MOSES
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
19
Tesis
Program Studi
Kesehatan Masyarakat
MOSES
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
20
21
Nama : Moses
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini
hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Yang menyatakan
Moses
22
PRAKATA
berkat bantuan dari berbagai pihak, maka tesis ini dapat selesai pada
SE., MS dan Bapak Dr. Anwar Daud, SKM., M.Kes, selaku tim
persaudaraan.
ini. Akhirnya saya berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
24
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
PRAKATA v
ABSTRAK vii
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN
xix
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 12
C. Tujuan Penelitian 14
D. Manfaat Penelitian 16
C. Epidemiologi Malaria 35
F. Kerangka Teori 59
G. Kerangka Konsep 60
pengukuran 61
I. Hipotesis Penelitian 67
D. Pengumpulan Data 73
E. Pengolahan Data 74
F. Analisa Data 75
H. Instrumen Penelitian 78
A. Hasil Penelitian 79
B. Pembahasan 134
V. PENUTUP 166
28
A. Kesimpulan 166
B. Saran 167
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
An. Anopheles
LL Lower Limit
Rendah
Sedang
OR Odds Rasio
P Plasmodium
pH Power Hydrogen
UL Upper Limit
0
C Derajat Celcius, satuan derajat panas
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Form Kuesioner Penelitian 179
7. Surat Izin Penelitian dari Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten 221
Kolaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terkena malaria. Jumlah kasus positif 81 juta, dengan kematian 781 ribu
1.100.000 kasus klinis, dan pada tahun 2010 meningkat lagi menjadi
2012).
kriteria sebagai berikut : dikatakan edemis tinggi (high) jika API = > 5‰,
endemis sedang (moderat) API = 1 sampai < 5‰, endemis rendah (low)
tahun 2012. Pada tahun 2010, jumlah penderita malaria klinis atau Annual
Malaria Incidence (AMI) sebesar 336 orang (1,090/00), yang positif malaria
2011, AMI sebesar 243 orang (8,580/00) dengan API sebesar 84 orang
40
(2,980/00) dan tahun 2012, AMI sebesar 1030 orang (3,360/00), API sebesar
terakhir yaitu pada Tahun 2010 API sebanyak 37 (35,84 0/00), Tahun 2011
data AMI tiga Tahun terakhir yaitu Tahun 2010 sebanyak 113 (120.24 0/00),
(94,830/00).
tahun 2010 Annual Malari Incidence (AMI) tiga tahun terakhir adalah
dan tahun 2012 sebanyak 24 (41,17‰) dan data API tiga tahun terakhir
2012).
adalah usia, jenis kelamin, genetik, kehamilan, status gizi, aktivitas keluar
rumah pada malam hari (perilaku individu) dan faktor kontekstual adalah
(Arsin, 2012).
kasa, penutup tubuh, aktivitas ke luar rumah malam, pekerjaan) dan faktor
nyamuk).
sangat buruk memiliki risiko sebesar 30% atau lebih sebagai tempat
rumah yang berupa bilik memiliki risiko 5,62 kali untuk terinfeksi malaria
(2007) menemukan bahwa ada hubungan antara jarak breeding site yang
memiliki breeding site dari rumah yang jaraknya < 50 m berisiko untuk
terkena malaria 1,77 kali dibandingkan dengan jarak breeding site dari
rumah > 50 m (OR : 1,77 ; 95% CI : 1,01 – 3,10). Penelitian yang serupa
tabulasi silang (uji chi square) diperoleh nilai p = 0,006, yang berarti
dengan kejadian malaria. Dalam uji tersebut diperoleh Odds Ratio (OR)
2,8 dengan confidence interval (CI) 95 % 1,381 – 5,512, hal ini berarti
vektor penular malaria sangat tergantung pada jenis atau tipe perairan
dan letak geografis daerah tersebut. Nyamuk yang ada di daerah pantai
sungai.
didalam rumah), obyek yang digigit yakni antrofilik (manusia) dan zoofilik
Shinta (2009), menemukan bahwa An. sundaicus di desa Jati Malang aktif
Purbalingga.
84,3%.
47
B. Rumusan Masalah
kenyataannya kasus malaria masih tetap ada di daerah ini. Salah satu
dan data Annual Malari Incidence (AMI) tiga tahun terakhir adalah tahun
(breeding site) dan tempat beristirahat (resting place) bagi nyamuk vektor
Kabupaten Kolaka?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Kolaka.
Kabupaten Kolaka.
Kabupaten Kolaka.
D. Manfaat Penelitian
malaria.
akan dilakukan.
55
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Malaria
Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
malaria tertiana benigna atau malaria ovale. Spesies yang paling banyak
2. Vektor Malaria
56
setempat antara lain ada nyamuk yang hidup di air payau pada tingkat
2000).
dalam siklus hidupnya yaitu telur, larva, kepompong dan nyamuk dewasa.
Telur, larva dan kepompong berada dalam air selama 5-14 hari. Nyamuk
berikut:
1. Telur
bertelur. Telur-telur itu diletakkan di dalam air dan mengapung di tepi air.
Telur tersebut tidak dapat bertahan di tempat yang kering dan dalam 2-3
2. Larva
mencari makan, sebuah torak dan sebuah perut. Mereka belum memiliki
dipermukaan air. Larva bernafas dengan lubang angin pada perut dan
berada pada habitatnya berupa alga, rotifera, protozoa, bakteri dan spora
tersentak pada seluruh badan atau bergerak terus dengan mulut. Larva
lanjut.
2 (a) 2 (b)
spesies lebih suka di air bersih. Larva pada nyamuk Anopheles ditemukan
di air bersih atau air payau yang memiliki kadar garam, rawa bakau, di
59
sawah, selokan yang dirtumbuhi rumput, pinggir sungai dan kali, dan
genangan air hujan. Banyak spesies lebih suka hidup di habitat dengan
tumbuhan. Habitat lainnya lebih suka sendiri. Beberapa jenis lebih suka di
3. Pupa
memerlukan udara. Pada pupa belum ada perbedaan antara jantan dan
betina. Pupa menetas dalam 1-2 hari menjadi nyamuk, dan pada
, 2007
60
4. Nyamuk Dewasa
yang kecil dengan 3 bagian : kepala, torak dan abdomen (perut). Kepala
Thorak berfungsi sebagai penggerak. Tiga pasang kaki dan sebuah kaki
betina menghisap darah. Darah tersebut lalu dicerna tiap waktu untuk
sisik hitam dan putih pada sayapnya. Nyamuk Anopheles dapat juga
dibedakan dari posisi beristirahatnya yang khas : jantan dan betina lebih
dengan permukaan.
61
(Depkes, 2004).
NusaTenggara An.subpictus
An.aconitus, An.sundaicus, An.
