Anda di halaman 1dari 8

Kel.

4
Nama Anggota :
1. Meida Putri
2. Herlina
3. Sri Ayu. H
4. Indah Septiani
5. Nurhasanah
6. Siti Fatimah
7. Sri Handayani
8. Atikah. L
9. Cariyansyah

1. Apakah boleh narapidana dilepas di sel ketika ada bencana alam? Bagaimana prosedur
evakuasi pada saat terjadi bencana alam tersebut ?

Jawaban :

Acuan dari pengamanan narapidana atau tahanan saat terjadi bencana adalah
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pengamanan pada
Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara.
Pada Pasal 24 Ayat (2) disebutkan, bencana alam merupakan salah satu keadaan yang
perlu diadakan penindakan oleh tim tanggap darurat yang terdiri dari petugas lapas atau
rutan yang terlatih dan dibekali peralatan. Di ayat selanjutnya dijelaskan, tim tanggap
darurat berada di bawah koordinasi kepala lapas atau kepala rutan. Hal ini
memungkinkan adanya perbedaan tindakan yang diambil oleh masing-masing Lapas
atau Rutan.
Penindakan yang dimaksud, kemudian dijelaskan dalam Pasal 25. Tim tanggap
darurat akan membunyikan tanda bahaya kemudian mengamankan orang, dalam hal ini
narapidana atau tahanan. Secara lebih rinci, tindak penyelamatan akan dilakukan
berdasarkan pada Prosedur Tetap (Protap), Teknik dan Strategi Pencegahan dan
Penindakan Gangguan Keamanan Ketertiban di Lapas dan Rutan, sebagai berikut :
• Petugas membuka dan mengeluarkan narapidana dan tahanan dari dalam kamar
ke tempat yang lebih aman atau terbuka.
• Petugas mengamankan narapidana dan tahanan serta melakukan penghitungan.
• Petugas memberikan laporan kepada Kepala Pengamanan dan Kepala Lapas
dan Rutan.
• Petugas memberikan himbauan agar narapidana dan tahanan untuk tetap duduk,
tenang, mengikuti aturan dan tidak melakukan upaya melarikan diri.
• Kepala Lapas atau Rutan menetapkan keadaan darurat apabila skala bencana
alam meningkat Kepala Lapas atau Rutan mengarahkan seluruh petugas untuk
membantu melakukan evakuasi sesuai dengan rencana evakuasi yang telah
dibuat.
• Petugas meningkatkan kesiagaan di setiap pos penjagaan untuk mencegah
terjadinya kepanikan atau gangguan keamanan lainnya dan meningkatkan
pengamanan pintu utama.
• Petugas memindahkan narapidana dan tahanan ke dalam Lapas dan Rutan
terdekat atau lokasi yang lebih tinggi dalam hal terjadi banjir, tsunami dan
dampak gunung meletus.
• Petugas meminta bantuan dari Polri dan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB).
• Petugas mengamankan dokumen penting, buku-buku register, gardu listrik
beserta jaringannya, gudang persediaan makanan, gudang barang, kendaraan,
senjata dan amunisi dan aset negara lainnya.
• Dalam skala bencana alam merusak seluruh fasilitas pelayanan Lapas atau
Rutan, Kepala Lapas atau Rutan membentuk posko darurat yang terdiri dari:
dapur umum, layanan kesehatan, MCK umum, pusat komunikasi dan lain-lain,
untuk kepentingan pemulihan.
• Kepala Lapas atau Kepala Rutan membuat laporan atensi kronologis singkat
kejadian dan seketika melaporkan kepada Divisi Pemasyarakatan Kanwil
Kemenkumham dan Direktorat Keamanan dan Ketertiban Ditjenpas.
• Petugas memeriksa sarana dan prasarana Lapas dan Rutan apabila bencana telah
selesai.

2. Apabila ada salah satu anggota narapidana yang baru keluar dan dia kembali ke
lingkugan tempat tinggal, namun dia dikucilkan oleh lingkungan sekitar. Tindakan
keperawatan apa yang kita lakukan dalam menangani pasien dengan lingkungannya ?

