Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH ILMIAH

“KAITAN KODE ETIK DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN INTERNAL


DENGAN ETIKA PANCASILA”

DOSEN PENGAMPU:
Fransisca Ully Marshinta, S.Sos., M.Hum
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

1. Miptahul Jannah (062030501366) 8. Rico Ardian Putra (062030501372)


2. Muhammad Gilbran Elyus 9. Sandrina Maura Putri
(062030501367) (062030501373)
3. Nadilah Saputri (062030501368) 10. Shella Cindy Permata
4. Nur Riqa Andini (062030501369) (062030501374)
5. Nyimas Dian Puspita 11. Tasya Putri Nuria (062030501375)
(062030501370) 12. Ulva Dwi Anggaraini
6. Rafika Febriyani (062030500180) (062030501376)
7. Revita Charisma Putri
(062030501371)

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya lah, kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah kami yang berjudul “KAITAN KODE ETIK DAN ETIKA
PROFESI AKUNTAN INTERNAL DENGAN ETIKA PANCASILA”. Sebuah makalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila.
Makalah ini kami buat untuk memberikan gambaran tentang materi pancasila dan
penjelasannya. Mudah- mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan
pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam
menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fransisca Ully
Marshinta, S.Sos., M.Hum, selaku dosen pengampu. Kepada pihak yang sudah menolong
turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan
banyak terima kasih.

Palembang, 24 Mei 2021

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Etika Pancasila...........................................................................................................4
1.1 Pengertian Etika..................................................................................................4
1.2 Aliran-Aliran Dalam Etika..................................................................................5
1.3 Etika Pancasila....................................................................................................6
1.4 Pancasila Sebagai Solusi Persoalan Bangsa dan Negara Dalam Studi Kasus
Korupsi................................................................................................................7
B. Kode Etik Akuntan.....................................................................................................8
2.1. Pengertian Kode Etik Akuntansi.........................................................................8
2.2. Jenis-Jenis Profesi Akuntansi..............................................................................9
2.3. Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia.................................................9
2.4. Garis Besar Kode Etik dan Perilaku Profesional................................................10
2.5. Aturan Etika........................................................................................................11
2.6. RUU Profesi Akuntan.........................................................................................13
2.7. Aplikasi Kode Etik..............................................................................................13
C. Etika Profesi Akuntan................................................................................................14
3.1. Pengertian Etika Profesi......................................................................................14
3.2. Kode Etik Teknisi Akuntansi..............................................................................14
3.3. Prinsip-Prinsip Etika Profesi Akuntansi..............................................................15
D. Kaitan Kode Etik dan Etika Profesi Akuntan Internal Dengan Etika Pancasila........16
4.1. Pengertian Kaitan Kode Etik dan Etika Profesi Akuntan Internal Dengan
Etika Pancasila....................................................................................................16
4.2. Hubungan Pendidikan Pancasila Pada Kode Etik Profesi Akuntan Internal......17
4.3. Peran Etika Pada Profesi Akuntan Internal.........................................................20
4.4. Kasus Isu Tentang Kode Etik Profesi Akuntan Internal Terhadap
Etika Pancasila....................................................................................................21
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................25
Kesimpulan........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................26
LAMPIRAN....................................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pancasila memiliki bermacam-macam fungsi dan
kedudukan, antara lain sebagai dasar negara,
pandangan hidup bangsa, ideologi negara, jiwa dan
kepribadian bangsa. Pancasila juga sangat saratakan
nilai, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan. Oleh karena itu,
pancasila secara normative dapat dijadikan sebagai
suatu acuan atas tindakan baik, dan secara filosofis
dapat dijadikan perspektif kajian atas nilai dan
norma yang berkembang dalam masyarakat. Sebagai
suatu nilai yang terpisah satu sama lain, nilai- nilai
tersebut bersifat universal, dapat ditemukan
dimanapun dan kapanpun. Meskipun para perumus
Pancasila mendapat pendidikan dari barat, namun
perumusan pancasila digali dan bersumber dari
agama, adat dan kebudayaan yang hidup di
Indonesia. Oleh karena itu, pancasila pada awalnya
merupakan consensus politik yang
memberidasarbagiberdirinya Negara Indonesia,
berkembangmenjadi consensus moral yang
digunakan sebagai sistemetika yang digunakan
untuk mengkaji moralitas bangsa dalam konteks
hubungan berbangsa dan bernegara.

Etika Profesi Akuntansi merupakan suatu ilmu yang


membahas perilaku perbuatan baik dan buruk
manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan
pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus sebagai Akuntan. Dalam
menjalankan profesi sebagai seorang akuntan harus
dengan sadar menjalankan tugas, hak, kewajiban
dan fungsinya. Namun, menjad iseorang akuntan
bukanlah hal yang mudah.

Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki


komitmen moral yang tinggi yang biasanya
dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang
menjadi pegangan bagi setiap orang yang
mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan
ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau
mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut
sebagai kodeetik yang harus dipenuhi dan ditaati
oleh setiap profesi. Adapun kodeetik yang harus
dipenuhi oleh seorang akuntan akan dibahas dalam
makalah ini.

Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan


1
akuntan, adil dan transparan.Hal ini semakin mempengaruhi
memperoleh kepercayaan terhadap profesi akuntan dan
kepercayaan masyarakat semakin menyangsikan komitmen
dari klien dan akuntan terhadap kode etik profesinya.
para pemakai
laporan Berkaitan dengan hal itu, sikap independensi sangat
keuangan untuk diperlukan. independensi merupakan sikap mental,
membuktikan yang berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan
kewajaran dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya
laporan pertimbangan yang obyektif tidak memihak di dalam
keuangan yang diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya. Serta
disusun dan Independensi merupakan penampilan yang berarti
disajikan oleh adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik
klien. Kode bertindak independen sehingga akuntan
etik akuntan
indonesia
dalam pasal 1
ayat (2) adalah
berisi tentang
setiap anggota
harus
mempertahank
an integritas
dan objektifitas
dalam
melaksanakan
tugasnya
tentang kualitas
atau mutu jasa
yang diberikan.

Pelanggaran-
pelanggaran
seakan menjadi
titik tolak bagi
masyarakat
pemakai jasa
profesi akuntan
publik untuk
menuntut
mereka bekerja
secara lebih
profesional
dengan
mengedepanka
n integritas diri
dan profesinya
sehingga hasil
laporannya
benar-benar
2
publik harus menghindari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan
kebebasannya.

Kembali ke Pancasila, sebagai sebuah pandangan hidup, Pancasila mengandung konsep dasar
mengenai kehidupan yang dicita-citakan, pikiran-pikiran yang terdalam dan gagasan
mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik . Untuk itulah perlu menanamkan atau
menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut kedalam setiap diri
pribadi manusia Indonesia termasuk Aparatur Pengawas Internal Pemerintah (APIP). APIP
merupakan instansi pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi dalam melakukan
pengawasan.

Dalam realisasi pelaksanannya, fungsi pengawasan yang dilakukan APIP sampai saat ini
dilaksanakan melalui peran pemeriksaan, peran konsultansi, peran katalisator dan
pendampingan manajemen. Ketiga peran tersebut telah dilaksanakan oleh APIP dengan
menggunakan segenap sumber daya yang telah disediakan yaitu sumber daya manusia
auditor, sumber dana (anggaran), serta sarana dan prasarana pengawasan yang diperlukan.
Berbicara mengenai sumber daya manusia auditor ternyata menumbuhkan semangat korsa
profesi auditor untuk membentuk suatu wadah profesi, untuk itulah kemudian lahir Asosiasi
Auditor Internal Pemerintah (AAIPI). Asosiasi ini lahir setelah diadakannya konferensi
Auditor yang memiliki begitu banyak diskusi panjang dan strategis dalam merapatkan barisan
APIP yang diinisiasi oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangungan (BPKP).

Dalam konferensi tersebut setidaknya menghasilkan beberapa agenda penting salah satunya
adalah mengenai pedoman telaah sejawat AAIPI. Pada saat pelaksanaan konferensi ternyata
memunculkan begitu banyak masukan dan saran dalam perumusan konsep pedoman oleh
berbagai Sumber Daya Manusia (SDM) yang hadir. Namun sebagian besar peserta
mengarahkan untuk mengacu pada International Standard For The Professional Internal
Auditing (Institut of Internal Auditors), Quality Assessment Manual for The Internal Audit
Activity yang notabene merupakan standar audit asing yang berlaku universal. Kembali ke
konsep pandangan hidup Pancasila, dalam proses perumusan suatu konsep, pengaruh model
yang akan dijadikan acuan khususnya bersumber dari luar (asing) tidak bisa secara mentah-
mentah diadopsi. Perlu melewati tahapan penyesuaian dan adaptasi terhadap nilai-nilai yang
hidup dan berkembang dalam suatu negara, terlebih di negara Indonesia yang notabene
memiliki begitu banyak nilai-nilai luhur .