22 balabancensis, An.barbirostris, An. maculatus,
Barat
An.subpictus
An.aconitus, An.sundaicus, An.
23
NusaTenggaraTimur balabancensis, An.barbirostris, An. maculatus,
An.subpictus
24 Maluku An.subpictus, An.farauti, An.punculatus
25 Irian Jaya An.farauti, An.kodensis, An.punculatus
Sumber: Depkes (1987), Hadi (1999) dan Harijanto (2000)
Gejala yang khas tersebut biasanya ditemukan pada penderita non imun.
sakit kepala, kehilangan nafsu makan, merasa mual, di ulu hati, atau
muntah (semua gejala awal ini disebut gejala prodormal) (Sutrisna, 2004).
tunas adalah 12 hari (9-14) untuk malaria falciparum, 14 hari (8-17 hari)
untuk malaria vivax, 28 hari (18-40 hari) untuk malaria kuartana dan 17
63
hari (16-18 hari) untuk malaria ovale. Malaria yang disebabkan oleh
beberapa strain P.vivax tertentu mempunyai masa tunas yang lebih lama
dari strain P.vivax lainnya. Selain pengaruh spesies dan strain, masa
tunas bisa menjadi lebih lama karena pemakaian obat anti malaria untuk
a. Stadium dingin
64
Nadi penderita cepat, tetapi lemah. Bibir dan jari – jari pucat kebiru –
dan pada penderita anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung
b. Stadium Demam
bertambah keras, dan sering disertai dengan rasa mual atau muntah–
sangat haus dan suhu badan bisa meningkat sampai 41ºC. Stadium ini
c. Stadium berkeringat
membasahi tempat tidur. Namun suhu badan pada fase ini turun dengan
tertidur nyenyak dan pada saat terjaga, ia merasa lemah, tetapi tanpa
gejala lain. Stadium ini berlangsung selama 2-4 jam. Sesudah serangan
65
panas pertama terlewati, terjadi interval bebas panas selama antara 48-72
jam, lalu diikuti dengan serangan panas berikutnya seperti yang pertama;
di atas tidak selalu ditemukan pada setiap penderita, dan ini tergantung
2000).
dihasilkannya tumor necrosis faktor (TNF) oleh sel – sel makrofag yang
Pada malaria oleh P.vivax dan P.ovale sizon – sizon pecah setiap
48 jam sekali sehingga demam timbul setiap hari ketiga, yang terhitung
karena itu, serangan panas terjadi setiap hari keempat (malaria kuartana).
2004).
siklus ekso eritrositik (EE) sekunder atau hipnozoit dalam sel hati, suatu
sesudah malaria primer, disebut long- term relapse. Pada malaria karena
terjadi, karena kedua spesies ini tidak memiliki siklus EE sekunder dalam
terjadi dalam beberapa hari atau minggu (biasanya <8 minggu) sesudah
serangan malaria primer, disebut short term relapse. Namun pada malaria
kekambuhan terjadi dalam rentang waktu jauh lebih lama. Bisa terjadi
(Sutrisna, 2004).
68
masuk ke dalam sel hati dan segera menginfeksi sel hati. Selama 5-16
dalam sel hati menjadi matang, bentuk ini bersama sel hati yang diinfeksi
sel-sel darah merah tadi untuk mengulang siklus tadi. Keseluruhan siklus
yang terjadi berulang di dalam sel darah merah disebut siklus eritrositik
merozoit tidak lagi menjadi sizon, tetapi berbuah menjadi gametosit dalam
sel darah merah, yang terdiri dari gametosit jantan dan betina. Siklus
sel gamet jantan (mikrogamet) yang bergerak aktif mencari sel gamet
(Harijanto, 2000).
11-14 hari untuk P.falciparum, 9-12 hari untuk P.vivax, 14-15 hari untuk
C. Epidemiologi Malaria
ketinggian 400 meter di bawah permukaan laut dan 2600 meter diatas
Tenggara Timur. Kondisi wilayah yang adanya genangan air dan udara
tersebut melalui 2 siklus yang terdiri dari siklus aseksual di dalam tubuh
1. Tempat Perindukan
(Barodji, 2001).
sawah kira-kira pada padi berumur 2-3 minggu setelah tanam dan paling
(Barodji, 1987).
bambu/kayu, mata air, bekas telapak kaki kerbau dan kebun salak. Dari
seperti An. maculatus dan An. aconitus, karena larva An. Balabacencis
dapat hidup di beberapa jenis genganan air, baik genangan air hujan
dapat hidup secara optimal pada genangan air yang terlindung dari sinar
perindukannnya adalah di air payau dengan salinitas antara 0-25 per mil,
ditumbuhi tanaman air dan genangan air di bawah hutan bakau yang kena
2. Tempat Istirahat
lubang yang lembab dan teduh, terletak ditengah kebun salak (Damar,
2002).
lubang yang lembab dan teduh, terletak ditengah kebun salak (Damar,
darah An. balabacencis yaitu setelah tengah malam pukul 01.00. Aktivitas
a. Umur
bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang dan malaria selebral
dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk. Akan tetapi anak yang
b. Jenis kelamin
c. Imunitas
d. Ras
e. Status gizi
endemis malaria lebih rentan terhadap infeksi malaria. Status gizi dihitung
ada air. Nyamuk dewasa sekali bertelur sebanyak ± 100-200 butir, besar
80
telur sekitar 0,5 mm. Setelah 1-2 hari menetas menjadi jentik, 8-10 hari
menjadi kepompong (pupa), dan 1-2 hari menjadi nyamuk dewasa. Umur
minggu), sedang nyamuk betina lebih panjang sekitar rata-rata 1-2 bulan
(Depkes, 1999).
a. Perilaku nyamuk
2. Tempat menggigit
rumah.
dalam rumah.
manusia.
(Depkes, 2003).
gonotrofik. Untuk iklim tropis biasanya siklus ini berlangsung sekitar 48-96
c. Siklus gonotrofik
2003).
2012).
3. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Fisik
hanya saja yang dipilih genangan air yang terdapat pada lubang –
a) Suhu
bahkan terhenti bila suhu turun sampai dibawah suhu kritis pada suhu
(Depkes, 2004).
(Sucipto, 2011).
Pengaruh suhu ini berbeda bagi setiap spesies, pada suhu 26,7ºC
(Sucipto, 2011).
b) Kelembaban
lubang pada dinding tubuh nyamuk yang disebut spiracle. Adanya spiracle
luar rumah sebagai tempat hinggap istirahat pada siang hari, oleh
daerah-daerah tertentu.
