Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas oleh
analisis titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-
beda, menghasilkan kemungkinan banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi
syarat untuk dipergunakan dalam analisi titrimetrik dan penerapan-penerapannya cukup banyak.

Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat
oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan
membentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukn dengan menggunakan larutan baku
tiosulfat. Sedangkan iodimetri adalah merupakan analisis titrimetri yang secara langsung
digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau
dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi kembali dengan larutan
tiosulfat.
BAB 2
ISI

Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat
oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan
membentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukn dengan menggunakan larutan baku
tiosulfat .

Oksidator + KI → I2 + 2e
I2 + Na2 S2O3 → NaI + Na2S4O6

Sedangkan iodimetri adalah merupakan analisis titrimetri yang secara langsung


digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau
dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi kembali dengan larutan
tiosulfat.

Reduktor + I2 → 2I-
Na2S2 O3 + I2 → NaI +Na2S4 O6

Untuk senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang rendah dapat direksikan secara
sempurna dalam suasana asam. Adapun indikator yang digunakan dalam metode ini adalah
indikator kanji. Sedangkan bromometri merupakan metode oksidasi reduksi dengan dasar reaksi
aksidasi dari ion bromat .

BrO3- + 6H+ + 6e → Br- + 3H2O

Adanya kelebihan KBrO3 dalam larutan akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan
ion bromat

BrO3 + Br- + H+ → Br2 +H2O


Bromin yang dibebaskan akan merubah warna larutan menjadi kuning pucat (warna
merah ), jika reaksi antara zat dan bromine dalam lingkungan asam berjalan cepat maka titrasi
dapat secara langsung dilakukan. Namun bila lambat maka dapat dilakukan titrasi tidak langsung
yaitu larutan bromine ditambah berlebih dan kelebihan bromine ditentukan secar iodometri.
Bromin dapat diperoleh dari penambahan asam kedalam larutan yang mengandung kalium
bromat dan kalium bromide.
Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi
langsung dengan iodin adalah tiosulfat, arseni dan entimon, sulfida dan ferosianida. Kekuatan
reduksi yang dimiliki oleh dari beberapa substansi ini adalah tergantung dari pada konsentrasi
ion hydrogen, dan reaksi dengan iodin baru dapat dianalisis secara kuantitatif hanya bila kita
melakukan penyesuaian ph yang sulit.
Dalam menggunakan metode iodometrik kita menggunakan indikator kanji dimana warna
dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator
bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat
pelarut seperti karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan larutan dari kanji lebih umum
dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin–kanji bertindak sebagai suatu tes
yang amat sensitiv untuk iodin. 
Dalam beberapa proses tak langsung banyak agen pengoksid yang kuat dapat dianalisis
dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena
banyak agen pengoksid yang membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, Natrium
tiosulfat biasanya digunakan sebagai titrannya. Titrasi dengan arsenik membutuhakn larutan
yang sedikit alkalin.Dalam larutan yang sedikit alkalin atau netral, oksidasi menjadi sulfat tidak
muncul terutama jika iodin dipergunakan sebagai titran. Banyak agen pengoksid kuat, seperti
garam permanganat, garam dikromat yang mengoksid tiosulfat menjadi sulfat, namun reaksinya
tidak kuantitatif.
Pada penentuan iodometrik ada banyak aplikasi proses iodometrik seperti tembaga
banyak digunakan baik untuk biji maupun paduannya metode ini memberikan hasil yang lebih
sempurna dan cepat daripada penentuan elektrolit tembaga.
Pada metode bromometri, kalium bromat merupakan agen pengoksid yang kuat dengan
potensial standar dari reaksinya

BrO3 + 6H+ + 6e → Br- + 3H2O


Adalah +1,44 V. Reagen dapat digunakan dalam dua cara yaitu sebagai sebuah oksdasi
langsung untuk agen-agen pereduksi tertentu dan untuk membangkitkan sejumlah bromin yang
kuantitasnya diketahui.
Sejumlah agen pereduksi pada titrasi langsung metode bromometri sepertyi arsenik, besi
(II) dan sulfida serta disulfida organik tertentu dapat dititrasi secara langsung dengan sebuah
larutan kalium bromat .
Kehadiran bromin terkadang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi,
beberapa indikator organik yang bereaksi dengan bromin untuk memberikan perubahan warna.
Perubahan warna ini biasanya tidak reversibel dan kita harus hati-hati agar kita mendapatkan
hasil yang lebih baik .
Reaksi brominasi senyawa-senyawa organik larutan standar seperti kalium bromat dapat
dipergunakan untuk menghasilkan sejumlah bromin dengan kuantitas yang diketahui. Bromin
tersebut kemudian dapat digunakan untuk membrominasi secara kuantitatif berbagai senyawa
organik. Bromide berlebih hadir dalam kasus-kasus semacam ini, sehingga jumlah bromin yang
dihasilkan dapat dihitung dari jumlah KBrO3 yang diambil. Biasanya bromin yang dihasilkan
apabila terdapat kelebihan pada kuantitas yang dibutuhkan untuk membrominasi senyawa
organik tersebut untuk membantu memaksa reaksi ini agar selesai sepenuhnya.Reaksi bromin
dengan senyawa organiknya dapat berupa subtitusi atau bisa juga reaksi adisi.
Dalam menganalisa suatu senyawa dalam hal ini adalah obat dapat digunakan analisis
secara kuantitatif (penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel) dan analisis
secara kualitatif (identifikasi zat-zat dalam suatu sampel). Intinya tujuan analisis secara kualitatif
adalah memisahkan serta mengidentifikasi sejumlah unsur (Day & Underwood, 1981).
Diantara sekian banyak contoh teknik atau cara dalam analisis kuantitatif terdapat dua
cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung
dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri (digunakan larutan iodium untuk
mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya).
Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator
yang lemah. Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri (oksidator yang dianalisis
kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya
iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium thiosilfat standar atau
asam arsenit) (Bassett, 1994).
Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes titran. perubahan warna yang terjadi
pada larutan akan semakin jelas dengan penambahan indikator amilum/kanji (Svehla, 1997).
Iodium merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida merupakan suatu pereaksi
reduksi yang cukup kuat. Dalam proses analitik iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi
(iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat
merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium.
Maka jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup
kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik.
Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan
pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat (Day &
Underwood, 1981).
Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu
larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan
titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Bassett, 1994).
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium
thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak
boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan
standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama (Day &
Underwood, 1981).
Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk natrium thiosulfat dan
dianjurkan apabila thiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga. Potensial standar
pasangan Cu(II) – Cu(I),

Cu2+ + e ? Cu+ Eo= +0.15 V

(Day & Underwood, 1981).

Karena harga E° iodium berada pada daerah pertengahan maka sistem iodium dapat
digunakan untuk oksidator maupun reduktor. I2 adalah oksidator lemah sedangkan iodida secara
relatif merupakan reduktor lemah. Jika Eo tidak bergantung pada pH (pH < eo=" 0.535" eo="
6.21" eo=" +" ph =" 5,0">

Anda mungkin juga menyukai