Anda di halaman 1dari 37

Organisasi Kurikulum

Salah satu tujuan Pembangunan Nasional Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.. Oleh karena itulah,
dibentuk perundang-undangan yang bertujuan mencerdaskan bangsa Indonesia (UU NO 20
Tahun 2003). Salah satunya adalah tentang sistem pendidikan nasional. Dalam sistem
pendidikan nasional terdapat beberapa komponen, termasuk didalamnya adalah kurikulum.

Saylor, Alexander dan Lewis memandang kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk
mempengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam ruang kelas, di halaman sekolah, maupun di
luar sekolah (Ruhimat, 2011). Sedangkan E. Mulyasa memandang, kurikulum itu sebagai
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standart, dan
hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan (Mulyasa 2007). Dari
pandangan pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa Kurikulum meliputi segala pengalaman
atau proses belajar siswa yang direncanakan dan dilaksanakan di bawah bimbingan lembaga
pendidikan (Ruhimat, 2011).

Pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti cara berpikir, sistem
nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan
peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan (Ruhimat, 2011).

Komponen penting yang menentukan kesuksesan kurikulum adalah organisasi kurikulum.


Organisasi kurikulum berkaitan dengan pengaturan bahan pelajaran, yang selanjutnya
memiliki dampak terhadap masalah administrative, pelaksanaan dan proses pembelajaran.
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan atau isi kurikulum yang tujuannnya
untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa
dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
(Ruhimat, 2011)

Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran
yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, urutan materi, cakupan materi,
penyajian materi, peran guru dan peran murid dalam rangkaian pembelajaran tersebut..

1
Pengertian dan Ruang Lingkup Organisasi Kurikulum

Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum
program-program pengajaran yang disampaikan kepada peserta didik guna tercapainya tujuan
pendidikan atau pembelajaran yang ditetapkan(Muhaimin, 1991). Sejalan dengan pengertian
diatas, Burhan Nurgiyantoro memandang organisasi kurikulum adalah struktur kurikulum
berupa kerangka umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada
murid(Syarif, 1998). Sedangkan menurut Ahli Lain Organisasi kurikulum merupakan pola
atau desain bahan atau isi kurikulum yang tujuannnya untuk mempermudah siswa dalam
mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar,
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.(Ruhimat, 2011)

Dari pengertian organisasi kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa organisasi


kurikulum adalah struktur kurikulum berupa kerangka umum program-program pengajaran
yang disusun dalam pola tertentu dengan tujuan untuk mempermudah siswa dalam melakukan
kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan bisa tercapai. Dengan
demikian, organisasi kurikulum berkaitan dengan pengaturan bahan pelajaran serta hal-hal
yang berkaitan dengan mata pelajaran seperti jadwal pelajaran, alokasi waktu dan lain
sebagainya.

Untuk melakukan organisasi kurikulum, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
ruang lingkup (scope), urutan bahan (sequence), kontinuitas, keseimbangan dan keterpaduan
(integrated) (Rusman, 2012).

Ruang lingkup (scope) merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang akan
diberikan dari suatu mata pelajaran atau dari suatu pokok bahasan tertentu. Urutan Bahan
(sequence) meliputi penyusunan bahan pelajaran harus urut dan sistematis. Kontinuitas
merupakan keberlanjutan materi pelajaran. yang mana materi pelajaran tidak boleh terjadi
loncatan sehingga mengakibatkan materi terputus, sehingga sulit dicerna oleh siswa.
Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan organisasi kurikulum baik terkait dengan

2
keseimbangan bahan kurikulum atau keseimbangan proses belajar. Keterpaduan yang
dimaksud adalah keterpaduan komponen kurikulum utamanya mata pelajaran.

Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran (Poerwati dan Amri, 2013). Pengertian ini sejalan
dengan pendapatnya A. Hamid Syarief, yang menyatakan bahwa struktur kurikulum adalah
suatu kerangka umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa
(Syarif, 1998). Dari pengertian diatas, sudah jelas sekali bahwa muatan struktur kurikulum
tersebut adalah mata pelajaran. Bentuk penyusunan mata pelajaran itulah yang disebut struktur
kurikulum. Struktur kurikulum ada dua, yaitu, stuktur horizontal dan struktur vertikal.

1. Struktur Horizontal

Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk penyusunan bahan
pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan
pendidikan, isi pelajaran, dan strategi pembelajarannya (Sunaryo, 2013). Sejalan dengan
pendapat A. Hamid Syarief yang menyatakan bahwa struktur horizontal suatu kurikulum
berkenaan dengan bagaimana kurikulum itu diorganisasi atau bagaimana bentuk penyusunan
bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid (Syarif, 1998).

Dari dua pendapat tersebut dapat dipastikan bahwa struktur horizontal adalah struktur yang
berkaitan dengan penyusunan antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain.

Adapun bentuk-bentuk struktur horizontal dalam oragnisasi kurikulum meliputi Separated


Subject Curriculum, Correlated Subject Curriculum dan Integrated Subject Curriculum(Syarif
1998). Sebagian pakar ada yang langsung menyebut Separated Curriculum, Correlated
Curriculum dan Integrated Curriculum.

a) Separated Curriculum

Separated curriculum (mata pelajaran yang terpisah-pisah) merupakan organisasi kurikulum


dalam bentuk mata pelajaran yang disajikan secara terpisah antara mata pelajaran satu dengan
mata pelajaran yang lain (Syarif, 1998). Mata pelajaran tersebut kemudian disusun secara logis

3
dan sistematis yang pada akhirnya disajikan kepada peserta didik sesuai usia. Misalnya, untuk
pelajaran berhitung 1-20 diberikan kepada anak berusia 4-5 tahun.

Dari penjabaran diatas, terkesan bahwa bentuk kurikulum ini, ingin memudahkan
pemahaman siswa dalam mempelajari mata pelajaran. Adapun tujuan dari organisasi
kurikulum bentuk ini, menurut S. Nasution dalam Rusman adalah bertujuan agar generasi
muda mengenal hasil-hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah
dikumpulkan selama berabad-abad.

Kelebihan Separated Curriculum

Kelebihan organisasi kurikulum yang berdasarkan kepada mata pelajaran yang terpisah-
pisah antara pelajaran yang dengan yang lain mempunyai kelebihan sebagai berikut (Ruhimat,
2011):

(a) Bahan pelajaran disusun secara logis, sistematis, sederhana, dan mudah dipelajari.

(b) Dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai dan budaya terdahulu.

(c) Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.

(d) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan mudah untuk diperluas dan
dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang ada.

Kekurangan Separated Curriculum

Disamping kelebihan yang dimiliki oleh organisasi kurikulum ini, juga mempunyai
kekurangan. Adapun kekurangan dari organisasi kurikulum berdasarkan kepada mata
pelajaran adalah sebagai berikut (Nasution):

(a) Kurikulum ini memberikan mata pelajaran yang lepas-lepas, yang tidak berhubungan satu
dengan yang lain.