Peneliti/
Lokasi Metode Hasil Temuan
Tahun
Suwito / 2010 Lampung Prospektif Kelembapan udara
Selatan berpengaruh 40,5% terhadap
kepadatan nyamuk Anopheles
dimana kelembapan rata-rata
tertinggi pada Desember
(84,30%) dan terendah pada
Agustus (76%)
c) Hujan
tetapi keadaan ini akan segera pulih cukup bila keadaan kembali normal.
Curah hujan yang cukup dengan jangka waktu lama akan memperbesar
2004).
d) Ketinggian
ketinggian di atas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Hal ini bisa
pegunungan Irian Jaya yang dulu jarang ditemukan malaria kini lebih
e) Angin
angin 11 – 14 meter per detik atau 25 – 31 mil per jam akan menghambat
nyamuk pada malam yang tenang (tidak ada angin), hanya dapat
angin kurang dari 5,4 meter per detik atau 12 mil per jam (Depkes, 2004).
90
f) Sinar Matahari
yang terkena sinar matahari langsung, An. hyracanus spp dan An.
dapat hidup baik di tempat teduh maupun kena sinar matahari (Sucipto,
2011).
g) Arus Air
mengalir lambat, sedangkan An. minimus menyukai aliran air yang deras
2) Lingkungan Biologik
air dan macam tempat air maka genangan air diklasifikasikan sebagai
Selain itu genangan air ditepi sungai dan kubangan, irigasi, saluran
91
populasi nyamuk disuatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti
sapi dan kerbau dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia,
3) Lingkungan kimia
180/00, dan tidak dapat berkembangbiak pada kadar garam 40 0/00 ke atas,
pula di air tawar. An latifer dapat hidup di tempat yang asam atau pH
2008).
Metode/
Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Desain
Semuel Analisis Faktor Case Ada hubungan antara
Franklyn Risiko Kejadian Control penggunaan kelambu,
Yawan Malaria di Wilayah Study kebiasaan keluar rumah
(2006) Kerja Puskesmas pada malam hari,
Bosnik Kecamatan kebiasaan menggantung
Biak Timur pakaian dan perilaku tidak
Kabupaten Biak- patuh minum obat terhadap
Numfor Papua kejadian malaria
Rumbiak Analisis Case Faktor lingkungan sosial
Helmin Manajemen Control budaya seperti kebiasaan
(2006) Lingkungan Study keluar rumah pada malam
Terhadap Kejadian hari, jarang membersihkan
Malaria di halaman sekitar rumah
Kecamatan Biak akan mempengaruhi
Timur Kabupaten kejadian malaria
Biak-Numfor Papua
Supri Faktor Risiko Case Faktor risiko yang memiliki
Ahmadi Kejadian Malaria di Control hubungan bermakna dengan
(2008) Desa Lubuk Nipis Study kejadian malaria antara lain :
Kecamatan kebiasaan menggunakan
Tanjung Agung kelambu (p=0,002 dan
Kabupaten Muara OR=4,060 ), kebiasaan
Enim menggunakan obat anti
nyamuk (p=0,001 dan OR =
4,210 ), Sedangkan
faktor risiko pemasangan
kawat kasa, kebiasaan keluar
rumah pada malam hari
menunjukan hubungan yang
tidak bermakna.
Ikrayama Faktor-faktor Risiko Case Berdasarkan hasil analisis
Babba Yang Control multivariat diperoleh bahwa
(2007) mempengaruhi Study faktor risiko lingkungan sosial
94
Lingkungan Fisik
Keberadaan Breeding site
larva Anopheles spp
(genangan air, Ground
pool, selokan, sungai,
rawa, sumur, kolam dan Pelayanan Kesehatan
sawah) Penyemprotan/IRS
Kondisi dinding rumah
Pemasangan kawat kasa
pada ventilasi
Langit-langit rumah
Suhu udara Kejadian
Kelembaban udara Malaria
Sosial Budaya
Kebiasaan keluar pada
malam hari tanpa
menggunakan pelindung
Lingkungan Biologi Kebiasaan menggunakan
Keberadaan kandang obat anti nyamuk
ternak Kebiasaan menggunakan
Keberadaan semak- kelambu
semak Kebiasaan menggantung
Keberadaan larva pakaian
Anopheles spp
Keterangan :
= Variabel Independen/bebas
= Variabel Dependen/terikat
97
1. Kejadian Malaria
Awiu selama kurun waktu tiga tahun yang didasarkan pada hasil
Skala : Nominal
tumbuhan air
habis hujan
dari rumah
Tidak ada : Jika tidak ada genangan air dengan jarak >50 meter dari
rumah
Skala : Nominal
sebagai pembatas antar ruangan yang terbuat dari bata merah, batako,
Skala : Nominal
99
Skala : Nominal
Skala : Nominal
6. Suhu Udara
Suhu udara adalah derajat panas udara di luar rumah responden yang
Skala : Nominal
7. Kelembaban Udara
Skala : Nomina
8. Kandang Ternak
Skala : Nominal
101
9. Keberadaan Semak-semak
Skala : Nominal
Positif Larva : Jika pada saat survei, ditemukan satu atau lebih larva
Anopheles spp.
Negatif Larva : jika pada saat survei, tidak ditemukan larva Anopheles
spp.
Skala : Nominal
memudahkan tergigit oleh nyamuk karena sifat vektor yang eksofilik dan
eksofagik.
102
Skala : Nominal
Skala : Nominal
tidur.
Skala : Nominal
dengan sembarangan
dalam rumah.
Skala : Nominal
15. Penyemprotan
Skala : Nominal
I. Hipotesis Penelitian
Kolaka.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
FR (+)
Malaria
Positif
FR (-)
Sampel
Retrospektif (Matching)
FR (+)
Malaria
Negatif
FR (-)
memiliki angka malaria tergolong tinggi diantara desa lainnya yang ada di
1. Populasi
a. Populasi referens
jiwa.
107
b. Populasi Studi
1) Populasi Kasus
2) Populasi Kontrol
dinyatakan bebas malaria serta memiliki umur dan jenis kelamin yang
kelompok kasus.
3 tahun terakhir
terakhir
108
3. Sampel
administatif yang dilakukan satu tahap (single stage). Desa Awiu terdiri
Incidence (HCI) jika API > 5 0/00, kriteria kasus sedang Moderate Case
Incidence (MCI) jika API 1 – 5 0/00, dan kriteria kasus rendah/Low Case
D. Pengumpulan Data
langsung.
(kubangan, selokan, sungai, rawa, sumur, kolam dan sawah), jarak rumah
anti nyamuk, kebiasaan diluar rumah pada malam hari dan kebiasaan
menggantung pakaian.
