun LRT dan Analisa Properti
Penyelenggaraan perkeretaapian membutuhkan dana awal yang sangat besar. Dalam hal
infrastruktur dan sarana, LRT juga membutuhkan dana yang besar. Oleh karena fungsinya sebagai
angkutan publik, penetapan tarif LRT disesuaikan dengan kemampuan masyarakat pengguna.
Dengan kondisi demikian, maka kemungkinan besar pengembalian modal membutuhkan waktu yang
sangat lama.
Penyelenggaraan properti sebagai bagian dari pembangunan infrastruktur, dapat menjadi salah satu
alternatif untuk mengatasi masalah ini. Hal ini yang seringali disebut sebagai Transit Oriented
Development (TOD). Dalam perencanaan LRT Palembang, terdapat 13 (tiga belas) stasiun dimana
semua lahan di lokasi stasiun merupakan milik Pemerintah Daerah. Sehingga pengembangan TOD di
semua stasiun LRT tidak akan menimbulkan permasalahan pembebasan lahan.
Stasiun LRT Kota Palembang berjumlah tiga belas (13) ditambah satu (1) depo yang membentang
dari utara ke selatan Kota Palembang sepanjang 23 km dari Bandar Udara Sultan Mahmud
Badaruddin II ke OPI Mall di selatan kota.
Gambar Rencana Lokasi Stasiun LRT Palembang
Adapun beberapa jenis properti yang dapat dikembangkan pada dan di sekitar stasiun LRT adalah :
Beberapa potensi jenis properti yang dapat dikembangkan adalah pada area stasiun LRT, seperti:
Umumnya, pada stasiun kereta terdapat ruang kosong yang berpotensi untuk disewakan kepada
pihak ketiga dan menjadi pemasukan tambahan bagi organisasi penyedia layanan transportasi LRT.
Ruang ini merupakan lahan kosong didalam stasiun yang telah dilengkapi dengan listrik dan saluran
air untuk penggunaan komersial seperti misalnya toko, warung makan, swalayan, dan sebagainya.
Pada stasiun KRL, luas standard ruang yang disewakan adalah 28m2 per petak.
Kebutuhan ATM meningkat seiring berjalannya waktu. Khususnya di lokasi-lokasi yang merupakan
lokasi perpindahan, seringkali masyarakat membutuhkan uang tunai seperti misalnya untuk mengisi
kartu berlangganan LRT, membeli karti LRT, ataupun untuk berbelanja di stasiun. Ketersediaan ATM
di stasiun juga berpotensi meningkatkan konsumsi barang dan jasa di stasiun. Ruang ATM ini dapat
disediakan untuk 2 – 5 unit ATM bergantung letak stasiun.
Ruang yang dibutuhkan untuk penyediaan vending machine umumnya tidak luas dan peletakannya
lebih fleksibel asalkan terjangkau kabel listrik, oleh karena itu penyewaan ruang untuk vending
machine juga berpotensi untuk meningkatkan pendapatan, ditambah dengan hasil bagi untung dari
pendapatan produk dari vending machine tersebut.
Pendapatan dari lahan parkir
LRT dimaksudkan sebagai angkutan umum massal yang mengantarkan penumpang ke pusat-pusat
kegiatan seperti bandar udara, pusat kota, pusat perbelanjaan, dan pusat olah raga. Selain itu,
penyelenggaraan infrastruktur LRT ini juga dimaksudkan untuk mengurai kemacetan di pusat kota.
Ketersediaan lahan parkir berfungsi untuk lahan penyimpanan kendaraan penumpang, menjaga
keamanan kendaraan penumpang, sekaligus menjadi pemasukan bagi stasiun.
Pada stasiun, terdapat ruang pada dinding yang dapat dimanfaatkan untuk ruang iklan bagi pihak
ketiga memasarkan produk. Pada ruang-ruang tersebut, khususnya di titik dimana penumpang
berkumpul, seperti di dinding platform, dinding latar loket penjualan tiket, dan dinding luar untuk
dilihat pengguna jalan.
Hotel
Bisnis properti hotel dapat berpotensi apabila didirikan pada lokasi-lokasi seperti pusat kota ataupun
lokasi yang membutuhkan tempat peristirahatan sementara seperti misalnya hotel transit di dekat
bandar udara.