(b) Kurikulum ini tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak
dalam kehidupan sehari-harinya.

(e) Kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir.

4
(f) Kurikulum ini cenderung menjadi statis dan ketinggalan zaman.

b) Correlated Curriculum

Correlated curriculum (mata pelajaran terhubung) adalah organisasi isi kurikulum yang
menghubungkan pembahasan suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya (Ruhimat,
2011). Sejalan dengan pengertian diatas, Hamid Syarief mengartikan kurikulum ini sebagai
organisasi kurikulum yang mengorelasikan berbagai mata pelajaran yang mempunyai
kesamaan, antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lain, tanpa menghilangkan esensi
dari tiap-tiap mata pelajaran (Syarif, 1998).

Contoh, sejarah, ekonomi, geografi merupakan mata pelajaran yang mempunyai kesamaan,
sehingga digabungkan menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Biologi, Fisika
dan kimia digabung menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Korelasi atau keterhubungan antara mata pelajaran satu dengan lain, menurut Nana Sudjana
dalam Hamid Syarif, meliputi: korelasi faktual, deskriptif dan normatif.

Korelasi faktual merupakan bentuk korelasi yang mengaitkan antara fakta dalam mata
pelajaran tertentu dengan fakta yang terdapat dalam mata pelajaran lain. Misal, korelasi antara
ilmu sejarah dan ekonomi. fakta tentang krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 di
Indonesia merupakan kajian tentang sejarah sekaligus menjadi bahan mata pelajaran ekonomi.

Korelasi deskriptif adalah korelasi yang menitikberatkan pada penggunaan generalisasi


yang berlaku dua atau lebih dari mata pelajaran. Misal, mata pelajaran psikologi dikorelasikan
dengan ilmu pengetahuan sosial dengan menggunakan pendekatan generalisasi psikologi
sehingga muncul ilmu psikologi sosial, psikologi agama dan lain sebagainya.

Sedangkan korelasi normatif adalah korelasi yang menekankan moral sosial antara dua atau
lebih dari mata pelajaran. Misal, sejarah dikorelasikan dengan prinsip moral dan etika
masyarakat.

5
Berikut kelebihan dan kekurangan dari organisasi kurikulum ini menurut Syafruddin
Nurdin (Nurdin, 2005):

Kelebihan Correlated Curriculum

(a) Menunjukkan adanya korelasi pengetahuan kepada siswa, dimana dalam pelajaran yang
disajikan disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu.

(b) Dapat menambah minat siswa terhadap adanya hubungan antara berbagai bidang studi.

(c) Pengetahuan dan pemahaman siswa akan lebih mendalam dengan penguraian dan
penjelasan dari berbagai bidang studi.

(d) Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip dari pada pengetahuan dan
penguasaan fakta-fakta.

Kekurangan Correlated Curriculum

(a) Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan siswa,
demikian juga, masalah-masalah yang dikemukakan tidak berkenaan secara langsung dengan
kehidupan sehari-hari yang dialami siswa.

(b) Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam.

(c) Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis.

(d) Kebanyakan diantara para guru kurang menguasai antar disiplin ilmu, sehingga dapat
mengaburkan pemahaman siswa.

c. Integrated Curriculum

Integrated curriculum arti sederhananya adalah integrasi kurikulum atau kurikulum terpadu.
Menurut S. Nasution, kata integrasi berasal dari kata integer yang mempunyai arti unit.
Sehingga integrasi yang dimaksud adalah perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan
keseluruhan (Nasution).

6
Jenis organisasi kurikulum ini meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan
menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Semua mata pelajaran harus
menyajikan mata pelajaran yang padu. Dalam organisasi diharapkan bisa membawa siswa
pada pengetahuan yang bulat terkait masalah tertentu..

Integrasi kurikulum ini bisa dilakukan melalui pengajaran unit atau pelajaran yang terpadu.
Menurut Caswell yang dikutip S. Nasution, yang dimaksud pengajaran unit disini adalah a
series of related activities engaged in by children in the process of realizing a dominating
purpose which is compatible with the aims of education (Nasution). Untuk memadukan semua
mata pelajaran ini bisa dilakukan dengan cara pemusatan mata pelajaran pada satu masalah
tertentu dengan alternatif pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran yang
diperlukan sehingga batas-batas antara antara mata pelajaran dapat ditiadakan (Rusman,
2012)..

Dengan menerapkan studi masalah dalam mengembangkan kurikulum, maka dengan muda
bisa dilakukan pemaduan pelajaran.

Kelebihan Integrated Curriculum

(a) Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah dengan cara memadukan
beberapa mata pelajaran secara menyuluruh dalam menyelesaikan suatu topik atau
permasalahan.

(b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belejar sesuai dengan bakat, minat dan
potensi yang dimilikinya secara individu.

(c) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah secara konprehensif
dan dapat mengembangkan belajar secara bekerja sama.

(d) Dapat membantu meningkatkan hubungan antara sekolah dengan masyarakat.

(e) Dapat menghilangkan batas-batas yang terdapat dalam kurikulum yang lain.

2) Kekurangan Integrated Curriculum

7
(a) Kurikulum dibuat oleh guru dan siswa sehingga memerlukan kesiapan dan kemampuan
guru secara khusus dalam pengembangan kurikulum seperti ini.

(b) Bahan pelajaran tidak disusun secara logis dan sistematis.

(c) Bahan pelajaran bersifat sederhana.

(d) Memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang banyak.

2. Struktur Vertikal

Struktur vertikal kurikulum berkaitan dengan masalah sistem pelaksanaan kurikulum di


sekolah, termasuk didalamnya adalah sistem pengalokasian waktu (Syarif, 1998). Struktur
vertikal kurikulum meliputi: sistem kelas, sistem tanpa kelas, kombinasi antara sistem kelas
dan tanpa kelas, sistem unit waktu dan pengalokasian waktu.

a. Sistem kelas, yakni sistem pelaksanaan kurikulum dilaksanakan melalui kelas-kelas


(tingkat-tingkat) tertentu (Sunaryo, 2013). Misalnya, kelas 1-6 SD/MI, kelas 7-9 untuk
SMP/MTs dan 10-12 kelas untuk SMA/MA. Sistem ini membawa pada konsekuensi harus
dilakukan kenaikan kelas secara terus-menerus setiap tahunnya. Bagi siswa yang belum
mencapai kemampuan yang diharapkan oleh masing-masing pelajaran, maka siswa tersebut
dinyatakan tidak naik kelas.

b. Sistem tanpa kelas merupakan sistem yang tidak mengenal yang namanya kelas.
Siswa diberi kebebasan untuk menentukan sendiri program studi atau yang akan dikerjakan,
kalau sudah merasa mampu menguasai pelajaran yang telah diambil, siswa tersebut
dipersilahkan untuk mengambil pelajaran lain tanpa harus menunggu teman-temannya yang
masih belum bisa menguasai mata pelajaran.

c. Sistem kombinasi antara sistem kelas dan tanpa kelas, ini merupakan bentuk
perpaduan dari dua sistem diatas. Misalnya, ada 20 siswa SD kelas 3, kemudian ada beberapa
siswa yang sudah bisa menguasai mata pelajaran dikelas itu, maka siswa tersebut
diperbolehkan untuk mengambil mata pelajaran kelas lain misalnya kelas 4, tetapi siswa
tersebut statusnya tetap kelas 3.

