Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2

RESUME BAHAN KULIAH TENTANG CABLE-STAYED

DISUSUN SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH KONSTRUKSI JEMBATAN


2

OLEH KELOMPOK 2:
ARDHA DISSA AVIANZA (1801411025)
ASTRID TIARA NAULI PASARIBU (1801411008)
DINAH FAIDAH (1801411013)

KELAS:
3 – PJJ

PROGRAM STUDI PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
2021
JEMBATAN CABLE-STAYED
Pada proses desain terdapat beban hidup, beban tetap/beban mati, beban suhu, dan beban
dinamis. Pada design permanent load hampir sama di semua jembatan, ada beban beton,
beban aspal, dll kemudian ada beban pagar dan beban deknya sendiri; beban kendaraan,
beban pejalan kaki, dsb. Terdapat beban – beban lain pada saat proses mendesain jembatan
seperti Beban dinamis termasuk gempa, akibat angin, dan beban thermal/suhu. Beban
thermal/suhu cukup jarang dibahas karena hanya digunakan jika mendesain jembatan dengan
struktur yang memiliki bentang sangat panjang. Jadi muai susut yang terjadi pada jembatan
pengaruhnya sangat besar terhadap struktur secara keseluruhan. Jadi kalau misalkanya
bentang 30 m, muai susut 3 cm, tidak terlalu besar dampak atau tegangan-tegangan yang
berubah pada struktur. Tetapi jika bentang sudah misalnya 3000 m dengan muai susut 2 m,
terasa sekali. Jika semakin panjang bentang, efek muai susut akan semakin terasa. Jadi beban
thermal berpengaruh besar terhadap muai susut
Sejarah jembatan cable-stayed tahun 1955 sudah ada jembatan cable-stayed di Swedia
(Jembatan Stromsund). Normandie sempat dinyatakan sebagai jemabatan cable-stayed
terpanjang di dunia (856 m), tetapi dikalahkan oleh Jepang (890 m) (Jembatan Tatara)
Bentuk dasar atau umum dari jembatan cable-stayed