110
sekunder juga diambil melalui studi dokumentasi dari buku – buku dan
E. Pengolahan Data
1. Editing
2. Coding
3. Tabulating
4. Entry Data
F. Analisa Data
and Service Solution (SPSS ) versi 18.0 dengan tahapan sebagai berikut :
a. Analisa Univariat
b. Analisa Bivariat
hubungan antara dua variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Analisis faktor risiko antara dua variabel tersebut dengan melihat
nilai odds ratio (OR) yang menunjukkan besar risiko antara dua variabel
yang diuji. Besar risiko OR variabel bebas dengan terikat secara sendiri-
a) Jika OR lebih dari 1 dan batas bawah 95% CI tidak mencapai nilai 1,
b) Jika OR lebih dari 1 dan batas bawah 95% CI melewati nilai 1, maka
CI : 1,2 – 2,5.
c. Analisa Multivariat
bebas dengan variabel terikat dan variabel bebas mana yang paling besar
signifikan (p < 0,05). Menurut Sabri (2006) model regresi logistik secara
1
P=
1+
Dimana :
e = Bilangan natural
3. Kalau posisi larva sejajar dengan permukaan air, maka larva tersebut
adalah Anopheles.
114
4. Kalau posisi larva tersebut tidak sejajar dengan permukaan air yang
H. Instrumen Penelitian
udara
BAB IV
A. Hasil Penelitian
a. Letak Geografis
308,63 Km² atau 4,46 % dari luas wilayah kabupaten Kolaka. Dari luas
laut.
berikut ini.
117
b. Demografi
Penduduk yang tinggal di desa Awiu terdiri dari tiga suku antara
lain: suku makassar, suku toraja dan suku bugis dengan jumlah penduduk
583 jiwa.
c. Kependudukan
itu jika angka kelahiran pada suatu daerah cukup tinggi maka dapat
2012 adalah penduduk laki-laki sebesar 12.853 jiwa atau 50,40 % dan
berdasarkan rasio jenis kelamin pada tahun 2012 adalah 101 yang
penduduk perempuan.
rumah tangga tahun 2011 menjadi 7.932 rumah tangga pada tahun 2012
tangga.
3 Dusun 3 37 42 79 13.55
5 Dusun 5 46 29 75 12.86
desa Awiu adalah sebanyak 583 jiwa, jumlah penduduk perempuan 243
d. Pendidikan
121
jumlah guru sebanyak 8 orang dan murid 156 orang. Untuk sekolah dasar
menengah atas ada sebanyak 2 unit sekolah negeri dengan 18 guru dan
501 murid.
jumlah penduduk yang mencapai 583 jiwa karena hanya terdapat 1 unit
e. Mata Pencaharian
ke pelosok pedesaan.
123
Pada tahun 2012 ada 36 unit fasilitas kesehatan yang terdiri dari 1
bahwa tahun 2012 terdapat 18 tenaga kesehatan yang terdiri atas 1 orang
Sekertaris Desa. Namun jika ada masyarakat yang sakit untuk menuju
g. Keadaan Iklim
lain di Indonesia, mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim
dimana pada bulan tersebut angin Barat yang bertiup dari Asia dan
antara bulan tersebut angin Timur yang bertiup dari Australia sifatnya
kering dan kurang mengandung uap air. Khusus pada bulan April arah
angin tidak menentu, demikian pula curah hujan sehingga pada bulan ini
tidak merata, hal ini menimbulkan adanya wilayah daerah ini kering
dengan curah hujan kurang dari 2000 mm pertahun bahkan memiliki bulan
tahunnya kasus malaria tetap ada . Data kasus malaria klinis di desa Awiu
yang dilihat Annual Malari Incidence tiga tahun terakhir adalah tahun 2010
Kabupaten Kolaka.
Khususnya di desa Awiu yang dilihat Annual Parasite Incidence (API) tiga
126
kontrol di beri warna hijau. Breeding site larva anopheles spp berjumlah
11 titik, terdapat 9 titik positif larva anopheles spp sisanya 2 titik negatif
larva anopheles spp. Titik masing-masing diberi simbol lingkar warna yaitu
simbol, breeding site positif larva anopheles spp diberi warna kuning
kontrol di beri warna hijau. Breeding site larva anopheles spp berjumlah 2
titik, semua titik positif larva anopheles spp. Titik masing-masing diberi
simbol lingkar warna yaitu simbol, breeding site positif larva anopheles spp
di beri warna hijau. Breeding site larva anopheles spp berjumlah 7 titik,
semua titik positif larva anopheles spp. Titik masing-masing diberi lingkar
warna yaitu simbol, breeding site positif larva anopheles spp diberi warna
kuning.
132
Gambar 16. Peta jarak breeding site dengan rumah kelompok kasus dan
kelompok kontrol di dusun I dan dusun IV di Desa Awiu
Kecamatan Lambandia (Data primer, Tahun 2013).
133
Gambar 17. Peta jarak breeding site dengan rumah kelompok kasus dan
kelompok kontrol di dusun III dan dusun IV di Desa Awiu
Kecamatan Lambandia (Data primer, Tahun 2013).
134
Gambar 18. Peta jarak breeding site dengan rumah kelompok kasus dan
kelompok kontrol di dusun II di Desa Awiu Kecamatan
Lambandia (Data primer, Tahun 2013).
135
positif larva anopheles spp sebanyak tiga breeding site yaitu dua sumur
dan satu kubangan sedangkan negatif larva anopheles spp berjumlah dua
Gambar 19. Peta jenis breeding site kelompok kasus dan kelompok
kontrol di dusun I di Desa Awiu Kecamatan Lambandia
(Data primer, Tahun 2013).
136
breeding site positif larva anopheles spp yaitu satu kubangan, tiga sawah,
satu rawa, satu sumur dan satu selokan. Titik masing-masing diberi
lingkar warna yaitu simbol, breeding site positif larva anopheles spp diberi
warna kuning.
Gambar 20. Peta jenis breeding site kelompok kasus dan kelompok
kontrol di dusun II di Desa Awiu Kecamatan Lambandia
(Data primer, Tahun 2013).
137
Dari gambar 18 dibawah ini terlihat bahwa di dusun III Desa Awiu
Gambar 21. Peta jenis breeding site kelompok kasus dan kelompok
kontrol di dusun III di Desa Awiu Kecamatan Lambandia
(Data primer, Tahun 2013).
138
breeding site positif larva anopheles spp yaitu tiga sawah, satu sumur,
satu rawa, satu kubangan dan satu selokan. Titik masing-masing diberi
lingkar warna yaitu simbol, breeding site positif larva anopheles spp diberi
warna kuning.
Gambar 22. Peta jenis breeding site kelompok kasus dan kelompok
kontrol di dusun IV di Desa Awiu Kecamatan Lambandia
(Data primer, Tahun 2013).
c. Karakteristik Responden
139
1. Umur
pada Tabel 7:
(53,4%).