Perkantoran
Bisnis penyewaan ruang untuk perkantoran dapat berdiri sendiri ataupun digabungkan dengan
hotel. Jenis properti ini berpotensi apabila stasiun terletak di area pusat kota atau perkantoran.
Pusat perbelanjaan
Jenis properti ini selain dapat meningkatkan pendapatan dapat juga meningkatkan jumlah
permintaan penumpang karena peningkatan bangkitan kegiatan.
Stasiun Bandara
Sumber: Google Earth dan diolah Konsultan, 2015
Tipe Elevated
Jarak 0+00
Stasiun ini terletak di dekat parkiran motor Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II. Rencana
guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini
adalah perdagangan dan jasa dan permukiman. Selain itu, fungsi utama kegiatan di area tersebut
adalah transportasi kebandarudaraan sehingga penggunaan lahan sekitar adalah untuk mendukung
fungsi tersebut.
Pada lokasi rencana stasiun Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II terdapat lahan kosong yang
dapat dimanfaatkan. Pada lahan kosong ini dapat dibangun bangunan tambahan diluar stasiun, yaitu
hotel transit. Bandar udara membutuhkan ruang tunggu baik bagi penumpang maupun keluarga
atau kerabat yang mengantar, bagi pengunjung bandar udara yang harus menunggu dalam jangka
waktu yang cukup lama akibat keterlambatan pesawat, dapat disediakan ruang tunggu yang nyaman
dan privat untuk beristirahat sejenak. Sementara pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang
berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios, ATM dalam
jumlah yang cukup, vending machine, dan ruang iklan pada dinding dan jembatan penghubung
stasiun LRT dan Bandara SMB II.
Stasiun depan Kompleks PDK
Tipe Elevated
Jarak 5+500
Stasiun ini terletak di depan kompleks PDK di Jalan Tanjung Api-api di utara Kota Palembang.
Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di
lokasi ini adalah perdagangan dan jasa, serta permukiman. Pada dokumen RTRW Kota Palembang
tersebut juga dijelaskan bahwa bagian utara Kota Palembang diarahkan perkembangan agar
pergerakan masyarakat dapat terbagi, tidak hanya menuju pusat kota. Melihat potensi ini, maka
dapat dibangun pusat perbelanjaan sederhana untuk meningkatkan bangkitan pergerakan di utara
kota.
Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan padat dan
terdapat lahan kosong yang dapat dimanfaatkan. Perumahan padat disekitar lokasi ini merupakan
salah satu potensi penggunaan lahan parkir yang tinggi. Untuk itu patut diperhitungkan lahan parkir
yang luas bagi calon penumpang LRT, khususnya pengguna motor. Di Stasiun KRL Bogor sebagai
perbandingan terdapat lahan parkir seluas 13.000 m2 untuk 1.800 motor dan 300 mobil calon
penumpang KRL. Pada Kota Palembang, dapat disesuaikan menjadi 1.000 motor dan 100 mobil.
Sementara pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan
tambahan antara lain penyewaan ruang kios, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding
gedung utama.
Tipe Elevated
Jarak 6+600
Stasiun ini terletak di depan Dolog di Jalan Burlian. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah perdagangan dan jasa, serta
permukiman. Pada dokumen RTRW Kota Palembang tersebut juga dijelaskan bahwa bagian utara
Kota Palembang diarahkan perkembangan agar pergerakan masyarakat dapat terbagi, tidak hanya
menuju pusat kota.
Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan padat,
perdagangan dan jasa, serta sarana pendidikan. Disekitar lahan telah terdapat beberapa area
komersil dan dianggap mencukupi untuk kebutuhan area. Perumahan padat disekitar lokasi ini
merupakan salah satu potensi penggunaan lahan parkir yang tinggi. Untuk itu patut diperhitungkan
lahan parkir yang luas bagi calon penumpang LRT, khususnya pengguna motor. Di Stasiun KRL Bogor
sebagai perbandingan terdapat lahan parkir seluas 13.000 m2 untuk 1.800 motor dan 300 mobil
calon penumpang KRL. Pada Kota Palembang, dapat disesuaikan menjadi 1.000 motor dan 100
mobil. Sementara pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan
penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios, ATM, vending machine, dan ruang iklan
pada dinding gedung utama.