8
d. Sistem unit waktu merupakan sistem kurikulum yang terbagi dalam beberapa waktu
misalanya, SD/MI mempunyai enam tingkatan kelas ditargetkan dalam waktu enam tahun,
setiap kelasnya membutuhkan waktu satu tahun, dalam satu tahun itu, masih terbagi dalam
program semester atau catur wulan.

Pengalokasian waktu

Pengalokasian waktu ini menyangkut pembagian waktu kepada masing-masing mata


pelajaran. Pengalokasian waktu harus memperhatikan bobot dan tingkat kesulitan dari masing-
masing mata pelajaran. Kalau tingkat kesulitannya tinggi maka alokasi waktu harus lebih
kepada mata pelajaran tersebut. Selain itu ada juga hal yang harus diperhatikan adalah peranan
mata pelajaran dalam menyiapkan lulusan, kalau terdapat pelajaran yang peranannya sedikit
dalam menyiapkan siswa ketika lulus, maka alokasi waktu untuk mata pelajaran tersebut harus
diminimalkan.

Prosedur Mereorganisasi Kurikulum

Menurut Zainal Arifin, cara mereorganisasi kurikulum ada beberapa cara yaitu:
reorganisasi melalui buku pelajaran, tambal sulam, analisis kegiatan, fungsi sosial, survei
pendapat, studi kesalahan dan analisis masalah remaja (Arifin, 2013).

1. Reorganisasi Melalui Buku Pelajaran

Buku pelajaran diyakini merupakan sumber belajar yang sangat penting bagi peserta didik.
Sehingga, buku-buku yang kurang tepat dibaca oleh siswa hendak disingkirkan karena akan
merusak pengetahuan siswa. Dengan demikian, untuk mengorganisasi kurikulum bisa
dilakukan melalui buku pelajaran.

2. Reorganisasi Kurikulum dengan cara Tambal Sulam

9
Kalau suatu sekolah sudah mempunyai kurikulum yang masih ada sebagian komponen
yang masih layak digunakan, maka komponen yang dirasa sudah tidak layak untuk diterapkan
maka dicarikan ganti komponen tersebut dengan komponen yang lebih bagus.

3. Reorganisasi Kurikulum melalui Analisis Kegiatan.

Kurikulum merupakan pengalaman yang akan diberikan kepada siswa untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik. Untuk mencapai tersebut, diperlukan untuk mengamati kegiatan
kehidupan sehari-hari orang dewasa yang hasilnya dijadikan bahan pelajaran.

4. Reorganisasi Kurikulum melalui Fungsi Sosial

Prosedur ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu; pertama, Merumuskan strategi fungsi
sosial yang meliputi: bagaimana hidup yang ideal, merumuskan sifat seseorang dalam
kehidupan sosial, mengemukakan sifat-sifat belajar dan merumuskan peranan sekolah dalam
kehidupan sosial. Kedua, merumuskan ruang lingkup fungsi kehidupan sosial berdasarkan
kriteria tertentu yang meliputi; hidup dalam lingkungan keluarga, kehidupan waktu senggang,
kehidupan sebagai warga Negara, kehidupan kelompok yang terorganisasi dan lain
sebagainya.

5. Reorganisasi Kurikulum melalui Survei Pendapat

Organisasi jenis ini dilakukan berdasarkan survie terhadap masyarakat dari berbagai
kalangan. Hasil survie pendapat itu bisa dibentuk dalam organisasi kurikulum.

6. Reorganisasi Kurikulum Melalui Studi Kesalahan

Organisasi kurikulum bisa dibentuk lagi dengan cara melakukan studi kesalahan atau
mencari tahu kesalahan dari proses belajar-mengajar yang telah diterapkan itu apa, lalu
dicarikan cara untuk memperbaiki kesalahan tersebut.

7. Reorganisasi Kurikulum Melalui Analisis Remaja

Masalah remaja terus berkembang mengikuti ruang dan waktu. Kurikulum yang tidak
memperhatikan kenyataan itu akan cenderung kelihatan tidak sesuai dengan jaman. Oleh
karena itu, maka dibutuhkan pengoragnisasian ulang terhadap kurikulum dengan cara mencari

10
tahu permasalah yang sering timbul pada remaja, kemudian dijabarkan dalam bentuk pelajaran
sehingga terbentuk organisasi kurikulum yang baru yang berdasarkan analisis terhadap
permasalahan remaja.

Model-Model Konsep Kurikulum

Model konsep kurikulum itu sendiri yaitu suatu model kurikulum tertentu yang dilahirkan
dari suatu faham filsafat, psikologi, sosiologi (termasuk di dalamnya sistem politik), dan
perkembangan iptek.

Ada empat model konsep kurikulum yaitu model kurikukulum subjek akademik, model
kurikulum pribadi, model kurikulum rekonstruksi sosial, dan model kurikulum teknologis..

Kurikulum subjek akademik adalah model kurikulum yang bertujuan untuk mewariskan
nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang sudah dikembangkan oleh para ahli di masa lampau kepada
generasi muda masa kini. Oleh Karena itu materi pelajaran dalam kurikulum ini adalah apa-
apa yang terdapat dalam buku- buku termasuk di dalamnya kitab-kitab suci. Peserta didik
diharapkan dapat menguasai isi dari buku-buku atau kitab-kitab itu.

Kurikulum pribadi adalah model konsep kurikulum yang didesain dikembangkan untuk
mengembangkan pribadi peserta didik secara optimal. Materi ajar tidak terpaku pada suatu
bidang studi tertentu, akan tetapi disesuaikan dengan minat dan bakat peserta didik. Peserta
didik diberi keleluasaan untuk mempelajari segala sesuatunya, sedang guru bertugas
memberikan layanan yang baik atas kebutuhan peserta didik.

Kurikulum rekonstruksi sosial adalah model kurikulum yang menekankan pentingnya


pengembangan individu sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu,
pendidikan adalah proses dan upaya memperbaiki situasi dan kondisi masyarakat dimana
individu tesebut berada. Isi pendidikan diupayakan seoptimal mungkin dikaitkan dengan
keadaan dan kebutuhan masyarakat. Sehingga siswa bisa mengenal keadaan masyarakat dan
berkontribusi terhadap masyarakat. Untuk itu, para siswa mendapat penekanan pada upaya
pemecahan masalah kehidupan masyarakat. Namun ini tidak berarti mengabaikan materi ajar
yang ada dalam bidang studi (subjek akademik), hanya saja materi yang ada dalam bidang

11
studi itu diberikan atau dipelajari siswa bukan untuk menguasai konten dari lapangan studi
tersebut semata-mata, akan tetapi digunakan untuk perbaikan atau pemecahan sosial yang ada.