Jawaban :

Tidak mudah seorang mantan narapidana bersosialisasi di tengah masyarakat luas,


karena tidak semua masyarakat bisa menerima latar belakang seorang narapidana.
Maka timbulah suatu persepsi bahwa seorang mantan narapidana “sering dikucilkan”
oleh masyarakat setempat.
Dikucilkan adalah suatu hukuman atau perlakuan yang diberikan kepada seseorang
atau lebih karena sesuatu hal. Menjadi seorang perawat haruslah berperan aktif dalam
menangani hal tersebut karena akan mengganggu psikologis mantan narapidana,
Karena bagaimanapun seorang mantan narapidana berhak untuk hidup nyaman tentram
dan berhak untuk dicintai juga mencintai.
Seorang perawat harus telah mengajarkan terlebih dahulu cara berkomunikasi
kepada seseorang yang psikologisnya terganggu. Terutama pada kasus seorang
narapidana yang mungkin beresiko tidak diterima di tengah masyarakat, maka pertama
perawat harus mengajarkan pola-pola komunikasi yang bertahap dengan tujuan agar
memunculkan kembali keberanian dalam hal berkomunikasi atau bersosialisasi dengan
orang lain. Cara atau tahapan :
• Latih komunikasi bertahap
Dengan 1 orang di mana 1 orang tersebut adalah keluarga terdekat dari pasien,
jika si pasien sudah bisa berkomunikasi dengan satu orang maka tahap
selanjutnya adalah berkomunikasi dengan dua orang. Komunikasi dengan dua
orang ini adalah bersama teman sebayanya ataupun teman dekatnya, selanjutnya
adalah berkomunikasi dengan tiga atau empat orang yaitu bersama dengan salah
satu masyarakat setempat atau lembaga masyarakat lembaga masyarakat yang
ada. Jika komunikasi ini sudah terjalin tahap-tahap mulai ada keberanian maka
otomatis anxietas si pasien akan berkurang ketika menghadapi atau
berkomunikasi dengan orang banyak (ditengah masyarakat).
• Peningkatan spiritual
Menunjukkan pribadi yang lebih baik kepada Tuhan dan menjadikan seseorang
yang bertobat serta mengakui kesalahan-kesalahan yang dilakukan dan tidak
melakukannya lagi dengan perbuatan yang sama ataupun perbuatan yang
negatif.
• Hindari perilaku perilaku maladaptif
Tunjukan pribadi yang lebih baik dan terapkan cara berpikir sehat agar secara
perlahan-lahan diterima di tengah masyarakat.
• Perlahan mengikuti kegiatan masyarakat atau ekstrakurikuler
Memasuki kegiatan tengah masyarakat, mungkin memang sulit. Tetapi hal ini,
ditujukan agar kita terbiasa bersosialisasi tahap demi tahap sehingga muncullah
keberanian untuk bisa bergabung bersama di suatu komunitas.
• Kaji faktor cemas dalam bersosialisasi
Setiap orang yang mengalami kecemasan sosial akan memiliki perbedaan
pemicu situasi sosial yang membuatnya cemas, juga gejala fisik yang
ditimbulkan saat mengalami kecemasan akan berbeda pula. Oleh karena itu,
mengetahui situasi apa yang membuat Anda cemas sangatlah penting untuk
membuat Anda lebih mudah mengatasi situasi tersebut.
• Belajar untuk rileks
Menarik napas perlahan dilakukan untuk membuat Anda lebih mudah
mengatasi rasa cemas, karena disaat cemas, napas akan lebih cepat daripada
biasanya. Akibatnya, akan merasa pusing dan kecemasan bertambah.
• Ubah cara pikir
Kecemasan dapat timbul melalui pikiran. Seringkali, orang yang mengalami
kecemasan berpikir bahwa keberadaannya tidak diinginkan dan ia akan
dipandang negatif oleh lingkungannya. Padahal, pikiran tersebut belum tentu
benar –biasanya itu hanya ketakutan yang timbul tanpa alasan. Oleh karena itu,
salah satu cara mengatasi kecemasan sosial adalah dengan mengubah cara pikir
Anda terhadap lingkungan sekitar –karena apa yang ditakuti hanya asumsi
semata. Fokuslah pada orang yang ada di sekitar daripada pada fikiran Anda
yang justru dapat membuat Anda cemas.
• Coba untuk tidak menghindar
Paksa diri untuk tidak melakukan aktivitas yang membuat cemas dan seringkali
hindari untuk mengurangi rasa takut dan membuat percaya diri kembali.
• Latihan agar terbiasa
• Sabar
Harus bersabar, karena mengubah kebiasaan tidaklah mudah, termasuk dalam
menghilangkan kecemasan sosial. Mengatasi kecemasan sosial adalah proses
belajar seumur hidup karena akan selalu dihadapkan pada lingkungan baru.
Punya perasaan cemas itu wajar, namun harus dapat mengatasinya atau akan
terperangkap dalam fobia itu selamanya, dan hal tersebut dapat mengganggu
aktivitas/karir.

