َوعَىَل آهِل ِ َوَأحْص ِ ا ِب ِه,الساَل ُم عَىَل النَّيِب ِ ّ امل ُ ْص َط َفى َّ َو. َ َالْ َح ْمدُ هّلِل ِ َر ِب الْ َعالَ ِمنْي
َّ الصاَل ُة َو
هللا َو ْحدَ ُه اَل رَش ِ يْ َك هَل ُ َو َا ْشهَدُ َأ َّن ُم َح َّمدً ا َع ْبدُ ُه ُ َا ْشهَدُ َا ْن اَل ِا َهل اَّل.ا َّلط ِ ّي ِبنْي َ ىَل ي َ ْو ِم ّ ِادل ْي َن
ِإ ِإ
.ااس َت َط ْعمُت ْ يِف الرِّس ّ ِ َوالْ َعاَل نْ َي ِة لَ َعلَّمُك ْ تُ ْرمَح ُ ْو َن َ ِات َّ ُق: ُ َأ َّماب َ ْعد.ُ َو َر ُس ْوهُل
ْ وهللا َم
Marilah kita tingkatkan rasa syukur kita kepada Allah Ta’ala. Sebab,
Allah Ta’ala berfirman:
...
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu...” (QS. Ibrahim: 8). Dengan bersyukur, Allah Ta’ala
akan menambah karunianya kepada kita yakni dengan bertambahnya
kualitas maupun kwantitas karunia yang telah dianugerahkanNya
tersebut baik secara zahir maupun batin.
Ada riwayat tentang seseorang. Dia berjanji kepada Allah Taala bahwa
dia akan menganggap semua pihak lain lebih baik dari dirinya dan tidak
akan menganggap siapapun lebih rendah darinya. [yakni], untuk
membuat ridha/senang Kekasihnya, manusia membuat pernyataan-
pernyataan semacam itu. Suatu hari, dia melihat seseorang duduk
didekat jembatan sungai tempat banyak orang lewat. Disisinya duduk
seorang perempuan. Ditangan orang itu terdapat sebuah botol. Orang
itu terus saja meminum minuman dari botol tersebut, dan diberikannya
juga kepada perempuan tersebut.
Orang yang melihat tadi berprasangka buruk terhadap orang itu, dan dia
berpikir, “Aku tentu lebih baik dari orang yang tak punya malu ini”.
Oleh karena itu, janganlah kita memberi kesempatan dan ruang yang
luas bagi gerak hawa nafsu untuk bisa berbuat semaunya terhadap diri
kita. Sebab, kalau hawa nafsu kita beri kesempatan dan ruang yang luas,
maka kelak dia akan menguaasai kita, jika kita sudah dikuasai oleh hawa
nafsu kita sendiri, maka pandangan dzahir dan batin kitapun akan
ditutup dengan rapat. Akibatnya, kita tidak akan bisa melihat sisi
kebaikan yang ada pada diri orang lain. Yang ada hanyalah sisi
keburukan, kejelekan, dan kelemahan orang lain.
Ingatlah, bahwa perasaan tidak mau kalah saingan dan merasa paling
benar sendiri yang muncul didalam hati dan pikiran kita, kelak akan
menjadi virus penyakit hati dan kita tidak akan bisa menemukan anti
virusnya kecuali dengan terus menerus bertawakal dan semakin
mendekatkan diri kepada Allah Taala dan mintalah pertolongan dari-
Nya maka dengan begitu Insya Allah virus penyakit hatinya akan dapat
hilang. Karena perasaan itu jugalah yang telah membuat manusia
menjadi enggan untuk mau mengakui kelebihan yang ada pada diri
orang lain. Jika virus itu kita biarkan tumbuh-kembang didalam hati dan
pikiran kita, dapat membuat kita menjadi orang yang sangat picik dan
gampang iri hati. Pasalnya, orang yang telah dikuasai virus tersebut,
biasanya cenderung ingin selalu menang sendiri dan merasa benar
sendiri.