Tugas Filsafat 1 DVT
Tugas Filsafat 1 DVT
Oleh :
1971011003
Pembimbing :
Dr. dr. Tjokorda Gde Bagus Mahadewa, M.Kes, Sp.BS(K)Spinal, FICS, FINS
Halaman depan........................................................................................................... i
Daftar isi..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
BAB II ISI.................................................................................................................. 2
2.1 Filsafat Ilmu............................................................................................. 2
2.2 Ontologi.................................................................................................... 3
2.3 Epistemologi............................................................................................. 4
2.4 Aksiologi ...................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat dan kedokteran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Hal ini disebabkan karena kedua aspek tersebut secara tidak langsung memiliki
hubungan yang sangat erat. Peran filsafat dalam ilmu kedokteran dilandasi oleh
tuntuan seorang dokter untuk tidak hanya memperhatikan pasien dari aspek fisik,
tetapi juga memahami pasien sebagai manusia seutuhnya. Selain itu, Filsafat ilmu
berperan sebagai landasan dalam pengembangan dan kemajuan ilmu kedokteran.
1
BAB II
ISI
Kegunaan dan manfaat dari filsafat ilmu mencakup pada tiga hal,
antara lain:4
2
aksiologi yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan satu sama
lain.1,4,5
2.2 Ontologi
Ontologi merupakan bagian filsafat yang paling umum, atau bagian
dari metafisika, dan metafisika adalah salah satu bab dari filsafat. Ontologi secara
etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On (Ontos) yang berarti ada dan logos
yang berarti ilmu sehingga ontologi secara harafiah berarti ilmu mengenai yang
ada. Menurut Aristoteles, ontologi adalah pembahasan mengenai hal ada sebagai
hal ada atau hal ada sebagai demikian mengalami perubahan yang dalam
sehubungan dengan objeknya. Telaah ontologis akan menjawab beberapa
pertanyaan antara lain: 1,5,6
1. Apakah objek ilmu yang akan ditelaah?
2. Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut?
3
sudut pandang, tetapi juga secara multidimensional atau secara
keseluruhan/holistik); radikal (diuraikan sampai akar persoalannya atau
esensinya); universal (muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku
di mana saja). Kaedah-kaedah tersebut perlu diperhatikan karena kesalahan suatu
asumsi akan melahirkan teori, metodologi dan keilmuan yang salah pula.4
2.3 Epistemologi
4
pengetahuan filsafat adalah logis atau tidaknya suatu pengetahuan atau teori
tersebut.8
5
menyusun pengetahuan secara benar yang akan digunakan sebagai alat untuk
meramalkan dan mengontrol gejala alam. Untuk bisa meramalkan atau
mengontrol sesuatu, tentulah kita harus menguasai pengetahuan yang
menjelaskan peristiwa itu, dengan demikian maka penelaahan ilmiah diarahkan
kepada usaha untuk mendapatkan penjelasan mengenai berbagai gejala alam.
2.4 Aksiologi
Aksiologi secara etimologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu axios
yang berarti nilai dan logos yang berarti ilmu sehingga aksiologi didefinisikan
sebagai ilmu tentang nilai atau teori nilai. Menurut istilah, aksiologi berarti ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan.
Dari kedua definisi tersebut dapat dipahami bahwa nilai merupakan titik berat
utama aksiologi.1,4,6
Bidang aksiologi membahas tentang nilai suatu pengetahuan. Semua
pengetahuan memiliki tujuan obyektif, yaitu untuk mendapatkan kebenaran.
Maka nilai dari pengetahuan atau ilmu adalah untuk mendapatkan kebenaran. Hal
ini terlepas dari kebenaran yang didapatkan untuk tujuan apa. Apakah untuk
memperbaiki atau untuk merusak diri.9
Dalam encyclopedia of philosophy, aksiologi disamakan dengan
value (nilai) dan valuation (dinilai). Nilai dibagi menjadi 2 disiplin filsafat yaitu
etika yang merefleksikan nilai-nilai moral yang membahas mengenai nilai
kebenaran antara baik dan tidak baik serta nilai-nilai estetika yang merefleksikan
nilai-nilai estetis yang akan mengupas tentang nilai keindahan atau kejelekan dan
berkaitan erat dengan karya seni. nilai dapat bersifat subjektif dan objektif
tergantung pada perasaan dan intelektualitas. Suatu nilai dikatakan objektif
apabila tidak tergantung pada kebenaran individu melainkan objektivitas fakta.
Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi
penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian
nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi
manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada sukaatau tidak suka,
6
senang atau tidak senang. Nilai juga memiliki karakteristik yang bersifat abstrak
(merupakan kualitas), inheren pada objek, bipolaritas yaitu baik/buruk,
indah/jelek, benar/salah; dan bersifat hirarkhis; nilai kesenangan, nilai vital, nilai
kerohanian. 2,10,11
Secara teoritis, nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika
dan estetika. Etika memiliki dua arti yaitu kumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan manusia, dan predikat yang dipakai untuk
membedakan perbuatan, tingkah laku, atau yang lainnya. Sedangkan estetika
selalu membicarakan permasalahan, pertanyaan, dan isu-isu tentang keindahan,
ruang lingkupnya, nilai, pengalaman, perilaku pemikiran seniman, seni, serta
persoalan estetika dan seni dalam kehidupan manusia.11
7
BAB III
PENUTUP
8
DAFTAR PUSTAKA
10. Adian DG. Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan: Dari David Ume Sampai
Thomas Kuhn. Jakarta; 2002.
11. Abadi TW. Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika. Kanal (Jurnal Ilmu
Komunikasi) 4 (2), Maret 2016, 187-204.