Selanjutnya model kurikulum teknologis. Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan pada


kerangka berpikir teknologis yang berbasis pada ilmu pengetahuan imiah. Kurikulum
teknologis memiliki sifat hampir sama dengan kurikulum subjek akademik yaitu untuk
mentransfer, akan tetapi dalam kurikulum teknologis yang ditransfer adalah ilmu pengetahuan
dan teknologi yang harus dikuasasi siswa untuk melakukan suatu bidang kegiatan tertentu,
bukannya nilai-nilai yang dianggap baik pada masa lampau. Meskipun mungkin ada nilai
masa lampau yang dipelajari, akan tetapi dalam tujuan untuk memperkuat kemampuan yang
ingin dihasilkan. Tujuan dari kurikulum ini adalah untuk membentuk kemampuan teknis atau
kemampuan kerja (vocational/ kompetensi) tertentu. Pembelajaran berorientasi tujuan dengan
indikator- indikator ketercapaian yang dirumuskan dengan sangat jelas. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pembelajaran disampaikan secara tahap demi tahap dan sistematis. Hasil
pendidikan dikontrol secara ketat melalui evaluasi hasil yang teramati (observable) dan
terukur (measurable).

Model-model Pengembangan Kurikulum

a. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum

“A model is a mental picture that helps us understanding something we cannot see or


experience directly” (Dorin et all., on line). Sedangkan Briggs (Ghafur, 1982: 27)
mengartikan model sebagai seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu
proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi.

Karena model itu sebagai gambaran mental, maka akibatnya akan terdapat banyak model
sesuai dengan kemampuan pembuat model dalam menuangkan suatu fenomena baik dalam
ujud miniatur, bagan, atau deskripsi langkah-langkah proses dari suatu benda atau peristiwa.

Sedangkan pengembangan kurikulum (curriculum development) merupakan suatu istilah


yang komprehensif di dalamnya mencakup perencanaan, penerapan, dan penilaian. Karena
pengembangan kurikulum memiliki implikasi terhadap adanya perubahan dan perbaikan maka
istilah pengembangan kurikulum terkadang juga disamakan dengan istilah perbaikan

12
kurikulum (curricuculum improvement). Meskipun pada banyak kasus sebenarnya perbaikan
itu merupakan akibat dari adanya pengembangan (Oliva, 1992:26).

Dengan demikian, maka bisa kita fahami bahwa yang dimaksud dengan model
pengembangan kurikulum itu adalah gambaran sistematis mengenai perosedur yang ditempuh
dalam melakukan aktivitas pengembangan kurikulum. Yaitu proses perencanaan, pelaksanaan
(uji coba), dan penilaian kurikulum. Dimana inti dari aktivitas ini sebenarnya adalah
pengambilan keputusan tentang apa, mengapa, dan bagaimana komponen-komponen
kurikulum yang akan dibuat.

Ada beberapa model pengembangan kurikulum yang akan dikemukan dalam bahasan ini di
antaranya yaitu model Tyler; model Zais: Admisnistratif, Grass Root Demostratif, model
Beauchamp; model Hilda Taba; dan model Seller dan Miller.

a. Model Ralph Tyler

Model pengembangan kurikulum Tyler mengacu pada empat pertanyaan dasar yang harus
dijawab, dimana pertanyaan tersebut merupakan pilar-pilar bangunan kurikulum. Proses
pengembangan kurikulum dan pembelajaran pada dasarnya adalah proses menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut membentuk
hasil berupa kurikulum.

Pertanyaan pertama berkenaan dengan tujuan yang ingin dicapai, “What educational
purposes should the school seek to attain?”. Pertanyaan kedua, berkenaan dengan jenis
pengalaman balajar apa yang harus disediakan untuk mencapai tujuan. Dalam pengalaman
belajar ini di dalamnya sudah tercakup materi apa yang harus di berikan, “What educational
experiences can be provided that are likely to attain these purposes?”. Pertanyaan ketiga,
berkenaan dengan oraganisasi kegiatan atau pengalaman belajar yang dinilai paling efektif
untuk mencapai tujuan, “How can these educational experiences be effectively oeganized?”.
Pertanyaan keempat atau terakhir, berkenaan dengan upaya mekanisme apa yang digunakan
untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai atau belum (evaluasi), “How can we
determine wether these purposes are being attained?”.

13
Dengan demikian, model pengembangan kurikulum Tyler itu ada 4 tahap yang harus
dilakukan yaitu meliputi :

1) Menentukan tujuan pendidikan.

2) Menentukan pengalaman belajar yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.

3) Menentukan organisasi pengalaman belajar.

4) Menentukan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui apakah tujuan telah dicapai.

b. Model Zais

Dalam model Zais lebih menekankan kepada dari mana inisiatif bermula, siapa personil
yang terlibat, bagaimana kedudukan personil serta keputusan apa yang diambil oleh personal
tersebut. Berdasarkan pada pemikiran tersebut, dengan merujuk pada pembagian model
pengembangan kurikulum dari Stanley, Smith, dan Shores, Zais menjelaskan tiga model
pengembangan kurikulum yaitu model administratif, model akar rumput (grass root), dan
model demonstrasi.

1) Model Administratif

Dalam model administratif atau top down model, inisiatif pengembangan kurikulum datang
dari pihak pejabat (administrator) pendidikan. Begitu pula dalam kegiatan penunjukkan orang-
orang yang terlibat di dalamnya beserta tugas-tugasnya dalam pengembangan kurikulum
ditentukan oleh administrator. Dengan menggunakan sistem garis komando selanjutnya hasil
pengembangan kurikulum disebarluaskan untuk diterapkan di sekolah-sekolah. Karena model
ini menggunakan garis komando dalam kegiatannya, maka model ini disebut pula dengan
istilah line staff model.

