TINJAUAN PUSTAKA
A. Bakso
Bakso merupakan produk olahan daging yang sangat populer. Kualitas bakso
dipengaruhi oleh komposisi bahan penyusunnya. Untuk menghasilkan bakso yang
berkualitas harus menggunakan bahan penyusun yang tepat dan daging yang
digunakan harus baik dan segar.10
Bakso yang sehat berasal dari daging sapi segar yang halal tanpa bahan
pengawet. Kualitas bakso dikatakan baik jika bahan tambahan lain yang digunakan
kurang dari 50%. Berbagai bahan yang ditambahkan harus memenuhi syarat tidak
menyebabkan efek samping terhadap kesehatan.10
Bakso juga merupakan makanan jajanan yang akhir-akhir ini sangat populer
dan digemari masyarakat. Hal ini tercermin dari banyaknya penjual mi bakso, mulai
dari restoran-restoran mewah sampai ke warung-warung kecil dan gerobag dorong.
Harga satu porsi mi bakso sangat bervariasi tergantung oleh kualitas bahan-bahan
mentahnya, terutama jenis dan mutu daging, macam tepung yang digunakan, serta
perbandingannya di dalam adonan. Faktor-faktor lain, seperti pemakaian bahan-bahan
tambahan dan cara pemasakan, juga sangat mempengaruhi mutu bakso yang akan
dihasilkan.8
Cara paling mudah untuk menilai mutu bakso adalah dengan menilai mutu
sensoris atau mutu organoleptiknya. Ada empat parameter sensoris utama yang perlu
dinilai, yaitu penampakan, warna, bau, rasa dan tekstur. Adanya jamur atau lendir
juga perlu diamati, terlebih jika bakso sudah disimpan lama.6
Gambar 2.1
SKEMA PEMBUATAN BAKSO DAGING
Daging segar
↓
dipotong tipis-tipis
↓
digiling
↓
dicampur bumbu, tepung sagu
↓
dicetak
↓
direbus
↓
didinginkan
↓
BAKSO DAGING
C. Pengawet
Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau
menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Bahan tambahan makanan ini biasanya
ditambahkan ke dalam makanan yang mudah rusak, atau makanan yang disukai
sebagai medium tumbuhnya bakteri atau jamur, misalnya pada produk daging, buah-
buahan dan lain-lain. Pertumbuhan bakteri dicegah atau dihambat tergantung dari
jumlah pengawet yang ditambahkan. Menurut pengamatan, pengawet hampir tidak
aktif dalam suasana netral, dan aktivitasnya meningkat bila pH diturunkan.18
Menurut Winarno dan Jenie, zat pengawet adalah bahan kimia yang berfungsi
untuk membantu mempertahankan bahan makanan dari serangan mikroorganisme
pembusuk baik bakteri, jamur, maupun yeast dengan cara menghambat, mencegah,
menghentikan proses pembusukan, fermentasi, pengasaman atau kerusakan
komponen lain dari bahan pangan.7
Sebagai contoh dari bahan pengawet tersebut adalah asam benzoat, sulfit,
metasulfit, nisin, asam sorbat, asam propionat atau garamnya, peroksida, garam
sendawa, gula, asam asetat, cuka, alkohol, gliserin, bumbu-bumbu, serta bahan yang
terdapat dalam asap. Daya pengawetan dari bahan-bahan tersebut sangat tergantung
pada konsentrasi, komposisi bahan makanan, serta jenis mikroorganisme yang akan
dicegah pertumbuhannya.7
F. Mikroba
a. Bakteri
Salah satu kelompok jasad renik yang sangat penting yang berhubungan
dengan bahan pangan yaitu bakteri. Jenis bakteri beraneka ragam, terdapat secara
kosmopolit yaitu secara luas di alam bebas, dan berhubungan dengan air, udara,
tanah, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Sebagian bakteri dalam bahan pangan dapat
menguntungkan, misalnya untuk kelangsungan proses fermentasi, sedangkan
sebagian lainnya dapat merugikan karena menyebabkan pembusukan dan
menimbulkan gangguan kesehatan (patogenik).2
Bakteri adalah jasad renik bersel tunggal yang mikroskopis, artinya tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang. Baru dapat dilihat dengan bantuan mikroskop
karena ukurannya berkisar 0,5 - 10µ (1µ = 0,001 mm). Berdasarkan bentuknya
dibedakan atas bentuk kokus (bulat), basilus (batang), spiral (spirillum), dan koma
(vibrio).2
Bakteri ditemukan dimana-mana. Banyak bakteri yang sebenarnya tidak
berbahaya bagi kesehatan, tetapi jika tumbuh dan berkembang biak pada pangan
sampai mencapai jumlah yang sangat tinggi dapat mengakibatkan kerusakan
pangan, yaitu menimbulkan bau busuk, lendir, asam, perubahan warna,
pembentukan gas, dan perubahan-perubahan lain yang tidak diinginkan. Bakteri
perusak pangan sering tumbuh dan menyebabkan kerusakan pada bahan pangan
yang mempunyai kandungan protein tinggi seperti ikan, susu, daging, telur dan
sayuran.4
b. Kapang
Kapang adalah jasad renik yang terdiri dari banyak sel bergabung menjadi
satu (multiseluler). Hal ini merupakan salah satu ciri pembeda dengan bakteri dan
khamir, dimana bakteri dan khamir adalah uniseluler, di bawah mikroskop dapat
dilihat bahwa kapang terdiri dari benang-benang (filamen) yang dinamakan hifa.
