Anda di halaman 1dari 1

Southeast Asia on Cinema

(Reynaldo / 2301856466)

Bagaimana cara memasarkan film pada tahun 1945 – 1998 yang beredar di asia tenggara untuk
ras yang berbeda jadi bagaimana mereka dapat menonton film dalam Bahasa mereka ?
“Pada dasarnya ada sebuah perusahaan, yang merekam film versi cina, dan kemudian mereka merekam
lagi dengan versi melayu tapi semuanya bahkan setnya sama tapi dengan aktor yang berbeda tapi ga
merubah characternya hanya saja bahasanya. Lalu untuk memasarkan film berdasarkan Bahasa studio itu
semua jenis studio cina di tempat pertama membuat film dalam Bahasa melayu, dan pada saat itu semakin
besar penontonnya adalah orang melayu, jadi mereka membuat film melayu tapi mereka juga mempunyai
penghasilan kedua aliran yang membuat film dalam Bahasa mandarin atau Bahasa kanton lalu film akan
beredar secara yang lebih luas di seluruh asia timur bahkan asia tenggara” Dr Gaik Cheng Khoo.

Apa factor penting yang menghambat perkembangan indusri film di asia tenggara ?
“Di satu sisi ketika kita melihat film asia tenggara berkembang pesat jika kita membandingkannya mungkin
20 – 30 tahun yang lalu kita melihat begitu banyak pertumbuhan , Di Filipina ada tempat begitu banyak
film produksi namun belum banyak dari mereka dilihat oleh orang banyak karena cara kami memproduksi
secara berlebihan film tapi setidaknya itu di Filipina kita punya mungkin kurang dari 10 festival besar besar
atau hampir 20 festival film kecil yang diadakan di Filipina yang kami adakan seperti banyak produksi
indipenden yang bervariasi tingkat kemandirian seperti produksi kecil yang besar, jadi ada dua area yang
penting perlu di perhatikan , yaitu jadi yang kita produksi itu benar – benar ada kebutuhan untuk
memikirkan kembali aspek dari distribusi dan pameran yang menurut saya belum bisa mengikuti
perkembangan, dan di produksi banyak sekali anak muda yang mau untuk menjadi pembuat film, tetapi
maksudnya apa yang terjadi setelah film nya dibuat, jadi bagian distribusinya, itu bagian sangat penting
tidak terlalu cukup di perhatikan oleh pemangku kepentingan khususnya di negara dengan bioskop lebih
kecil, seperti ada banyak pensensoran di Filipina jadi beruntung meskipun ada represi , meskipun represi
pembuat film Filipina telah membuat film banteng, ini juga karena kita punya tradisi semacam di
berdayakan untuk terus lakuin, kita banyak memiliki pembuat film yang harus diperhatikan, contoh kaya
laos tidak boleh buat film horror dalam hukum komunis.” Pattrick

Apakah film-film Asia Tenggara bisa bersaing dengan film dari Hollywood atau kontinen
lainnya? Jika di lihat dari segi pemasaran, tentunya Hollywood yang pemasarannya lebih universal dan
beredar di macam-macam kontinen termasuk Asia Tenggara, tentunya perlu waktu untuk Asia Tenggara
untuk bisa menyaingi pemasaran Hollywood. Tetapi jika di lihat dari segi kualitas visual film-film Asia
Tenggara mulai menyaingi Hollywood. Banyak sekali film Asia tenggara yang box office seperti The Night
Comes for Us, Gundala, Furie dari Vietnam, bahkan film Thailand yang mulai ke barat – baratan, dan
disediakan juga platform seperti Netflix. Dan bahkan Marlina the Murderer in Four Acts tayang di festival
cannes selama 12 tahun terakhir, setelah Tjoet Nja Dhien pada pada 1988.

Anda mungkin juga menyukai