Prosedur kerja model ini yaitu:

a) Membentuk tim/panitia pengarah (steering committee). Anggota dari tim ini


ditentukan oleh pejabat pendidikan yang berwenang. Tugas dari tim pengarah ini
yaitu merumuskan konsep dasar kurikulum, menetapkan garis-garis besar kebijakan,

14
menyiapkan rumusan falsafah, serta menetapkan tujuan umum pendidikan. Anggota
dari tim pengarah ini terdiri para pengawas pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang
studi, serta para tokoh dari dunia kerja lainnya.

b) Membentuk tim/panitia kerja (worker committee) untuk menjabarkan kebijakan


umum yang telah disusun oleh panitia pengarah, yaitu merumuskan tujuan-tujuan
pendidikan menjadi tujuan-tujuan yang lebih operasional, memilih dan menyusun
urutan bahan pelajaran, memilih strategi pembelajaran beserta alat evaluasi yang
harus digunakan, serta menyusun pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru. Angota
dari panitia kerja ini yaitu para ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan
tinggi, ditambah guru-guru yang pengalaman dan memiliki reputasi dan prestasi baik.

c) Hasil kerja dari tim atau penitia kerja ini selanjutnya diserahkan kepada pantia di
atasnya, yaitu panitia pengarah/perumus bahkan pihak pejabat bisa membentuk
panitia penilai khusus untuk mempertimbangkan dan menilai hasil kerja tim kerja.
Setalah kegiatan ini selesai, jika dianggap perlu kurikulum yang telah dinilai itu
diujicobakan terlebih dahulu. Hasil dari uji coba ini bis adijadikan masukan bagi
perbaikan dan revisi-revisi tertentu.

d) Penyebarluasan dan penerapan kurikulum di sekolah-sekolah dengan memakai


kebijakan dari pihak berwenang, agar kurikulum bisa digunakan.

2) Model Grass Root

Model grass root kebalikan dari model administratif. Inisitif dan kegiatan pengembangan
kurikulum datang dari guru, baik pada level ruang kelas maupun pada level sekolah.
Inisiatif ini muncul biasanya dikarenankan oleh

Model grass root ini hanya mungkin dilaksanakan di negara yang menerapkan sistem
desentralisasi pendidikan secara murni. Serta adanya kemampuan serta komitmen guru yang
baik terhadap pendidikan.

3) Model Demonstrasi

15
Pengembangan kurikulum ini pada dasarnya datang dari bawah (grass roots), semula
merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnnya digunakan
dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan atau
ketidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk
model pengembangan ini. Pertama, sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah
yang diorganisasi dan tunjuk untuk melaksanakan suatu ujicoba atau eksperimen suatu
kurikulum.

Unit-unit ini melakukan suatu proyek melalui kegiatan penelitian dan pengembangan untuk

c. Model Beaucahamp

Beauchamp menetapkan lima langkah dalam pengembangan kurikulum, yaitu:

1) Menetapkan arena atau wilayah dimana kurikulum itu diperuntukkan. Wilayah ini bisa
mencakup satu sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi, atau negara.

2) Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam pengembangan kurikulum, serta


tugas-tugas dan peran yang akan dilakukannya. Dalam hal ini dianjurkan melibatkan
masyarakat profesional dan masyarakat biasa yang dianggap akan memberikan kontribusi
dalam pengembangan kurikulum..

3) Menetapkan prosedur yang akan ditempuh. Yaitu dalam penetapan dan perumusan
tujuan umum dan khusus, memililih isi dan pengalaman belajar, serta menetapkan jenis dan
alat evaluasi. Keseluruhan prosedur tersebut dibagi ke dalam lima langkah, yaitu:

a) Membentuk tim pengembang kurikulum (curriuculum council).

b) Melakukan penilaian terhadap kurikulum yang sedang berjalan.

c) Studi tentang alternatif isi kurikulum baru.

d) Merumuskan dan menetapkan kriteria yang akan digunakan untuk menentukan apa saja
yang akan tercakup dalam kurikulum baru.

16
e) Perancangan dan penulisan kurikulum baru.

Dalam kelima kegiatan di atas pihak administrator memegang peranan yang sangat besar
bagi kesuksesan proses tersebut.

4) Implementasi Kurikulum. Untuk suksesnya penerapan kurikulum baru perlu adanya


dukungan sumber daya yang memadai diantaranya pemahaman guru yang baik terhadap
kurikulum baru, sarana dan prasarana, anggaran keuangan yang memadai, manajemen sekolah
dan sebagainya.

5) Evaluasi Kurikulum. Evaluasi ini meliputi:

a) Evaluasi pelaksanaan kurikulum oleh guru di sekolah.

b) Evaluasi terhadap desain kurikulum.

c) Evaluasi keberhasilan anak didik, dan,

d) Evaluasi sistem rekayasa kurikulum.

Data dari hasil evaluasi ini berguna bagi perbaikan proses pengembangan kurikulum, serta
keberlanjutan dan perbaikan kurikulum dari tahun ke tahun.

d.Model Taba’s (Inverted model)

Model pengembangan ini lebih rinci dan lebih sempurna jika dibandingkan dengan model
Tyler. Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler, modifikasi tersebut terutama
penekanannya pada pemusatan perhatian guru. Teori Taba mempercayai bahwa guru
merupakan faktor utama dalam usaha pengembangan kurikulum. Menurut Taba bahwa guru
harus aktif penuh dalam pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan
guru dan memposisikan guru sebagai inovator dalam pengembang kurikulum merupakan
karakteristik dalam model pengembangan Taba’s. Dalam pengembangannya lebih bersifat
induktif dan berbeda dengan model tradisional. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru, Dalam kegiatan ini perlu
mempersiapkan

17
(1) perencanaan berdasarkan teori-teori yang kuat, (2) eksperimen harus dilakukan di dalam
kelas dengan menghasilkan data yang empirik dan teruji. Unit eksperimen ini harus dirancang
melalui tahapan sebagai berikut:

a) Mendiagnosis kebutuhan

b) Merumuskan tujuan tujuan khusus

c) Memilih isi

d) Mengorganisasi isi

e) Memilih pengalaman belajar

f) Mengorganisasi pengalaman belajar

g) Mengevaluasi

h) Melihat sekuens dan keseimbangan (Taba,1962 :347)

2) Menguji unit eksperimen

Unit yang sudah dihasilkan pada langkah pertama harus diujicobakan di kelas-kelas
eksperimen pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujiandilakukan untuk mengetahui
tingkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data bagi penyempurnaan.

3) Mengadakan revisi dan konsolidasi

Setelah langkah pengujian, maka langkah selanjutnya adalah melakuka revisi dan
konsolidasi. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan berdasarkan pada data yang dihimpun
sebelumnya. Selain perbaikan dan penyempurnaan dilakukan juga konsolidasi yaitu penarikan
kesimpulan hal-hal yang bersifat umum dan tentang konsistensi teori yang digunakan.
Langkah ini dilakukan secara bersama-sama dengan koordinator kurikulum maupun ahli
kurikulum. Produk dari langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah teruji di
lapangan.

4) Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (Developing a Framework)

18
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih
menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu harus dkaji oleh para ahli kurikulum. Ada beberapa
pertanyaan yang perlu dijawab dalam langkah ini; 1) apakah lingkup isi telah memadai; 2)
apakah isi telah tersusun secara logis; 3) apakah pembelajaran telah memberikan peluang
terhadap pengembangan intelektual, keterampilan, dan sikap; 4) dan apakah konsep dasar
sudah terakomodasi ?