Inilah salah satu esensi penerimaan kita sebagai bangsa atas kesepakatan menjadikan
Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup berbangsa dan bernegara. Esensi penerimaan
ini patut dilayangkan pada semua bidang kehidupan, termasuk profesi auditor. Arah
kemajuan dan pengembangan profesi auditor semestinya harus selaras dengan nilai-nilai
mulia Pancasila.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu etika?
2. Apa saja aliran-aliran dalam etika?
3. Apa itu etika pancasila?
4. Apa itu pancasila sebagai solusi persoalan bangsa dan Negara dalam studi kasus korupsi?
5. Apakah pengertian Kode Etik Akuntan?
6. Apa jenis-jenis profesi akuntan?
7. Apakah Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia
8. Apa Garis Besar Kode Etik Dan Perilaku Professional ?
9. Apakah aturan Etika dalam Akuntan?
10. Apakah RUU profesi akuntan?
11. Apakah yang dimaksud dengan Etika Profesi Akuntansi?
12. Bagaimanakah tujuan Profesi Teknisi Akuntansi?
13. Apa sajakah prinsip-prinsip Etika Profesi Akuntansi?
14. Apa yang dimaksud kode etik dan etika profesi akuntan internal dengan etika pancasila?
15. Apa hubungan pendidikan pancasila terhadap kode etik profesi akuntan internal?
16. Bagaimana peran etika pada profesi akuntan internal?
17. Apa yang melatarbelakangi kasus isu tentang kode etik profesi akuntan internal?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu etika.
2. Untuk mengetahui aliran-aliran yang terdapat dalam etika.
3. Untuk mengetahui tentang etika pancasila.
4. Untuk mengetahui apa itu pancasila sebagai solusi persoalan bangsa dan Negara dalam
studi kasus korupsi.
5. Untuk menjelaskan pengertian Kode Etik Akuntan
6. Untuk menjelaskan jenis-jenis profesi akuntan
7. Untuk menjelaskan Prinsip Etika profesi Ikatan Akuntan Indonesia
8. Untuk mengetahui Garis Besar Kode Etik Dan Perilaku Professional
9. Untuk menjelaskan aturan Etika dalam Akuntan
10. Untuk menjelaskan RUU akuntan
11. Untuk menunaikan kewajiban sebagai peserta didik yaitu menyelesaikan tugas yang telah
diberikan ibu guru kepada kami.
12. Untuk memahami bagaimanakah sebenarnya Etika Profesi itu.
13. Untuk mengetahui penjelasan mengenai kode etik dan etika profesi akuntan internal
dengan etika pancasila.
14. Untuk mengetahui hubungan pendidikan pancasila terhadap kode etik profesi akuntan
internal.
15. Untuk mengetahui peran etika pada profesi akuntan internal.
16. Untuk mengetahui latar belakang terlibatnya profesi akuntan internal terhadap kasus
yang dilatari pendidikan pancasila.

D. Manfaat Penulisan
1. Sebagai referensi bagi semua pihak yang bernaung dibawah dunia pendidikan maupun
yang berkaitan untuk menciptakan dan menerapkan kode etik dan etika profesi akuntan
internal sesuai etika pancasila
2. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menerapkan etika profesi
akuntan internal sesuai etika pancasila
3. Sebagai masukan bagi penulis untuk menambah wawasan dan memperoleh gambaran
nyata mengenai kaitan kode etik dan etika profesi akuntan internal dengan etika
pancasila
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA PANCASILA
1.1 Pengertian Etika
Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, dalam bentuk
tunggal artinya padang rumput, kebiasaan, adat, watak, dan lain-lain, dan dalam bentuk
jamak artinya kebiasaan. Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang kebiasaan. Istilah ini identik dengan moral yang berasal dari bahasa Latin, mos yang
jamaknya mores, yang juga berarti adat atau cara hidup. Dalam bahasa Indonesia, moral
diterjemahkan dengan arti susila. Moral ialah ide-ide yang umum diterima tentang tindakan
manusia, mana yang baik dan wajar. Etika lebih bersifat teori, sedangkan moral menyatakan
ukuran. Meskipun kata etika dan moral memiliki kesamaan arti, dalam pemakaian sehari-hari
dua kata ini digunakan secara berbeda.
Moral atau moralitas digunakan untuk pembuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika
digunakan untuk mengkaji sistem nilai yang ada (Zubair, 1987: 13). Dalam bahasa Arab,
padanan kata etika adalah akhlak yang merupakan kata jamak khuluk yang berarti perangai,
tingkah laku atau tabiat (Zakky, 2008: 20). Menurut Dr.H. Hamzah Ya’cub dalam buku etika
islam, etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh dapat diketahui oleh akal
pikiran. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987).

1.2 Aliran-aliran Dalam Etika


Dalam kajian etika dikenal ada tiga teori/aliran besar, yaitu deontologi, teleologi dan
keutamaan. Setiap aliran memiliki sudut pandang sendiri-sendiri dalam menilai apakah suatu
perbuatan diakatakan baik atau buruk.
1. Etika Deontologi
Etika deontologi memandang bahwa tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan apakah
tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika deontologi tidak mempersoalkan
akibat dari tindakan tersebut, baik atau buruk. Kebaikan adalah ketika seseorang
melaksanakan apa yang sudah menjadi kewajibannya. Tokoh yang mengemukakan teori ini
adalah Immanuel Kant (1734-1804). Kan menolak akibat suatu tindakan tersebut karena
akibat tadi tidak menjamin universalitas dan konsistensi dalam bertindak dan menilai suatu
tindakan (Keraf, 2002: 9). Kewajiban moral sebagai manifestasi hukum moraladalah sesuatu
yang sudah tertanam dalam setiap diri pribadi manusia yang bersifat universal.
Kewajiban moral untuk tidak melakukan korupsi, misalnya, merupakan tindakan tanpa
syarat yang harus dilakukan oleh setiap orang. Bukan karena hasil atau adanya tujuan-tujuan
tertentu yang akan diraih, namun karena secara moral setiap orang sudah memahami bahwa
korupsi adalah tindakan yang dinilai buruk oleh siapapun. Etika deontologi menekankan
bahwa kebijakan/tindakan harus didasari oleh motivasi dan kemauan baik dari dalam diri,
tanpa mengharapkan pamrih apapun dari tindakan yang dilakukan (Kuswanjono, 2008: 7).
Ukuran kebaikan dalam etika deontologi adalah kewajiban, kemauan baik, kerja keras, dan
otonomi bebas.
2. Etika Teleologi
Pandangan etika teleologi berkebalikan dengan etika deontologi, yaitu bahwa baik buruk
suatu tindakan dilihat berdasarkan tujuan atau akibat dari perbuatan itu. Jawaban yang
diberikan oleh etika teologi bersifat situasional yaitu memilih mana yang membawa akibat
baik meskipun harus melanggar kewajiban, nilai norma yang lain. Etika teleologi dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu egoisme etnis dan utilitarianisme.
Egoisme etnis memandang bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang berakibat
baik untuk pelakunya. Secara moral setiap orang dibenarkan mengejar kebahagiaan untuk
dirinya dan dianggap salah atau buruk apabila membiarkan dirinya sengsara dan dirugikan.
a. Utilitarianisme menilai bahwa baik buruknya suatu perbuatan tergantung bagaimana
akibatnya terhadap banyak orang. Tindakan dikatakan baik apabila mendatangkan
kemanfaatan yang besar dan memberikan kemanfaatan bagi banyak orang. Etika
utilitarianisme lebih bersifat realistis,terbuka terhadap beragam alternatif tindakan dan
berorientasi pada kemanfaatan yang besar dan yang menguntungkan banyak orang.Ada
enam kelemahan utilitarisme, yaitu:
1. Karena alasan kemanfaatan untuk orang banyak berarti akan ada sebagian
masyarakat yang dirugikan, dan itu dibenarkan. Dengan demikian utilitarianisme
membenarkan adanya ketidakadilan terutama terhadap minoritas.
2. Dalam kenyataan praktis, masyarakat lebih melihat kemanfaatan itu dari sisi yang
kuantitas- materialistis, kurang memperhitungkan manfaat yang non-material seperti
kasih sayang, nama baik, hak dan lain-lain.
3. Karena kemanfaatan yang banyak diharapkan dari segi material yang tentu terkait
dengan masalah ekonomi, maka untuk atas nama ekonomi tersebut hal-hal yang
ideal seperti nasionalisme, martabat bangsa akan terabaikan, misal atas nama
memasukkan investor asing aset-aset negara dijual kepada pihak asing, atau atas
nama meningkatkan devisa negara pengiriman TKW ditingkatkan. Hal yang
menimbulkan problem besar adalah ketika lingkungan dirusak atas nama untuk
menyejahterakan masyarakat.
4. Kemanfaatan yang dipandang oleh etika utilitarianisme sering dilihat dalam jangka
pendek, tidak melihat akibat jangka panjang. Padahal, misal dalam persoalan
lingkungan, kebijakan yang dilakukan sekarang akan memberikan dampak negatif
pada masa yang akan datang.
5. Karena etika utilitarianisme tidak menganggap penting nilai dan norma, tapi lebih
pada orientasi hasil, maka tindakan yang melanggar nilai dan norma atas nama
kemanfaatan yang besar, misalnya perjudian/prostitusi, dapat dibenarkan.
6. Etika utilitarianisme mengalami kesulitan menentukan mana yang lebih diutamakan
kemanfaatan yang besar namun dirasakan oleh sedikit masyarakat atau kemanfaatan
yang lebih banyak dirasakan banyak orang meskipun kemanfaatannya kecil.
Menyadari kelemahan itu, etika utilitarianisme membedakannya dalam dua tingkatan,
yaitu utilitarianisme aturan dan tindakan. Atas dasar ini, maka pertama, setiap kebijakan dan
tindakan harus dicek apakah bertentangan dengan nilai dan norma atau tidak. Kalau
bertentangan maka kebijakan dan tindakan tersebut harus ditolak meskipun memiliki
kemanfaatan yang besar. Kedua, kemanfaatan harus dilihat tidak hanya yang bersifat fisik
saja tetapi juga yang non-fisik seperti kerusakan mental, moralitas, kerusakan lingkungan
dsb. Ketiga, terhadap masyarakat yang dirugikan perlu pendekatan personal dan kompensasi
yang memadai untuk memperkecil kerugian material dan non-material.
3. Etika Keutamaan
Etika ini tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, tidak juga mendasarkan pada
penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal, tetapi pada pengembangan
karakter moral pada diri setiap orang. Karakter moral ini dibangun dengan cara meneladani
perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh para tokoh besar. Internalisasi ini dapat
dibangun melalui cerita, sejarah yang didalamnya mengandung nilai-nilai keutamaan agar
dihayati dan ditiru oleh masyarakatnya. Kelemahan etika ini adalah ketika terjadi didalam
masyarakat yang majemuk, maka tokoh-tokoh yang dijadikan panutan juga beragam sehingga
konsep keutamaan menjadi sangat beragam pula, dan keadaan ini dikhawatirkan akan
menimbulkan benturan sosial.
Kelemahan etika keutamaan dapat diatasi dengan cara mengarahkan keteladanan tidak pada
figur tokoh, tetapi pada perbuatan baik yang dilakukan oleh tokoh itu sendiri, sehingga akan
ditemukan prinsip-prinsip umum tentang karakter bermoral itu seperti apa.
1.3. Etika Pancasila
Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai
Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Suatu
perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan dengan nilai-nilai tersebut,
namun juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai Pancasila tersebut. Nilai-nilai Pancasila
meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun
adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya nilai-nilai Pancasila juga bersifat
universal yaitu dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun. Rumusan Pancasila yang otentik
dimuat dalam Pembukan UUD 1945 alinea keempat. Dalam penjelasan UUD 1945 yang
disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa “pokok- pokok pikiran yang termuat dalam
Pembukaan (ada empat, yaitu persatuan, keadilan, kerakyatan dan ketuhanan menurut
kemanusiaan yang adildan beradab) dijabarkan ke dalam pasal-pasal Batang Tubuh. Dan
menurut TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 dikatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum.
Hakikat Pancasila pada dasarnya merupakan satu sila yaitu gotong royong atau cinta kasih
dimana sila tersebut melekat pada setiap insan, maka nilai-nilai Pancasila identik dengan
kodrat manusia. oleh sebab itu penyelenggaraan Negara yang dilakukan oleh pemerintah
tidak boleh bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, terutama manusia yang tinggal
diwilayah nusantara.Pancasila adalah hasil kompromi nasional dan pernyataan resmi bahwa
bangsa Indonesia menempatkan kedudukan setiap warga negara secara sama, tanpa
membedakan antara penganut agama mayoritas maupun minoritas. Selain itu juga tidak
membedakan unsur lain seperti gender, budaya, dan daerah. Nilai-nilai Pancasila bersifat
universal yang memperlihatkan napas humanisme, karenanya Pancasila dapat dengan mudah
diterima oleh siapa saja.
Di dalam Pancasila terdapat nilai-nilai dan makna-makna yang dapat di implementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara garis besar mengandung makna
bahwa Negara melindungi setiap pemeluk agama (yang tentu saja agama diakui di
Indonesia) untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran agamanya. Tanpa ada
paksaan dari siapa pun untuk memeluk agama, bukan mendirikan suatu agama. Tidak
memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain. Menjamin
berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama. Dan bertoleransi dalam
beragama, yakni saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung makna bahwa setiap
warga Negara mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, karena Indonesia
berdasarkan atas Negara hukum. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia. Menempatkan manusia sesuai dengan
hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Bertingkah
laku sesuai dengan adab dan norma yang berlaku di masyarakat.
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa seluruh penduduk yang
mendiami seluruh pulau yang ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa pernah
membedakan suku, agama ras bahkan adat istiadat atau kebudayaan. Penduduk Indonesia
adalah satu yakni satu bangsa Indonesia. cinta terhadap bangsa dan tanah air. Menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Rela berkorban demi bangsa dan negara.
Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.
4. Sila Keempat: Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Mengandung maksud bahwa setiap pengambilan
keputusan hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat, bukan hanya
mementingkan segelintir golongan saja yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan
anarkisme. tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Melakukan musyawarah,
artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan
bersama. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
5. Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia. Mengandung maksud
bahwa setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak sesuai
dengan amanat UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan. mengandung arti bersikap adil
terhadap sesama, menghormati dan menghargai hak-hak orang lain. Kemakmuran yang
merata bagi seluruh rakyat. Seluruh kekayaan alam dan isinya dipergunakan bagi
kepentingan bersama menurut potensi masing-masing. Segala usaha diarahkan kepada
potensi rakyat, memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga
kesejahteraan tercapai secara merata. Penghidupan disini tidak hanya hak untuk hidup,
akan tetapi juga kesetaraan dalam hal mengenyam pendidikan. Apabila nilai-nilai yang
terkandung dalam butir-butir Pancasila di terapkan di dalam kehidupan sehari-hari maka
tidak akan ada lagi kita temukan di Negara kita yang namanya ketidak adilan, terorisme,
koruptor, serta kemiskinan. Karena di dalam Pancasila sudah tercemin semua norma-
norma yang menjadi dasar dan ideologi bangsa dan Negara. Sehingga tercapailah cita-
cita sang perumus Pancasila yaitu menjadikan Pancasila menjadi jalan keluar dalam
menuntaskan permasalahan bangsa dan Negara.