2. Jenis Kelamin
Tabel 8:
Kejadian Malaria
Jenis Total
No Kasus Kontrol
kelamin
N % N % n %
1 Laki-laki 16 53,3 16 53,3 32 53.3
3. Pendidikan
Tabel 9:
4. Pekerjaan
142
yang paling sedikit adalah yang bekerja sebagai tenaga honorer 2%,
d. Lingkungan Fisik
kasus kondisi dinding yang rapat 4 (13,3%) dan yang tidak rapat 26
rumah yang rapat 11 (36,7%) dan dinding rumah yang tidak rapat 19
(63,3%).
memasang kawat kasa pada ventilasi mereka baik pada responden kasus
4. Keberadaan Langit-Langit
kelompok kontrol hanya terdapat 2 (6,7%) yang memiliki plafon dan yang
5. Suhu Udara
13:
6. Kelembaban Udara
146
Tabel 14:
e. Lingkungan Biologi
N % N % n %
1 Ada 5 16,7 2 6,7 7 11,7
f. Pelayanan Kesehatan
149
Penyemprotan
g. Sosial Budaya
kasus yang sering keluar rumah pada malam hari 16 (53,3%) dan yang
responden kontrol yang sering keluar rumah pada malam hari 12 (40%)
dan yang tidak pernah keluar rumah pada malam hari 18 (60%).
kasus yang menggunakan obat anti nyamuk hanya 1 (3,3%) dan yang
3. Penggunaan Kelambu
(6,7%).
153
3. Analisis Bivariat
Odds Ratio (OR). Analisis bivariat dilakukan dengan membuat tabel silang
malaria di desa Awiu pada tahun 2013 di sajikan pada tabel-tabel berikut
antara lain:
malaria
penelitian sebesar 0,028 (0,028 < 0,05) berarti Ho di tolak, artinya ada
Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 3,500 dengan nilai lower
limit (LL) = 1,112 dan upper limit (UL) = 11,017. Karena nilai lower limit
rumah lebih beresiko terkena malaria 3,500 kali lebih besar dari yang
Malaria
Tabel 24. Analisis Faktor Risiko Kondisi dinding rumah dengan Kejadian
Malaria di Desa Awiu Tahun 2013
Kondisi Kejadian Malaria
No Dinding Kasus Kontrol p-value OR (95% CI)
Rumah
1 Tidak Rapat 26 19
3,763
2 Rapat 4 11 0,037
(1,038-13,646)
Jumlah 30 30
penelitian sebesar 0,037 (0,037 < 0,05) berarti Ho di tolak, artinya ada
Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 3,763 dengan nilai lower
limit (LL) = 1,038 dan upper limit (UL) = 13,646. Karena nilai lower limit
bahwa responden yang memiliki dinding rumah tidak rapat lebih beresiko
terkena malaria 3,763 kali lebih besar dari yang dinding rumahnya rapat.
keberadaan kawat kasa pada ventilasi rumah tidak dapat di analisis lebih
Kejadian Malaria.
penelitian sebesar 0,492 (0,492 > 0,05) berarti Ho di terima, artinya tidak
malaria. Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 0,483 dengan nilai
lower limit (LL) = 0,370 dan upper limit (UL) = 0,630. Karena nilai lower
limit dan upper limit melewati angka 1 maka dinyatakan tidak bermakna..
Tabel 26. Analisis Faktor Risiko Suhu Udara dalam rumah dengan
Kejadian Malaria di Desa Awiu Tahun 2013
Kejadian Malaria
No Suhu Udara p-value OR (95% CI)
Kasus Kontrol
1 20ºC-30ºC 7 6
1,217
2 <20ºC->30ºC 23 24 0,754
(0,355-4,170)
Jumlah 30 30
Hasil analisi statistik bivariat menunjukkan bahwa p-value
penelitian sebesar 0,754 (0,754 > 0,05) berarti Ho di terima, artinya tidak
ada hubungan antara suhu udara dalam rumah dengan kejadian malaria.
Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 1,217 dengan nilai lower
limit (LL) = 0,355 dan upper limit (UL) = 4,170. Karena nilai lower limit dan
Malaria
Kejadian Malaria
penelitian sebesar 0,424 (0,424 > 0,05) berarti Ho di terima, artinya tidak
Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 2,800 dengan nilai lower
limit (LL) = 0,498 dan upper limit (UL) = 15,734. Karena nilai lower limit
dan upper limit melewati angka 1 maka dinyatakan tidak bermakna.. Hasil
penelitian sebesar 0,004 (0,004 < 0,05) berarti Ho di tolak, artinya ada
Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 6,882 dengan nilai lower
limit (LL) = 1,707 dan upper limit (UL) = 27,752. Karena nilai lower limit
rumah lebih beresiko terkena malaria 6,882 kali lebih besar dari yang
Tabel 29. Analisis Faktor Risiko keberadaan larva anopheles spp dengan
Kejadian Malaria di Desa Awiu Tahun 2013
Keberadaan Kejadian Malaria
Larva Kasus Kontrol
No p-value OR (95% CI)
Anopheles
spp
1 Tidak 16 24 3,500
2 Ya 14 6 0,028
Jumlah 30 30 (1,112-11,017)
sebesar 0,028 (0,028 < 0,05) berarti Ho di tolak, artinya ada hubungan
Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 3,500 dengan nilai lower
limit (LL) = 1,112 dan upper limit (UL) = 11,017. Karena nilai lower limit
anopheles spp di sekitar rumah lebih beresiko terkena malaria 3,500 kali
lebih besar dari yang rumahnya tidak ada larva anopheles spp.
penelitian sebesar 1,000 (1,000 > 0,05) berarti Ho di terima, artinya tidak
uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 1,000 dengan nilai lower limit (LL) =
0,356 dan upper limit (UL) = 2,809. Karena nilai lower limit dan upper limit
Malaria
162
tabel berikut.
Tabel 31. Analisis Faktor Risiko Kebiasaan Keluar Rumah Pada Malam
Hari Tanpa Menggunakan Pelindung dengan Kejadian Malaria
di Desa Awiu Tahun 2013
Kebiasaan Kejadian Malaria
No Keluar Kasus Kontrol p-value OR (95% CI)
Rumah
1 Tidak 16 12 1,714
2 Ya 14 18 0,301
Jumlah 30 30 (0,616-4,772)
penelitian sebesar 0,301 (0,301 > 0,05) berarti Ho di terima, artinya tidak
ada hubungan antara kebiasaan keluar rumah pada malam hari tanpa
ratio di peroleh nilai OR = 1,714 dengan nilai lower limit (LL) = 0,616 dan
upper limit (UL) = 4,772. Karena nilai lower limit dan upper limit melewati
kejadian malaria.