5) Implementasi dan Desiminasi

Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan
sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan tentang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi
guru-guru di lapangan. oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yamng
berkaitan dengan aspek- aspek penerapan kurikulum

d. Model Miller-Seller
.

1) Klarifikasi Orientasi Kurikulum

Langkah pertama yang ditempuh Miller-Seller yang dianggap penting adalah menguji dan
mengklarifikasi orientasi pandangan filosofis dan sosialnya. Orientasi ini merefleksikan
pandangan filosofis, psikologis dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya
dikembangkan. Klarifikasi orientasi kurikulum berdasarkan pada transmisi, transaksi, dan
transformasi.

2) Pengembangan Tujuan

Setelah melakukan klarifikasi orientasi kurikulum langkah berikutnya adalah


mengembangkan tujuan-tujuan umum (aims) dan mengembangkan tujuan khusus berdasarkan
orientasi kurikulum yang bersangkutan. Tujuan umum dalam konteks ini adalah merefleksikan
pandangan oranga (image person) dan pandangan (image) kemasyarakatan. Tujuan
pengembangan merupakan tujuan yang masih relatif umum. Oleh karena itu, perlu
dikembangkan tujuan- tujuan yang lebih khusus hingga pada tujuan instruksional.

3) Identifikasi Model Mengajar

19
Indentifikasi model mengajar (strategi mengajar) harus sesuai dengan tujuan dan orientasi
kurikulum. Pada tahap ini pelaksana kurikulum harus mengidentifikasi strategi mengajar yang
akan digunakan yang disesuaikan dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Ada beberapa
kriteria yang harus diperhatikan, yaitu:

a) Disesuaikan berdasarkan seluruh tujuan umum maupun tujuan khusus

b) Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa.

c) Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara utuh, sudah dilatih,
dan mendukung model.

d) Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan model.

4) Implementasi

Langkah ini merupakan langkah penerapan kurikulum berdasarkan pada langkah-langkah


sebelumnya. Implementasi sebaiknya harus dilaksanakan berdasarkan komponen-komponen
program studi, identifikasi sumber, peranan, pengembangan profesional, penetapan waktu,
komunikasi dan sistem monitoring. Langkah ini merupakan langkah akhir dalam
pengembangan kurikulum ini. Prosedur orientasi yang dibakukan pada umumnya tidak sesuai
dengan kurikulum tranformasi, sebaliknya kurikulum transmisi pada umumnya menggunakan
teknik-teknik evaluasi berstruktur dalam menilai kesesuaian antara pengalaman-pengalaman,
strategi belajar dan tujuan pendidikan.

3. Sintesis Model-model Pengembangan Kurikulum

Dari uraian tentang berbagai model pengembangan kurikulum di atas bisa tarik beberapa
hal mendasar dari model pengembangan kurikulum tersebut, yaitu bahwasanya:

Pertama, esensi dari pengembangan kurikulum itu adalah langkah sistematis dalam
pengambilan keputusan tentang komponen-komponen kurikulum yang terjalin sedemikian
rupa.

Kedua, dalam pengembangan kurikulum setidaknya ada dua pendekatan yang bisa
digunakan yaitu pendekatan administrative dimana inisiatif dan pelaksanaan pengembangan

20
kurikulum dilakukan oleh para pejabat pendidikan; dan pendekatan grassroot, yaitu inisiatif
dan pelaksanaan pengembangan kurikulum dilakukan oleh para pelaksana kurikulum di
lapangan.

Ketiga, dalam tataran praktek mungkin suatu model diterapkan secara tegas sebagaimana
yang ada dalam model tersebut, tapi mungkin pula modelditerapkan setelah dimodifikasi,
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Sejarah Perkembangan Kurikulum


Dalam perjalanan sejarah sebelum kemerdekaan, kurikulum sering dijadikan
alat politik oleh pemerintah. Misalnya, ketika Indonesia masih di bawah penjajahan
Belanda dan Jepang, Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, kurikulum sekolah
diubah dan disesuaikan dengan kepentingan politik bangsa Indonesia yang dilandasi
oleh nilai-nilai luhur bangsa sebagai cerminan masyarakat Indonesia.
Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006
dan 2013.
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaannya pada penekanan
pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.
Dinamika Pengembangan Kurikulum Pendidikan

Salah satu faktor yang mendorong untuk mengembangkan kurikulum adalah


amanat Undang-Undang tentang Sitem Pendidikan Nasional. Kurikulum pertama di
Indonesia telah lahir sebagai penjabaran amanat dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran, Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1954, UU Nomor 22 Tahun 1961, UU Nomor 2 Tahun 1989, dan
akhirnya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di

21
samping itu, tuntutan globalisasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi
juga ikut mendorong terjadinya perbaikan dan pengembangan kurikulum.

Perubahan Kurikulum

Perubahan kurikulum tentu saja disertai dengan tujuan pendidikan yang


berbeda-beda, karena dalam setiap perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu yang
ingin dicapai untuk memajukan pendidikan nasional kita. Perubahan kurikulum di
dunia pendidikan Indonesia beserta tujuan yang ingin dicapai dapat diuraikan
sebagaiberikut:

1. Kurikulum 1947

Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, diberi nama “Rentjana Pelajaran 1947”.
Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda
karena pada saat itu masih dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan.

Yang menjadi ciri utama kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan
karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.

Rentjana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan di sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah


kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950.
Bentuknya memuat dua hal pokok: (1) daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya; (2) garis
garis besar pengajaran.

Rentjana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif. Yang
diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan
pendidikan jasmani.

Adapun kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada Rentjana Pelajaran 1947 adalah:

a. Kelebihannya yaitu:

22
1) Mencerminkan kesadaran sebagai bangsa yang berdaulat, dan mendudukkan
pendidikan sebagai faktor penting dalam memperkokoh berdirinya negara Indonesia
melalui persatuan dan kesatuan untuk mengusir penjajah.

2) Memiliki fungsi strategis dalam mempersatukan bangsa Indonesia melalui pendidikan

3) Kurikulum 1947 mengadopsi dari pengalaman pendidikan Indonesia yang telah lalu di
masa penjajahan, sehingga memudahkan dalam penyusunannya.

b. Kekuranganya yaitu:

1) Dibayang-bayangi pendidikan zaman penjajahan, sehingga mengarah pada pola


pengajaran penjajah.

2) Belum memiliki orientasi ranah kognitif dan psikomotor namun lebih dominan ranah
afektif.

3) Belum diterapkan di sekolah-sekolah sehingga belum memberikan dampak pada


terlaksananya pendidikan dan terbentuknya bangsa Indonesia hingga secara resmi
dilaksanakan pada tahun 1950

2. Kurikulum 1952

Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran 5 yang kemudian diberi
nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”.