Tipe Elevated
Jarak 7+850
Stasiun ini terletak di dekat kantor Telkom di Jalan Burlian. Rencana guna lahan menurut Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah perdagangan dan jasa,
permukiman dan perkantoran. Pada dokumen RTRW Kota Palembang tersebut juga dijelaskan
bahwa bagian utara Kota Palembang diarahkan perkembangan agar pergerakan masyarakat dapat
terbagi, tidak hanya menuju pusat kota.
Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan padat,
warung makan, area komersil, area perkantoran, dan tempat wisata, yaitu Taman Wisata Alam
Puntikayu. Disekitar lahan telah terdapat guna lahan yang beragam sehingga potensi penambahan
lahan untuk mendukung gedung utama stasiun tidak diperlukan. Pada bangunan utama stasiun, jenis
properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios,
ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama.
Stasiun Pasar KM 5.
Stasiun Pasar Km 5
Tipe Elevated
Jarak 10+050
Stasiun ini terletak di depan pasar KM5. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah perdagangan dan jasa, permukiman dan
perkantoran.
Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan, warung
makan, area komersil, area perkantoran, dan sarana pendidikan. Area ini telah termasuk pada
kawasan pusat kota, artinya bangkitan lebih tinggi dari selain kawasan pusat kota. Bangkitan ini
berasal dari area perkantoran, permukiman, dan sarana pendidikan di sekitar lokasi rencana stasiun.
Selain itu, stasiun ini berpotensi untuk diintegrasikan dengan Pasar KM5 sehingga mendorong
revitalisasi Pasar KM5 menjadi pasar modern, termasuk peningkatan lahan parkir. Pada bangunan
utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain
penyewaan ruang kios yang lebih banyak, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding
gedung utama.
Stasiun SP Polda
Stasiun Polda
Tipe Elevated
Jarak 10+600
Stasiun ini terletak di dekat perempatan di Jalan Sukamto – Jalan Demang Lebar Daun – Jalan Jendral
Sudirman dekat Polda Sumatera Selatan. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah permukiman, perdagangan dan jasa, serta
perkantoran. Area ini termasuk dalam kawasan pusat kota.
Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan, warung
makan, area komersil, area perkantoran, perhotelan, dan tempat wisata, yaitu Taman Flyover
Simpang Polda. Disekitar lahan telah tidak terdapat lahan kosong untuk bangunan tambahan, namun
pada lokasi ini, stasiun dapat ditingkatkan untuk menambahkan ruangan untuk kantor. Pada
bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara
lain penyewaan ruang kios, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama.
Stasiun SP. Angkatan 45
Stasiun Angkatan 45
Tipe Elevated
Jarak 11+800
Peruntukan guna lahan sekitar Pemukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana kesehatan
Stasiun ini terletak di pertigaan Jalan Demang Lebar Daun dan Jalan Angkatan 45. Rencana guna
lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah
permukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran, dan sarana kesehatan. Area ini termasuk dalam
kawasan pusat kota.
Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan, warung
makan, area komersil, area perkantoran, pusat perbelanjaan, dan rumah sakit. Disekitar lahan telah
terdapat lahan kosong untuk bangunan tambahan ruangan untuk kantor 1-3 lantai. Pada bangunan
utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain
penyewaan ruang kios, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama.
Tipe Elevated
Jarak 13+230
Stasiun ini terletak di depan pusat perbelanjaan Palembang Square. Rencana guna lahan menurut
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah perdagangan dan
jasa, permukiman, serta perkantoran. Pada dokumen RTRW Kota Palembang tersebut juga dijelaskan
bahwa bagian utara Kota Palembang diarahkan perkembangan agar pergerakan masyarakat dapat
terbagi, tidak hanya menuju pusat kota.
Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat pusat perbelanjaan, beberapa
perumahan, warung makan, area komersil, area perkantoran, sarana olahraga, dan sarana
kesehatan. Stasiun ini dapat diintegrasikan dengan pusat perbelanjaan Palembang Square dengan
jembatan penghubung. Disekitar lahan telah terdapat guna lahan yang beragam sehingga potensi
penambahan lahan untuk mendukung gedung utama stasiun tidak diperlukan. Pada bangunan
utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain
penyewaan ruang kios, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama dan
sepanjang jembatan penghubung.