163
penelitian sebesar 1,000 (1,000 > 0,05) berarti Ho di terima, artinya tidak
dengan nilai lower limit (LL) = 0,178 dan upper limit (UL) = 24,148. Karena
nilai lower limit dan upper limit melewati angka 1 maka dinyatakan tidak
Kejadian Malaria
penelitian sebesar 0,492 (0,492 > 0,05) berarti Ho di terima, artinya tidak
malaria. Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 2,071 dengan nilai
lower limit (LL) = 1,587 dan upper limit (UL) = 2,704. Karena nilai lower
limit dan upper limit melewati angka 1 maka dinyatakan tidak bermakna..
Kejadian Malaria
165
penelitian sebesar 1,000 (1,000 > 0,05) berarti Ho di terima, artinya tidak
malaria. Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 2,071 dengan nilai
lower limit (LL) = 0,178 dan upper limit (UL) = 24,148. Karena nilai lower
limit dan upper limit melewati angka 1 maka dinyatakan tidak bermakna.
malaria di Desa Awiu Tahun 2013 dapat di lihat pada Tabel berikut.
0. Tidak
memenuhi
syarat
1. Memenuhi
syarat
Kelembaban Udara
* *
6 0. Tidak ada
1. Ada
* *
0. Tidak ada
1. Ada
7 2,800 0,424
167
8 6,882 0,004
Keberadaan Larva 0. Tidak 1,112 –
1. Ya 11,017
Bermakna
Anopheles spp
0,356 –
9 3,500 0,028
2,809
Penyemprotan
0. Tidak
Tidak
1. Ya
Bermakna
0,616 –
4,772
10 1,000 1,000
Kebiasaan Keluar Tidak
Rumah pada Malam Bermakna
Hari 0. Tidak
1. Ya
0,178 –
11 1,741 24,148 0,301
Kebiasaan
Menggunakan Obat
Tidak
Anti Nyamuk
Bermakna
0. Tidak
1. Ya
Kebiasaan 1,587 –
Menggunakan 2,704
Kelambu
12 2,071 1,000
Tidak
Bermakna
Kebiasaan
Menggantung
0,178 –
Pakaian
24,148
Tidak
13 2,071 0,492 Bermakna
14 2,071 1,000
4. Analisis Multivariat
yang telah dilakukan analisis bivariat yang memiliki nilai p ≤ 0,25 dapat
Tabel 36. Hasil Analisis Bivariat yang di Jadikan Model Analisis Multivariat
Keberadaan
4 Larva 0. Tidak ada 3,500 1,112 – 11,017 0,028
1. Ada
Anopheles spp
Hasil analisis regresi logistic sederhana dapat dilihat pada tabel 37:
Keberadaan 1,374 –
3 Semak-semak 1,870 0,792 5,575 0,018 6,491 30,656
logistic untuk melihat faktor risiko yang paling berpengaruh dari semua
B. Pembahasan
0,028 (0,028 < 0,05) berarti Ho di tolak, artinya ada hubungan antara
ratio di peroleh nilai OR = 3,500 dengan nilai lower limit (LL) = 1,112 dan
upper limit (UL) = 11,017. Karena nilai lower limit dan upper limit tidak
yang memiliki breeding site di sekitar rumah lebih beresiko terkena malaria
3,500 kali lebih besar dari yang rumahnya tidak ada breeding site dengan
jarak 50 meter.
kubangan, sumur dan selokan. Jenis breeding site yang terbanyak adalah
172
sawah 9 (45%) dan yang paling sedikit yaitu selokan dan rawa masing-
An.vagus dan An. sundaicus. Nyamuk jenis ini dapat ditemukan di sawah,
rawa, dan kolam/ tambak yang tidak terurus, sumur, selokan dan
kasus malaria pada rumah yang disekitarnya terdapat genangan air dapat
genangan air di sekitar rumah lebih besar pada kelompok kasus yaitu
dan An.vagus bersifat antropofilik yaitu lebih menyukai darah manusia, jika
173
2012). Penelitian ini juga di perkuat oleh penelitian Dedi Mahyudi Syam
yang tidak terdapat genangan air. Penelitian yang sama dilakukan oleh
responden kasus kondisi dinding yang rapat 4 (13,3%) dan yang tidak
dinding rumah yang rapat 11 (36,7%) dan dinding rumah yang tidak rapat
spp akan bebas masuk kedalam rumah pada malam hari sehingga akan
penelitian sebesar 0,037 (0,037 < 0,05) berarti Ho di tolak, artinya ada
Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 3,763 dengan nilai lower
limit (LL) = 1,038 dan upper limit (UL) = 13,646. Karena nilai lower limit
bahwa responden yang memiliki dinding rumah tidak rapat lebih beresiko
terkena malaria 3,763 kali lebih besar dari yang dinding rumahnya rapat.
terbuat dari papan maupun yang terbuat dari anyaman bambu yang
sebagian besar terdapat dinding yang tidak rapat. Keadaan dinding yang
besar bila dibandingkan dengan kondisi dinding rumah yang rapat. Kondisi
yang buruk dan berlubang. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
mempunyai risiko terkena malaria 4,5 kali lebih besar. Sementara Hidayat
176
memasang kawat kasa pada ventilasi mereka, baik pada responden kasus
pada ventilasi rumah tidak dapat di analisis lebih lanjut kedalam uji
dianggap penting.
memasang kasa pada ventilasi rumahnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil
177
(Anjasmoro, 2013).
(uji chi square), diperoleh nilai p = 0,027 yang berarti secara statistik
yang tidak dipasang kawat kasa mempunyai risiko untuk tertular penyakit
178
dengan atap yang terbuat dari kayu, internit maupun anyaman bambu
halus. Jika tidak ada langit-langit berarti ada lobang atau celah antara
dengan nyamuk Anopheles lebih besar dibanding dengan rumah yang ada
penelitian sebesar 0,492 (0,492 > 0,05) berarti Ho di terima, artinya tidak
malaria. Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 0,483 dengan nilai
lower limit (LL) = 0,370 dan upper limit (UL) = 0,630. Karena nilai lower
179
limit dan upper limit melewati angka 1 maka dinyatakan tidak bermakna..
yang buruk pada anak-anak kelompok kasus dan kontrol karena kondisi
kejadian malaria.
Besar hubungan tersebut dari odds ratio diperoleh 8,5 yang berarti bahwa
(Aprilia 2009).
penelitian sebesar 0,754 (0,754 > 0,05) berarti Ho di terima, artinya tidak
ada hubungan antara suhu udara dalam rumah dengan kejadian malaria.
Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 1,217 dengan nilai lower
181
limit (LL) = 0,355 dan upper limit (UL) = 4,170. Karena nilai lower limit dan
maupun kontrol sama yaitu berkisar antara 20- 34ºC, Dari hasil penelitian
antara 20ºC -30ºC, sedangkan suhu yang sedikit dibawah suhu optimum
saat suhu udara tinggi yakni bulan mei (25,8ºC) rata-rata kepadatan
Pada kelembaban yang lebih tinggi, nyamuk akan menjadi lebih aktif dan
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh
per orang per malam (MBR). Hal ini dibuktikan berdasarkan uji statistik
184
terlindung dari cahaya matahari dan lembab. Selain itu beberapa jenis
penelitian sebesar 0,424 (0,424 > 0,05) berarti Ho di terima, artinya tidak
Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 2,800 dengan nilai lower
limit (LL) = 0,498 dan upper limit (UL) = 15,734. Karena nilai lower limit
dan upper limit melewati angka 1 maka dinyatakan tidak bermakna.. Hasil
sapi, kambing, dan kuda dibandingkan dengan ayam, itik, anjing dan
kucing. Di Desa Awiu sebagian besar memiliki ternak ayam dan itik.
Biak menunjukkan bahwa 57,6% ibu hamil yang pernah menderita malaria
memiliki rumah dengan jarak kandang ternak yang jauh. Berdasarkan uji
7,448 dengan nilai P=0,000 bermakna secara statistik yang artinya ibu
hamil yang tinggal dengan jarak kandang ternak yang jauh dengan rumah
memiliki resiko 3,844 kali lebih besar menderita malaria dibandingkan ibu
186
hamil yang tinggal dengan jarak kandang ternak yang dekat dengan
sekitar rumah memiliki risiko 1,3 kali menyebabkan malaria tetapi tidak
sama juga di peroleh dari hasil penelitian yang dilakukan Budiyanto (2011)
confidence interval (CI) 95% 1,650 – 6,693, yang artinya responden yang
187
pada α = 0,05 dengan p-value = 0,000. Besar hubungan tersebut dari hasil
odds ratio diperoleh angka sebesar 0,01 berarti keluarga yang tinggal di
sekitarnya akan menjadi teduh dan lembab. Kondisi ini merupakan tempat
yang baik untuk untuk beristirahat bagi nyamuk dan juga tempat
tergenang.
188
penelitian sebesar 0,004 (0,004 < 0,05) berarti Ho di tolak, artinya ada
Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 6,882 dengan nilai lower
limit (LL) = 1,707 dan upper limit (UL) = 27,752. Karena nilai lower limit
rumah lebih beresiko terkena malaria 6,882 kali lebih besar dari yang
ditembus oleh sinar matahari berada dekat di sekitar rumah. Dilihat dari
semak yang rimbun berakibat lingkungan menjadi teduh serta lembab dan
analisis statistik melalui uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan
0,019. Besar hubungan tersebut dari hasil odds ratio diperoleh angka
penyakit malaria 0,1 kali dibanding dengan keluarga yang tinggal di rumah
penelitian sebesar 0,028 (0,028 < 0,05) berarti Ho di tolak, artinya ada
malaria. Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 3,500 dengan nilai
lower limit (LL) = 1,112 dan upper limit (UL) = 11,017. Karena nilai lower
limit dan upper limit tidak melewati angka 1 maka dinyatakan bermakna.
anopheles spp di sekitar rumah lebih beresiko terkena malaria 3,500 kali
lebih besar dari yang rumahnya tidak ada larva anopheles spp.
191
diberi air, yang masih ada batang padi dan jerami yang berserakan,
(Mardiana, 2009).
siklus hidup nyamuk tidak terputus. Jenis nyamuk malaria yang tempat
al., 2009).
menggunakan insektisida.
program pemberantasan penyakit tular vektor yang hingga saat ini masih
siklus, dimana tiap siklus dilakukan selama enam bulan sekali. Yaitu siklus
pertama pada bulan januari dan siklus kedua pada bulan juli dimana
penyemprotan pada tahun 2012 hanya dilakukan sekali saja yaitu siklus
pertama saja dan juga pada tahun 2013 hanya dilakukan siklus pertama
saja. Hal ini tidak memenuhi salah satu syarat penyemprotan yaitu
yang dilakukan tidak efektif dan efisien belum tepat sasaran, belum tepat
waktu dan cara, jenis dan dosis insektisida juga tidak tepat. Pengendalian
kejadian malaria
194
penelitian sebesar 0,301 (0,301 > 0,05) berarti Ho di terima, artinya tidak
ada hubungan antara kebiasaan keluar rumah pada malam hari tanpa
ratio di peroleh nilai OR = 1,714 dengan nilai lower limit (LL) = 0,616 dan
upper limit (UL) = 4,772. Karena nilai lower limit dan upper limit melewati
kejadian malaria.
di luar rumah pada malam hari pada kelompok kasus hampir sama
dengan kelompok kontrol. Kebiasaan di luar rumah pada malam hari pada
keluar rumah pada malam hari memudahkan gigitan nyamuk diluar rumah,
pada malam hari di luar rumah tidak ada orang, nyamuk ini masuk
responden kasus jenis kegiatan yang paling banyak dilakukan adalah jaga
kontrol jenis kegiatan yang paling banyak dilakukan jaga kebun 9 (75%),
(8,3%). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hasan Husin (2007), hasil analisis bivariat variabel kebiasaan keluar
196
rumah malam hari dengan kejadian malaria didapat nilai p = 0,730 atau p
> 0,05. Secara statistik dapat dikatakan tidak ada hubungan antara
malaria didapat nilai p = 0,560 atau p > 0,05. Secara statistik dapat
dikatakan tidak ada hubungan antara kebiasaan keluar rumah malam hari
berada di luar rumah pada malam hari dengan kejadian penyakit Malaria,
dengan nilai P = 0,000 (P Value < 0,5) dan responden yang memiliki
kejadian malaria
197
2,071 dengan nilai lower limit (LL) = 0,178 dan upper limit (UL) = 24,148.
Karena nilai lower limit dan upper limit melewati angka 1 maka dinyatakan
dan kelompok kontrol memiliki peluang yang sama untuk digigit nyamuk
antara nyamuk dengan orang sehat tidak hanya di dalam kamar tidur
anti nyamuk pada saat tidur pada malam hari hanya akan berisiko terkena
199
malaria sebesar 0,23 kali dibanding dengan mereka yang tidur tidak
malaria
penelitian sebesar 0,492 (0,492 > 0,05) berarti Ho di terima, artinya tidak
malaria. Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 2,071 dengan nilai
lower limit (LL) = 1,587 dan upper limit (UL) = 2,704. Karena nilai lower
limit dan upper limit melewati angka 1 maka dinyatakan tidak bermakna..
