Dasar
Dasar
Dasar
Dasar-
--
-Dasar Analisis Kestabilan Lereng
Dasar Analisis Kestabilan Lereng
Dasar Analisis Kestabilan Lereng
Dasar Analisis Kestabilan Lereng
1. Pendahuluan
Lereng adalah permukaan bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang horisontal.
Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi atau karena dibuat oleh manusia. Lereng
yang terbentuk secara alamiah misalnya lereng bukit dan tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia
antara lain yaitu galian dan timbunan untuk membuat jalan raya dan jalan kereta api, bendungan, tanggul
sungai dan kanal serta tambang terbuka. Beberapa contoh lereng buatan diperlihatkan dalam gambar-
3. Lereng Buatan
3.1 Timbunan
Analisis kestabilan lereng timbunan biasanya lebih mudah dan mempunyai ketidakpastian yang lebih
rendah daripada lereng alami dan galian. Hal ini disebabkan karena material yang digunakan untuk
Untuk timbunan dari material yang takberkohesi, seperti kerikil, pasir atau lanau, parameter yang
mempengaruhi kestabilan timbunan yaitu: sudut gesek, berat satuan tanah, tekanan air pori dan sudut
kemiringan lereng. Longsoran yang terjadi pada timbunan tipe ini biasanya merupakan gelinciran
translasional atau gelinciran rotasional yang dangkal. Tekanan air pori yang diakibatkan oleh
rembesan akan mengurangi kestabilan timbunan, seringkali dalam analisis diasumsikan muka air
tanah berada pada permukaan lereng dan rembesan sejajar dengan permukaan lereng. Kondisi ini
Kestabilan lereng timbunan dari material yang berkohesi seperti lempung, pasir berlempung,
tergantung pada beberapa faktor sebagai berikut: sudut gesek, kohesi, berat jenis tanah, tekanan air
pori dan geometri lereng. Longsoran yang biasanya terjadi pada jenis timbunan ini biasanya
merupakan gelinciran yang dalam dengan permukaan yang menyentuh bagian atas dari lapisan keras
Untuk timbunan yang dibuat di atas material yang mempunyai kekuatan geser lemah, selain kekuatan
terjadi penurunan pada material pondasi yang diakibatkan oleh penambahan beban. Penurunan juga
timbunan dengan pondasi di bawahnya. Untuk menghindari hal ini dapat dibuat beberapa perkuatan
pada timbunan atau jika memungkinan dengan membuang material lunak pada pondasi.
Metode analisis dan pengujian untuk menentukan parameter kekuatan geser dari ketiga kondisi
tersebut diberikan pada Tabel 1. Kestabilan lereng jangka pendek dapat juga dianalisis dengan
menggunakan konsep tegangan efektif jika lereng dapat terdrainase dengan cepat.