Kumpulan hifa ini membentuk kumpulan massa yang disebut miselium. Miselium
dapat dilihat dengan mata telanjang yang menyeruapi kapas atau benang-benang
wol dan warna yang bermacam-macam.2
Pertumbuhan kapang pada pangan mudah dilihat dengan mata, yaitu
ditandai dengan perubahan warna yang menunjukkan spora kapang dan sering
disebut sebagai bulukan. Selain dapat menyebabkan kerusakan pangan, beberapa
kapang tertentu juga bermanfaat karena digunakan dalam proses fermentasi
pangan.4
c. Khamir
Khamir merupakan organisme bersel tunggal yang termasuk dalam
kelompok fungi. Dari segi ukuran, khamir memiliki ukuran yang lebih besar dari
bakteri. Pada umumnya khamir berkembang biak dengan cara membentuk tunas,
meskipun beberapa jenis berkembang biak dengan cara membelah. Selain dengan
pertunasan, khamir juga berkembang biak dengan cara reproduksi seksual yaitu
dengan membentuk askospora.4
Ukuran khamir berkisar antara 5-20 µ (5 sampai 10 kali lebih besar dari
bakteri). Bentuknya bermacam-macam yaitu bentuk bulat (bola), telur, silinder,
lengkung, segitiga, botol dan apikulat.2
Jika tumbuh pada pangan, khamir dapat menyebabkan kerusakan, tetapi
sebaliknya beberapa khamir juga digunakan dalam pembuatan pangan fermentasi.
Kerusakan yang disebabkan oleh pertumbuhan khamir ditandai dengan
terbentuknya bau asam dan bau alkohol, serta terbentuknya lapisan pada
permukaan.4
a. Aktivitas air
Aktivitas air (aw) menunjukkan jumlah air di dalam pangan yang dapat digunakan
oleh mikroba untuk pertumbuhannya. Mikroba mempunyai kebutuhan aw minimal
yang berbeda-beda untuk pertumbuhannya. Dibawah aw minimal tersebut mikroba
tidak dapat tumbuh atau berkembang biak. Kebutuhan aw untuk pertumbuhan
mikroba umumnya adalah sebagai berikut4
• Bakteri pada umumnya membutuhkan aw sekitar 0,91 atau pertumbuhannya.
Akan tetapi beberapa bakteri tertentu dapat tumbuh pada aw 0,75
• Kebanyakan khamir tumbuh pada aw sekitar 0,88 dan beberapa dapat tumbuh
pada aw sampai 0,6
• Kebanyakan kapang tumbuh pada aw minimal 0,8
b. Nilai pH
Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar netral, dan pH 4,6 – 7,0
merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan kapang dan
khamir dapat tumbuh pada pH yang lebih rendah.4
c. Kandungan gizi
Seperti halnya makhluk hidup lainnya, mikroba membutuhkan zat gizi untuk
pertumbuhannya. Bahan pangan pada umumnya mengandung berbagai zat gizi
yang baik untuk pertumbuhan mikroba, yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin
dan mineral.4
d. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba
dibedakan atas tiga kelompok sebagai berikut.4
• Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 0-200C
• Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20-450C
• Termofil, yaitu mikroba yang mempunyai suhu pertumbuhannya di atas 450C.
e. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk
pertumbuhannya.4
f. Kelembaban
Pangan yang disimpan di dalam ruangan yang lembab akan mudah menyerap air
sehingga nilai aktivitas air (aw) meningkat. Kenaikan aw akan mengakibatkan
mikroba mudah tumbuh dan menyebabkan kerusakan pangan.4
I. Penyimpanan
Daging merupakan bahan makanan yang cepat rusak. Kandungan nutrisi yang
terkandung di dalam dan permukaannya yang basah sangat mendukung bagi
kehidupan mikroba. Aktivitas mikroba menyebabkan daging menjadi rusak dan
busuk. Berbagai cara telah dilakukan untuk mmperpanjang masa simpan daging dan
produk olahannya agar tidak cepat rusak.10
Penanganan daging sesaat setelah dipotong menentukan daya awet dan sifat
fisik daging. Pengawetan daging merupakan suatu cara untuk menyimpan daging
dalam jangka waktu lama sehingga kualitas dan higienisnya terjamin.2
1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara
30 dan 300.
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni
yang besar dimana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu
koloni.
3. Satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai
satu koloni.
K. Kerangka Teori
Dari beberapa penjelasan yang telah dipaparkan dalam tinjauan di atas, maka
disusun sebuah kerangka teori sebagai berikut :
Jumlah mikroba
L. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Jenis pengawet pada bakso
Total mikroba pada bakso
Lama waktu penyimpanan
Variabel pengganggu
• Jenis mikroba
M. Hipotesa
Ada pengaruh penggunaan jenis pengawet pada bakso terhadap total mikroba
pada berbagai lama waktu penyimpanan pada suhu ruang.