3. Bagaimanakah strategi pelaksanaan dalam melakukan tindakan keperawatan pada


pasien narapidana?

Jawaban :

Strategi Pelaksanaan (SP) merupakan instrumen panduan pelaksanaan intervensi


keperawatan jiwa yang digunakan sebagai acuan bagi ners saat berinteraksi atau
berkomunikasi secara terapeutik kepada klien dengan gangguan jiwa.
Tujuan :
• Mempersiapkan mahasiswa untuk kontak dengan pasien dalam melaksanakan
tindakan asuhan keperawatan
• Mengidentifikasi kondisi klien
• Merumuskan diagnose keperawatan
• Merumuskan tujuan sesuai dengan kriteria SMART
• Merencanakan tindakan yang dilakukan
• Menyusun/ melampirkan SPO sebagai acuan untuk melaksanakan tindakan
• Bekerja sesuai dengan standar/ prosedur
Penyusunan strategi tindakan ini ditujukan untuk mahasiswa agar mampu
mempersiapkan asuhan yang diberikan, dengan kemampuan analisisnya merumuskan
diagnose keperawatan yang muncul dan kemudian menyusun tujuan yang akan dicapai
berdasarkan criteria ; specific, measurement,achieveble, rasional, time bound. Dalam
penyusunan ini memerlukan suatu kemampuan analisis yang harus selalu dilatih oleh
peserta didik/ mahasiswa keperawatan.
Peran perawat komunitas di fasilitas correctional meliputi peran praktisi (clinician),
edukator, advokat, manajer, kolaborator, pemimpin, dan peneliti. Sebagai praktisi,
perawat komunitas memastikan pelayanan kesehatan diberikan kepada napi, misalnya
pencegahan bunuh diri, rehabilitasi penggunaan NAPZA, terapi somatik, konseling
psikososial, perawatan gawat darurat, dan kesehatan lingkungan. Sebagai pendidik,
perawat meningkatkan pengetahuan napi mengenai kesehatan dan program
penanganannya serta turut serta dalam pemberantasan buta huruf bagi napi yang
mengalami buta huruf. Sebagai advokat, perawat membantu napi yang cenderung
lemah dan mengalami kekerasan dari napi lain atau petugas Lapas. Sebagai manajer,
kolaborator dan pemimpin, perawat Lapas memainkan peran penting dalam Bridge
Program saat akan napi dibebaskan ke masyarakat. Salah satu contoh Bridge Program
adalah community based program yang dikembangkan oleh Roberta Richman yang
memberi kesempatan kepada napi wanita untuk mengembangkan hubungan dengan
pemberi pelayanan di komunitas sebagai proses transisi ke masyarakat.
Strategi pelaksanaan dalam tindakan keperawatan di kasus narapidana, tergantung
dari diagnosa yang akan perawat tingkatkan. Biasanya diagnosa akan muncul di kasus
secara pidana adalah sebagai berikut :
a. Diagnosa Risiko Perilaku Kekerasan

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

SP 1 : SP 2 : SP 3 : SP 4 : SP 5 :
1. Membuat 1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi
hubungan saling kemampuan pasien kemampuan kemampuan kemampuan
percaya. mengontrol resiko pasien mengontrol pasien pasien
2. Mengidentifikasi perilaku kekerasan resiko perilaku mengontrol mengontrol
tanda dan gejala dengan cara fisik 1 kekerasan dengan resiko perilaku resiko perilaku
resiko perilaku (nafas dalam). cara fisik 1 (nafas kekerasan kekerasan
kekerasan. 2. Melatih cara control dalam) dan teknik dengan cara fisik dengan cara
3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan 2 (pukul 1 (nafas dalam), fisik 1 (nafas
perilaku dengan teknik 2 bantal/kasur). teknik 2 dalam), teknik
kekerasan yang (pukul 2. Melatih cara (pukul 2 (pukul
biasa dilakukan. bantal/kasur). control resiko bantal/kasur), dan bantal/kasur),
4. Mengidentifikasi 3. Memberi perilaku kekerasan cara verbal. cara verbal dan
akibat perilaku reinforcement dengan cara 2. Melatih cara cara spiritual.
kekerasan yang positif kepada verbal. mengontrol 2. Melatih cara
biasa dilakukan. pasien. 3. Memberi resiko perilaku control resiko
5. Mengidentifikasi 4. Rencana tindak reinforcement kekerasan perilaku
cara mengontrol lanjut perawat : positif kepada dengan cara kekerasan
resiko perilaku pasien. spiritual. dengan minum
kekerasan. obat teratur.
6. Melatih cara Menganjurkan ke 4. Rencana tindak 3. Memberi 3. Memberi
pasien
control resiko lanjut perawat : reinforcement reinforcement
memasukkan
perilaku jadwal harian. Menganjurkan positif kepada positif kepada
kekerasan dengan pasien pasien. pasien.
cara fisik 1 (nafas memasukkan ke 4. Rencana tindak 4. Rencana tindak
jadwal harian. lanjut perawat :
dalam). lanjut perawat :
Menganjurkan
7. Memberi pasien Menganjurkan
reinforcement memasukkan ke pasien
jadwal harian.
positif kepada memasukkan
pasien. ke jadwal
harian.
8. Rencana tindak
lanjut perawat :
Menganjurkan
pasien
memasukkan ke
jadwal harian.