1.4 Pancasila Sebagai Solusi Persoalan Bangsa dan Negara Dalam Studi Kasus Korupsi
Moralitas individu dan sosial memiliki hubungan sangat erat bahkan saling tarik-menarik
dan mempengaruhi. Moralitas individu dapat dipengaruhi moralitas sosial, demikian pula
sebaliknya. Seseorang yang moralitas individunya baik ketika hidup dilingkungan masyarakat
yang bermoral buruk bisa saja dapat terpengaruh. Kenyataan seperti ini seringkali terjadi
pada lingkungan pekerjaan. Ketika lingkungan pekerjaan berisi orang-orang yang bermoral
buruk, maka orang yang bermoral baik akan dikucilkan atau diperlakukan tidak adil. Seorang
yang moral individunya lemah akan terpengaruh untuk menyesuaikan diri dan mengikuti.
Namun sebaliknya, seseorang yang memiliki moralitas individu baik akan tidak terpengaruh
bahkan dapat mempengaruhi lingkungan yang bermoral buruk tersebut.
Nilai-nilai pancasila apabila betul-betul dipahami, dihayati, dan diamalkan tentu mampu
menurunkan angka korupsi. Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
apabila bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai makhluk Tuhan, tentu tidak akan
mudah menjatuhkan martabat dirinya ke dalam kehinaan dengan melakukan korupsi.
Perbuatan korupsi terjadi karena hilangnya kontrol diri dan ketidakmampuan untuk menahan
diri melakukan kejahatan. Kebahagiaan material dianggap segala-galanya dibanding
kebahagiaan spiritual yang lebih agung, mendalam, dan jangka panjang. Keinginan
mendapatkan kekayaan dan kedudukan secara cepat menjadikan nilai-nilai agama
dikesampingkan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna tentu tidak
akan merendahkan dirinya diperhamba oleh harta, namun akan menyerahkan diri sebagai
hamba Tuhan. Buah dari pemahaman dan penghayatan nilai ketuhanan ini adalah kerelaan
untuk diatur Tuhan, melakukan yang diperintahkan, dan meninggalkan yang dilarang-Nya.
Penanaman satu nilai tentunya tidak cukup dan memang tidak bisa dalam konteks
Pancasila, karena nilai-nilai Pancasila merupakan kesatuan organis yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain. Dengan demikian, akan menjadi kekuatan moral
besar manakala keseluruhan nilai Pancasila yang meliputi nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan dijadikan landasan moril dalam seluruh kehidupan
berbangsa dan bernegara, terutama dalam pemberantasan korupsi.
Penanaman nilai pancasila tersebut paling efektif adalah melalui pendidikan dan media.
Pendidikan informal di keluarga harus menjadi landasan utama dan kemudian didukung oleh
pendidikan formal di sekolah dan non-formal di masyarakat. Peran media juga sangat penting
karena memiliki daya jangkau dan daya pengaruh yang sangat kuat bagi masyarakat. Media
harus memiliki visi dan misi mendidik bangsa dan membangun karakter masyarakat yang
maju namun tetap berkepribadian Indonesia.

B. KODE ETIK AKUNTAN


2.1 Pengertian Kode Etik Akuntansi
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Kode Etik Akuntan Indonesia, yaitu norma perilaku etika akuntan di Indonesia dalam
memenuhi tanggung jawab profesinya yang mengatur hubungan antara akuntan publik
dengan klien, antara akuntan publik dengan rekan sejawat dan antara profesi dengan
masyarakat. Etika profesi terdiri dari lima dimensi yaitu kepribadian, kecakapan profesional,
tangung jawab, pelaksanaan kode etik, penafsiran dan penyempurnaan kode etik.
Sedangkan kode etik akuntansi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi akuntansi. Kode
etik akuntansi dapat menjadi penyeimbang segi-segi negatif dari profesi akuntansi, sehingga
kode etik bagai kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus
menjamin mutu moral profesi akuntansi dimata masyarakat.
Kantor AkuntanPublik (KAP) adalah suatubentukorganisasiakuntanpublik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berusaha di bidang
pemberian jasa professional dalam praktik akuntan public.IAI (IkatanAkuntan Indonesia)
adalah wadah organisasi profesi akuntan Indonesia yang diakui pemerintah.
Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai
atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi:
1. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
2. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa
Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi
3. Kualitas Jasa,Terdapat keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan
diberikan dengan standar kinerja tertinggi
4. Kepercayaan,Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat
kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
Dua sasaran pokok dari kode etik yaitu:
1. Kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh
kelalaian baik secara disengaja ataupun tidak disengaja dari kaum profesional,
2. kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut dari perilaku buruk
orang-orang yang mengaku diri profesional.

2.2 Jenis-Jenis Profesi Akuntan:


1. Akuntan Publik
Akuntan publik merupakan satu-satunya profesi akuntansi yang menyediakan jasa audit
yang bersifat independen, yaitu memberikan jasa untuk memeriksa, menganalisis, kemudian
memberikan pendapat / asersi atas laporan keuangan perusahaan sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum.
2. Akuntan Manajemen
Akuntan manajemen merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa bertugas atau bekerja
di perusahaan-perusahaan. Akuntan manajemen bertugas untuk membuat laporan keuangan
di perusahaan.
3. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa bertugas atau bekerja di
lembaga-lembaga pendidikan, seperti pada sebuh Universitas, atau lembaga pendidikan
lainnya. Akuntan manajemen bertugas memberikan pengajaran tentang akuntansi pada pihak
– pihak yang membutuhkan.
4. Akuntan Internal
Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya
berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas audit yang dilakukannya terutama
ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.
5. Konsultan SIA / SIM
Salah satu profesi atau pekerjaan yang bisa dilakukan oleh akuntan diluar pekerjaan
utamanya adalah memberikan konsultasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
sistem informasi dalam sebuah perusahaan. Seorang Konsultan SIA/SIM dituntut harus
mampu menguasai sistem teknologi komputerisasi disamping menguasai ilmu akuntansi yang
menjadi makanan sehari-harinya. Biasanya jasa yang disediakan oleh Konsultan SIA/SIM
hanya pihak-pihak tertentu saja yang menggunakan jasanya ini.
6. Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah adalah akuntan profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang
tugas pokoknya melakukan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban keuangan yang
disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan
yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintah atau pertanggungjawaban
keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak akuntan yang
bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut akuntan pemerintah adalah
akuntan yang bekerja di Badan Pengawas Keuangan dan Pembagian (BPKP) dan Badan
Pemeriksa Keuangan (BAPEKA), dan instansi pajak.