Tipe Elevated
Jarak 15+200
Rencana pembangunan Lahan parkir, kios, ATM, vending Machine, pusat perbelanjaan
Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan, warung
makan, area komersil, area perkantoran, perhotelan, dan sarana pendidikan. Area ini telah termasuk
pada kawasan pusat kota, artinya bangkitan lebih tinggi dari selain kawasan pusat kota. Bangkitan ini
berasal dari area pusat perbelanjaan, perkantoran, permukiman, dan sarana pendidikan di sekitar
lokasi rencana stasiun.
Dalam pengembangan Kota Palembang, Pasar Cinde merupakan pasar yang akan diperbarui
bangunan dan peruntukannya. Pasar Cinde akan dikembangkan menjadi pasar modern yang
dilengkapi dengan sky lounge dan hotel. Stasiun ini berpotensi untuk diintegrasikan dengan Pasar
Cinde sehingga mendorong peningkatan penumpang LRT. Pada bangunan utama stasiun, jenis
properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios yang
lebih banyak, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama.
Stasiun Ampera
Stasiun Ampera
Tipe Elevated
Jarak 16+300
Peruntukan guna lahan sekitar Pemukiman, Pariwisata, Perkantoran, Perdagangan dan Jasa,
pendidikan
Bangunan sekitar Pemukiman, area komersil, tempat pariwisata, perkantoran, sarana
pendidikan
Stasiun ini terletak di tepi Jembatan Ampera dekat dengan pusat pariwisata. Rencana guna lahan
menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah
pariwisata, perkantoran, pemerintah, area pendidikan, perdagangan dan jasa, serta permukiman.
Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat area pariwisata, beberapa
perumahan, warung makan, area komersil, area perkantoran, perhotelan, pasar, sarana pendidikan,
dan sarana kesehatan. Area ini telah termasuk pada kawasan pusat kota dan pusat kegiatan, artinya
bangkitan lebih tinggi dari selain kawasan pusat kota. Bangkitan ini berasal dari area pusat
pariwisata di sekitar lokasi rencana stasiun.
Guna lahan sekitar lokasi rencana stasiun ini tergolong beragam sehingga keberadaan properti di
stasiun adalah untuk mendukung pelayanan sekitar. Pada bangunan utama stasiun, jenis properti
yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios yang lebih
banyak, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama.
Tipe Elevated
Jarak 18+250
Peruntukan guna lahan sekitar Pemukiman, Perkantoran, Perdagangan dan Jasa, pendidikan
Stasiun ini terletak di area Polresta Palembang di selatan kota. Rencana guna lahan menurut
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah permukiman,
perkantoran, perdagangan dan jasa, serta pendidikan.
Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan, area
komersil, area perkantoran, sarana pendidikan, dan sarana kesehatan. Guna lahan sekitar lokasi
rencana stasiun ini tergolong beragam sehingga keberadaan properti di stasiun adalah untuk
mendukung pelayanan sekitar. Perumahan disekitar lokasi ini merupakan salah satu potensi
penggunaan lahan parkir yang tinggi bagi penumpang LRT yang berkegiatan di pusat kota. Untuk itu
patut diperhitungkan lahan parkir yang luas bagi calon penumpang LRT, khususnya pengguna motor.
Pada Kota Palembang, dapat disesuaikan menjadi 1.000 motor dan 100 mobil. Pada bangunan utama
stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan
ruang kios yang lebih banyak, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama.
Stasiun Jakabaring – Hypermart
Stasiun Jakabaring
Tipe Elevated
Jarak 20+650
Rencana pembangunan Hotel, Pusat perbelanjaan, Lahan parkir, Kios, ATM, Vending
Machine
Stasiun ini terletak di sebelah kiri Hypermart di area olah raga Jakabaring. Rencana guna lahan
menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah sarana
olahraga.
Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat area komersil, area perkantoran,
sarana olah raga, hotel, dan pusat perbelanjaan. Guna lahan sekitar lokasi rencana stasiun ini
meskipun tergolong beragam, namun luasnya lahan kosong disekitar lokasi rencana stasiun
Jakabaring berpotensi untuk pengembangan properti seperti hotel dan pusat perbelanjaan yang juga
terintegrasi dengan Hypermart. Pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi
memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios yang lebih banyak, ATM,
vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama.
Berdasarkan analisa SWOT di atas,Stasiun Jakabaring masih memiliki potensi untuk mengembangkan
bisnis properti seperti hotel, sekaligus stasiun ini dapat bekerjasama dengan pusat perbelanjaan agar
menjadi stasiun terintegrasi. Untuk tambahan bisnis properti hotel, dalam menghadapi potensi risiko
kompetitor dapat dibangun dengan target pasar yang berbeda dengan Wisma Atlit. Pembangunan
bisnis properti spserti hotel dan pusat perbelanjaan diharapkan dapat menarik masyarakat untuk
menggunakan Stasiun Jakabaring.
Tipe Elevated
Jarak 21+650 km
Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat area komersil, pusat
perbelanjaan, dan tempat wiasata. Guna lahan sekitar lokasi rencana stasiun ini meskipun tergolong
beragam, namun luasnya lahan kosong disekitar lokasi rencana stasiun Jakabaring berpotensi untuk
pengembangan properti seperti hotel dan lahan parkir yang juga terintegrasi dengan Hypermart.
Pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan
antara lain penyewaan ruang kios yang lebih banyak, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada
dinding gedung utama.
Tabel Perhitungan Pendapatan Kasar Setiap Rencana Stasiun
1) Stasiun Tipe A dengan karakteristik terdapat pengembangan properti selain gedung stasiun
2) Stasiun Tipe B dengan karakteristik terdapat pengembangan lahan parkir
3) Stasiun Tipe C dengan karakteristik stasiun standard
Stasiun Tipe A
Stasiun ini menyediakan bangunan tambahan selain bangunan stasiun untuk menjadi pusat
perbelanjaan, hotel, maupun kantor. Stasiun tipe A dapat merupakan stasiun integrasi ataupun
stasiun terhubung. Stasiun integrasi maksudnya adalah bisnis properti dan stasiun berada di satu
gedung yang sama, sementara stasiun terhubung maksudnya adalah gedung bisnis properti dan
stasiun dihubungkan dengan satu akses, misalnya teras atau Jembatan Penyeberangan Orang
Sehubungan dengan pembangunan LRT yang mempergunakan jalur jalan protokol kota palembang,
maka permasalahan sehubungan dengan keberadaan Jembatan Penyeberangan Orang, harus
disikapi dengan semangat untuk tetap memperhatikan pengguna jalan, terutama pejalan kaki.
Jembatan Penyeberangan Orang diatas jalan raya, mensyaratkan tinggi konstruksi terbawah dari
jembatan ke permukaan perkerasan jalan adalah 5,10 m.(Tata Cara Perencanaan Jembatan
Penyeberangan untuk Pejalan Kaki di Perkotaan, PU). Sehingga dengan tinggi konstruksi terbawah
dari prasarana LRT diatas 8,50m, tidak akan mengganggu keberadaan Jembatan Penyeberangan
Orang yang ada.
Untuk Jembatan Penyeberangan Orang yang tepat berada pada stasiun LRT, keberadaannya dapat
ditingkatkan dengan fasilitas eskalator ataupun Lift. Oleh karena juga merupakan akses para
penumpang LRT.
1) Lokasi JPO yang melintas di atas jalan raya harus mudah dilihat serta dapat dijangkau
dengan mudah dan aman.
2) Tinggi ruang bebas dapat dirangkum dalam Tabel.
I-39
Tabel Tinggi Ruang Bebas Jembatan Penyeberangan Orang
3) Tangga atau awal ramp dan kepala jembatan JPO yang melintas di atas jalan raya diletakkan
di luar jalur trotoar.
4) Tangga atau ramp dan kepala jembatan JPO yang melintas di atas jalan rel diletakkan di luar
daerah milik jalanr el.
5) Lebar minimum jalur pejalan kaki dan tangga atau ramp adalah 2,0 meter.
