Makalah
Makalah
1. Ragam bahasa Indonesia berdasarkan pandangan penutur Ditinjau dari sudut pandang
penutur, ragam bahsa Indonesia dikelompokkan menjadi 3 :
Ragam daerah dikenal dengan nama logat atau dialek geografis. Setiap dialek atau logat
dapat dipahami secara timbal-balik oleh penuturnya, sekurang-kurangnya oleh penutur
logat yang daerah geografisnya berdampingan. Dialek daerah paling kentara karena tata
bunyinya. Dialek bahasa Indonesia yang dilafalkan oleh warga Tapanuli, misalnya, dapat
dikenali karena tekanan katanya yang amat jelas. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan,
turun naiknya nada dan panjang pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda.
Perbedaan kosakata dan variasi gramatikal tentu juga ada, tetapi mungkin kurang tampak.
Ragam bahasa Indonesia menurut pendidikan penutur menunjukkan perbedaan antara kaum
yang berpendidikan formal dan yang tidak berpendidikan formal. Misalnya pasif, fitnah,
film, kompleks dan tripleks yang dikenal dikalangan orang yang berpendidikan, berbeda
dengan yang tidak berpendidikan, yang menjadi pasip, pitnah, pilem, kkomplek dan triplek.
Ragam bahasa Indonesia menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa
Indonesia yang masing-masing, pada dasarnya teersedia bagi setiap pemakainya. Ragam ini
sering disebut dengan istilah langgam atau gaya. Dalam hal ini, pembahasa dihadapkan
pada pemilihan bentuk-bentuk bahasa tertentu yang menggambarkan sikap seseorang,
seperti : yang baku resmi, yang beradab, yang dingin, yang hambar, yang hangat, yang
akrab atau yang santai. Perbedaan berbagai gaya itu tercermin melalui kosakata dan tata
bahasa.
Setiap penutur bahasa hidup dan bergerak dalm sejumlah lingkungan masyarakat yang adat
istiadat atau tata cara pergaulannya berbeda-beda. Keadaan ini malahirkan dialek sosial.
Seseorang yang ingin turut sserta daalam bidang ttertentu atau yang ingin membicarakan
pokok persoalan yang berkaitan dengan lingkungan itu harus memilih salah satu ragam
yang dikuasainya dan yang cocok dengan bidang atau persoalan itu.
Ragam menurut sarananya dikelompokkan menjadi dua, yaitu ragam lisan atau ujaran dan
ragam tulisan. Dalam ragam tulisan, ada pengaanggapan bahwa orang yang diajaak
berbahasa tidak ada dihadapan penutur. Oleh karena itu bahasanya perlu lebih jelas karena
bahasa yang digunakan itu tidak disertai dengan gerak isyarat, mimik muka, sebagai
penegasan. Ragam tulis harus lebih cermat sifatnya. Sebaliknya dalam ragam lisan penutur
bahasa berhadapan atau bersemuka, unsur-unsur itu kadang dapat ditinggalkan. Karena
dalaam ragam ragam lisan harus memperhatikan intonasi, mimik muka serta bahasa tubuh.
Ragam bahasa yang mengalami gamgguan pencampuran ini setidaknyaapat mengarah pada
dua hal : yaitu campur kode dan interferensi. Inter kode merupakan percampuran unsur-
unsur bahasa yang berbeda. Sedangkan interferensi merupakan ragam bahasa yang timbul
akibat adanya percampuran pola dua bahasa atau lebih.
Contoh :
No Ciri-ciri kata baku Ragam Baku (Benar) Ragam Tidak Baku (Salah)
- saya - gue
Tidak di pengaruhi
1 - ibu - nyokap
bahasa daerah
- bertemu - ketemu
Tidak di pengaruhi
- kesempatan lain - lain kesempatan
2 bahasa bahasa
- kantor tempat - kantor di mana
asing
Pemakaian kata
- suka akan - suka dengan
5 yang sesuai dengan
- desebabkan oleh - disebabkan karena
konteks kalimat
Terdapat 5 Ragam dalam laras bahasa yang digunakan, semua ragam dapat digunakan dalam
kondisi tertentu:
Dalam menggunakan Bahasa Indonesia, selain memperhatikan kata yang baik, maka harus
dilakukan dengan benar, maksud dari kata benar adalah bahasa indonesia yang sudah
disesuaikan dengan kaidah bahasa baku, baik dalam kaidah untuk bahasa baku tertulis
maupun bahasa baku lisan.
Menggunakan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun saat ini belum ada lafal baku yang
sudah ditetapkan, namun secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku ialah lafal yang
bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Contohnya : /habis/ dan bukan
/abis/; /atap/ dan bukan /atep/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/
Menggunakan ejaan yang resmi dalam ragam menulis. Ejaan yang berlaku hingga saat ini
dalam bahasa Indonesia adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus
mengikuti aturan ini.
Menggunakan kata-kata yang baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang
dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
Menggunakan kaidah dalam tata bahasa yang normatif. Misalnya dengan menerapkan suatu
pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
Menggunakan kalimat secara efektif. Beberapa pendapat umum yang mengatakan bahwa
bahasa Indonesia itu bertele-tele, Dalam bahasa baku pun sebenarnya mengharuskan
komunikasi secara efektif, yaitu pesan pembaca atau penulis harus diterima oleh pendengar
atau pembaca persis dengan apa maksud aslinya.
Setelah membahas aturan Bahasa Indonesia yang baik dan benar kita bisa menarik
kesimpulan bahwa Tata bahasa normatif, ejaan resmi, dan kalimat efektif bisa diterapkan
(dengan menyesuaikan lingkungan disekitar kita) mulai dari ragam beku hingga ragam akrab.
Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, akrab dan santai dapat
berakibat bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi.
Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar, Bahasa indonesia yang baik dan benar
dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan disamping itu
mengikuti kaidah bahasa yang betul.Berikut contoh pada undang-undang 1945:
Undang- undang dasar 1945, pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena
tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dari beberapa kalimat pada undang-undang dasar tersebut menunjukkan bahasa yang sangat
baku dan merupakan bahasa yang baik dan benar.Penggunaan kata yang baku dan lafal baku
pada ragam konsultatif, santai, dan akrab dapat berakibat bahasa menjadi tidak baik karena
tidak sesuai dengan situasi. Hal seperti ini menyebabkan penggunaan Bahasa Indonesia yang
tidak baik dan tidak tepat tempatnya.
Tugas bahasa indonesia 6
F. SINGKAT KEFORMALAN
Tingkat Keformalan Ragam bahasa indonesia, mempunyai tingkat keformalan yang berbeda-
beda yang dibedakan kedalam 5 bentuk tingkat keformalan, seperti :