b. Diagnosa Harga Diri Rendah Kronik

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

SP 1 : SP 2 : SP 3 : SP 4 : Melibatkan SP 5 :
1. Mendisukusikan 1. Melatih pasien Melibatkan keluarga keluarga 1. Membuat
kemampuan dan melakukan kegiatan 1. Mendiskusikan 1. Melatih keluarga perencanaan
masalah yang mempraktikkan
aspek positif yang lain yang sesuai pulang bersama
cara merawat
dimilik pasien. dengan kemampuan dihadapi keluarga pasien dengan keluarga.
2. Membantu pasien pasien. dalam merawat harga diri 2. Memberi
rendah kepada
nilai kemampuan 2. Memberi pasien dirumah. pasien. reinforcement
yang masih dapat reinforcement 2. Menjelaskan positif kepada
tentang pengertian,
digunakan. positif kepada pasien dan
tanda-gejala harga
pasien. diri rendah. keluarga pasien.
3. Membantu pasien 3. Rencana tindak lanjut 3. Menjelaskan cara 2. Memberi
memilih/menetap perawat : merawat pasien reinforcement
kan kemampuan Menganjurkan dengan harga diri positif kepada
yang akan dilatih. pasien rendah. pasien dan
4. Melatih memasukkan ke 4. Mendemonstrasika keluarga pasien.
jadwal harian.
kemampuan yang n cara merawat 3. Rencana tindak
pasien dengan lanjut perawat :
sudah dipilih.
Menganjurkan
5. Memberi harga diri rendah. pasien
reinforcement 5. Memberi memasukkan ke
jadwal harian.
positif kepada kesempartan
pasien. keluarga untuk
6. Rencana tindak mempraktikkannya.
lanjut perawat : 6. Memberi
Menganjurkan reinforcement
pasien positif kepada
memasukkan ke keluarga pasien.
jadwal harian.
7. Rencana tindak
lanjut perawat :
Menganjurkan
pasien
memasukkan ke
jadwal harian.

c. Diagnosa Ansietas

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5

SP 1 : SP 2 : SP 3 : SP 4 : SP 5 :
1. Membantu pasien 1. Mengajarkan 1. Menjelaskan cara Melibatkan 1. Membuat
untuk tekhnik perencanaan
tekhnik keluarga
mengidentifikasi distraksi untuk pulang
dan meningkatkan relaksasi 1. Melatih keluarga bersama
menguraikan keluarga.
hipnotis 5 jari.
perasaannya. control dan 2. Membantu mempraktikkan 2. Memberi
2. Menjelaskan percaya diri. pasien cara merawat reinforcement
situasi, dan 2. Memotivasi mempraktikkan pasien dengan positif kepada
penyebab dari pasien untuk tekhnik ansietas kepada pasien dan
anseitas. melakukan relaksasi pasien. keluarga
3. Mengajarkan tekhik distraksi hipnotis 5 jari. 2. Memberi pasien.
pasien teknik setiap kali 3. Memberi reinforcement
relaksasi nafas ansietas reinforcement positif kepada
dalam untuk muncul. positif pasien dan
meningkatkan 3. Memberi kepada keluarga
control dan reinforcement pasien. pasien.
percaya diri. positif 4. Rencana tindak 3. Rencana tindak
4. Memberi kepada lanjut perawat :
lanjut perawat :
Menganjurkan
reinforcement pasien. Menganjurkan pasien
positif kepada 4. Rencana tindak pasien memasukkan
ke jadwal
pasien. lanjut perawat : memasukkan ke
harian.
5. Rencana tindak jadwal harian.
Menganjurkan
lanjut perawat : pasien
Menganjurkan memasukkan ke
pasien jadwal harian.
memasukkan ke
jadwal harian.

Anda mungkin juga menyukai