6) Pada kedua sisi jalu pejalan kaki dan tangga harus dipasang sandaran yang mempunyai
ukuran sesuai ketentuan yang berlaku.
Stasiun Tipe B
Stasiun tipe ini merupakan gabungan stasiun dan lahan parkir yang cukup luas. Lahan parkir dapat
digunakan baik untuk motor maupun mobil. Contoh di Kota Bogor, yaitu di stasiun KRL Kota Bogor
yang memiliki kapasitas parkir tinggi bagi penumpang KRL.
Stasiun Tipe C
Stasiun Tipe C ini merupakan tipe yang paling sederhana. Stasiun ini menyediakan ruangan-ruangan
komersil untuk disewakan kepada pihak ketiga. Contoh stasiun yang dapat menjadi ilustrasi yaitu
stasiun KRL di Kota Bogor.
Pada gambar tersebut, terlihat bahwa pada sisi kiri gambar terdapat ruang persewaan yang
digunakan untuk ATM serta dapat juga berfungsi untuk persewaan kios. Pada desain menyerupai
Stasiun Bogor, kondisi interior dinding tidak dapat dioptimalkan untuk ruang iklan sehingga alternatif
pemasangan iklan dapat digantung menjulang dari atap stasiun.
I-40
Tabel berikut menampilkan nama stasiun dan tipe stasiun
Tabel Tipe Stasiun
I-41
10. Kajian Resiko
I-42
Tabel Error! No text of specified style in document..3 Tabel Risiko LRT Palembang
I-43
Kategori Risiko dan Strategi Mitigasi Sesuai Kondisi Spesifik terkait
Peristiwa Risiko Alokasi Risiko
1. RISIKO LOKASI Deskripsi Publik Swasta Bersama Best Practice
Gagal menjaga x Implementasi prosedur
keselamatan dalam lokasi keselamatan kerja yang baik
Kontaminasi/polusike x Kesesuaian dengan studi
lingkungan lokasi Amdal yang baik
Risiko status tanah Kepemilikan sertifikat tanah ganda x Melaksanakan validasi status
yang diketahui setelah proyek kepemilikan lahan;
dilaksanakan
Dukungan dari otoritas
2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI terkait (BPN, Dinas
Terlambatnya Dapat termasuk terlambatnya x Kontraktor yang handal dan
Kependudukan)
penyelesaian konstruksi pengembalian akses lokasi klausul kontrak yang standar
Kenaikan biaya x Kesepakatan faktor eskalasi
konstruksi harga tertentu dalam kontrak
Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain x Kesepakatan faktor eskalasi
yang diminta operator harga tertentu dalam kontrak
Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya x Koordinasi kontraktor dan
dalam uji operasi teknis operator yang baik
3. RISIKO SPONSOR
Default BU Default BU yang mengarah ke x Konsorsium didukung
terminasi/step-in oleh financier sponsor yang kredibel dan
Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota x Proses
solid PQ untuk memilih
konsorsium) sponsor yang kredibel
4. RISIKO FINANSIAL
Kegagalan mencapai Tidak tercapainya financial close x Koordinasi yang baik dengan Bisa juga karena
potential lenders conditions precedence
financial close karena ketidakpastian kondisi pasar
tidak terpenuhi
Risiko struktur finansial Inefisiensi karena struktur modal x Konsorsium didukung
proyek yang tidak optimal sponsor
Risiko tingkat inflasi Kenaikan (non ekstrim) tingkat x Faktor indeksasi tarif; fluktuasinya ekstrim
Bisa dibagi dengan
inflasi terhadap asumsi dalam life- Pemerintah apabila
cycle cost
Risiko suku bunga fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku x Lindung nilai tingkat suku fluktuasinya
Bisa ekstrim
dibagi dengan
bunga bunga Pemerintah apabila
Risiko asuransi (1) Cakupan asuransi untuk risiko x Konsultansi dengan fluktuasinyauntuk
Khususnya ekstrim
tertentu tidak lagi tersedia di spesialis/broker asuransi cakupan risiko terkait
pasaran
5. .RISIKO OPERASI keadaan kahar
Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun x Kontraktor yang handal
Buruk atau tidak Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi x Operator yang handal;