2.3 Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia


Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan
pemberi jasa pofesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan dan berlaku bagi seluruh
anggota, sedangkan aturan etika disahkan dan hanya mengikat anggota himpunan yang
bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan
yang dibentuk oleh himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam menerapkan aturan etiks, tanpa
dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
Adapun prinsip-prinsip etika profesi IAI sebagai berikut :
1. Tanggung Jawab Profesi
Dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang profesional,anggota harus menjalankan
pertimbangan moral dan profesional secara sensitif.
2. Kepentingan Publik
Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi
akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor,
dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Kepentingan utama profesi
akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan
dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk
mencapai tingkat prestasi tersebut.
3. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas
mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
4. Obyektivitas
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawahpengaruhpihaklain.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan
teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan.

2.4 Garis Besar Kode Etik Dan Perilaku Professional


 Kontribusi untuk masyarakat dan kesejahteraan manusia.
Prinsip mengenai kualitas hidup semua orang menegaskan kewajiban untuk melindungi
hak asasi manusia dan menghormati keragaman semua budaya. Sebuah tujuan utama
profesional komputasi adalah untuk meminimalkan konsekuensi negatif dari sistem
komputasi, termasuk ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan.
 Hindari menyakiti orang lain.
“Harm” berarti konsekuensi cedera, seperti hilangnya informasi yang tidak diinginkan,
kehilangan harta benda, kerusakan harta benda, atau dampak lingkungan yang tidak
diinginkan.
 Bersikap jujur dan dapat dipercaya
Kejujuran merupakan komponen penting dari kepercayaan.Tanpa kepercayaan suatu
organisasi tidak dapat berfungsi secara efektif.
 Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi
Nilai-nilai kesetaraan, toleransi, menghormati orang lain, dan prinsip-prinsip keadilan
yang sama dalam mengatur perintah.
 Hak milik yang temasuk hak cipta dan hak paten.
Pelanggaran hak cipta, hak paten, rahasia dagang dan syarat-syarat perjanjian lisensi
dilarang oleh hukum di setiap keadaan.
 Memberikan kredit yang pantas untuk property intelektual.
Komputasi profesional diwajibkan untuk melindungi integritas dari kekayaan intelektual.
 Menghormati privasi orang lain
Komputasi dan teknologi komunikasi memungkinkan pengumpulan dan pertukaran
informasi pribadi pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah
peradaban.
 Kepercayaan
Prinsip kejujuran meluas ke masalah kerahasiaan informasi setiap kali salah satu telah
membuat janji eksplisit untuk menghormati kerahasiaan atau, secara implisit, saat
informasi pribadi tidak secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan tugas seseorang.

2.5 Aturan Etika


 Independensi, Integritas, Obyektivitas
1. Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar
profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut
harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in
appearance).
2. Integritas dan Objectivitas
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan
objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interst) dan tidak boleh
membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau
mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.

 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi


1. Standar Umum
a. Kompetensi profesional. Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa
profesional yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan
kompetensi profesional.
b. Kecermatan dan keseksamaan profesional. Anggota KAP wajib melakukan
pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional.
c. Perencanaan dan supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi
secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional.
d. Data relevan yang memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang
memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi
sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.
2. Prinsip Akuntansi
Anggota KAP tidak diperkenankan:
1. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau
data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum atau
2. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak
material terhadap laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi
yang ditetapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan
luar biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut diatas.
Dalam kondisi tersbeut, anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir
ini selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan
menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara
mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis), serta alasan
mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku umum akan menghasilkan
laporanyangmenyesatkan.
 Tanggung Jawab kepada Klien
Informasi Klien yang Rahasia.Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan
informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak
dimaksudkan untuk: Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai
dengan aturan etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi.
1. Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut
atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku.
2. Melarangrevi ew praktik profesional (review mutu) seorang anggota sesuai dengan
kewenangan IAI atau
3. Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas
penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka
penegasan disiplin anggota.

 Tanggung jawab kepada Rekan Seprofesi


Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan
yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.

 Komunikasi Antarakuntan Publik


1. Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila akan
mengadakan perikatan (engagement) audit menggantikan akuntan publik pendahulu
atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode
serta tujuan yang berlainan.
2. Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi
dari akuntan pengganti secara memadai.

 Perikatan Atestasi
Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikataan atestasi yang jenis atestasi
dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dahulu
ditunjuk klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk memnuhi ketentuan
perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang.
 Tanggung jawab dan Praktik Lain
Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan
1. Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan
yang mencemarkan profesi, Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran lainnya.
2. Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien
melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran
lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.

2.6 RUU Profesi Akuntan


Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik, Departemen Keuangan
(DepKeu) mempunyai aturan sendiri yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.17 Tahun
2008 yang mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas dari kliennya berdasarkan SPAP
(Standar Profesi Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP dan kode etik diterapkan oleh asosiasi
profesi berdasarkan standar Internasional. Misalkan dalam auditing, SPAP berstandar kepada
International Auditing Standart.

2.7 Aplikasi Kode Etik


Meski sampai saat ini belum ada akuntan yang diberikan sangsi berupa
pemberhentian praktek audit oleh dewan kehormatan akibat melanggar kode etik dan standar
profesi akuntan, tidak berarti seorang akuntan dapat bekerja sekehendaknya. Setiap orang
yang memegang gelar akuntan, wajib menaati kode etik dan standar akuntan, utamanya para
akuntan publik yang sering bersentuhan dengan masyarakat dan kebijakan pemerintah. Etika
yang dijalankan dengan benar menjadikan sebuah profesi menjadi terarah dan jauh dari
skandal.
Sanksi Administratif dalam UU No. 5 tahun 2011 :
1. Rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu, jika AP melakukan pelanggaran
ringan sebagaimana ketentuan Pasal 13,17, 19 ,25,27,32,34,35 UU No. 5 tahun 2011 dan
melakukan pelanggaran terhadap SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik) dan kode etik
yang tidak berpengaruh terhadap laporan keuangan yang diterbitkan.
2. Sanksi tertulis yang dikenakan pada pelanggaran sedang. AP dan KAP tsb melanggar
ketentuan Pasal 4, 30 ayat (1) huruf a,b,f, Pasal 31 dan melakukan pelanggaran SPAP serta
kode etik yang berpengaruh terhadap laporan yang diterbitkan namun tidak signifikan.
3. Sanksi Pembatasan Pemberian Jasa kepada suatu jenis entitas tertentu, seperti bank, pasar
modal jika AP dan KAP melakukan pelanggaran cukup berat. Pelanggaran yang
dimaksud, jika AP dan KAP melanggar SPAP dan kode etik yang berpengaruh terhadap
laporan yang diterbitkan.
4. Jenis sanksi keempat, pembatasan pemberian jasa tertentu. AP atau KAP tersebut tidak
diperbolehkan memberikan jasa tertentu, seperti jasa audit umum atas laporan keuangan
selama 24 bulan. Bila dalam kurun waktu 3 tahun melakukan tindakan yang sama, AP dan
KAP tsb akan digolongkan melakukan pelanggaran cukup berat.
5. Sanksi kelima pembekuan ijin. AP atau KAP yang dikenakan sanksi ini jika melakukan
pelanggaran berat berupa pelanggaran ketentuan Pasal 9,28, 29,30, ayat (1) huruf c,e,g,h ,i
UU no 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan melakukan pelanggaran terhadap SPAP
serta kode etik yang berpengaruh signifikan terhadap laporan keuangan. Sanksi
pembekuan izin diberikan paling banyak 2 kali dalam waktu 48 bulan, namun jika masih
melakukan hal yang sama maka akan dikenakan sanksi pelanggaran berat, ijinnya akan
dicabut.
6. Jenis sanksi ke enam berupa pencabutan izin jika AP atau KAP melakukan pelanggaran
sangat berat yaitu melanggar Pasal 30 ayat (1) huruf d, j UU Akuntan Publik dan
melakukan pelanggaran SPAP serta kode etik yang berpengaruh sangat signifikan
terhadap laporan yang di terbitkan.
Adapun sanksi denda telah berlaku lebih dahulu dengan di keluarkannya PP no 1 tahun
2013 tentan PNBP (pendapatan Negara bukan pajak) di lingkungan Kementerian
Keuangan.

C. ETIKA PROFESI AKUNTAN


3.1 Pengertian Etika Profesi Akuntansi
Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk
manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai
Akuntan. Etika (Yunani Kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah sebuah
sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas
yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Secara metodologis,
tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap
kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu
ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda
dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut
pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan
manusia.

3.2 Kode Etik Teknisi Akuntansi


Kode Etik Teknisi Akuntansi Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
seluruh anggota yang bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah maupun di
lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggungjawab profesionalnya.
Tujuan profesi teknisi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi pada
kepentingan public.
Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:
1) Profesionalisme. Diperlakukan individu yang dengan jelas dapat identifikasikan oleh
pemakai jasa teknisi akuntansi sebagai professional di bidang akuntansi.
2) Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari teknisi
akuntansiikan pada standar kinerja tertinggi.
3) Kepercayaan. Pemakai jasa teknisi akuntansi harus dapat merasa yakin
bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh teknisi
akuntansi

Kode Etik Teknisi Akuntansi terdiri dari tiga bagian:


1) Prinsip Etika. Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur
pelaksanaan pemberi jasa pofesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan
dan berlaku bagi seluruh anggota.
2) Aturan Etika. Aturan Etika disahkan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang
bersangkutan.
3) Interpretasi Aturan Etika. Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang
dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan
dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam
menerapkan Aturan Etiks, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan
penerapannya.

Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interprestasi dan atau
Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interprestasi baru untuk menggantikannya.
Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka,
tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu,
kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adannya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh
opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemerosesan pelanggaran Kode Etik
oleh organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak mentaatinya.
Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan
pemerintah yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporan
untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.3 Prinsip-prinsip Etika Profesi Akuntansi


A) Tanggung Jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan
sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan
masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha
kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
B) Kepentingan Publik
Dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah,
pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung
kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis
secara tertib. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa
akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan
persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua
anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang
diberikan publik kepadanya, anggota harus menunjukkan dedikasi untuk mencapai
profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,
setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.

C) Integritas
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh
dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak
disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau
peniadaan prinsip.

D) Obyektivitas
Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota.
Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah
pengaruh pihak lain. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan,
serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai
seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan
manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih
orang-orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus
melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.

E) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
ketrampilan. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu
tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk
memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional
melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau
menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung
jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan,
pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus
dipenuhinya.

F) Kerahasiaan
Setiap Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang
klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya, anggota
bisa saja mengungkapkan kerahasiaan bila ada hak atau kewajiban professional atau hukum
yang mengungkapkannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar
anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.

G) Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah
laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan
tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi
kerja dan masyarakat umum.

H) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan
standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan
perundang-undangan yang relevan.

D. Kaitan Kode Etik dan Etika Profesi Akuntan Internal Dengan Etika
Pancasila
4.1 Pengertian Kaitan Kode Etik dan Etika Profesi Akuntan Internal Dengan Etika
Pancasila
Kode etik akuntansi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi akuntansi. Kode etik
akuntansi dapat menjadi penyeimbang segi-segi negatif dari profesi akuntansi, sehingga kode
etik bagai kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus menjamin
mutu moral profesi akuntansi dimata masyarakat. Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu ilmu
yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh
pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap
suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan.
Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai
Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

4.2 Hubungan Pendidikan Pancasila Pada Kode Etik Profesi Akuntan Internal
Pendidikan Pancasila. Era globalisasi dimana mulai disebarkannya paham akan global
citizen, menuntut adanya berbagai perubahan. Ini juga menimpa bangsa Indonesia dimana
telah terjadi perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh pengaruh dari luar maupun dari
dalam negeri. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa juga berkembang dengan pesat disertai pola kehidupan yang menuntut semua
pihak untuk mengantisipasinya.

Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah
suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi selanjutnya
sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara, secara berguna (berkaitan dengan kemampuan
spiritual) dan bermakna (berkaitan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik) serta
mampu mengantisipasi hari depan yang senatiasa berubah dan terkait dengan konteks
dinamika budaya, bangsa dan negara serta hubungan internasional.
Sebenarnya pendidikan terkait tentang Pancasila sudah diajarkan pada warga negara
Indonesia sejak bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pendidikan Pancasila pada
perguruan tinggi merupakan salah satu bagian dari kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MKP) dalam komponen kurikulum perguruan tinggi. Visi mata kuliah ini (dan
juga mata kuliah terkait lainnya seperti Pendidikan Agama dan Pendidikan
Kewarganegaraan) adalah yaitu menjadi sumber nilai dan pedoman dalam upaya memberikan
dasar-dasar kecakapan hidup secara sosial kepada mahasiswa yang merupakan intelektual
muda sehingga mereka tidak kehilangan jati diri sebagai warga negara yang diharapkan
perannya di masa yang akan datang. Misinya membantu mahasiswa agar menjadi manusia
yang religius, humanis, nasionalis dan adil. Mulawarman (2012) menyebutkan bahwa
Pendidikan Pancasila tidak boleh hanya bersifat normatif yang tertumpu pada moralitas di
Mata kuliah Pancasila, namun perlu dikemas dalam sebuah konsep dan turunan aplikatif
untuk kepentingan nasional, kemandirian dan kekuatan pendukung ekonomi kerakyatan
semisal akuntansi keIndonesiaan. Hal tersebut diperlukan agar bangsa Indonesia tidak hanya
menjadi follower atas standar-standar yang didominasi Barat termasuk dalam etika profesi
akuntan, sehingga dominasi maskulinitas dalam pendidikan akuntansi bisa difeminim-kan
dengan menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila (Setiawan dan
Kamayanti2012)
Menilik realita sejarah, materi pokok pendidikan Pancasila di era Orde Baru terkemas dalam
paket Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang diwarnai dengan model
pendidikan indoktrinatif, dan monolog atau komunikasi searah, dimana pemerintahlah yang
memonopoli pengetahuan. Berbeda dengan era reformasi dengan dicabutnya Tap MPR No.
II/1978 tentang P4 pada Sidang Istimewa MPR RI tahun1998, materi pembelajaran Pancasila
tidak lagi berasal dari Pemerintah dalam penyusunannya, namun juga dilibatkannya
komunitas akademik yang memiliki kewenangan ilmiah sesuai dengan bidang keahliannya.
Manusia dalam kehidupannya selalu berkaitan dengan nilai, baik menilai maupun dinilai.
Cabang filasafat yang membicarakan nilai disebut dengan aksiologi (filsafat nilai). Istilah
nilai biasanya dipakai untuk menunjuk kata benda yang abstrak. Nilai pada hakikatnya
merupakan sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Nilai bagi manusia dipakai dan
diperlukan untuk menjadi alasan, dan motivasi dalam segala sikap dan tingkah laku atau
perbuatannya. Nilai yang bersifat abstrak tersebut disebut nilai dasar, karena nilai ini berada
dalam pemikiran manusia, tidak dapat ditangkap dengan pancaindera. Nilai dasar ini
kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam rumusan instrumental yang berwujud norma-norma
yang sifatnya sangat kongrit berkaitan suatu bidang kehidupan. Dalam konteks hidup
bernegara, Pancasila merupakan nilai dasar yang dapat diartikan sebagai suatu rangkaian nilai
yang saling terkait dan bersamasama menuju pada satu tujuan tertentu.
Melihat maraknya pelanggaran etika dalam profesi akuntan internal tidak bisa dilepaskan
begitu saja dengan lingkungan perusahaan yang melingkupi ruang gerak mereka, yakni dalam
konteks bernegara. Memang belum adanya penelitian yang mencoba menghubungkan
pengaruh dari dihapusnya kebijakan pendidikan Pancasila dalam kurikulum pendidikan
nasional sejak tahun 2003 oleh Bambang Sudibyo. Namun melihat munculnya sifat-sifat
buruk bangsa seperti korupsi, radikalisme, nepotisme, kejahatan perbankan, terorisme, dan
segudang borok bangsa lainnya, disebut-sebut sebagai akibat ditinggalkannya atau
dipinggirkannya Pancasila sebagai ideologi bangsa. Apalagi di jenjang lebih tinggi seperti
pendidikan tinggi, atau pendidikan vokasi, pendidikan yang lebih ditekankan adalah tentang
kewarganegaraan yang dikaitkan dengan Global Citizen.
Menurut pakar pendidikan seperti Prof. Arief Rachman menegaskan bahwa bukan soal
pendidikan Pancasila yang sudah dihapus yang menjadi penyebab krisis bangsa Indonesia.
Menurutnya, pendidikan selama ini hanya fokus pada isi pelajaran, bukan proses
pembelajaran, sehingga selama ini yang muncul hanya pengetahuan tentang Pancasila, 'apa'-
nya mereka sudah tahu, tapi 'bagaimana bersikap'-nya itu yang masih belum atau tidak
tahu.Arief menilai UndangUndang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang diturunkan ke Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebenarnya sudah memuat semua persyaratan untuk mewujudkan pendidikan
nasional yang berkarakter dan berkebangsaan.
Di manakah posisi Pancasila? Pancasila merupakan hasil berfikir secara kefilsafatan yang
mendalam dari para pendiri negara Indonesia. Ia merupakan konsensus filsafat yang
melandasi dan memberikan arah bagi sikap dan cara hidup bangsa Indonesia. Pancasila jika
dilihat dari nilai-nilai dasarnya dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka yang di dalamnya
terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar, bersifat tetap dan tidak berubah (Purwastuti
et al. 2008).
Dr. Onghokham (NN 2011), pakar sejarah Indonesia mengatakan bahwa Pancasila
sebenarnya hanya dokumen politik yang kemudian berperan sebagai kontrak sosial, bukan
ideologi atau falsafah negara. Menurutnya, Pancasila dapat disamakan dengan dokumen-
dokumen penting negara-negara lain seperti Magna Carta di Inggris, Bill of Rights di
Amerika Serikat, Droit de l'homme di Perancis dan seterusnya. Sejarah, menurutnya, telah
membuktikan bahwa kekuasaan yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi adalah upaya
untuk memperalat Pancasila untuk mengeksploitasi kekuasaan untuk kepentingan penguasa.
Inilah yang pernah terjadi di Orde Lama sejak tahun 1950, dan diperkuat lagi oleh masa Orde
Baru.
Mencermati pendapat para pakar di atas akan mencuatkan pertanyaan apakah Pancasila yang
bisa disebut sebagai ideologi? Ataukah hanya falsafah belaka yang tidak berdimensi apa-apa
selain sebagai sebuah dogma atau sekumpulan nilai yang bersifat normatif? Jawaban atas
pertanyaan tersebut sebetulnya bisa ditunjukkan melalui dua pendekatan yakni filosofis
maupun praktis.
Secara filosofis, sebuah ideologi merupakan kumpulan ide atau gagasan atau aqidah 'aqliyyah
(aqidah yang sampai melalui proses berpikir) yang melahirkan aturanaturan dalam
kehidupan. Secara garis besar ideologi (mabda’) adalah pemikiran yang mencakup konsepsi
mendasar tentang kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalisasikan pemikiran
tersebut berupa fakta, metode menjaga pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd dari
pemikiranpemikiran yang lain dan metode untuk menyebarkannya. Secara lebih spesifik,
ideologi (mabda') dapat didefinisikan sebagai keyakinan rasional (yang bersifat mendasar)
yang melahirkan sistem atau seperangkat peraturan tentang kehidupan (An-Nabhani 2006:
22). Pada realitasnya, di dunia saat ini hanya ada tiga ideologi: (1) Sosialisme-komunis, yang
lahir dari aqidah materialisme; (2) Kapitalisme-sekular, yang lahir dari aqidah sekularisme;
(3) Islam, yang lahir dari aqidah Islam. Jika kita memperhatikan paparan sekilas tentang
konsep ideologi di atas, nyata sekali bahwa Pancasila hanyalah sebuah falsafah atau
sekumpulan nilai yang bersifat normatif karena tidak melahirkan sistem atau seperangkat
aturan apapun. Sebagai buktinya, sampai hari ini tidak ada seorang ilmuwan, pakar atau
cendekiawan di negeri ini yang mampu merumuskan, misalnya, bagaimana wujud sistem
ekonomi Pancasila; bagaimana wujud sistem politik Pancasila; bagaimana wujud sistem
hukum Pancasila; atau bagaimana wujud sistem sosial dan sistem pendidikan Pancasila?
Adapun secara praktis, faktanya pengelola negara ini sejak zaman Soekarno sampai rezim
yang tegak saat ini malah merujuk pada ideologi Sosialisme ataupun Kapitalisme dalam
mengelola negara ini. Hal ini bisa dilihat dari sisi ekonomi, pada zaman Soekarno lebih
bercorak sosialis; zaman Soeharto bercorak kapitalistik-liberal. Adapun pasca Orde Baru
negara ini menganut sistem ekonomi kapitalisme yang bercorak neoliberal. Sementara itu,
secara politik, yang diterapkan di negeri ini adalah sistem demokrasi; dari mulai “Demokrasi
Terpimpin” ala Soekarno di zaman Orde Lama, “Demokrasi Pancasila” di zaman Orde Baru
hingga “Demokrasi Liberal” di zaman Orde Reformasi kini. Padahal demokrasi, meski
diembel-embeli Pancasila, tetaplah merupakan sistem politik yang merupakan subsistem dari
ideologi Kapitalisme maupun Sosialisme. Walhasil, Pancasila sebetulnya tidak pernah
diterapkan oleh para penguasa di negeri ini. Ia hanyalah merupakan falsafah, tidak benar-
benar merupakan ideologi. Para penguasa negeri ini hanya merujuk pada ideologi selain
Pancasila, baik bercorak sosialistik ataupun kapitalistikdalam mengelola negara ini. Dengan
kata lain, Pancasila hanyut bahkan tenggelam oleh arus besar ideologi Kapitalisme-sekular
saat ini, yang bercorak sangat liberal. Sehingga tidak aneh jika sekarang pun Pancasila akan
selalu tergerus dan terlindas justru oleh bangsanya sendiri, khususnya oleh para penguasanya.