Tegangan efektif
Kestabilan jangka Tekan takterkekang
(Unconsolidated-Undrained,
UU)
Triaksial terkonsolidasi-
takterdrainase
(Consolidated-Undrained, CU)
tanpa pengukuran
Triaksial terkonsolidasi
terdrainase
(Cconsolidated-Drained ,CD)
Triaksial terkonsolidasi-
takterdrainase
(Consolidated-Undrained, CU)
dengan
UU)
Triaksial terkonsolidasi-
terdrainase
(Consolidated-Undrained, CU)
tanpa pengukuran
Kestabilan timbunan akan berfluktuasi selama proses kontruksi dilakukan dan juga setelah konstruksi
selesai. Hal ini diakibatkan karena perubahan kekuatan geser material pada timbunan yang disebabkan
oleh perubahan tekanan air pori dan perubahan beban yang bekerja pada timbunan. Ilustrasi dari
Kestabilan lereng timbunan akan berkurang apabila tinggi timbunan dinaikkan karena lereng akan
semakin tinggi dan beban pada pondasi juga bertambah. Sebagai akibatnya maka kestabilan jangka
pendek atau kestabilan pada akhir konstruksi timbunan biasanya merupakan kondisi kestabilan yang
paling kritis dan lebih menentukan daripada kestabilan jangka panjang. Setelah timbunan selesai
dibuat maka faktor keamanan akan bertambah seiring dengan bertambahnya umur timbunan karena
adanya konsolidasi pada timbunan dan berkurangnya tekanan air pori sehingga kekuatan geser
3.2 Galian
Tujuan dari rancangan galian adalah untuk menentukan tinggi dan sudut kemiringan lereng yang
optimum sehingga lereng tetap stabil dalam jangka waktu yang diinginkan. Lamanya kondisi
kestabilan lereng yang harus dipenuhi ditentukan oleh apakah galian bersifat permanen atau
sementara, pekerjaan perawatan yang dirancang pada lereng serta pemantauan kondisi kestabilan yang
Galian dapat dibuat dengan sudut kemiringan tunggal atau menggunakan sudut kemiringan yang
bervariasi sesuai dengan tipe material yang digali. Misalnya untuk lereng yang terdiri dari material
tanah dan batuan, sudut kemiringan lereng batuan dapat dibuat lebih terjal daripada lereng tanah.
Penggalian lereng juga dapat dilakukan secara berjenjang dengan menggunakanberm untuk setiap
interval ketinggian. Apabila penggalian dilakukan secara berjenjang maka harus dilakukan analisis
untuk kestabilan lereng secara keseluruhan maupun lereng tunggal pada setiap jenjang.
Bentuk longsoran yang terjadi pada galian dengan material yang homogen biasanya berupa
sebuah busur lingkaran. Untuk galian pada material yang tidak homogen bentuk longsorannya
akan dipengaruhi oleh distribusi kekuatan geser dalam lereng dan biasanya bidang runtuhnya
bukan berupa sebuah busur lingkaran. Kestabilan lereng galian juga harus ditentukan untuk
konstruksi maupun setelah pekerjaan konstruksi selesai. Hal ini disebabkan oleh adanya
perubahan tekanan air pori, tegangan geser dan pembebanan pada lereng yang mengakibatkan
perubahan kekuatan geser material. Variasi kondisi kestabilan ini ditunjukkan pada Gambar 6.
http://htmlimg2.scribdassets.com/j45rn91yojobuyo/images/10-fcef94cdee/000.jpg
Kestabilan jangka panjang dari lereng galian biasanya lebih menentukan dari pada kestabilan jangka
pendek atau pada saat akhir konstruksi. Hal ini karena setelah galian selesai dibuat, tekanan air pori
akan meningkat, tanah akan mengembang dan menjadi lebih lemah sehingga kekuatan geser tanah
berkurang dan kondisi kestabilan lereng juga berkurang. Apabila galian dibuat pada material yang
mempunyai permeabilitas yang tinggi maka kondisi kestabilan lereng pada saat akhir konstruksi dan
Tujuan Perhitungan
Tujuan dari analisis kestabilan lereng antara lain adalah sebagai berikut:
Membuat desain yang aman dan ekonomis untuk galian, timbunan, bendungan,
tanggul.
Merupakan dasar bagi rancangan ulang lereng setelah mengalami longsoran.
Memperkirakan kestabilan lereng selama konstruksi dilakukan dan untuk
jangka waktu yang panjang.
Mempelajari kemungkinan terjadinya longsoran, baik pada lereng buatan
maupun lereng alamiah.
Menganalisis penyebab terjadinya longsoran dan cara memperbaikinya.
Mempelajari pengaruh gaya-gaya luar pada kestabilan lereng.
Longsoran dapat diklasifikasikan menurut jenis pergerakan massa runtuh, tipe material dan kecepatan
gelinciran (sliding), runtuhan (falling), gulingan (toppling), aliran (flowing). Berdasarkan tipe