tersedianya layanan Spesifikasi output yang jelas
Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb x kebijakan SDM, hubungan Bisa oleh staf operator,
industrial yang baik subkontraktor atau
Risiko sosial dan budaya Risiko yang timbul karena tidak x Menerapkan program penyuplai
lokal diperhitungkannya budaya atau pengembangan masyarakat
kondisi sosial masyarakat setempat yang people-oriented;
dalam implementasi proyek Pemberdayaan masyarakat
Kegagalan manajemen Kegagalan atau ketidakmampuan x Implementasi rencana
proyek Badan Usaha dalam mengelola manajemen operasi secara
I-45
Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya x Operator yang handal;
O&M atau kenaikan tidak terduga
Kesalahan estimasi biaya x Faktor eskalasi dalam dengan
Kesepakatan/kontrak kontrak
supplier seawal mungkin
life cycle lalu lintas
Kecelakaan x Asuransi kewajiban pihak
atau isu keselamatan ketiga
6. RISIKO PENDAPATAN
Perubahan proyeksi x Survei lalu lintas yang handal; Bila dipicu aksi
volume permintaan Pinjaman lunak di awal Pemerintah, jaminan
operasi permintaan minimum
dapat dipertimbangkan
Kesalahan estimasi x Survei lalu lintas yang handal; Bila dipicu aksi
pendapatan dari model Pemerintah, jaminan
awal pendapatan minimum
Pelanggan akhir tidak Akibat user affordability and x Subsidi (khususnya tarif) dapat dipertimbangkan
membayar willingness di bawah tingkat Sosialisasi yang baik ke publik
Kegagalan memungut Akibat kegagalan / tidak optimalnya
kelayakan x Survei user affordability and
pembayaran tarif sistem pemungutan tarif willingness yang handal
Kegagalan mengajukan Gagalnya penyesuaian tarif karena x Kinerja operasi yang baik;
penyesuaian tarif BU tidak mampu memenuhi standar Regulasi yang mendukung
I-46
Risiko jaringan (1) Ingkar janji otoritas untuk x Standar kinerja operasi dan
membangun dan memelihara pengawasan yang baik
jaringan yang diperlukan
Risiko jaringan (2) Ingkar janji otoritas untuk x Pemahaman kontrak yang
membangun fasilitas jalan baik oleh sektor publik
I-47
Perubahan regulasi (dan Berbentuk kebijakan pajak oleh x -Mediasi,negosiasi Selain memiliki provisi
pajak) yang diskriminatif otoritas terkait (pusat atau daerah) kontrak yang jelas
-Asuransi Risiko Politik
dan spesifik termasuk
-Penjaminan pemerintah kompensasinya
Keterlambatan perolehan Hanya jika dipicu keputusan sepihak x Provisi kontrak yang jelas
persetujuan perencanaan / tidak wajar dari otoritas terkait termasuk kompensasinya
Gagal/terlambatnya Hanya jika dipicu keputusan sepihak x Provisi kontrak yang jelas Biasanya terkait isu
perolehan persetujuan termasuk kompensasinya selain perencanaan
10. RISIKO FORCE MAJEURE/tidak wajar dari otoritas terkait
Bencana alam x Asuransi, bila dimungkinkan
Force majeure politis Peristiwa perang, kerusuhan, x Asuransi, bila dimungkinkan
gangguan keamanan masyarakat
Cuaca ekstrim x Asuransi, bila dimungkinkan
Force majeure Jika di atas 6-12 bulan,dapat x Setiap pihak dapat Terutama bila asuransi
mengganggu aspek ekonomis pihak mengakhiri kontrak KPS dan tdk tersedia untuk
berkepanjangan
yang terkena dampak (terutama memicu terminasi dini risiko tertentu
bila asuransi tidak ada)
11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET
Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb x Asuransi
Transfer bisnis KA Ketidakpastian kondisi bisnis x Studi kelayakan bisnis
eksisting setalah transfer dari operator yang baik dan lengkap (dalam
Transfer aset KA eksisting Tidak terantisipasinya kondisi trek
sebelumnya x Studi
PFS) kelayakan aset yang
yang dibangun baik dan lengkap (dalam PFS)
Sumber: PT PII
I-48