Asal muasal Pancasila. Pancasila sejak kemunculannya diyakini sebagai made in Indonesia
asli, produk pemikiran yang digali dari rahim bumi pertiwi. Ia berhasil dirumuskan sebagai
ideologi dan falsafah bangsa oleh Bung Karno, sehingga menjadi rumusan seperti yang kita
kenal sekarang. Bung Karno mengaku, dalam merumuskan ideologi kebangsaannya, banyak
terpengaruh pemikiran dari luar, seperti pengakuannya di depan sidang BPUPKI. Berikut
diskripsi pengakuannya (Awwas 2011): Pada waktu saya berumur 16 tahun, saya
dipengaruhi oleh seorang sosialis bernama A. Baars, yang memberi pelajaran pada saya,
‘jangan berpaham kebangsaan, tapi berpahamlah rasa kemanusiaan sedunia”.Tetapi pada
tahun 1918, Alhamdulillah ada orang lain yang memperingatkan saya, yaitu Dr. Sun Yat
Sen.
Di dalam tulisannya San Min Chu I atau The Three People’s Principles, saya mendapat
pelajaran yang membongkar kosmopolitisme yang diajarkan A. Baars itu. Sejak itu
tertanamlah rasa kebangsaan di hati saya oleh pengaruh buku tersebut.
Pengakuan oleh Bung Karno tersebut membuktikan, sebenarnya Pancasila bukanlah produk
domestik yang orisinal, melainkan intervensi ideologi transnasional yang dikemas dalam
format domestik. Sebagai derivasi gerakan Zionisme internasional, freemasonry memiliki
doktrin Khams Qanun yang diilhami Kitab Talmud (Awwas 2011).
Bung Karnopada mulanya merumuskan ideologi dan dasar negara Indonesia yang disebut
Panca Sila terdiri dari: nasionalisme (kebangsaan), internasionalisme (kemanusiaan),
demokrasi (mufakat), sosialisme, dan ketuhanan.Prinsip indoktrinasi Zionisme, memang
cukup fleksibel dan fleksibilitasnya terletak pada kemampuannya beradaptasi dengan pola
pikir pimpinan politik di setiap negara.
Apabila dicermati rumusan Pancasila versi Bung Karno tersebut memiliki kesamaan dengan
doktrin zionisme yang dijiwai Talmud. Sehingga adanya klaim Pancasila sebagai produk
domestik terbantahkan secara faktual.Intervensi ideologi ini, berpengaruh besar terhadap
perkembangan Indonesia pasca kemerdekaan. Hal tersebut bisa diteliti di zaman demokrasi
terpimpin, pengamalan Pancasila berwujud Nasakom (nasionalisme, agama, komunisme).
Adapun di zaman orde baru, praktik Pancasila berbentuk asas tunggal.Kedua model
pengamalan Pancasila itu, telah melahirkan ideologi politik traumatis. Melestarikan Pancasila
seperti diwariskan kedua rezim di atas, berarti melestarikan doktrin Yahudi, yang
bertentangan dengan konstitusi negara. Selain itu, tidak konsisten dengan semangat
kemerdekaan Muqadimah UUD 1945 yang menyatakan bahwa kemerdekaan Indonesia
adalah berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa.
Melihat realita tersebut, Pancasila hanya sekumpulan nilai yang dihasilkan oleh buah pikiran
anak bangsa Indonesia dan banyaknya interpretasi orang terhadapnya adalah perkara yang
niscaya terjadi dan sekali lagi tergantung ada atau tidaknya ideologi (pandangan hidup) yang
dibawa orang tersebut. Sehingga Pancasila hanyalah sebatas falsafah yang bisa ditarik ke
ranah pemikiran dan perbuatan manusia berdasarkan nilai-nilai yang ada di Pancasila.
Adapun nilai-nilai yang ada di dalamnya terdiri atas Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan dan Keadilan Sosial.
Dari kelima nilai-nilai pokok tersebut, nilai ketuhanan yang ada pada Pancasila haruslah
menjadi ruh atau spirit bagi bangsa ini dalam menjalankan pemerintahannya. Dalam konteks
ini, bisa jadi ada aktor-aktor tertentu yang mencoba menjadikan nilai ini keluar konteks
sebenarnya (mensekulerkan Pancasila) dimana mayoritas penduduk Indonesia adalah orang
yang beragama (Islam).
4.3 Peran Etika Pada Profesi Akuntan Internal
Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan menentukan apa yang
harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh seorang individu. dalam laporan keuangan oleh
manajemen perusahaan.
Sebagai sebuah profesi yang harus memberikan jasa pelayanan kepada klien, akuntan perlu
memperhatikan faktor-faktor keahlian, monopoli, pelayanan publik dan regulasi diri
(Amstrong 1993). Adanya kode etik profesi merupakan salah satu bentuk kesadaran diri
profesi akuntan untuk meregulasi atau mengatur dirinya sendiri, selain dipakai oleh profesi
untuk melegitimasi klaim-klaim professional berdasarkan kontribusinya kepada kepentingan
masyarakat (Dillard dan Yuthas 2002).
Dalam menjalankan profesinya, seorang akuntan harus mengikuti kode etik sebagai panduan
dan aturan bagi seluruh anggota dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya. Tujuan
profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme
tinggi, mencapai tingkat kinerja yang tinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik.
Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari
masyarakat yang dilayaninya.
Peranan audit internal pada saat ini sangat diperlukan di berbagai institusi, tidak terkecuali
untuk pengawasan sehari-hari atas perusahaan dapat dilaksanakan secara lebihintensif dan
efektif tanpa mengurangi tanggungjawabnya (Gusnardi, 2008).
Pada aspek non akademik kedudukan audit internal sebagai supporting activity seperti
keuangan, asset, organisasi dan sumberdaya manusia dan kemahasiswaan
memberikankontribusi yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan perguruan tinggi
sehingga memerlukan perhatian yang tinggi pula. Pada saat ini biaya pendidikan di Indonesia
sudahsemakin tinggi terlebih institusi swasta. Semakin tinggi biaya pendidikan ditingkat
perguruan tinggi menyebabkan biaya yang dikelola perguruan tinggi menjadi tidak sedikit.
Untuk itu akan rawan sekali terjadinya fraud, baik itu penyalahgunaan asset (Asset
Misappropriation) karena jumlah asset yang ada di lingkungan perguruan tinggi cukup
banyak, fraud dalam penerimaan biaya pendidikan mahasiswa, biaya marketing atau biaya
praktik mahasiswa yang cukup tinggi juga bisa menjadi celah atau jalan untuk melakukan
fraud. Pengawasan yang lebih ketat perlu dilakukan dalam upaya mencegah terjadinya
perilaku penyimpangan melalui pengendalian internal (internal control system). (Meikhati
and Rahayu 2015)
Dalam menyelenggarakan kegiatan berbagai usaha, salah satu tantangan yang dihadapi
perusahaan adalah bagaimana untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan ekonomisasi
perusahaan. Tantangan ini selalu ada karena manajemen perusahaan memerlukan sumber
daya untuk mencapai tujuan perusahaan, tetapi manajemen harusmenghadapi situasi
kelangkaan sumber daya. Oleh karena itu, perusahaan harus membuat perencanaan yang tepat
dalam mengalokasikan sumber daya yang dimiliki dalam mendukung operasional yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan yang dibuat mencakup
batas-batas operasional yang akan dilakukan, baik luasnya cakupan operasi (volume
produksi, promosi, pelayanan pelanggan, dan sebagainya), maupun konsumsi sumber daya
(perolehan kapasitas produksi, pembayaran kepada pemasok dan karyawan, serta
penyelesaian kewajiban jangka pendek lainnya).
4.4 Kasus Isu Tentang Kode Etik Profesi Akuntan Internal Terhadap Etika Pancasila
Dalam berbagai kasus bisnis yang terjadi dewasa ini, sedikit banyak melibatkan profesi
akuntan. Profesi ini menjadi sorotan disebabkan oleh berbagai faktor seperti praktik-praktik
profesi yang mengabaikan standar akuntansi bahkan etika. Padahal, perilaku etis merupakan
isu yang relevan bagi profesi akuntan saat ini. Kesadaran etika dan sikap profesional
memegang peran yang sangat besar bagi seorang akuntan (Louwers et al.1997). Inilah yang
melatarbelakangi perlunya kode etik demi terbentuknya kesadaran para profesional tentang
moralitas yang harus dipenuhi dalam pekerjaannya. Dengan adanya kode etik tersebut,
anggota dapat dengan lebih mudah menjelaskan mengapa perilaku-perilaku tertentu
dijalankan.
Untuk kasus di Indonesia, isu mengenai etika akuntan berkembang seiring dengan terjadinya
beberapa pelanggaran etika, baik yang dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern maupun
akuntan pemerintah (Ludigdo 2005). Misalnya beberapa kasus yang cukup menarik yang
pernah tenggelam dari perhatian publik seperti kasus Bank Bali, Bank Century atau
keterlibatan10 KAP (jumlah sample dalam peer review) yang melakukan audit terhadap bank
beku operasi dan bank beku kegiatan usaha (Toruan 2002; Baidaie 2000). Bahkan terlibatnya
KAP-KAP besar seperti “Hans Tuannakotta & Mustofa”, “Prasetio Utomo & Rekan”, “Johan
Malonda & Rekan” serta “Hendra Winata & Rekan” (Media Akuntansi 2002). Kasus lainnya
adalah penggelapan pajak yang melibatkan KAP “KPMG Sidharta Sidharta & Harsono”
(KPMG-SSH) yang ternyata menyarankan kepada kliennya (PT. Easman Christensen/PTEC)
untuk melakukan penyuapan kepada aparat perpajakan Indonesia untuk mendapatkan
keringanan atas jumlah kewajiban pajak yang harus dibayarnya (Sinaga et al. 2001).
Ironisnya, kasus ini pengungkapannya justru dilakukan oleh pemegang otoritas pasar modal
Amerika Serikat (SEC). Berdasarkan data yang disampaikan oleh Bidang Penegakan Disiplin
dan Etika Profesi IAI pada Kongres Luar Biasa dan KNA IV IAI tahun 2000 menunjukkan
adanya berbagai bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh KAP/KJA (Baidaie 2000).
Ada apa dengan akuntan Indonesia? Melihat fenomena atas pelanggaran profesi yang
dilakukan oleh orang-orang yang notabene memiliki pengetahuan di atas standar orang
awam, timbul pertanyaan kenapa hal tersebut bisa terjadi? Apakah institusi mereka bekerja,
belajar atau berinterkasi selama ini belum mengakomodir sikap-sikap etis yang harusnya
mereka jaga? Atau mereka abai dengan etika mereka? Apalagi bila dikaitkan dengan kultur
Timur (Indonesia) yang mayoritas adalah penduduk yang beragama. Terlebih lagi bila
dihubungkan dengan falsafah bangsa ini yang katanya memiliki dasar dari nenek moyang
nusantara yang terlahir dari anak bangsa dengan sebutan Pancasila. Bahkan bagi kebanyakan
warga Indonesia, Pancasila disebut sebagai sebuah ideologi, yang harus dijaga dan
dipertahankan demi patriotisme kebangsaan. Karena itu, ia harusnya terefleksi dalam perilaku
warganya termasuk para praktisi seperti para akuntannya. Sehingga, nilai-nilai yang ada pada
Pancasila pun bisa menjadi pembebas imperialisme etika bagi para akuntan di Indonesia
(LudigdodanKamayanti2012).
Namun, pertanyaan lainnya muncul, apakah Pancasila memang sebuah ideologi atau hanya
sebuah falsafah atau sekumpulan nilai yang bersifat normatif dan karenanya tidak
membentuk sebuah sistem atau seperangkat aturan tertentu seperti layaknya sebuah ideologi?
Lalu bagaimana seorang akuntan secara profesi berprilaku dalam menjalankan pekerjaannya?
Tulisan ini akan mencoba menguraikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas.
Terdapatnya berbagai kasus pelanggaran etika di kalangan akuntan seperti disebutkan
sebelumnya seakan menjadi bukti nyata betapa rapuhnya integritas akuntan, dan hal tersebut
tidak menutup kemungkinan akan berakibat pada terjadinya krisis berkepanjangan dalam diri
profesi akuntan. Secara khusus pelanggaran tersebut dihubungkan secara langsung dengan
pelanggaran atas kode etik terutama terjadi karena ketiadaan komunikasi antara akuntan
pengganti dengan akuntan pendahulu. Suatu permasalahan klasik di antara akuntan, di mana
seolah mereka harus saling menelikung untuk mendapatkan klien. Lebih lanjut dipahami pula
bahwa pelanggaran terhadap peraturan perundang -undangan, kealpaan dalam penerapan
Sistem Pengendalian Mutu, serta ketidakpatuhan terhadap SPAP juga dapat disebut sebagai
pelanggaran terhadap etika profesi.
Kenyataan tersebutsebenarnya memaksa untuk dilakukannya reformasi dalam asosiasi,
serikat atau ikatan-ikatan akuntan di seluruh dunia (khususnya di Indonesia) untuk
mengembalikan kepercayaan publik dengan melakukan reformasi profesi akuntan. Reformasi
tersebut dilakukan dengan menerapkan dan memantapkan regulasi diri, menghentikan jasa
konsultasi dengan klien audit, melakukan rotasi tugas auditor pada klien, membatasi infiltrasi
auditor ke perusahaan, serta membersihkan standar akuntansi keuangan dan aturan yang
memungkinkan adanya creative accounting. Selain itu, semakin ketatnya para regulator
mengurusi laporan keuangan dan ini berdampak pada tekanan terhadap profesi akuntan
semakin berat (Ludigdo 2005).
Memelihara standar etis yang tinggi di antara profesional akuntan adalah persoalan kritis
dalam memastikan berlangsungnya fungsi audit yang berkualitas tinggi. Standar etis yang
tinggi dan integritas akuntan dapat berlangsung dan terjaga oleh karena adanya kolektifitas
situasi yang melingkupinya. Karena lingkup pekerjaan akuntan berkaitan dengan aktifitas
profesional yang terorganisir, akan terjadi kolektifitas situasi tentunya dan bersifat
organisasional. Organisasi di mana individu beraktifitas atau bekerja dapat mempengaruhi
perilaku etis individu tersebut.Derajat keterpengaruhan tentunya juga tergantung pada
kekuatan budaya organisasi tersebut, di mana budaya organisasi (perusahaan) dapat
memainkan peranan yang signifikan dalam menentukan ekspresi nilai personal individu yang
berada dalam organisasi tersebut (Finegan 1994). Kenyataan praktis dalam profesi akuntan
dewasa ini juga membutuhkan eksplorasi lebih mendalam atas dimensi etis dalam praktik
profesionalnya. Profesi akuntan seakan menjadi pihak yang paling bertanggungjawab atas
banyak skandal keuangan, oleh karena akuntan bekerja pada situasi lingkungan yang tidak
selalu mengapresiasi isu-isu etika. Adanya pengarusutamaan etika dalam membangun
kredibilitas profesi harus dilakukan untuk mengembangkan praktek etika di organisasi KAP
(Ludigdo 2005) seperti: menjadikan etika sebagai basis profesionalisme akuntan, adanya
upaya pengembangan etika di organisasi dengan memperhatikan dimensi individu dan
organisasi itu sendiri. Pengembangan tersebut dilakukan meliputi upaya-upaya eksplisit
seperti adanya kode etik, pelatihan etika, ethics newsletter, ethics hotline, ethics officer, dan
komite etika. Selain itu, upaya implisitnya berupa reward system, sistem evaluasi kinerja,
sistem promosi, budaya organisasi, kepemimpinan etis, dukungan dari manajemen puncak,
dan saluran komunikasi yang terbuka. Disamping adanya kesadaran akan penguatan potensi
spiritualitasanggotaprofesitersebut.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-
pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang
membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau
bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai
ajaran moral (Suseno, 1987). Dalam kajian etika,
dikenal ada tiga teori/aliran besar, yaitudeontologi,
teleologi dan keutamaan. Etika Pancasila
adalahetika yang mendasarkanpenilaianbaik dan
buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan. Pancasila sebaga idasar filsafat negara
serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat
sistematis. Oleh Karena itu sebagai suatu dasar
filsafat maka sila-sila pancasila merupakan suatu
kesatuan yang bulat, hierarkhis dan sistematis.
Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat
fundamental dan universal bagi manusia baik dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kode etik akuntansi adalah pedoman sikap, tingkah


laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan
dalam kehidupan sehari-hari dalam professi
akuntansi. Perbedaan dari kode etik suatu profesi
mempunyai kode etik masing-masing dan
tersendiri yang dibuat oleh badan yang mengatur
etika profesi tersebut.
Di dalam penyusunan laporan terdapa tiga profesi
yang dapat kita ketahui didalamnya yang
meliputi : Etika Profesi Akuntansi, tujuan dari
Etika Profesi Teknisi Akuntansi, prinsip dari Etika
Profesi Akuntansi.
Melihat perkembangan kehidupan profesi akuntan
internal yang dewasa ini dituntut untuk tetap
mengikuti perubahan yang terjadi terkait
perkembangan ekonomi/kegiatan usaha di dunia
perusahaan yang berdampak terhadap profesi
akuntan dan kondisi internal bangsa yang sedang
diuji dengan berbagai masalah. Termasuk mulai
ditinggalkannya nilai-nilai Pancasila atau mulai
diarahkannya nilai-nilai Pancasila dengan ideologi
dunia yang akan mencerabutkan karakter asli
bangsa Indonesia.
25
Perlunya dalam Kode Etik Profesi Akuntan yang
sebuah dikeluarkan oleh IAI atau Kode Etik Profesi
langkah Akuntan Publik yang dikeluarkan oleh IAPI.
yang
bersifat Internalisas inilai-nilai Islam tersebut mulai
operasional diterapkan dalam ranah bisnis Islami. Melihat
dan potensi sumber daya cendikiawan yang ada di
sistemik lingkup organisasi profesi akuntan di Indonesia,
untuk sangat memungkinkan dilakukannya internalisasi
memajukan nilai-nilai Islam dalam
kehidupan mengembangkanetikaprofesiakuntanIndonesia.
berbangsa
dengan
sesuatu
yang secara
inherent
sudah ada
dan
mendomina
si dalam
kehidupan
di
masyarakat
Indonesia.
Hal ini
dapat
memunculk
an dan
merevitalis
asi nilai-
nilai Islam
dalam etika
bisnis dan
professi
sebagai
bagian dari
pengemban
gan sebuah
etika
profesi
akuntan
Indonesia
yang tidak
hanya
membatasi
pada
prinsip-
prinsip
yang
terdapat di
26
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Dikti Kemendikbud RI. Materi ajar mata kuliah pancasila. 2013
Kaelan MS. 2002. Pendidikan pancasila. Edisi Reformasi. Yogyakarta : Paradigma.
Winarno.2007.Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Edisi Kedua. Jakarta : PT
Bumi Aksara.
http://raveltglory.blogspot.com/2012/11/kode-etik-profesi-akuntansi.html?m=1 22.30, kamis
24 Oktober 2013 http://akuntanonline.com/showdetail.php?mod=art&id=401&t=Tujuh
%20Sanksi%20Admini stratif%20%20Siap%20Ancam%20AP%20&
%20KAP&kat=Organisasi22.45,Kamis24Oktob er 2013
http://aticia.blogspot.com/2010/01/etika-merupakan-suatu-ilmu-
yang.html,19.42,Sabtu26Oktober 2013
http://makalah-telo.blogspot.com/2016/07/makalah-etika-profesi-akuntansi.html
LAMPIRAN
A
Absurd : Tidak masuk akal / mustahil
Aksiologi : Merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
Akuntan : Sebutan dan gelar profesional yang diberikan kepada seorang
sarjana yang telah menempuh pendidikan di fakultas ekonomi
jurusan akuntansi pada suatu universitas atau perguruan tinggi
dan telah lulus Pendidikan Profesi Akuntansi.
Akuntan Publik : Seorang profesional yang menawarkan jasa keahlian
berhubungan dengan akuntansi sesuai dengan standar yang
berlaku dan telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan,
serta berhak melakukan praktik di Indonesia untuk bekerja
secara independen
Asersi : Pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen
laporan keuangan.
Audit : Sebagai evaluasi atau pemeriksaan pada suatu organisasi,
proses, sistem, atau produk.
Auditor : Orang yang telah memeriksa dan memverifikasi keakuratan
catatan keuangan dan memastikan bahwa perusahaan telah
mematuhi seluruh undang-undang perpajakan.