Inti dan yang utamanya dari sebuah jembatan adalah deknya, karena dek adalah bagian dari
jalan. Jadi kalau dek sudah bisa berfungsi dengan baik maka sudah selesai, artinya jalan yang
terputus sudah tersambung; jalan terputus akibat lembah, sungai, laut, dsb. Tetapi masalahnya
dek ini cukup dengan bentang 0,5 m seperti jembatan di perumahan. Ada juga bentang dek
sampai 2000 m (seperti Jembatan Aikashi Kaikyo) dan membutuhkan penopang/supporting
lain.
Sistem struktur cable-stayed sangat smart dikarenakan yang pertama, misalnya katakan untuk
bentang 200 m cukup 1 tiang saja di tengah, berarti masih ada 100 m – 100 m bentangnya
(jika di atas laut, kapal-kapal ukuran besar saja sudah bisa lewat); tinggal menentukan
meletakkan tiang di mana, misal daerah ini kedalaman laut paling dalam di tengah, maka
meletakkan tiang tidak bisa di tengah bentang. Yang kedua, dek pada jembatan cable-stayed
cenderung didukung oleh gaya-gaya normal saja, jadi gaya momennya kecil. Jadi pada dek,
pilon, dan kabelnya terjadi gaya normal. Kompleksitas gaya-gaya yang terjadi bisa ditekan.
Cable forces hubungannya dengan beban dan girder. Jadi deknya berfungsi sebagai salah satu
komponen dari struktur atas. Jadi struktur atas terdapat dek/girder, ada kabel, dan ada pilon
yang membentuk segitiga-segitiga. Segitiga-segitiga tersebut sangat diidolakan oleh orang
teknik sipil karena terjadi keseimbangan struktur statis tertentu, sehingga gaya-gaya yang
terjadi sederhana yaitu hanya gaya normal saja.
Semakin besar dan semakin banyak kabel pada jembatan, distribusi bebannya lebih banyak
dialihkan ke kabel sehingga deknya bisa lebih ringan. Tetapi beban-beban seluruhnya harus
disalurkan ke pilon, sehingga kita harus mempertimbangkan efisiensi. Tidak boleh terlalu
banyak dan juga jangan terlalu sedikit. Kalau terlalu sedikit kita punya problem pada dek,
deknya bisa kepanjangan dan kalau kepanjangan bisa terjadi momen yang besar (lendutan).
Jadi untuk menghindari lendutan, dimensi harus diperbesar. Kalau terlalu berat, kabelnya
harus diameter besar  optimum design
Gaya yang terjadi pada kabel adalah gaya normal tarik. Jika gaya pada kabel adalah gaya
tekan, berarti ada masalah tekuk, seperti batang rangka jika ditekan akan ada tekuk. Diameter
kabel kira-kira 10 cm. Jika pada kabel terjadi tarik-tekuk akan cepat mengalami kerusakan
(jebol). Dikarenakan bentuk kabel sangat langsing, maka tegangan yang terjadi wajib bersifat
tarik. Gaya tarik pada kabel akan diteruskan ke pilon. Gaya timbul dari dek > gaya gravitasi
disalurkan ke kabel > kabel mengalami gaya normal tarik > gaya normal kabel diteruskan ke
pilon > karena gaya gravitasi tadi pilon mengalami tekan, maka dari itu pilon bisa dibuat
menggunakan material beton. Menggunakan material baja bisa tetapi harus dibuat seperti
orthotropic (box). Bentuk box girder lebih diprimadonakan pada jembatan bentang panjang
khususnya jembatan cable-stayed. Box girder bisa menahan torsi dengan baik. Box girder
juga mampu menahan tarik.
Pada dek bisa terjadi gaya tarik dan gaya tekan. Gaya tarik akibat momen. Jika panjang
deknya berlebihan, berat sendiri dan juga berat kendaraan akan mengakibatkan momen dan
akibat momen akan terjadi gaya tarik. Tetapi jika bentangnya optimum, yang lebih dominan
adalah gaya tekan.
Pada dek maupun pada pilon, kabel dihubungkan dengan angkur-angkur (seperti balok pre-
stressed). Di sistem angkur menggunakan baji. Jadi baji itu ada 2 selongsongan, satu sifatnya
memasukkan kabel (seperti pipa); kabel terdiri dari wire-wire yang dimasukkan ke pipa
tersebut lalu pipa tersebut disumpal dengan baji yang berada di dalam wire-wire. Jadi wire-
wire tersebut berada di antara pipa dan bajinya. Jadi jika wire-nya ditarik, bajinya ikut tertarik
ke dalam (semakin mengunci). Pipanya mengecil ke ujung (tidak sama besar), misal ujung
pertama 5 cm, ujung lainnya 10 cm. Bajinya berbentuk limas atau lupis.
Kalau misalnya sampai terjadi tekan, pengendoran karena basah dan karat atau terjadi tekuk
pada kabel, maka baji bisa terlepas. Sedangkan sifat penggunaan baji adalah tegangan Tarik.
Untuk menjaga koneksi baji ini adalah mencegah karat. Karat terjadi disebabkan oleh
umiditasnya tinggi atau terdapat kandungan air yang banyak. Salah satu solusi untuk
mencegah karat adalah digunakannya alat pengering di setiap komponen sambungan.
Pada setiap struktur jembatan diperlukan sebuah konsep optimasi desain, maksudnya adalah
penggunaan jumlah material dan biaya yang optimal dengan kekuatan yang maksimum.
Konsep ini juga termasuk dalam penentuan panjang bentang suatu jembatan. Adanya konsep
optimasi desain juga memperhitungkan kenyamanan, keamanan, kekuatan, dan perawatan
suatu konstruksi. Contoh jika suatu jembatan cable stayed menggunakan kabel dengan jumlah
yang sedikit akan dikhawatirkannya terlalu banyak beban yang ditumpu oleh kabel tersebut,
namun jika terlalu banyak kabel yang digunakan maka akan sulit dalam merawat kabel kabel
tersebut,.

Anda mungkin juga menyukai