Anda di halaman 1dari 4

Purba Sangka dan Mencari-Cari Kesalahan Orang Lain

‫ َوعَىَل آهِل ِ َوَأحْص ِ ا ِب ِه‬,‫الساَل ُم عَىَل النَّيِب ِ ّ امل ُ ْص َط َفى‬ َّ ‫ َو‬. َ ‫َالْ َح ْمدُ هّلِل ِ َر ِب الْ َعالَ ِمنْي‬
َّ ‫الصاَل ُة َو‬
‫هللا َو ْحدَ ُه اَل رَش ِ يْ َك هَل ُ َو َا ْشهَدُ َأ َّن ُم َح َّمدً ا َع ْبدُ ُه‬ ُ ‫ َا ْشهَدُ َا ْن اَل ِا َهل اَّل‬.‫ا َّلط ِ ّي ِبنْي َ ىَل ي َ ْو ِم ّ ِادل ْي َن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
.‫ااس َت َط ْعمُت ْ يِف الرِّس ّ ِ َوالْ َعاَل نْ َي ِة لَ َعلَّمُك ْ تُ ْرمَح ُ ْو َن‬ َ ‫ ِات َّ ُق‬: ُ‫ َأ َّماب َ ْعد‬.ُ ‫َو َر ُس ْوهُل‬
ْ ‫وهللا َم‬

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Marilah kita tingkatkan rasa syukur kita kepada Allah Ta’ala. Sebab,
Allah Ta’ala berfirman:
...    
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu...” (QS. Ibrahim: 8). Dengan bersyukur, Allah Ta’ala
akan menambah karunianya kepada kita yakni dengan bertambahnya
kualitas maupun kwantitas karunia yang telah dianugerahkanNya
tersebut baik secara zahir maupun batin.

Shalawat dan salam terhatur kepada Hadhrat Nabi Muhammad saw


yang syafaatnya dinanti-nantikan oleh seluruh umat manusia.

Marilah kita senantiasa memperbarui takwa kita kepada Allah Ta’ala.


Allah Ta’ala berfirman,
    
“Dan berbekallah kalian, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah
takwa” (QS. Al-Baqarah: 198). Takwa adalah sebaik-baik bekal menuju
kebahagiaan duniawi dan kebaikan ukhrawi.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Salah satu pekerjaan yang paling menyenangkan tetapi berisiko tinggi


adalah mencari-cari kesalahan orang lain. Disebut menyenangkan,
karena perbuatan itu dapat membuat orang terlena dan lupa tentang
kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Sedang disebut berisiko tinggi,
karena perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain itu dapat
menimbulkan permusuhan. Sehingga membuat rusaknya hubungan tali
silaturahmi yang sudah terjalin dengan baik.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Hujurat:12


       
          
        
       
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS
Al Hujurat : 13)

Rasulullah saw bersabda,


‫ال اايمك والظن‬SS‫مل ق‬SS‫ه وس‬SS‫يل هللا علي‬SS‫ ا ن رسوهللا ص‬: ‫وعن ايب هريرة ريض هللا عنه‬
‫ متفق عليه‬.‫فان الظن اكدب احلديث‬
“Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah saw. bersabda : Awaslah kamu
dari pada sangka-sangka karena sangka-sangka itu sedusta-dusta
berita.” (Bukhari, Muslim)

Seorang yang beriman hendaknya meningkatkan keimanan dan


keyakinannya kepada Allah yang Maha Mengetahui dan jangan pula ia
sampai terjerat kedalam prasangka buruk karena bersangka-sangka
sedikitpun tidak berguna untuk mencapai kebenaran karena jika
seseorang berprasangka buruk kepada orang lain apalagi kepada Allah
Ta’ala, maka dia pun dapat menjadi lebih buruk dari orang yang ia tuduh
buruk dan yang ujung-ujungnya karena berprasangka buruk tadi, maka
ia akan dimasukan oleh Allah Taala kedalam neraka, karena setiap
prasangka buruk, baik sangkaan itu benar maupun salah tetap saja itu
merupakan suatu akhlak yang buruk dan pastinya akan bermuara pada
neraka. Didalam salah satu hadits pun ada tetrera bahwa dua per tiga
dari orang-orang yang akan dimasukan kedalam neraka adalah karena
prasangka buruk.

Allah Ta’ala berfirman dalam surah Yunus: 37


          
  
“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.
Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk
mencapai kebenaran.”
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda: “Dosa itu bermula ketika


seseorang menimang-nimang kecurigaan dan keraguan palsu. Jika orang
selalu berfikiran baik dalam segala situasi maka ia akan dikaruniai
kemampuan untuk mencapai hal-hal yang baik. Kesalahan di awal akan
menyulitkan pencapaian sasaran. Berprasangka buruk terhadap orang
lain merupakan dosa besar yang menghilangkan kesempatan seseorang
beramal saleh, dimana hal itu akan meningkat terus hingga akhirnya ia
pun berprasangka buruk terhadap Allah s.w.t.” (Malfuzat, vol. II, hal.
107).

“Aku beritahukan kepada kalian bahwa sesungguhnya berprasangka


buruk itu merupakan penyakit gawat yang merusak keimanan
seseorang, melontarkan yang bersangkutan menjauh dari kebenaran
dan kejujuran serta menjadikan sahabat menjadi musuh. Guna
menggapai keluhuran kebenaran, perlu kiranya bagi setiap orang untuk
sepenuhnya menghindari kebiasaan berprasangka buruk terhadap
orang lain. Kalau sampai ia melakukan hal tersebut, mohonkan
keampunan berulangkali dan berdoa kepada Allah s.w.t. agar ia
dipelihara terhadap dosa tersebut dengan segala akibat ikutannya.