C
Consensus : Konsensus adalah sebuah frasa untuk menghasilkan atau
menjadikan sebuah kesepakatan yang disetujui secara
bersama-sama antarkelompok atau individu setelah adanya
perdebatan dan penelitian yang dilakukan dalam kolektif
intelijen untuk mendapatkan konsensus pengambilan
keputusan.

D
Diskriminasi : Sikap membedakan secara sengaja terhadap golongan-
golongan yang berhubungan dengan kepentingan tertentu.

E
Efektivitas : Kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efisiensi : Usaha pada produksi untuk memberantas segala pemborosan
bahan dan tenaga kerja maupun gejala yang merugikan.
Eksplisit : Penyampaian secara langsung sehingga makna dan isinya
dapat diketahui.

F
Fleksibel : Mudah diatur

G
Global Citizen : Dalam makna luas merujuk pada individu yang lebih
mengedepankan dan mengutamakan identitas "warga negara
global" di atas identitasnya sebagai warga negara komunal

H
Hak cipta : Gagasan pemikiran, ide, maupun imajinasi dari seseorang
yang dituangkan dalam bentuk karya cipta.
Hak paten : Hak kepemilikan yang diberikan pemerintah bagi individu atas
hasil karyanya akan sesuatu.

I
Implisit : Penyampaian secara tidak langsung dimana maksud dan isinya
terkesan tidak jelas.
Institut of Internal Auditors : Sebuah organisasi yang mengadvokasi, menyediakan
konferensi pendidikan, dan mengembangkan standar,
pedoman, dan sertifikasi untuk audit internal profesi.
Integritas : Bertindak secara konsisten antara apa yang dikatakan dengan
tingkah lakunya sesuai nilai-nilai yang dianut (nilai-nilai dapat
berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja, nilai
masyarakat atau nilai moral pribadi).
Internalisasi : Diartikan sebagai penghayatan, pendalaman,penguasaan
secara mendalam yang berlangsung melalui pembinaan,
bimbingan, dan sebagainya. Sebuah proses karena didalamnya
ada unsur perubahan dan waktu.
Interpretasi : Suatu bentuk penafsiran dalam proses komunikasi.
Intervensi : Dalam dunia politik di mana ada negara yang mencampuri
urusan negara lainnya yang jelas bukan urusannya / campur
tangan yang berlebihan dalam
urusan politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

K
KAP : Merupakan badan usaha atau wadah bagi akuntan publik
untuk memberikan jasanya.
Kapitalisme : Sebuah mode produksi yang bertujuan untuk meraih
keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya produksi sekecil-
kecilnya.
Kode etik : Suatu sistem norma, nilai & juga aturan profesional tertulis
yang secara tegas menyatakan apa yang benar & baik & apa
yang tidak benar & tidak baik bagi profesional.
Kolektif : Sekumpulan pribadi yang bekerja sama untuk tujuan tertentu
tanpa adanya hierarki di dalamnya. Sebuah kolektif bisa
merupakan kelompok yang besar ataupun kecil, berjalan
dalam waktu yang singkat ataupun lama, dengan
keanggotaannya yang bersifat sukarela.
Kompensasi : Istilah yang menggambarkan suatu bentuk ganti rugi.
Komputasi : Cara untuk menemukan pemecahan masalah dari data input
dengan menggunakan suatu algoritma.
Komunisme : Ideologi yang berkenaan dengan filosofi, politik, sosial,
dan ekonomi yang tujuan utamanya terciptanya masyarakat
komunis dengan aturan sosial
ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama alat produksi dan
tidak adanya kelas sosial, uang, dan negara.
Korupsi : Tindakan setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.
Kosmopolitanisme : Ideologi yang menyatakan bahwa semua suku bangsa manusia
merupakan satu komunitas tunggal yang
memiliki moralitas yang sama
Kredibilitas : Suatu kemampuan, kualitas atau kekuatan yang dapat
menciptakan rasa kepercayaan.

L
Liberalisme : Paham yang meyakini bahwa kebebasan politik dan ekonomi
merupakan hak setiap individu dan ketidakadilan sosial
merupakan hal yang wajar terjadi.
M
Manifestasi : Wujud atau bukti dari perkataan, janji, pernyataan, pendapat,
atau keyakinan.
Metodis : Metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada
metode ilmiah.
Metodologi : Cara atau ilmu-ilmu yang dipakai untuk menemukan
kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu
dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas apa
yang dikaji.

N
Nepotisme : Setiap perbuatan penyelenggara negara secara melawan
hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan
atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa dan
negara.
Normatif : Berpegang teguh pada norma, aturan dan ketentuan-ketentuan
yang berlaku dan mengacu kepada sikap, loyalitas dan
kesetiaan seseorang terhadap aturan atau kaidah yang berlaku
di lingkungannya.
Notabene : Tanda peringatan, disingkat pada bagian akhir surat dan
sebagainya yang berarti perhatian. Arti lainnya dari notabene
adalah catatan tambahan.

O
Obyektivitas : Suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota.

P
Patriotisme : Sikap yang berani, pantang menyerah, dan rela berkorban
demi bangsa dan negara.
Pnpb : Pungutan yang dibayar oleh orang pribadi atau badan dengan
memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas
layanan atau pemanfaatan sumber daya dan hak yang
diperoleh negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan,
yang menjadi penerimaan Pemerintah Pusat
Praktisi : Seorang yang berpengalaman dibidangnya atau sesorang yang
membidangi sesuatu.
Profesionalisme : Sesuatu yang harus ada dalam diri profesional, yaitu mutu,
kualitas dan tindak tanduk sehingga memenuhi strandar kerja,
moral dan etika yang ada dalam pekerjaan tersebut.

R
Radikalisme : Sebuah kelompok atau gerakan politik yang kendur dengan
tujuan mencapai kemerdekaan atau pembaruan electoral yang
mencakup mereka yang berusaha mencapai republikanisme,
penghapusan gelar, redistribusi hak milik dan kebebasan pers,
dan dihubungkan dengan perkembangan liberalisme.
Rezim : Tata pemerintah negara / pemerintahan yang berkuasa.

S
Sekularisme : Ideologi bahwa harus ada pemisahan antara agama dengan
institusi ataubadan negara.
Sistematis : Segala usaha untuk menguraikan dan merumuskan sesuatu
dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu,
mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut
obyeknya
SPAP : Standar Profesional Akuntan Publik adalah kodifikasi
berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan
dalam memberikan jasa bagian akuntan publik di Indonesia.
SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI).
Sosialisme : Paham atau gerakan yang menghendaki terwujudnya
suatu masyarakat yang disusun secara kolektif agar menjadi
suatu masyarakat yang bahagia.
U
Universal : Umum (berlaku untuk semua orang atau untuk seluruh dunia);
bersifat (melingkupi) seluruh dunia.

Z
Zionisme : Gerakan nasionalis Yahudi internasional yang menghasilkan
negara Israel di wilayah Palestina.

Anda mungkin juga menyukai