Kurikulumini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling
menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Adapun kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada Rentjana Pelajaran


Terurai 1952 adalah

23
a. Kelebihannya yaitu:

1) Kurikulum 1952 telah mengarah pada sistem pendidikan nasional, walaupun belum
merata pada seluruh wilayah di Indonesia, namun dapat mencerminkan suatu
pemahaman dan cita-cita para praktisi pendidikan akan pentingnya pemerataan
pendidikan bagi seluruh bangsa Indonesia.

2) Pada Kurikulum 1952, materi pelajaran sudah berorientasi pada kebutuhan hidup para
siswa, sehingga hasil pembelajaran dapat berguna ketika ditengah masyarakat.

3) Karena setiap guru mengajar satu mata pelajaran, maka memiliki keuntungan untuk
lebih menguasai bidang pengajarannya dengan lebih baik, dari pada mengajar berbagai
mata pelajaran
b. Kekurangannya yaitu:

1) Karena kurikulum 1952 baru mengarah pada sistem pendidikan nasional, maka belum
mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

2) Materi pelajaran belum orientasi masa depan, karena yang diajarkan berorientasi
kebutuhan untuk hidup di masyarakat saat itu, dengan demikian belum memiliki visi
kebutuhan di masa mendatang.

3) Kurang membangkitkan kreatifitas dan inovasi guru, karena setiap mata pelajaran
sudah terinci dalam rencana pelajaran terurai, hal ini mempersempit kreatifitas dan
inovasi guru baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun menentukan sumber
materi pelajaran

3. Kurikulum 1964

Kurikulum kali ini diberi nama “Rentjana Pendidikan 1964”. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang
SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, Oemar.

24
(2004)), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan(keterampilan),
dan jasmani. Ada yang menyebut Pancawardhana berfokus pada pengembangan daya cipta,
rasa, karsa, karya, dan moral. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatan fungsional praktis.

Adapun kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada Rentjana Pendidikan 1964 adalah:
a. Kelebihannya yaitu:

1) Sudah mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

2) Ranah kognitif merupakan kemampuan pada segi keilmuan, ranah afektif merupakan
kemampuan pada segi sikap, dan psikomotorik merupakan kemampuan pada segi
keterampilan, dimana ketiganya merupakan faktor penting dalam pembentukan
kepribadian manusia telah menjadi prioritas dalam kurikulum ini.

3) Mengupayakan pengembangan potensi peserta didik sebagai pangkal dari kemampuan


seseorang untuk melakukan tindak lanjut dengan segala kreatifitas dan inovasi, maka
dengan kurikulum ini telah menganggap setiap manusia memiliki potensi yang berbeda-
beda.

4) Pendidikan bersifat praktis, sehingga pembelajaran di sekolah akan memilki kegunaan


dalam kehidupan peserta didik.

b. Kekurangannya yaitu:

1) Kurikulum ini dipergunakan hanya pada tingkat sekolah dasar dan belum mencakup
sekolah lanjutan dan perguruan tinggi.

2) Terkesan masih diwarnai oleh kepentingan-kepentingan tertentu yang cenderung


mengakomodir sistem-sistem yang belum sejalan dengan jiwa UUD 45.

3) Karena pendidikan diwarnai oleh kepentingan-kepentingan kelompok menjadikan


kurikulum ini dimaknai sebagai alat untuk membantu kepentingan-kepentingan tertentu.

4) Kurikulum ini berjalan ketika Indonesia masih dalam keadaan labil.

25
4. Kurikulum 1968

Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan
bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat,
dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti,
dan keyakinan beragama.

Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD
1945 secara murni dan konsekuen. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok. Djauzak
menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. "Hanya memuat mata pelajaran pokok
saja,".

a. Kelebihannya yaitu:

1) Kurikulum 1968 telah dikembangkan dalam nuansa otonomi dimana semua komponen
kurikulum dilaksanakan oleh sekolah.

2) Sistem pembelajaran di ruangan kelas diserahkan kepada masing-masing guru, yang


penting tujuan pendidikan dapat tercapai.

3) Kurikulum ini berupaya mendorong pengembangan kreativitas dan persaingan


kompetitif diantara daerah, sekolah, dan guru untuk mengembangkan kurikulum.

4) Kurikulum ini memberikan peluang bagi tamatan sekolah untuk melanjutkan


pendidikannya pada jenjang yang lebih tinggi.

b. Kekurangannya yaitu:

1) Walaupun sudah ada pembelajaran keterampilan namun pada prakteknya kurikulum ini
masih kurang memperhatikan pembelajaran praktek.

26
2) Kurikulum ini tidak mengadopsi kebutuhan masyarakat, sehingga pembelajaran di
sekolah tidak dapat memenuhi kebutuhan riil dalam kehidupan anak.

3) Kurikulum ini yang masih di pengaruhi unsur politis sehingga tidak mengakar pada
kebutuhan hidup anak secara individual.

5. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien. Latar
belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu," Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan
istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan
pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.

a. Kelebihanya yaitu:

1) Berorientasi pada tujuan

2) Mengarah pembentukan tingkah laku siswa

3) Relevan dengan kebutuhan masyarakat

4) Menekankan efektivitas dan efisiensi

5) Menekankan fleksibilitas yaitu mempertimbangkan faktor-faktor ekosistem dan


kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang terlaksananya program.

6) Melatih guru untuk dapat menggunakan teknik penyusunan program pengajaran


yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).

7) Prinsip berkesinambungan

b. Kekurangannya yaitu:

27
1) Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik

2) Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah

3) Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang

4) Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.

5) Pada kurikulum ini menekankan pada pencapaian tujuan pendidikan secara


sentralistik, sehingga kurang memberi peluang untuk berkembangnya potensi
daerah.

6) Kurikulum ini berorientasi pada guru hal ini membentuk persepsi bahwa guru yang
mendominasi proses pembelajaran, metode-metode ceramah dan metode dikte
menonjol digunakan oleh para guru.

7) Kreativitas murid kurang berkembang karena didukung oleh konsep kurikulum


yang menempatkan guru sebagai subjek dalam melakukan pembelajaran di kelas.

6. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan


proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum 1975
yang disempurnakan".

Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,


mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Konsep CBSA yang elok secara teoritis
dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan
reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu
menafsirkan CBSA.

a. Kelebihannya yaitu:

28
1) Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara rinci, sehingga guru
dan siswa mudah untuk melaksanakannya.

2) Prakarsa siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan melalui
keberanian memberikan pendapat.

3) Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah berlangsung yang


ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam melaksanakan tugas.

4) Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi, baik intelektual maupun sosial.

5) Memasyarakatkan keterampilan berdiskusi yang diperlukan dengan berpartisipasi


secara aktif

b. Kekurangannya yaitu:

1) Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh
di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang
mencolok guru tidak lagi menggunakan metode ceramah.

2) Ada ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam suatu buku teks dan metode
yang disebut secara rinci, sehingga membentuk guru dan siswa tidak kreatif untuk
menentukan metode yang tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas.

3) Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia menolak pendapat
peserta lain.

4) Siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh akan ketinggalan.

5) Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator, sehingga prakarsa serta tanggung
jawab siswa atau mahasiswa dalam kegiatan belajar sangat kurang.

6) Kurangnya Alokasi waktu

7) Guru kurang komunikatif dengan siswa.

29
7. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum


sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses
belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa
dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal.

a. Kelebihan kurikukulum ini yaitu:

1) Kurikulum berstandar nasional dan memberikan ruang untuk pengembangan potensi


wilayah.

2) Mampu mengadopsi aspirasi berbagai pihak yang berhubungan dengan isu-isu yang
berkembang di masyarakat.

3) Dalam pelaksanaan pembelajaran guru memberikan kesempatan seluasluasnya kepada


siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan masingmasing dengan beberapa
alternatif.

4) Terdapat keserasian antara teori dan praktek, sehingga mengembangkan ketiga ranah
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

b.Kekurangannya yaitu:

1) Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat.

2) Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu


tertentu masuk dalam kurikulum. Alhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum
super padat.

30
3) Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran

4) Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.

8. Kurikulum 2004

Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang disebut dengan
“Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)”. Struktur kompetensi dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi dalam suatu mata pelajaran memuat rincian kompetensi (kemampuan) dasar mata
pelajaran itu dan sikap yang diharapkan dimiliki siswa.

Kurikulum Berbasis Kompetensi ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester.
Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek
dari mata pelajaran tersebut. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun
pelajaran pada setiap level. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa
yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”.

Adapun kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada Kurikulum Berbasis


Kompetensi adalah:
a.Kelebihannya yaitu:

1) Pendidikan berbasis kompetensi menitik beratkan pada pengembangan kemampuan untuk


melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standard performance yang
telah ditetapkan, sebagai upaya mempersiapkan kemampuan individu.

2) Sejalan dengan visi pendidikan yang mengarahkan pada dua pengembangan yaitu untuk
memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa datang.

31
3) Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik /siswa (student
oriented). Peserta didik dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan
memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat
dalam proses belajar.

4) Guru diberikan kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi di sekolah/daerah masing-masing sesuai mata pelajaran yang diajarkan.

b. Kekurangannya yaitu:

1) Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator sebaiknya
disusun oleh guru, karena guru yang paling mengetahui tentang kondisi peserta didik dan
lingkungan.

2) Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi dan
kompetensi dasar sehingga menyulitkan guru untuk merancang pembelajaran secara
berkelanjutan.

3) Paradigma guru dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulumkurikulum sebelumnya


yang lebih pada teacher oriented.

9. Kurikulum 2006

Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)”. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa
hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang
paling menonjol adalahguru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran
sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada.

Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam
bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil

32
pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah perangkat yang
dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah dibawah binaan dan pemantauan dinas
pendidikan daerah dan wilayah setempat. Adapun kelebihan dan kelemahan yang terdapat
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah:

a. Kelebihannya yaitu:

1) Secara teori memberikan otonomi secara luas pada sekolah untuk mengembangkan
kreativitas dan inovasinya dalam meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan
potensi di daerahnya.

2) Tenaga kependidikan termotivasi untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi.


Untuk menggali potensi sekolah sehingga mampu menjadi agen bagi pembangunan
masyarakat yang mengakar pada potensi lokal.

3) Sekolah leluasa untuk ambil peranan dalam pendidikan untuk membentuk siswa
sebagai pengambil peranan dalam masyarakat.

4) Kurikulum ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan


dirinya di luar sekolah, karana telah terjadi pengurangan kepadatan jam pelajaran

b. Kekurangannya yaitu:

1) Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan


satuan pendidikan yang ada

2) Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari


pelaksanaan KTSP

3) Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara Komprehensif baik
konsepnya, penyusunanya maupun prakteknya di lapangan

33
4) Penerapan KTSP yang merokomendasikan pengurangan jam pelajaran akan
berdampak berkurangnya pendapatan guru.

10. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh


peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat
tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati
dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu criteria keberhasilan.

Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai


sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat. Setiap
peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan dan
kecepatan belajar masing-masing. Kurikulum 2013 terutama berorientasi pada perubahan
proses pembelajaran (yang semula dari siswa diberitahu menjadi siswa mencari tahu) dan
proses penilaian (dari berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output menjadi berbasis
kemampuan melalui penilaian proses dan output).

Adapun kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada Kurikulum 2013


adalah:

a. Kelebihannya yaitu:

1) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah
yang mereka hadapi di sekolah.

2) Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat dari
nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-
lain.

3) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan
ke dalam semua program studi.

34
4) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

5) Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam


kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-lain.

b. Kekurangannya yaitu:

1) Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu
menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus
tetap ada penjelasan dari guru.

2) Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini,
karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit para
guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka
cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan dan pendidikan
agar merubah paradigm guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat
memotivasi siswa agar kreatif.

3) Kurangnya keterampilan guru merancang RPP

4) Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik

5) Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu
lama.

35
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rosdakarya, 2012

AECT. . Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press, 1986

Depdiknas. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta, 2005

Ghofir, Abdul. Pengenalan Kurikulum Madrasah. Solo: CV Ramadhani,1993

McNeil, J.D. Curriculum : A Comprehensive Introduction. Illinois: Scott Foresman and


Company, 1990

Miller, J.P. dan Seller, W. Curriculum Perspective and Practice. New York: Longman, 1985.

Muhaimin. Konsep Pendidikan Islam. Solo: CV.Ramadhani, 1991

Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya, 2007

Nasution, S. Azas-azas Kurikulum. Bandung: Jemmars, 1989.

Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Nurdin, Syafruddin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Quantum


Teaching, 2005.

Oliva, P.F. (1992). Developing Curriculum. New York: Harper Collin Publisher.

Poerwati, Loeloek Endah dan Sofan Amri. Panduan Memahami Kurikulum 2013. Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2013.

Ruhimat , Toto DKK. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Rajawali Press, 2011.

Rusman. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Press, 2012.

Saylor, J.G. et.al. (1974). Curriculum Planning for Better Teaching and Learning. New York:
Holt Reinhart & Winston.

Schubert, W.H. (1982). Curriculum – Perspective, Paradigm, Possibility. New York:


McMillan Company Publishing.

Sukmadinata, N. S. (2000). Pengembangan Kurikulum – Teori dan Praktek.

36
Bandung: Rosda Karya.

Syarief, A. Hamid. Pengembangan Kurikulum.Surabaya: Bina Ilmu, 1998.

Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran. (2002). Kurikulum dan


Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

Tyler, R. W., (1975). Basic Principles of Curriculum and and Instruction. Chicago: The
University of Chicago Press.

Zais, R.S. (1975). Curriculum Principles and Foundations. New York: Harper & Row
Publisher.

37

Anda mungkin juga menyukai