Kebiasaan buruk ini jangan dianggap remeh. Kebiasaan tersebut


merupakan penyakit berbahaya yang menghancurkan seseorang
dengan sangat cepat. Pendek kata, kebiasaan berprasangka buruk
terhadap orang lain akan merusak dirinya sendiri. Ada tertulis bahwa
ketika mereka yang diadili bersalah dan akan masuk neraka dibawa
melihatnya, maka Allah s.w.t. akan berkata kepada mereka: ‘Kalian
bersalah karena berprasangka buruk terhadap Tuhan.” (Malfuzat, vol. I,
hal. 372).

Jangan Tergesa-Gesa menilai orang lain


Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda: “Manusia tidak dapat mengetahui
isi hati orang lain. Dan manusia tidak dapat melihat melihat ruang-ruang
tersembunyi dalam kalbu orang lain. Oleh karena itu, janganlah tergesa-
gesa menilai orang lain. Melainkan, tunggulah dan sabar.

Ada riwayat tentang seseorang. Dia berjanji kepada Allah Taala bahwa
dia akan menganggap semua pihak lain lebih baik dari dirinya dan tidak
akan menganggap siapapun lebih rendah darinya. [yakni], untuk
membuat ridha/senang Kekasihnya, manusia membuat pernyataan-
pernyataan semacam itu. Suatu hari, dia melihat seseorang duduk
didekat jembatan sungai tempat banyak orang lewat. Disisinya duduk
seorang perempuan. Ditangan orang itu terdapat sebuah botol. Orang
itu terus saja meminum minuman dari botol tersebut, dan diberikannya
juga kepada perempuan tersebut.

Orang yang melihat tadi berprasangka buruk terhadap orang itu, dan dia
berpikir, “Aku tentu lebih baik dari orang yang tak punya malu ini”.

Tiba-tiba muncul sebuah perahu penuh penumpang. Perahu itu


tenggelam. Orang yang duduk disamping perempuan tadi
menyelamatkan semua orang kecuali satu. Dan dia berkata kepada
orang yang berprasangka buruk tersebut, “Engkau berprasangka buruk
terhadap saya. Saya sudah menyelamatkan semua [penumpang],
cobalah kamu selamatkan satu orang saja. Tuhan telah mengirim saya
untuk menguji engkau, dan Dia telah memberitahukan kepada saya niat
di hati kamu. Perempuan ini adalah ibuku. Dan yang ada dalam botol ini
bukanlah minuman keras, melainkan air sungai.

Ringkasnya, janganlah manusia tergesa-gesa menilai orang lain.” (Al-


Hakam,jld5, no.14, hal. 14-15, tgl.17 April 1901; Malfuzhat, add Nazir
Isyaat, London, 1984, jld.2 h.248-294/MI14.01.99).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Oleh karena itu, janganlah kita memberi kesempatan dan ruang yang
luas bagi gerak hawa nafsu untuk bisa berbuat semaunya terhadap diri
kita. Sebab, kalau hawa nafsu kita beri kesempatan dan ruang yang luas,
maka kelak dia akan menguaasai kita, jika kita sudah dikuasai oleh hawa
nafsu kita sendiri, maka pandangan dzahir dan batin kitapun akan
ditutup dengan rapat. Akibatnya, kita tidak akan bisa melihat sisi
kebaikan yang ada pada diri orang lain. Yang ada hanyalah sisi
keburukan, kejelekan, dan kelemahan orang lain.

Dan begitulah cara kerjanya hawa nafsu. Ia paling pandai berkamuflase.


Ia juga pintar dalam memutar balik sebuah keadaan; yang semula tidak
kita sukai dapat berubah menjadi sangat kita senangi. Hawa nafsu selalu
berusaha untuk mengajak kita menjauhi Allah SWT.

Ingatlah, bahwa perasaan tidak mau kalah saingan dan merasa paling
benar sendiri yang muncul didalam hati dan pikiran kita, kelak akan
menjadi virus penyakit hati dan kita tidak akan bisa menemukan anti
virusnya kecuali dengan terus menerus bertawakal dan semakin
mendekatkan diri kepada Allah Taala dan mintalah pertolongan dari-
Nya maka dengan begitu Insya Allah virus penyakit hatinya akan dapat
hilang. Karena perasaan itu jugalah yang telah membuat manusia
menjadi enggan untuk mau mengakui kelebihan yang ada pada diri
orang lain. Jika virus itu kita biarkan tumbuh-kembang didalam hati dan
pikiran kita, dapat membuat kita menjadi orang yang sangat picik dan
gampang iri hati. Pasalnya, orang yang telah dikuasai virus tersebut,
biasanya cenderung ingin selalu menang sendiri dan merasa benar
sendiri.

Orang yang terkena virus penyakit hati suka mencari-cari kesalahan


orang lain, ibarat orang yang bisa melihat dengan jelas seekor semut di
pulau seberang, akan tetapi, seekor gajah yang berdiri tegak didepan
pelupuk matanya, tidak kelihatan.

Mudah-mudahan kita semua terhindar dari penyakit hati yang bernama


“Prasangka buruk” dan kita senantiasa istiqomah berada di jalan takwa
keridhaanNya.

Anda mungkin juga menyukai