200
(p=0,479).
sebesar 0,008 (0,008 < 0,005) berarti Ho ditolak artinya ada hubungan
201
beresiko terkena malaria 10,714 kali lebih besar dari yang menggunakan
kelambu.
malaria
penelitian sebesar 1,000 (1,000 > 0,05) berarti Ho di terima, artinya tidak
malaria. Kemudian uji Odds ratio di peroleh nilai OR = 2,071 dengan nilai
lower limit (LL) = 0,178 dan upper limit (UL) = 24,148. Karena nilai lower
limit dan upper limit melewati angka 1 maka dinyatakan tidak bermakna..
202
77,8% dan pada kelompok kontrol 71,1%. Hasil uji statistic dipdapatkan
malaria didapat nilai p-value = 0,551 atau p > 0,05. Secara statistik dapat
C. Keterbatasan Penelitian
bebas maupun variabel terikat dilakukan satu kali pada saat yang relatif
tidak diteliti.
204
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
4. Faktor sosial budaya seperti kebiasaan keluar rumah pada malam hari,
B. Saran
Puskesmas.
penyakit malaria.
2. Bagi Masyarakat
tergenang.
206
teratur.
dalam rumah.
Daftar Pustaka
Gambar 13. Breeding Site Sawah Negatif Larva di dusun I Desa Awiu
Kecamatan Lambandia Tahun 2013
Gambar 14. Breeding Site bekas pijakan ban negative larva di dusun I
Desa Awiu Kecamatan Lambandia Tahun 2013
221
Gambar 17. Breeding site Sawah di dusun III Desa Awiu Kecamatan
Lambandia Tahun 2013
CROSSTABS
/TABLES=BS Dinding Kasa Plafon Penghuni Suhu Kelembaban BY
Plasmodium
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT ROW
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
[DataSet0] D:\SPSS Penelitian.sav
Cases
Keberadaan BS * Hasil
60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
Pemeriksaan
Kondisi Dinding * Hasil
60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
Pemeriksaan
Keberadaan Kasa * Hasil
60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
Pemeriksaan
Keberadaan Plafon * Hasil
60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
Pemeriksaan
Kepadatan Penghuni * Hasil
60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
Pemeriksaan
Suhu * Hasil Pemeriksaan 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
Kelembaban * Hasil
60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
Pemeriksaan
Crosstab
Positif Negatif
Count 14 6 20
Ya
% within Keberadaan BS 70.0% 30.0% 100.0%
Keberadaan BS
Count 16 24 40
Tidak
% within Keberadaan BS 40.0% 60.0% 100.0%
Count 30 30 60
Total
% within Keberadaan BS 50.0% 50.0% 100.0%
225
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4.800 1 .028
b
Continuity Correction 3.675 1 .055
Likelihood Ratio 4.902 1 .027
Fisher's Exact Test .054 .027
Linear-by-Linear Association 4.720 1 .030
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Lower Upper
Crosstab
Positif Negatif
Count 26 19 45
Tidak Rapat
% within Kondisi Dinding 57.8% 42.2% 100.0%
Kondisi Dinding
Count 4 11 15
Rapat
% within Kondisi Dinding 26.7% 73.3% 100.0%
Count 30 30 60
Total
% within Kondisi Dinding 50.0% 50.0% 100.0%
226
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4.356 1 .037
b
Continuity Correction 3.200 1 .074
Likelihood Ratio 4.490 1 .034
Fisher's Exact Test .072 .036
Linear-by-Linear Association 4.283 1 .038
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Lower Upper
Crosstab
Positif Negatif
Count 30 30 60
Keberadaan Kasa Tidak
% within Keberadaan Kasa 50.0% 50.0% 100.0%
Count 30 30 60
Total
% within Keberadaan Kasa 50.0% 50.0% 100.0%
227
Chi-Square Tests
Value
a
Pearson Chi-Square .
N of Valid Cases 60
Risk Estimate
Value
Crosstab
Positif Negatif
Count 30 28 58
Tidak
% within Keberadaan Plafon 51.7% 48.3% 100.0%
Keberadaan Plafon
Count 0 2 2
Ya
% within Keberadaan Plafon 0.0% 100.0% 100.0%
Count 30 30 60
Total
% within Keberadaan Plafon 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2.069 1 .150
b
Continuity Correction .517 1 .472
Likelihood Ratio 2.842 1 .092
Fisher's Exact Test .492 .246
Linear-by-Linear Association 2.034 1 .154
N of Valid Cases 60
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.
b. Computed only for a 2x2 table
228
Risk Estimate
Lower Upper
Crosstab
Positif Negatif
Count 7 6 13
20 - 30
% within Suhu 53.8% 46.2% 100.0%
Suhu
Count 23 24 47
< 20 atau > 30
% within Suhu 48.9% 51.1% 100.0%
Count 30 30 60
Total
% within Suhu 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .098 1 .754
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .098 1 .754
Fisher's Exact Test 1.000 .500
Linear-by-Linear Association .097 1 .756
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.50.
b. Computed only for a 2x2 table
229
Lower Upper
Crosstab
Positif Negatif
Count 30 30 60
Kelembaban > 60
% within Kelembaban 50.0% 50.0% 100.0%
Count 30 30 60
Total
% within Kelembaban 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value
a
Pearson Chi-Square .
N of Valid Cases 60
Risk Estimate
Value
Logistic Regression
[DataSet1] D:\SPSS Penelitian.sav
Warnings
Total 60 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 60 100.0
Positif 0
Negatif 1
a,b
Classification Table
Predicted
Positif 0 30 .0
Hasil Pemeriksaan
Step 0 Negatif 0 30 100.0
a
Variables not in the Equation
Score df Sig.
BS 4.800 1 .028
Chi-square df Sig.
Model Summary
a
Classification Table
Predicted
Positif 27 3 90.0
Hasil Pemeriksaan
Step 1 Negatif 15 15 50.0
Lower Upper
a
Dinding 1.635 .834 3.843 1 .050 5.128 1.000 26.281
Step 1
Semak 1.870 .792 5.575 1 .018 6.491 1.374 30.656
I. IDENTITAS RESPONDEN
Jenis kelamin
1 1. Laki-laki
2. Perempuan
Berapakah umur anda/ibu/bapak?
2 ................. (tahun)
Pendidikan terakhir ?
1. Tidak Sekolah 5. SMP
3 2. Belum Sekolah 6. SMA
3. TK 7. S1
4. SD 8. S2/S3
Pekerjaan?
1. Petani 6. Pelajar/Mahasiswa
2. PNS 7. TNI/Polri
4
3. Honorer 8. Buruh/Kuli
4. Ibu Rumah Tangga 9. Tidak Bekerja
5. Nelayan 10. Lainnya, (........................)
Hasil Pemeriksaan sediaan Darah di Puskesmas Lowa?
5 1. Positif
2. Negatif
Waktu Pemeriksaan?
6
..................................................................